Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM INDIKASI PEB

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Post partum adalah masa beberapa jam sesudah lahirnya plasenta
sampai 6 minggu setelah melahirkan ( Pusdinaner, 2003 ). Post partum
adalah waktu penyembuhan dan perubahan waktu kembali pada keadaan
tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga baru
(Mitayani, 2009, hal. 122). Post partum normal adalah masa sesudah
persalinan berakhir dengan pulihnya kembali organ reproduksi (eksternal
dan internal) pada keadaan seperti sebelum hamil yang lamanya 6 minggu
(Manuaba, 1998).
2. Menurut Mitayani (2009), periode post partum dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Immediate puerperium adalah masa 24 jam post partum.
b. Early puerperium adalah masa pada minggu pertama post partum.
c. Laten puerperium adalah masa pada minggu kedua sampai dengan
minggu keenam post partum.
3. Tujuan perawatan post partum
a. Tujuan Umum
1) Untuk memulihkan kesehatan fisik dan mental ibu..
2) Mencegah terjadinya infeksi dan komplikasi.
3) Menganjurkan self care pada ibu masa nifas.
b. Tujuan Khusus
1) Menyediakan makanan yang memenuhi kebutuhan.
2) Menghilangkan anemia karena pada persalinan selalu akan
mengeluarkan banyak darah.
3) Mencegah terjadinya infeksi dan meningaktkan kesterilan.
4) Melakukan pergerakan otot yang cukup.

4. Tahap persalinan normal


a. Kala I
Bertanggung jawab dari awal gejala sampai serviks berdilatasi
sempurna ( 10 cm ) termasuk awal fase laten dimana kontraksi masih
tidak teratur, sangat lemah, fase aktif dimana kontraksi menjadi lebih
sering, lebih lama dan lebih kuat dan fase transisi yang singkat yang
terjadi tepat sebelum dilatasi dan pendatara sempurna.
b. Kala II
Diawali dengan dilatasi sempurna serviks dan diakhiri dengan
kelahiran bayi. kontraksi pada kala ini sangat kuat kemampuan ibu
menggunakan otot, abdomen dan posisi badan presentasi
mempengaruhi dilatasi kala II.
c. Kala III
Diawali dengan keluarnya bayi dari uterus dan diakhiri dengan
keluarnya plasenta.
d. Kala IV
Diawali dengan keluarnya plasenta dan berakhir ketika uterus tidak
relaksasi lagi yaitu saat bahaya hemoragik post partum telah lewat.
5. Perubahan fisik pada waktu nifas
a. Sistem Vaskuler
Pada ibu hamil cenderung hipervolemik, kenaikan volume dalam
darah ± 40% untuk persediaan persalinan pada persalinan pervaginam
kehilangan darah 2 kali lipat.
b. Sistem reproduksi
1) Involusi
Inovasi terjadi setelah plasenta lahir, uterus akan mengeraskan
karena kontraksi dan retraksi pada otot-ototnya. Setelah lahir berat
rahim 100 gram, seminggu kemudian 500 gram, 3 minggu post
partum 75 gram, dan pada akhir puerperium 50 gram (normal 40-60
gram). Ivolusi uterus ini dapat diamati yaitu dengan memeriksa
tinggi fundus uteri 2 cm di bawah pusat, caranya yaitu:
a) Segera setelah persalinan tinggi fundus uteri 2 cm di bawah
pusat, 12 jam kemudian 1 cm di bawah pusat dan turun kira-kira
1 cm setiap hari.
b) Pada hari pertama dan hari kedua setelah persalinan tinggi
fundus uteri tidak teraba.
2) Lochea
Yaitu cairan secret yang berasal dari kandung uteri dan vagina
dalam masa nifas.Sifat lochea alkalis, jumlah lebih banyak dan
pengeluaran darah dan lendir waktu menstruasi dan berbau anyir.
Cairan ini berasal dari melekatnya plasenta, lochea terbagi menjadi
beberapa, diantaranya:
a) Lochea rubra
Pada hari ke 1-3, berwarna merah tua kehitaman terdiri dari
desidua, sisa cairan, rambut lanuga, sisa mekonium dan sisa
darah.
b) Lochea Strangulata
Hari ke 3-7 berwarna kekuningan
c) Lochea Alba
Setelah 2 hari ke-14 berwarna putih
Apabila pengeluran lochea lebih dari yang disebutkan dimungkinkan
karena:
a) Tertinggalnya placenta/selaput janin karena ibu yang tidak menyusui
bayinya.
b) Ibu yang tidak menyusui anaknya, pengeluaran lochea rubra lebih lama
karena kontraksi uterus kurang kuat.
c) Infeksi jalan lahir, membuat kontraksi kurang baik sehingga lebih lama
mengeluarkan lochea dan lochea berbau.
6. Perawatan Bayi dan Ibu Nifas
a. Dalam perawatan ibu nifas
1) Rahim dan jalan lahir mengalami pembukaan, jadi harus dihindari
kemungkinan peradangan.
2) Bayi memerlukan perawatan dan pengamatan.
3) Bayi harus dapat disusui dengan lancar.
b. Perawatan bayi dalam masa nifas
Setelah persalinan selesai maka petugas memberi nasehat, segera
memanggil petugas bila terjadi:
1) Perdarahan banyak
2) Pasien merasa demam
3) Setelah 2 jam belum BAK
4) Menjaga kebersihan luka episiotomi dan daerah pusat
5) Tidak boleh bersetubuh dalam masa nifas.
6) BAK dianjurkan setiap 6 jam
7) Cara menyusui dengan bena
7. Masalah yang Lazim Pada Masa Nifas
a. Pengertian
Istilah infeksi mencakup semua peradangan yang disebabkn oleh
masuknya kuman-kuman dan alat genetalia pada nifas dalam masa nifas
(morbiditas) puerperalis meliputi demam masa nifas oleh sebab apapun
menurut (Jenh Carntmitte on Maternal Walfora Cas). Definisi
morbiditas pueperalis ialah kenaikan suhu sampai 380C/lebih selama 2
hari dalam 10 hari pertama post partum dengan penyesuaian pertama.
b. Penyebab
Kuman penyebab infeksi puerperalis dapat berasal dari luar atau
dari jalan lahir penderita sendiri, kuman yang sering menjadi penyebab
ialah streptococcus, basil welekil, gonococcus, basil typus/clostridium
tetani.
c. Tanda dan Gejala
1) Luka menjadi nyeri, panas, merah, dan bengkak
2) Jahitan mudah dilepas
3) Luka yang terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan pus
4) Dapat disertai dengan suhu tinggi dan menggigil
8. Perawatan Pasca Kehamilan
a. Mobilisasi
b. Karena lelah sehabis persalinan, ibu harus istirahat, tidur terlentang
selama 8 jam persalinan, kemudian boleh miksi pada hari kedua
diperbolehkan duduk, hari ke-3 jalan-jalan, hari ke-4 dan ke-5 sudah
diperbolehkan pulang.
c. Miksi
d. Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya, bila kandung
kemih penuh dan wanita sulit kencing, sebaiknya dilakukan
kateterisasi.BAB harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan, bila masih
sulit diberikan obat peroral/parenteral, jika masih belum bisa maka
dilakukan klimaks.
e. Perawatan payudara
f. Laktasi
g. Cuti hamil dan bersalin
h. Pemeriksaan pasca persalinan
1) Pemeriksaan Umum : TD, N, RR, suhu dan kelelahan
2) Keadaan Umum : Suhu dan selera makan
3) Payudara : ASI, Puting susu
4) Dinding Perut : Perineum, kandung kemih dan rektum
5) Secret yang keluar : Lochea, flour, albus
6) Keadaan alat-alat kandungan
a. Fisioterapi.
b. Bayi disusui.
c. Senam nifas (gimnastik)
d. KB.
e. Imunisasi bayi
Adaptasi psikologis post partum menurut Mosrubin
Respon adaptasi terahdap peran orang tua pada masa nifas:
a. Fase dependent (taking in)
1) Terjadi pada hari pertama dan kedua post partum karena ibu masih
fokus pada diri sendiri.
2) Butuh tidur dan makan melepaskan tanggung jawab dan
mempercayakan pada orang lain untuk memenuhi rasa nyaman
dengan istirahat.
3) Kegembiraan berlebih membicarakan pengalaman persalinan.
b. Fase dependen (taking hold)
1) Terjadi ada hari ke-3 post partum dan berakhir pada minggu ke-4
sampai ke-5.
2) Ibu siap menerima peran barunya dan belajar tentang semua hal
yang baru.
3) Ibu memerlukan dorongan: primipara, wanita karir dan ibu yang
telah mempunyai keluarga.
c. Fase independent (letting go)
1) Dimulai sekitar minggu ke-5 dan ke-6 post partum.
2) Peningkatan kemampuan independent dalam perawatan ibu, bayi,
dan keluarga dapat berinteraksi sebagai sistem.
3) Penerimaan adanya bagi dirinya.
4) Sering terjadi stres dalam menentukan karier dan merawat bayi.
d. Penyesuaian ayah
1) Ayah melibatkan diri dalam perawatan bayi
2) Ayat terpikat pada bayi
3) Sering mengadakan kontak dengan sentuhan
4) Merasa meningkatkan harga diri.
e. Bonding Attachment
Pada jam pertama yang penting adalah menyentuh, memeriksa,
berbicara dan meletakkan di dada

B. Konsep Dasar Pre Eklampsia


1. Pengertian
Pre eklampsia adalah penyakit hipertensi yang khas dengan disertai
proteinuria dan edema yang timbul akibat kehamilan setelh usia kehamilan
20 minggu atau segera setelah persalinan tanpa disertai kejang (Kapita
Selekta Jikid I, 2001).
Pre eklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan
edema akibat kehamilan setelah 20 minggu atau segera setelah persalinan.
Eklampsia adalah preeclampsia yang disertai kejang dan atau koma yang
timbul akibat kelainan neurologi (kapita selekta kedokteran edisi ke 3).
Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita
hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi sebelumnya,
sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28
minggu atau lebih (Rustam Muchtar, 1998). Pre eklampsia adalah penyakit
dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan protein uria yang timbul karena
kehamilan. (Ilmu kebidanan, 2005). Pre eklampsia adalah penyakit dengan
tanda-tanda hipertensi, edema, dan protein uria yang timbul akibat
kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi pada triwulan ke -3 kehamilan,
tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnya pada mula hidafidosa (Sarwono
Prawiroharjo : 2006 : 282). Pre-eklampsia berat merupakan kesatuan
penyakit yang disebabkan oleh kehamilan walaupun belum jelas bagaimana
terjadi di Indonesia preeclampsia, eklampsia, disamping perdarahan dan
infeksi masih merupakan sebab utama kematian ibu dan sebab kematian
perinatal yang tinggi (Prof. Dr. Sarwono Prawiroharjo, Ds06). Pre-
eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan
timbulnya hipertensi 160/110 mmHg, atau lebih disertai proteinuria dan
atau diserati edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Asuhan Patologi
Kebidanan : 2009). Eklampsia berasal dari Yunani yang berarti halilintar
karena gejala eklampsia dating dengan mendadak dan mendatangkan
suasana gawat dalam kebidanan. Dikemukakan beberapa teori yang dapat
menerangkan kejadian pre eklampsia dan eklampsia sehingga dapat
menetapkan upaya promotif dan preventfi ( Manuaba : 2009).
Pre eklampsia dibagi dalam 2 golongan ringan dan berat. Penyakit
digolongkan berat bila satu atau lebih tanda gejala di bawah ini :
a. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolic 110
mmHg atau lebih.
b. Protein uria 5 g atau lebih dalam 24 jam : 3 atau 4 + pada pemeriksaan
kualitatif.
c. Oligouria, air kencing 400ml atau kurang dalam 2-4jam
d. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah
epigastrium.
e. Edema paru dan sianosis. (Ilmu kebidanan : 2005)
2. Etiologi
Apa yang menyebabkan pre-ekslampsia dan ekslampsia samapi
sekarang belum diketahui. Telah terdapat banyak teori yang mencoba
menerangkan sebab-sebab yang member jawaban yang memuaskan. Teori
yang harus dapat menerangkan hal-hal sebagai berikut :
a. Sebab bertambahnya frekuensi pada primigravida, keha primigravida,
hamil ganda dan molahidasidosa.
b. Kejadiannya makin meningkat dengan makin tuanya usia kehamilan.
c. Gejala penyakit berkurang bila terjadi kematian janin.
3. Patofisiologi
Pada pre-ekslampsia terjadi spasme pembuluh darah di sertai dengan
retensi garam dan air. Pada biopsy ginjal ditemukan spasme hebat arteriola
glomerulus, pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya
sehingga hanya dapat di lalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua
arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah kan naik.
Sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi
jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang
disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan intertisia
belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Protein
uria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan
pada glomerulus. Perubahan pada organ-organ :

a. Otak
Pada pre ekslampsia aliran darah dan pemakaian oksigen tetap dalam
batas-batas normal.
b. Placenta dan rahim
Aliran darah menurun ke placenta dan menyebabakan gangguan janin
dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada pre-
ekslampsia sering terjadi peningkatan tonus rahim dan kepekaannya
terhadap rangsangan, sehingga terjadi partus premature.
c. Ginjal
Filtrasi glomelurus berkurang oleh karena aliran keginjalan menurun,
hal ini menyebabkan filtrasi natrium melalui glomelurus menurun.
Sebagai akibatnya terjadi retensi garam dan air. Filtrasi glomelurus
dapat turun sampai 50% dari normal sehingga pada keadaan lanjut
dapat terjadi oligouria dan anuria.
d. Paru-paru
Paru-paru menunjukkan berbagai tingkat edema dan perubahan karena
bronkopneumonia sebagai akibat Milan ganda, hidraminion, dan
molahidatidosa.
1. Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan
2. Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan
kematian janin dalam uterus,
3. Sebab jarangnya terjadi eklampsia pada kehamilan–kehamilan
berikutnya.
4. Sebab timbulnya hipertensi, edema, kejang dan koma
Teori yang saat ini banyak dikemukakan sebagai penyebab pre-
eklampsia ialah iskema placenta, akan tetapi dengan teori ini tidak
dapat diterangkan semua hal yang berkaitan dengan penyakit itu. Teori
iskemia placenta dianggap dapat menerangkan berbagai gejala pre-
ekslampsia dan ekslampsia yaitu :
1. Kenaikan tekanan darah
2. Pengeluaran protein pada urine
3. Edema kaki, tangan sampai muka
4. Terjadinya gejala subjektif
5. Sakit kepala
6. Mata kabur
7. Nyeri pada epigastrium
8. Sesak nafas
9. Berkurangnya urine
10.Menurunkan kesadaran wanita hamil samapai koma
11.Terjadi kejang
Pada pemeriksaan darah kehamilan normal terdapat peningkatan
angiotensin, rennin, dan aldosteran sebagai kompensasi sehingga
peredaran darah dan metabolism dapat berlangsung. Pada pre-
eklampsia dan eklampsia terjadi penurunan angiotensin, rennin, dan
aldosteran tetapi di jumpai edema, hipertensi, dan ptotein uria.
Bagaimana teori iskema implantasi dapat menerangkan gejala
klinik tersebut. Berdasarkan teori iskemia placenta bahan troflobos
akan diserap ke dalam sirkulasi yang dapat meningkatkan sensifitas
terhadap angiotensin, rennin dan aldosteran, spasme pembuluh darah
arterio dan tertahannya garam air.
Teori iskemia daerah implantasi placenta di dukung pernyataan
sebagai berikut :
1. Pre-ekslampsia dan ekslampsia lebih banyak terjadi pada aspirasi.
Kadang-kadang ditemukan asbes paru-paru
e. Mata
Adanya edema retina spasme pembuluh darah. Bila terdapat hal-hal
tersebut maka harus dicurigai pre-ekslampsia berat pada ekslampsia
dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan edema intra okuler dan
merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan.
f. Keseimbangan air dan elektrolit
Pada pre ekslampsia ringan tidak dijumpai adanya perubahan tapi pada
pre ekslampsia berat dan ekslampsia kadar gula darah naik sementara,
asam laktat dan asam organic lainnya, sehingga cadangan alkali akan
turun (Prof. Dr Rustam Mochtar, synopsis obstetric jilid I)
g. Tanda atau gejala pre ekslampsia berat
Pre-ekslampsia berat, bila satu atau lebih tanda atau gejala dibawah ini
ditemukan :
a. Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg
b. Tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg
c. Peningkatan kadar enzim hati atau ikterus
d. Trombosit < 100.000/mm3
e. Oliguria < 400 ml / 24 jam
f. Protein uria > 30 / liter
g. Nyeri epigastrium
h. Perdarahan retina
i. Edema pulmonum
j. Gangguan cerebral dan virus
k. Pandangan mata kabur
l. Bengkak pada muka dan tangan
Ekslampsia ditandai oleh gejala-gejala pre-ekslampsia berat dan
kejang :
a) Kejang dapat terjadi tidk tergantung dari beratnya hipertensi
b) Kejang bersifat tonik klonik, menyerupai kejang pada epilepsy
grand mal
c) Koma terjadi sesudah kejang, dapat berlangsung lama (berjam-
jam). (Sarwono, pelayanan kesehatan matemal dan neonatal)
h. Klasifikasi Pre-ekslampsia
1) Pre ekslampsia ringan
Gejala dan tanda :
a) Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan
interval pemeriksaan 6 jam
b) Tekanan darah diastolik 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan
interval pemeriksaan 6 jam
c) Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih seminggu
d) Protein uria 0,3 gram atau lebih dengan tingkat kualitatif plus
1-2 pada urine kateter atau urine aliran pertengahan.
2) Pre ekslmapsia berat
Gejala dan tanda :
a) Tekanan darah 160 / 110 mmHg
b) Ovigo uria, urine kurang dari 400 cc / 24 jam
c) Protein uria lebih dari 3 gram/liter
d) Keluhan subjektif :
e) Nyeri epigastrium
f) Gangguan penglihatan
g) Nyeri kepala
h) Edema paru dan sianosis
i) Gangguan kesadaran
j) Pemeriksaan :
- Kadar enzim hati meningkat disertai ikterus
- Perdarahan pada retina
- Trombosit kurang dari 100.000/mm
3) Ekslampsia
Menjelang kejang-kejang dapat didahului gejala subjektif
yaitu nyeri kepala di daerah frontal, nyeri epigastrium, penglihatan
semakin kabur dan terdapat mual dan muntah dan pemeriksaan
menunjukkan hiperfleksia atau makin terangsang.
4) Gambaran klinik
Biasanya tanda-tanda timbul dalam urutan pertambahan berat
badan yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi dan akhirnya
protein uria. Pada pre-ekslampsia ringan tidak ditemukan gejala-
gejala subjektif. Pada berat didapatkan sakit kepala di daerah
frontal.Skotama, diplopia. Penglihatan kabur nyeri di daerah
epigastrium, mual dan muntah. Gejala-gejala ini sering ditemukan
pada TD yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa
ekslampsia akan timbul. TD pun meningkat lebih tinggi, edema
menjadi lebih umum dan protein uria bertambah banyak.
5) Pencegahan
Pengobatan hanya dapat dilakukan simtomatis karena etiologi
preeclampsia, dan faktor-faktor apa saja dalam kehamilan yang
menyebabkannya. Tujuan utama penanganan mencegah terjadinya
pre eklampsia berat dan eklampsia, melainkan janin hidup dan
melahirkan janin dengan trauma sekecil-kecilnya.
Pada dasarnya pengobatan atau penanganan preeclampsia
terdiri atas pengobatan medic dan penanganan obstetrik.
Penanganan obstetrik ditujukan untuk melahirkan bayi pada saat
optimal, yaitu sebelum janin dalam kandungan , akan tetapi sudah
cukup matur untuk hidup di luar kandungan dari pada di dalam
uterus.
Pengobatan preeklmapsia yang tepat ialah pengakhiran
kehamilan karena tindakan tersebut mengingat sebabnya dan
mencegah terjadinya eklampsia dengan bayi yang masih prematur
penundaan pengakhiran kehamilan mungkin dapat menyebabkan
eklampsia dan kematian janin. Pada janin dengan berat badan
rendah kemungkinan hidup pada preeclampsia berat lebih baik di
luar dari pada di dalam uterus. Cara pengobatan dapat dilakukan
dengan induksi persalinan atau persalinan atau section cesarean
menurut keadaan pada umumnya.
a. Penanganan pre eklampsai ringan
Istirahat di tempat tidur masih merupakan terapi utama
untuk penanganan. Istirahat dengan berbaring pada posisi tubuh
menyebabkan pengaliran darah ke placenta meningkat, aliran
darah ke ginjal juga banyak, tekanan vena pada ekstremitas
bawah turun dan resorbsi cairan dari daerah tersebut bertambah.
Selian itu juga mengurangi kebutuhan volume darah yang
beredar. Oleh sebab itu dengan istirahat biasanya tekanan darah
turun dan edema berkurang. Pemberian fernobarbital 3 x 3 mg
sehari akan menenangkan penderita dan dapat juga menurunkan
tekanan darah.
b. Penanganan pre eklampsia berat
Para penderita yang masuk sudah ada tanda-tanda dan
gejala PEB segera harus diberi sedative yang kuat untuk
mencegah timbulnya kejang-kejang. Apabila sudah 12 – 2 jam
bahaya akut dapat diatasi dapat dilakukan cara terbaik untuk
menghentikan kehamilan, tindakan ini perlu untuk mencegah
eklampsia.
Sebagai pengobatan untuk mencegah timbulnya kejang
dapat diberikan:
Larutan sulfas magnesium 40% sebanyak 10 ml (4 gr)
disuntikkan IM bokong kiri dan kanan sebanyak dosis
permulaan dapat diulang 4 gram tiap 6 jam menurut keadaan.
Tambahan sulfus magnesium hanya diberikan jika dieresis baik,
reflek patela + dan kecepatan pernafasan lebih dari 16x per
menit. Obat tersebut akan menenangkan, menurunkan tekanan
darah, kemungkinan kejang dan eklampsia. Apa bila terjadi
oligouria, sebaiknya penderita diberi glukosa 20% secara IV.
Obat diuretika tidak diberikan secara rutin.
Kadang-kadang keadaan penderita dengan pengobatan
tersebut diatas menjadi lebih baik, akan tetapi umunya pada
PEB sesudah bahaya akut sebenarnya sebaiknya di
pertimbangkan untuk menghentikan kehamilan oleh karena
dalam keadaan demikian harapan janin untuk hidup terus tidak
besar dan adanya janin dalam uterus menghambat sembuhnya
penderita dan penyakitnya. Indikasi untuk pengakhiran
kehamilan ialah ringan dengan kehamilan lebih dari cukup
bulan, dengan hipertensi atau protein uria menetap selama 10 –
14 hari, dan janin cukup matur untuk dilahirkan.
C. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik kontraksi uterus
2. Resiko infeksi berhubungan dengan faktor terisko : trauma jaringan, tidak
adekuatnya pertahanan sekunder tubuh
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon psikologis

D. Nursing Care Planning (NCP)

Tujuan/
No Diagnosa Intervensi Rasional
Kriteria Hasil

1 Nyeri akut Setekah dilakukan - Melakukan - Memberikan rasa


berhubungan tindakan keperawatan pengkajian nyeri nyaman dalam
dengan agen selama ...x 24 secara beristirahat
kontrnprehensif - Menciptakan
injury fisik diharapkan nyeri
termasuk lokasi, perasaan yang
kontraksi teratasi. Kriteria hasil : karakteristik, tenang dan nyaman
uterus Pain level durasi, frekuensi, - Perkembangan nyeri
kualitas dan faktor - Pemberian obat anti
Indikator IR ER
presipitasi nyeri
-melaporkan - Gunakan teknik
adanya komunikasi
terapeutik untuk
nyeri mengetahui
-luas bagian pengalaman nyeri
tubuh yang pasien
terpengaruh - Kontrol
-frekuensi lingkungan yang
nyeri dapat
-panjangnya mempengaruhi
episode nyeri seperti suhu
nyeri ruangan,
-ekspresi pencahayaan dan
kebisingan
nyeri pada
- Pilih dan lakukan
wajah penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan
inter personal)
- Kaji tipe dan
sumber nyeri untuk
menentukan
intervensi
- Ajarkan teknik non
farmakologi
- Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
- Kolaborasi dengan
dokter jika ada
keluhan dan
tindakan nyeri
tidak berhasil
2 Resiko Setelah dilakukan - Awasi suhu - Mengontrol
infeksi tindakan keperawatan - Lakukan cuci kestabilan suhu
berhubungan selama ...x 24 jam resiko tangan dengan baik - Mengurangi resiko
- Berikan perawatan infeksi
dengan infeksi tidak terjadi
luka - Mengobati penyakit
faktor dengan kriteria hasil : - Lihat insisi dan infeksi yang terjadi
terisko : balutan, catat karena bakteri
trauma Indikator IR ER
karakteristik luka
jaringan, -Luka tidak jahitan
tidak sakit - Berikan antibiotik
adekuatnya -Luka sesuai indikasi
pertahanan kering
sekunder Tidak ada
tubuh kemerahan
-Tidak ada
tanda
infeksi

3 Gangguan Setelah dilakukan - Jelaskan - Pentingnya tidur


pola tidur tindakan keperawatan pentingnya tidur selama sakit
berhubungan selama ...24 diharapakan yang adekuat - Mengetahui faktor
selama sakit penyebab kuramg
dengan kebutuhan tidur klien
- Bantu pasien untuk tidur
respon tercukupi. Kriteria hasil : mengidentifikasi - Untuk memenuhi
psikologis Sleep faktor-faktor yang kebutuhan tidur
mungkin
Indikator IR ER
menyebabkan
-observasi kurang tidur
waktu tidur - Anjurkam untuk
-pola tidur tidur siang jika
-kualitas diperlukan untuk
memenuhi
tidur
kebutuhan pola
-terjaga
tidur
pada saat
tidur
Rutinitas
tidur
-tidur
hanya
sebentar
DAFTAR PUSTAKA

Bluecheck, G, M, Butcher, H, M, Dotcherman, J. M & Wagner, C. M., 2013.


Nursing Interventions Classifications (NIC) Edisi Bahasa Indonesia. 6 ed.
Yogyakarta : Mocomedia

Herdman, T.H & Kamitsuru, S., 2015. Diagnosa Keperawatan: Definisi &
klasifikasi 2015-2017.10 pemyunt. Jakarta : EGC

Ladweig, P. W., London, M. L & O,S.B.,2006. Asuhan Keperawatan Ibu Bayi


Baru Lahir. Jakarta : EGC

Manuaba, I. B. G., 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta :


EGC

Moorhead, S., Johnson, M., Mass, M, L & Swanson, E, 2013, Nursing Outcomes
Classification (NOC) Edisi Bahasa Indonesia. 5 ed. Yogyakarta : mocomedia

Nugroho, T., 2010. Obstetric Untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta. Nuha


Medika

Sujiyatini, Mufdlilah & Hidayat, A., 2009. Buku Asuhan Patologi Kebidanan.
Yogyakarta : Nuha Medika

Prawiroharjo,sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan, Jakarta. Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai