A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Post partum adalah masa beberapa jam sesudah lahirnya plasenta
sampai 6 minggu setelah melahirkan ( Pusdinaner, 2003 ). Post partum
adalah waktu penyembuhan dan perubahan waktu kembali pada keadaan
tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga baru
(Mitayani, 2009, hal. 122). Post partum normal adalah masa sesudah
persalinan berakhir dengan pulihnya kembali organ reproduksi (eksternal
dan internal) pada keadaan seperti sebelum hamil yang lamanya 6 minggu
(Manuaba, 1998).
2. Menurut Mitayani (2009), periode post partum dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Immediate puerperium adalah masa 24 jam post partum.
b. Early puerperium adalah masa pada minggu pertama post partum.
c. Laten puerperium adalah masa pada minggu kedua sampai dengan
minggu keenam post partum.
3. Tujuan perawatan post partum
a. Tujuan Umum
1) Untuk memulihkan kesehatan fisik dan mental ibu..
2) Mencegah terjadinya infeksi dan komplikasi.
3) Menganjurkan self care pada ibu masa nifas.
b. Tujuan Khusus
1) Menyediakan makanan yang memenuhi kebutuhan.
2) Menghilangkan anemia karena pada persalinan selalu akan
mengeluarkan banyak darah.
3) Mencegah terjadinya infeksi dan meningaktkan kesterilan.
4) Melakukan pergerakan otot yang cukup.
a. Otak
Pada pre ekslampsia aliran darah dan pemakaian oksigen tetap dalam
batas-batas normal.
b. Placenta dan rahim
Aliran darah menurun ke placenta dan menyebabakan gangguan janin
dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada pre-
ekslampsia sering terjadi peningkatan tonus rahim dan kepekaannya
terhadap rangsangan, sehingga terjadi partus premature.
c. Ginjal
Filtrasi glomelurus berkurang oleh karena aliran keginjalan menurun,
hal ini menyebabkan filtrasi natrium melalui glomelurus menurun.
Sebagai akibatnya terjadi retensi garam dan air. Filtrasi glomelurus
dapat turun sampai 50% dari normal sehingga pada keadaan lanjut
dapat terjadi oligouria dan anuria.
d. Paru-paru
Paru-paru menunjukkan berbagai tingkat edema dan perubahan karena
bronkopneumonia sebagai akibat Milan ganda, hidraminion, dan
molahidatidosa.
1. Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan
2. Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan
kematian janin dalam uterus,
3. Sebab jarangnya terjadi eklampsia pada kehamilan–kehamilan
berikutnya.
4. Sebab timbulnya hipertensi, edema, kejang dan koma
Teori yang saat ini banyak dikemukakan sebagai penyebab pre-
eklampsia ialah iskema placenta, akan tetapi dengan teori ini tidak
dapat diterangkan semua hal yang berkaitan dengan penyakit itu. Teori
iskemia placenta dianggap dapat menerangkan berbagai gejala pre-
ekslampsia dan ekslampsia yaitu :
1. Kenaikan tekanan darah
2. Pengeluaran protein pada urine
3. Edema kaki, tangan sampai muka
4. Terjadinya gejala subjektif
5. Sakit kepala
6. Mata kabur
7. Nyeri pada epigastrium
8. Sesak nafas
9. Berkurangnya urine
10.Menurunkan kesadaran wanita hamil samapai koma
11.Terjadi kejang
Pada pemeriksaan darah kehamilan normal terdapat peningkatan
angiotensin, rennin, dan aldosteran sebagai kompensasi sehingga
peredaran darah dan metabolism dapat berlangsung. Pada pre-
eklampsia dan eklampsia terjadi penurunan angiotensin, rennin, dan
aldosteran tetapi di jumpai edema, hipertensi, dan ptotein uria.
Bagaimana teori iskema implantasi dapat menerangkan gejala
klinik tersebut. Berdasarkan teori iskemia placenta bahan troflobos
akan diserap ke dalam sirkulasi yang dapat meningkatkan sensifitas
terhadap angiotensin, rennin dan aldosteran, spasme pembuluh darah
arterio dan tertahannya garam air.
Teori iskemia daerah implantasi placenta di dukung pernyataan
sebagai berikut :
1. Pre-ekslampsia dan ekslampsia lebih banyak terjadi pada aspirasi.
Kadang-kadang ditemukan asbes paru-paru
e. Mata
Adanya edema retina spasme pembuluh darah. Bila terdapat hal-hal
tersebut maka harus dicurigai pre-ekslampsia berat pada ekslampsia
dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan edema intra okuler dan
merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan.
f. Keseimbangan air dan elektrolit
Pada pre ekslampsia ringan tidak dijumpai adanya perubahan tapi pada
pre ekslampsia berat dan ekslampsia kadar gula darah naik sementara,
asam laktat dan asam organic lainnya, sehingga cadangan alkali akan
turun (Prof. Dr Rustam Mochtar, synopsis obstetric jilid I)
g. Tanda atau gejala pre ekslampsia berat
Pre-ekslampsia berat, bila satu atau lebih tanda atau gejala dibawah ini
ditemukan :
a. Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg
b. Tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg
c. Peningkatan kadar enzim hati atau ikterus
d. Trombosit < 100.000/mm3
e. Oliguria < 400 ml / 24 jam
f. Protein uria > 30 / liter
g. Nyeri epigastrium
h. Perdarahan retina
i. Edema pulmonum
j. Gangguan cerebral dan virus
k. Pandangan mata kabur
l. Bengkak pada muka dan tangan
Ekslampsia ditandai oleh gejala-gejala pre-ekslampsia berat dan
kejang :
a) Kejang dapat terjadi tidk tergantung dari beratnya hipertensi
b) Kejang bersifat tonik klonik, menyerupai kejang pada epilepsy
grand mal
c) Koma terjadi sesudah kejang, dapat berlangsung lama (berjam-
jam). (Sarwono, pelayanan kesehatan matemal dan neonatal)
h. Klasifikasi Pre-ekslampsia
1) Pre ekslampsia ringan
Gejala dan tanda :
a) Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan
interval pemeriksaan 6 jam
b) Tekanan darah diastolik 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan
interval pemeriksaan 6 jam
c) Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih seminggu
d) Protein uria 0,3 gram atau lebih dengan tingkat kualitatif plus
1-2 pada urine kateter atau urine aliran pertengahan.
2) Pre ekslmapsia berat
Gejala dan tanda :
a) Tekanan darah 160 / 110 mmHg
b) Ovigo uria, urine kurang dari 400 cc / 24 jam
c) Protein uria lebih dari 3 gram/liter
d) Keluhan subjektif :
e) Nyeri epigastrium
f) Gangguan penglihatan
g) Nyeri kepala
h) Edema paru dan sianosis
i) Gangguan kesadaran
j) Pemeriksaan :
- Kadar enzim hati meningkat disertai ikterus
- Perdarahan pada retina
- Trombosit kurang dari 100.000/mm
3) Ekslampsia
Menjelang kejang-kejang dapat didahului gejala subjektif
yaitu nyeri kepala di daerah frontal, nyeri epigastrium, penglihatan
semakin kabur dan terdapat mual dan muntah dan pemeriksaan
menunjukkan hiperfleksia atau makin terangsang.
4) Gambaran klinik
Biasanya tanda-tanda timbul dalam urutan pertambahan berat
badan yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi dan akhirnya
protein uria. Pada pre-ekslampsia ringan tidak ditemukan gejala-
gejala subjektif. Pada berat didapatkan sakit kepala di daerah
frontal.Skotama, diplopia. Penglihatan kabur nyeri di daerah
epigastrium, mual dan muntah. Gejala-gejala ini sering ditemukan
pada TD yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa
ekslampsia akan timbul. TD pun meningkat lebih tinggi, edema
menjadi lebih umum dan protein uria bertambah banyak.
5) Pencegahan
Pengobatan hanya dapat dilakukan simtomatis karena etiologi
preeclampsia, dan faktor-faktor apa saja dalam kehamilan yang
menyebabkannya. Tujuan utama penanganan mencegah terjadinya
pre eklampsia berat dan eklampsia, melainkan janin hidup dan
melahirkan janin dengan trauma sekecil-kecilnya.
Pada dasarnya pengobatan atau penanganan preeclampsia
terdiri atas pengobatan medic dan penanganan obstetrik.
Penanganan obstetrik ditujukan untuk melahirkan bayi pada saat
optimal, yaitu sebelum janin dalam kandungan , akan tetapi sudah
cukup matur untuk hidup di luar kandungan dari pada di dalam
uterus.
Pengobatan preeklmapsia yang tepat ialah pengakhiran
kehamilan karena tindakan tersebut mengingat sebabnya dan
mencegah terjadinya eklampsia dengan bayi yang masih prematur
penundaan pengakhiran kehamilan mungkin dapat menyebabkan
eklampsia dan kematian janin. Pada janin dengan berat badan
rendah kemungkinan hidup pada preeclampsia berat lebih baik di
luar dari pada di dalam uterus. Cara pengobatan dapat dilakukan
dengan induksi persalinan atau persalinan atau section cesarean
menurut keadaan pada umumnya.
a. Penanganan pre eklampsai ringan
Istirahat di tempat tidur masih merupakan terapi utama
untuk penanganan. Istirahat dengan berbaring pada posisi tubuh
menyebabkan pengaliran darah ke placenta meningkat, aliran
darah ke ginjal juga banyak, tekanan vena pada ekstremitas
bawah turun dan resorbsi cairan dari daerah tersebut bertambah.
Selian itu juga mengurangi kebutuhan volume darah yang
beredar. Oleh sebab itu dengan istirahat biasanya tekanan darah
turun dan edema berkurang. Pemberian fernobarbital 3 x 3 mg
sehari akan menenangkan penderita dan dapat juga menurunkan
tekanan darah.
b. Penanganan pre eklampsia berat
Para penderita yang masuk sudah ada tanda-tanda dan
gejala PEB segera harus diberi sedative yang kuat untuk
mencegah timbulnya kejang-kejang. Apabila sudah 12 – 2 jam
bahaya akut dapat diatasi dapat dilakukan cara terbaik untuk
menghentikan kehamilan, tindakan ini perlu untuk mencegah
eklampsia.
Sebagai pengobatan untuk mencegah timbulnya kejang
dapat diberikan:
Larutan sulfas magnesium 40% sebanyak 10 ml (4 gr)
disuntikkan IM bokong kiri dan kanan sebanyak dosis
permulaan dapat diulang 4 gram tiap 6 jam menurut keadaan.
Tambahan sulfus magnesium hanya diberikan jika dieresis baik,
reflek patela + dan kecepatan pernafasan lebih dari 16x per
menit. Obat tersebut akan menenangkan, menurunkan tekanan
darah, kemungkinan kejang dan eklampsia. Apa bila terjadi
oligouria, sebaiknya penderita diberi glukosa 20% secara IV.
Obat diuretika tidak diberikan secara rutin.
Kadang-kadang keadaan penderita dengan pengobatan
tersebut diatas menjadi lebih baik, akan tetapi umunya pada
PEB sesudah bahaya akut sebenarnya sebaiknya di
pertimbangkan untuk menghentikan kehamilan oleh karena
dalam keadaan demikian harapan janin untuk hidup terus tidak
besar dan adanya janin dalam uterus menghambat sembuhnya
penderita dan penyakitnya. Indikasi untuk pengakhiran
kehamilan ialah ringan dengan kehamilan lebih dari cukup
bulan, dengan hipertensi atau protein uria menetap selama 10 –
14 hari, dan janin cukup matur untuk dilahirkan.
C. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik kontraksi uterus
2. Resiko infeksi berhubungan dengan faktor terisko : trauma jaringan, tidak
adekuatnya pertahanan sekunder tubuh
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon psikologis
Tujuan/
No Diagnosa Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
Herdman, T.H & Kamitsuru, S., 2015. Diagnosa Keperawatan: Definisi &
klasifikasi 2015-2017.10 pemyunt. Jakarta : EGC
Moorhead, S., Johnson, M., Mass, M, L & Swanson, E, 2013, Nursing Outcomes
Classification (NOC) Edisi Bahasa Indonesia. 5 ed. Yogyakarta : mocomedia
Sujiyatini, Mufdlilah & Hidayat, A., 2009. Buku Asuhan Patologi Kebidanan.
Yogyakarta : Nuha Medika