Anda di halaman 1dari 8

A.

Tujuan
1. Memahami Hukum Ohm,
2. Memperagakan untai pengukuran arus dan tegangan suatu lampu pijar,
3. Membuat interpretasi bagan listrik,
4. Membuat interpretasi Grafik hubungan antara:
a. Tegangan yang terpasang dengan Arus yang mengalir,
b. Tegangan yang terpasang dengan tahanannya,
c. Tegangan yang terpasang dengan Daya yang diserap,
5. Menentukan Tahanan dalam Lampu,
6. Memahami Karakteristik Watak lampu pijar.

B. Teori Dasar
Pengaruh Suhu pada Tahanan
Arus yang mengalir dalam suatu penghantar besarnya sebanding dengan tegangan (beda
potensial) antara ujung-ujung penghantar tadi atau dinyatakan dengan persamaan:
𝑣
I=𝑅 (ohm Hukum) (1)
dengan I = arus; dan V = tegangan; dan R adalah bilangan tetap yang dinamakan tahanan
dari penghantar. Penghantar yang mengikuti Hukum Ohrn dinamakan penghantar yang
Linier. Pada umumya tahanan berubah dengan berubahnya temperatur Untuk
penghantar dari logam, besarnya tahanan bertambah besar jika temperatur makin tinggi.

Dissipasi Tenaga dalam suatu Penghantar


Jika dalam suatu penghantar mengalir arus listrik , maka dalam penghantar ini ada
tenaga listrik yang hilang dan berubah menjadi panas. Dikatakan ada tenaga listrik yang
terdissipasi. Besarnya tenaga yang terdissipasi tiap detiknya, atau daya yang terdissipasi
adalah P = V.I (Watt) atau Joule/detik.

Watak Lampu Pijar


Karena ada daya yang terdisipasi menjadi panas maka jelaslah bahwa tahanan suatu
lampu pijar berubah dengan berubahnya tegangan. Dalam percobaan Watak Lampu
Pijar kita teliti hubungan antara I dengan V , R dengan V, dan P dengan V. Jadi yang
di.maksud dengan Watak Lampu Pijar adalah hubungan antara :
(1) Tegangan yang terpasang dengan arus listrik yang mengalir.
(2) Tegangan yang terpasang dengan tahananya.
(3) Tegangan yang terpasang dengan daya yang diambil.
Pemilihan Bagan dalam Pengukuran V dan I
Untuk memperoleh watak lampu pijar diperlukan pengukuran V dan I secara simultan
dengan cara pemasangan Voltmeter dan Ampermeter seperti bagan 1 dan bagan 2
dibawah
Bagan 1
Pada bagan 1 dapat di analisis ada kesalahan pembacaan ampermeter , karena yang
terukur adalah jumlah dari arus yang lewat lampu dan yang lewat voltmeter.
Arus yang terbaca berlebihan :
𝑟
×100% dengan r = tahanan lampu ; R = tahanan Voltmeter
𝑅

Jika kesalahan yang kita kehendaki maksimal sebesar a % maka haruslah :


𝑟
×100% < ɑ %
𝑅

Bagan 2
Pada bagan 1 dapat di analisis ada kesalahan pembacaan Voltmeter, karena yang terukur
adalah jumlah dari tegangan pada lampu dan ampermeter

Tegangan yang terbaca berlebihan:


𝜌
×100 % dengan ρ = tahanan ampermeter
𝑟

Jika kesalahan yang kita kehendaki maksimal a %, maka haruslah


𝜌
×100 % < ɑ%
𝑟

Pemilihan Bagan
Jika
𝑟 𝜌
< maka dipilih bagan 1, sebaliknya
𝑅 𝑟
𝑟 𝜌
> maka dipilih bagan 2
𝑅 𝑟

𝑟 𝜌
Untuk mengetahui besarnya dan 𝑅 dan 𝑟 dapat dilakukan pengukuran seperti dalam
prosedur percobaan. Dengan menganggap tahanan dalam dari sumber dapat diabaikan
maka dapat dibuktikan bahwa :

𝑟 𝑉 𝐼 ′ −𝐼 𝑉 𝐼′
𝑅
=
𝑉′
=
𝐼
= ( − 1)
𝑉′ 𝐼

dan
𝑉′′
𝜌 𝐼′
= −1
𝑟 𝑉 (𝑉 − 𝑉 ′ )
𝐼− 𝐼′
Harga
𝑟 𝜌
terhadap 𝑟 dibandingkan. Kemudian dipilih bagan yang lebih baik untuk ketiga
𝑅
contoh tegangan di atas.

Daya Listrik
Daya listrik adalah tenaga listrik persatuan waktu. Kalau tenaga dinyatakan dengan
Joule dan satuan waktu dalam detik maka satuan daya listrik adalah ”watt” atau joule
per sekon. Daya pada arus bolak balik merupakan fungsi waktu, karena itu apa yang
sering disebut daya pada arus bolak balik pada hakekatnya adalah daya rata-rata selama
satu periode.
1 𝑇
Secara matematis daya rata-rata dapat di ekspresikan P = ∫ 𝑉. 𝑖. 𝑑𝑡 dengan T =
𝑇 0
Periode, V = harga tegangan sesaat, dan i = harga arus sesaat.
Apabila V = Vmax sin ωt dan I = Imax sin ωt maka P = V. I. Cos ϴ (buktikan!)

dengan V dan I harga efektif dari tegangan dan arus, sedang ϴ adalah beda fase antara
V dan I. Pada percobaan ini dianggap tidak ada perbedaan fase (ϴ = 0). Sehingga :
P = V.I
Dengan demikian hubungan P = f(V) dapat kita buat berdasarkan pengamatan di atas.
C. Teori Tambahan
Lampu pijar listrik terdiri atas kawat wolfram kecil yang digulung menjadi
spiral. Kawat spiral ini disebut filament lampu. Filament ini berpijar sampai berwarna
putih ketika arus mengalir melaluinya. Dalam keadaan pijar banyak cahaya dan panas
yang dipancarkan. Tungsten dipakai sebagai filament sebab memiliki suhu lebur yang
tinggi (3400 °C) sehingga dapat menahan nyala berwarna putih tanpa melebur. Filament
akan cepat terbakar di udara, karena bola lampu di isi dengan gas argon dan gas
nitrogen, yakni gas-gas yang tidak bereaksi dengan logam panas. 1

Cahaya
Menurut teori kuantum, cahaya terdiri dari partikel massa yang disebut foton
yang dapat berlaku seperti gelombang. Foton dalam kondisi tertentu tidak dapat dilihat
hanya dirasakan, foton dalam kondisi seperti itu disebut foton maya.
Setiap muatan tunggal memiliki awan foto maya disekitarnya, bahkan
sebenarnya muatan sendiri adalah kemampuan menghasilkan foton maya. Foton maya
tercipta dengan sendirinya, tercipta dari yang tidak ada. Bahkan setelah foton maya
tercipta, ketersediaan energi semakin besar yaitu energi partikel dan energi foton, ini
berarti foton dengan energi tinggi tidak dapat berpindah jauh sebab harus diserap
kembali untuk menjaga keseimbangan energi, sedangkan foton dengan energi rendah
dapat berpindah lebih jauh, hal ini menjelaskan mengapa ada gaya listrik, dan medan
listrik tidak lain adalah awan foto maya.
Jika muatan dijauhkan dari awan foton maya misal dengan adanya tumbukan
partikel dengan partikel lain, foton maya menjadi sendiri, tanpa ada muatan sumber
yang menyerap mereka kembali, maka mereka akan menjadi nyata, mengurai energi
yang diambil dari hasil tumbukan. Dan dalam tingkat frekuensi tertentu mereka menjadi
cahaya yang dapat dilihat.

Karakteristik Lampu Pijar


Jika tegangan dihasilkan 5% dari tegangan nominal, maka intensitas cahaya
akan bertambah 20% tetapi akan mengurangi umum kurang lebih 50% sebaliknya jika
tegangan diturunkan 5% maka intensitas cahaya berkurang 20% dan warna sinar lampu
merah/kuning menjadi redup tetapi umurnya akan bertambah.Hubungan antara
perubahan tegangan kerja dengan sumber menunjukkan sifat-sifat lampu, sesuai dengan
persamaan berikut:
𝐼 𝑈1 3,25
= ( )
𝐼𝑁 𝑈

Dengan:
I = arus cahaya
𝐼𝑁 = arus cahaya nominal
𝑈1= tegangan sumber
U = tegangan kerja lampu

𝑃𝑢𝑠 𝑈1
= ( ) 1,55
𝑃𝑢𝑠𝑁 𝑈

1
Agus Taranggono, Hari Subagya, U.Rachmat, Sains Fisika 1 B,(Jakarta:Bumi Aksara,1999). Hlm 55
Dengan:
𝑃𝑢𝑠 = Pemakaian daya lampu
𝑃𝑢𝑠𝑁= Pemakaian daya lampu nominal

ŋ 𝑈1 2
= ( )
ŋ𝑁 𝑈
Dengan:
η = efisiensi sinar
η𝑁= efisiensi sinar nominal

𝑅 𝑈1 −14
= ( )
𝑅𝑁 𝑈
Dengan:
R = umur lampu
R𝑁= umur lampu nominal
Dari persamaan diatas menunjukkan bahwa tegangan sumber sangat mempengaruhi;
intensitas cahaya; pemakaian daya, efisiensi sinar dan umur lampu.2

Hubungan Kuat Arus dengan Tegangan


Seorang berkebangsaan Jerman bernama George Simon Ohm (1789-1854) pada
tahun 1826 berhasil menemukan hubungan antara besarnya beda potensial dan besarnya
kuat arus yang mengalir. Ia mendapatkan hubungan itu dengan mengandaikan bahwa
sifatsifat aliran panas pada suatu penghantar.
Selanjutnya ia menyimpulkan dalam suatu pernyataan yang dikenal dengan
hukum Ohm yang berbunyi: “kuat arus yang mengalir dalam suatu penghantar
sebanding dengan beda potensial antara ujung-ujung penghantar itu jika suhu
penghantar tetap”. Persamaannya:
V=I.R
R merupakan faktor perbandingan yang besarnya tetap untuk suatu penghantar tertentu,
pada suhu tetap. Untuk hambatan penghantar lainnya, R mempunyai nilai yang
berbeda.Untuk beda potensial yang tetap, dapat disimpulkan sebagai berikut:
• Apabila R diperbesar, kuat arusnya menjadi lebih kecil
• Apabila R diperkecil, kuat arusnya menjadi lebih besar.
Faktor tetap R pada suatu penghantar disebut hambatan listrik penghantar.

Persamaan V = I . R dapat ditulis:


R=V/I

Daya listrik adalah banyaknya energi listrik tiap stusn waktu. Usaha listrik untuk
memindahkan muatan q pada beda potensial V adalah:
W=q.V
W=VIt
di mana V = I R
sehingga W = I2 Rt atau W = V2 / R× t

2
Andi Hendrawan “DAYA LISTRIK DAN INTENSITAS PENERANGAN LAMPU PIJAR MERK “X” Vol 3 No 1(Akademi
Maritim Nusantara, 2018).
Cara Kerja Lampu Pijar
Dengan mengalirnya arus elektron melalui filamen menghasilkan tumbukan-
tumbukan elektron di dalam filamen dan menyebabkan foton maya berubah menjadi
foton nyata dan membentuk cahaya serta panas sebagai residu.
Sering bertambahnya voltase listrik yang digunakan maka semakin tinggi
intensitas cahaya, sebab naiknya tegangan memacu naiknya aliran listrik karena resistan
bersifat tetap jika kenaikan suhu dihiraukan, dan membesarnya aliran listrik maka
membesar pula probabilitas terjadinya tumbukan di dalam filamen. 3

D. Alat
1. Voltrneter AC
2. Ampermeter AC
3. Lampu pijar.

E. Bahan
1. Sumber tegangan (variak)

F. Cara Kerja
Pemilihan Bagan
𝑟 𝜌
Untuk mengetahui besarnya dan yang digunakan untuk pemilihan bagan, dapat
𝑅 𝑟
dilakukan pengukuran-pengukuran sebagai berikut :
(1) Mengukur tegangan sumber (variak) pada waktu lampu dan ampermeter tidak
terpasang (memasang voltmeter langsung pada ujung output dari variak). Misal
25 volt. Membaca voltmeter ini = V,
(2) Memasang ampermeter secara seri dengan lampu dan menghubungkan ujung
variak. Mengukur arus yang lewat lampu tanpa mengukur tegangan (voltmeter
tidak terpasang). Misalkan membaca ampermeter = I,
(3) Setelah mengukur V dan I , membuat rangkaian seperti bagan 1. Misal membaca
voltmeter (ujung-ujung ampermeter dengan sumber) = VI dan membaca
ampermeter = I',
(4) Membuat rangkaian seperti bagan 2. Misalkan membaca voltmeter (ujung-ujung
sumber) = V" dan membaca ampermeter = I",
(5) Mencatat hasil pengukuran V, I, V', I', V ", I " untuk mendapatkan nilai 𝑟 𝑅 𝑑𝑎𝑛
𝜌 𝑟 (rumus dalam teori). Menentukan bagan yang akan digunakan dalam
percobaan watak lampu pijar.

Watak Lampu Pijar


Setelah memilih bagan, maka kita melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
(1) Mengatur variak(sumber tegangan) sehingga tegangan yang ditunjukkan oleh
voltmeter 10 Volt. Membaca ampermeternya dan mencatat besarnya arus (I)
tersebut sebanyak 5 kali pengulangan,
(2) Mengulangi langkah a untuk tegangan - tegangan : 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90,
dan 100 volt.

3
Marthen Kanginan, Fisika 1C,(Jakarta:Erlangga,2000). Hlm 251
G. Pertanyaan Awal
(1) Sebutkan Perbedaan fungsi pengukuran pada bagan I dan bagan II ?
Jawab: Pada bagan 1 dapat dianalisis ada kesalahan pembacaan ampermeter
sedangkan pada bagan 2 dapat dianalisis ada kesalahan pembacaan voltmeter.
(2) Apa yang dimaksud dengan penghantar yang linier ?
Jawab: Penghantar yang mengikuti Hukum Ohm (apabila nilai resistansinya
tidak bergantung terhadap besar dan polaritas beda potensial yang diberikan
kepada penghantar tersebut).
(3) Dari Hukum Ohm, gambarkan grafik hubungan V-I, V-R, V-P ?
Jawab:

(4) Jabarkan semua rumus yang anda pakai!


𝑉 𝑟
I = 𝑅′ 𝑅 × 100%

𝜌
× 100%
𝑟

𝑣′′
𝑟 𝑣 𝑡′ − 𝑡 𝑣 𝑡′ 𝜌 𝑣′
= = = ( − 1) , = − 1, 𝑃 = 𝑉. 𝐼
𝑅 𝑣′ 𝑡 𝑣′ 𝑡 𝑟 𝑣 (𝑣 − 𝑣′)
𝑡− 𝑡′
(5) Dari hasil percobaan, I=f(V) ternyata tidak lancar, mengapa ?Berikan
penafsiranmu!
Jawab: Dijawab setelah melakukan percobaan
(6) Sebutkan syarat-syarat yang harus dipenuhi agar Hukum Ohm berlaku!
Jawab: apabila nilai resistansinya tidak bergantung terhadap besar dan polaritas
beda potensial yang diberikan kepada penghantar tersebut.
H. Tabel Pengamatan
Menentukan Bagan

V I V’ I’ V’’ I’’
(Volt) (Ampere) (Volt) (Ampere) (Volt) (Ampere)

Watak Lampu Pijar


Arus
Tegangan (Ampere)
Keterangan Lampu
(Volt)
1 2 3 4 5

10
20
30
40
50
60
70
80
90
100

Anda mungkin juga menyukai