Diajukan untuk
Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa
Di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang
Disusun oleh :
Dhanang Susilo 30101306912
Muhammad Fachri Adiyana Putra 30101507484
Cahya Ningsih 30101407155
Maritsatun Nisa 30101407235
Pembimbing :
dr. Susi Rutmalem Bangun, M.Sc., Sp. KJ
1
FORMAT STATUS PSIKIATRI
2
Pasien juga sering merasa sedih dan bersalah akan suatu hal yang tidak jelas,
tidak bersemangat dalam beraktifitas dan merasa ingin tidur terus, merasa
tidak bahagia, sulit berkonsentrasi dan mudah melamun saat bekerja, &
pernah berpikir untuk bunuh diri karena keluhan yang dirasakan tidak
membaik.
Pasien juga hampir setiap hari mudah berkeringat, sakit kepala, gemetaran,
& jantung berdebar-debar.
Keluhan tersebut dirasakan sangat mengganggu pekerjaannya sebagai buruh
dan aktifitasnya sehari-hari
3
2. Riwayat masa anak-anak awal/ tumbuh kembang ( usia 0-3 tahun)
Perkembangan awal sesuai dengan anak seusianya
b. Riwayat pekerjaan
Saat ini bekerja sebagai seorang buruh pabrik.
c. Riwayat pernikahan
Memiliki seorang istri yang berprofesi sebagai TKW di Taiwan,
hubungan dan komunikasi dengan istri kurang baik. Pasien juga memiliki 2
orang anak yang saat ini sekolah SMA kelas 1 dan SMP kelas 2.
d. Riwayat keagamaan
Agama pasien adalah Islam, masih rutin menjalankan sholat 5 waktu
dalam sehari dan terkadang ikut kegiatan keagamaan di sekitar rumah.
e. Riwayat kemiliteran
Tidak pernah ikut kegiatan atau pelatihan militer.
4
f. Riwayat hukum
Tidak pernah melakukan tindakan melanggar hukum.
g. Riwayat sosial
Pasien tetap berusaha bersosialisasi dengan tetangga atau teman
profesinya meskipun terkadang merasa dijauhi oleh orang-orang sekitarnya.
h. Riwayat psikoseksual
Pasien tidak pernah memiliki riwayat kekerasan seksual.
A. Deskripsi umum
1. Penampilan : seorang laki-laki, tampak lemas dan sakit, penampilan sesuai
dengan usia, kebersihan baik
2. Sikap : kooperatif
3. Perilaku dan aktivitas motorik
a. Tingkah laku
b. Sikap
Hipoaktif (+)
Apatis ( )
Hiperaktif ( )
Kooperatif ( )
Normoaktif ( )
Negativisme ( )
Stupor ( )
Permusuhan ( )
Agresif ( )
Dependent ( )
Verbigrasi ( )
Pasif (+)
Perseverasi ( )
Aktif ( )
Eshoprasi ( )
Rigid ( )
Escholalia ( )
5
B. Mood dan Afek
1. Mood 2. Afek
Eutimik ( ) Serasi ( )
Hipertimik ( ) Tidak serasi ( )
Hipotimik (+) Datar (+)
Disfonik ( ) Tumpul ( )
Tension ( ) Labil ( )
6
C. Pembicaraan
1. Kualitas : Koheren
2. Kuantitas : Miskin bicara
7
Tough of invertion ( ) Waham kejar ( )
Tough of withdrawal ( ) Waham curiga ( )
Tough of broadcasting( ) Waham berdosa ( )
Delution of control ( ) Waham magistik ( )
Delution of influence ( ) Miskin isi pikir ( )
Delution of pasivity ( ) Fobia ( )
Delution of perception( ) Obsesif kompulsif ( )
Waham somatik ( ) Preocupation ( )
Waham kebesaran ( )
8
10. Daya nilai : kritis/normal
G. Pengendalian impuls :
H. Reliabilitas : reliable
I. Pertimbangan (judgement) :
J. Tilikan (insight) :5
IV. PENATALAKSANAAN
Farmakologis
- Fluoxetine 20 mg 1 x 1/2 tab
- Lorazepam 2 mg 1 x 1/2 tab
Non Farmakologis
- Cognitive-Behavior Therapy
- Interpersonal Therapy
V. PROGNOSIS
Dubia ad malam
9
TINJAUAN PUSTAKA
Gangguan Cemas Menyeluruh
Definisi
Gangguan cemas menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder, GAD)
merupakan kondisi gangguan yang ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran
yang berlebihan dan tidak rasional bahkan terkadang tidak realistic terhadap
berbagai peristiwa kehidupan sehari-hari.Kondisi ini dialami hampir sepanjang
hari, berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 bulan. Kecemasan yang dirasakan
sulit untuk dikendalikan dan berhubungan dengan gejala-gejala somatic seperti
ketegangan otot, iritabilitas, kesulitan tidur, dan kegelisahan sehingga
menyebabkan penderitaan yang jelas dan gangguan yang bermakna dalam fungsi
social dan pekerjaan.1
Gangguan kecemasan menyeluruh ditandai dengan disfungsi kognitif
pervasive dengan risiko terhadap individu atau lingkungan sekitarnya. Ini ditandai
dengan ketegangan, khawatir, nyeri otot, tidur terganggu, dan iritabilitas yang
semuanya bersama-sama mengganggu kapasitas kerja, hubungan, dan kegiatan di
waktu luang.2
Etiologi
Teori Biologi
Area otak yang diduga terlibat pada timbulnya GAD adalah lobus oksipitalis
yang mempunyai reseptor benzodiazepine tertinggi di otak.1
Teori Psikoanalitik
Teori psikoanalitik menghipotesiskan bahwa anxietas adalah gejala dari
konflik bawah sadar yang tidak terselesaikan.1
Teori Kognitif Perilaku
Penderita GAD berespon secara salah terhadap ancaman, disebabkan oleh
perhatian yang selektif terhadap hal-hal negatif pada lingkungan, adanya distorsi
pada pemrosesan informasi dan pandangan yang sangat negatif terhadap
kemampuan diri untuk menghadapi ancaman.1
Kriteria Diagnosis
Kriteria diagnosis DSM-IV-TR memasukkan kriteria yang membantu
klinisi membedakan gangguan ansietas menyeluruh dan ansietas normal.
10
Perbedaan antara gangguan ansietas menyeluruh dan ansietas normal adalah
melalui penekanan pada penggunaan kata ”berlebihan” dan “sulit dikendalikan”
dalam criteria dan melalui spesifikasi bahwa gejala dapat menyebab kan hendaya
atau distress yang signifikan.3
Kriteria diagnostik DSM-IV-TR untuk gangguan cemas menyeluruh
adalah sebagai berikut:
A. Ansietas dan kekhawatiran yang berlebihan (perkiraan yang menakutkan),
terjadi hampir setiap hari selama setidaknya 6 bulan, mengenai sejumlah
kejadian atau aktivitas (seperti bekerja atau bersekolah).
B. Orang tersebut merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya.
C. Ansietas dan kekhawatiran dikaitkan dengan tiga (atau lebih) dari keenam
gejala berikut (dengan beberapa gejala setidaknya muncul hampir setiap hari
selama 6 bulan).
Perhatikan: hanya satu gejala yang diperlukan pada anak-anak.
1. Gelisah atau merasa terperangkap atau terpojok.
2. Mudah merasa lelah
3. Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong
4. Mudah marah
5. Otot tegang
6. Gangguan tidur (sulit tertidur atau tetap tidur, atau tidur yang gelisah dan
tidak puas)
D. Fokus dari ansietas dan kekhawatiran tidak terbatas hanya pada gambaran
gangguan Aksis I, misalnya, ansietas atau cemas bukan karena mengalami
serangan panik (seperti pada gangguan panik), merasa malu berada di
keramaian (seperti pada fobia sosial), merasa kotor (seperti pada gangguan
obsesif kompulsif), jauh dari rumah atau kerabat dekat (seperti pada gangguan
ansietas perpisahan), bertambah berat badan (seperti pada anoreksia nervosa),
mengalami keluhan fisik berganda (seperti pada gangguan somatisasi), atau
mengalami penyakit serius (seperti dalam hipokondriasis), juga ansietas dan
kekhawatiran tidak hanya terjadi selama gangguan stres pasca trauma.
E. Ansietas, kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan distress yang secara
klinis bermakna atau hendaya sosial, pekerjaan, atau area penting fungsi lain.
F. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat
(misalnya, penyalahgunaan obat, pengobatan) atau kondisi medis umum
11
(misalnya hipertiroidisme) dan tidak terjadi hanya selama gangguan mood,
gangguan psikotik, atau gangguan perkembangan pervasif. 3
Berdasarkan PPDGJ III, pedoman diagnosis untuk gangguan cemas
menyeluruh (F41.1) adalah:
o Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang
berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa
bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus
tertentu saja (sifatnya “free floating” atau mengambang)
o Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur sebagai berikut:
kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk,
sulit konsentrasi, dsb);
ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai);
dan
overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung
berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut
kering, dsb).
o Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk
ditenangkan (reassurance) serta keluhan-keluhan somatik berulang yang
menonjol.
o Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari),
khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama Gangguan Anxietas
Menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode
depresif (F32.-), gangguan anxietas fobik (F40.-), gangguan panik (F.41.0),
atau gangguan obsesif-kompulsif (F42.-).4
Pada kasus ini, pasien memenuhi kriteria diagnostik untuk gangguan cemas
menyeluruh. Keluhan pasien sudah berlangsung selama ± 5 tahun, hal ini
memenuhi kriteria pertama yaitu keluhan terjadi hampir selama setidaknya 6
bulan. Pasien sulit mengendalikan kekhawatirannya ditandai dengan keluhan tetap
muncul hampir setiap hari walau sudah melakukan pengobatan, hal ini memenuhi
kriteria kedua. Kecemasan pasien berkaitan dengan merasa gelisah dan sulit
berkonsentrasi, hal ini memenuhi kriteria ketiga. Fokus kecemasan pasien tidak
terbatas pada hal tertentu saja, hal ini memenuhi kriteria keempat. Kecemasan
menyebabkan distress yang bermakna, ini ditandai dengan hambatan pada
12
aktivitas pasien saat keluhan muncul, hal ini memenuhi kriteria kelima. Gangguan
pada pasien tidak disebabkan oleh efek dari suatu zat, hal ini memenuhi kriteria
keenam.
Farmakoterapi
Benzodiazepin
Benzodiazepin merupakan pilihan obat pertama. Pemberian benzodiazepine
dimulai dengan dosis terendah dan ditingkatkan sampai mencapai respon terapi.
Penggunaan sediaan dengan waktu paruh menengah dan dosis terbagi dapat
mencegah terjadinya efek yang tidak diinginkan. Lama pengobatan rata-rata adalah
2-6 minggu, dilanjutkan dengan masa tapering off selama 1-2 minggu.1
Buspiron
Buspiron efektif pada 60-80% penderita GAD.Buspiron lebih efektif dalam
memperbaiki gejala kognitif disbanding kan gejala somatic pada GAD. Tidak
menyebabkan with drawal. Kekurangannya adalah efek klinisnya baru terasa
setelah 2-3 minggu.Terdapat bukti bahwa penderita GAD yang sudah
menggunakan benzodiazepine tidak akan memberikan respons yang baik dengan
buspiron. Dapat dilakukan penggunaan bersama antara benzodiazepine dengan
buspiron kemudian dilakukan tapering benzodiazepine setelah 2-3 minggu, disaat
efek terapibuspiron sudah mencapai maksimal.1
Psikoterapi
Terapi Kognitif-Perilaku
Pendekatan kognitif mengajak pasien secara langsung mengenali distorsi
kognitif dan pendekatan perilaku, mengenali gejala somatik secara langsung.
Teknik utama yang digunakan pada pendekatan behavioural adalah relaksasi dan
biofeedback.1
13
Terapi Suportif
Pasien diberikan reassurance dan kenyamanan, digali potensi-potensi yang
ada dan belum tampak, didukung egonya agar lebih bisa beradaptasi optimal dalam
fungsi social dan pekerjaannya.1
Ada beberapa hal yang perlu di berikan secara non psikofarmaka pada pasien
ini, yaitu :
- Terapi Suportif:
Ventilasi: memberikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan
isi hati dan keluhannya sehingga pasien merasa lega.
Konseling: memberikan nasehat dan pengertian kepada pasien tentang
penyakit nya dan memberikan saran-saran yang dapat membantu dalam
menyelesaikan masalah
Sosioterapi: memberikan penjelasan kepada keluarga pasien tentang
keadaan pasien dan masalah yang dihadapinya sehingga dapat
menciptakan lingkungan yang kondusif untuk menyem buhkan pasien.
Etiologi
Faktor Biologis
Banyak penelitian yang melaporkan abnormalitas metabolit amin biogenik
seperti asam 5-hidroksiindolasetat (5-HIAA), asam homovanilat (HVA), dan 3-
metoksi-4-hidroksifenilglikol (MHPG) di dalam darah, urin, dan cairan LCS pasien
dengan gangguan mood. Laporan data ini paling konsisten dengan hipotesis bahwa
gangguan mood disebabkan oleh disregulasi heterogen amin biogenik. 2
Amin Biogenik
Norepinefrin dan serotonin adalah dua neurotransmiter yang paling terkait
di dalam patofisiologi gangguan mood. 2
Faktor Psikososial
14
Terdapat pengamatan klinis yang menyatakan bahwa peristiwa hidup yang
penuh tekanan lebih sering timbul mendahului episode gangguan mood yang
mengikuti. Sebuah teori yang diajukan untuk menerangkan pengamatan ini adalah
bahwa stres yang menyertai episode pertama mengakibatkan perubahanyang
bertahan lama di dalam biologi otak sehingga dapat menghasilkan perubahan
keadaan fungsional berbagai neurotransmiter dan sistem pemberian sinyal
interneuron. 2
Kriteria Diagnosis
Gejala –gejala depresi :
a. Afek depresi
menurunnya aktivitas.
Gejala lainnya:
f. Tidur terganggu
lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung
15
o Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya
o Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa
dilakukannya
yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu
tetapi bila gejala amat berat dan muncul sangat cepat bisa kurang dari
2 minggu
pekerjaan, atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat
terbatas
16
o Gejala seperti depresi berat tersebut di atasdisertai waham, halusinasi,
Penatalaksanaan
Rencana terapi yang diberikan adalah Fluoxetine 20 mg 1x½ tab. Alasan
penggunaan Fluoxetine (Antidepresan Golongan Selective Serotonin Re-Uptake
Inhibitor (SSRI)) adalah karena secara umum SSRI merupakan lini pertama pada
pengobatan depresi, obat ini berkerja dengan menghambat pengambilan serotonin
17
secara spesifik. Selain itu kelebihan obat ini dibandingkan antidepresan trisiklik
obat ini mempunyai efek antikolinergik lebih kecil dan kardiotoksik lebih rendah.
Selain itu diberikan psikofarmaka berupa Lorazepam 2 mg 1x½ tab pada malam
hari, obat ini merupakan obat golongan benzodiazepin, merupakan obat penenang
atau obat untuk anxietas. Obat ini memiliki efek samping sedasi atau rasa
mengantuk. Menurut penelitian meta-analisis yang dilakukan bahwa pemberian
benzodiazepin dikombinasikan dengan antidepresan dapat membantu dalam
perbaikan khususnya bagi penderita yang mengalami kecemasan dan sulit tidur,
namun dalam pemberian benzodiazepin sebaiknya perlu diperhatikan mengenai
penyalahgunaan obat, sindrom penghentian obat dan kemungkinan bahaya lainnya.
Pemberian kombinasi benzodiazepin dengan antidepresan berefek baik dalam
pengobatan gangguan depresi berat namun tidak terlalu berpengaruh terhadap
depresi ringan.
Selain psikofarmaka, psikoterapi dan edukasi juga sangat diperlukan.
Penggunaan terapi psikofarmaka saja untuk pengobatan gangguan depresi pada
sejumlah pasien kurang adekuat, sehingga perlu intervensi psikososial seperti
psikoedukasi yang telah meningkatkan perbaikan dalam pengobatan gangguan
depresi. Psikoterapi yang digunakan dapat berupa 1) Cognitive-Behavior Therapy
(CBT) yaitu membatu merubah pola pikiran negatif dan kebiasaan pasien yang
berhubungan dengan gangguan depresinya dengan mengajarkan bagaimana
menghindari kebiasaan yang berhubungan dengan peyakitnya. Keberhasilan terapi
ini dengan berubahnya pola pikiran negatif pasien dan 2) Interpersonal Therapy
(IPT) berfokus terhadap hubungan pribadi pasien terhadap orang lain yaitu terapi
mengajarkan cara berinteraksi kepada orang lain dan lebih peduli terhadap orang
lain serta diri sendiri. Pada psikoedukasi pasien diajarkan tentang bagaimana
penyakitnya, cara pengobatannya, tanda dan gejala kemungkinan kambuh kembali,
dan memberitahu pasien pentingnya pengobatan sebelum penyakit kambuh lagi
atau memburuk. Pada kasus ini dimana pasien perlu melakukan kegiatan atau
meningkatkan aktivitas, serta hindari melamun.6
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Kusumawardhani, A et al. 2013. Buku Ajar Psikiatri Edisi Kedua. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Allgulander, C. 2012. Generalized Anxiety Disorder: A Review of Recent Findings. Journal
of Experimental and Clinical Medicine [cited 2015 Agustus 25]; 4(2): 88. Diakses dari:
<www.researchgate.net/publication/257729135_Generalized_Anxiety_Disorder_A_Revi
ew_of_Recent_Findings>
3. Sadock B J, Sadock V A. 2010. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2.
Jakarta: EGC.
4. Maslim, R. 2013. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III
dan DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.
5. Gunawan, S. et al. 2011. Farmakologi dan Terapi Edisi Kelima. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
6. Ninaprillia, Z., & Rohmani, C. F. (2017). Gangguan Mood Episode Depresi Sedang.
Modula Unila, 1-10.
19