Food Recall Richeese
Food Recall Richeese
Oleh:
Kelompok 1/BP1
Tujuan dari penetapan food recalling yaitu untuk mengetahui tahapan apa
saja yang harus dilakukan dalam penarikan produk dari pasaran, serta
mengetahui tindakan perbaikan apa yang harus dilakukan oleh perusahaan yang
memproduksi produk tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
Richeese Nabati Siip merupakan salah satu merek produk makanan yang
diproduksi oleh PT. Kaldu Sari Nabati Indonesia. PT. Kaldu Sari Nabati Indonesia
atau Nabati adalah salah satu kelompok bisnis produk konsumen di Indonesia,
yang didirikan pada tahun 2002 dan terletak di Jl. Soekarno Hatta No.112
Bandung–40223. Perusahaan ini terkenal memproduksi makanan ringan
bermerek Nabati Wafer (2002-2007), Richeese, POW, Richoco dan Nextar.
Richeese mendapat penghargaan Superbrands. Richeese Nabati mendapat
penghargaan IBBA dari MARS dan majalah SWA untuk kategori wafer krim keju,
serta penghargaan WOMM untuk kategori wafer krim keju (untuk selengkapnya
lihat bagian Penghargaan).
Richeese Nabati meraih rekor MURI sebagai pelopor dan pencipta wafer
krim keju di Indonesia. Nabati mendapat lisensi dari Nickelodeon sebagai
perusahaan snack pertama di Asia yang memproduksi snack berkarakter
SpongeBob pada Richeese Nabati, Richeese Rolls dan Richoco Rolls, Avatar
pada Nabati Siip dan Nabati Siip Giga. Nabati mendapat lisensi dari Les'
Copaque Production sebagai perusahaan snack pertama di dunia yang
memproduksi snack berkarakter Upin & Ipin pada Richoco Bretos dan Richeese
Cracster. Proses produksi yang dilakukan PT Kaldu Sari Nabati Indonesia
menggunakan sistem modern yang dioperasikan secara otomatis dengan mesin
dan teknologi terbaik, sehingga mampu menciptakan produk yang berkualitas.
Total produksi makanan ringan ekstruksi “SIIP” perhari yaitu 2.160 pack,
dengan jumlah isi satu pack sebanyak 20 kemasan jadi total 43.200
kemasan per hari. Dalam satu hari PT. Kaldu Sari Nabati Indonesia
memproduksi “SIIP” dengan pembagian 3 shift. Setiap shift memproduksi
93,6 kg untuk 14.400 kemasan, dengan berat setiap kemasan 6.5 gram.
Dalam satu shift terdapat 3 batch. Sedangkan dalam satu batch terdapat 3
line. Jadi dalam satu hari ada 3 shift, 9 batch, atau 27 line. Hari kerja dalam
PT. Kaldu Sai Nabati Indonesia adalah 5 hari dalam satu minggu. Sehingga
total bahan dalam memproduksi “SIIP” selama satu bulan adalah 5.616 kg
atau 43.200 pack.
Tercemarnya makanan ringan Nabati SiiP oleh logam berat dapat terjadi
melalui berbagai cara, antara lain melalui bahan baku dan proses produksi
1. Timbal (Pb)
2. Tembaga (Cu)
Adanya tembaga (Cu) dalam jumlah yang besa dalam tubuh dapat
menyebabkan gejala-gejala yang akut.keracunan akibat tembaga dapat
menyebabkan gangguan pencernaan seperti sakir perut, mual, muntah,
dan diare, sertagangguan pembuluh darah.
3. Kadmium (Cd)
Penarikan kembali produk ini dilakukan pada satu atau beberapa batch
atau seluruh batch produk tertentu dari peredaran yang dapat disebabkan oleh
hal-hal sebagai berikut:
1. Keluhan menengenai mutu yang berupa kerusakan fisik, kimiawi, atau
biologisdari produk atau kemasannya.
2. Keluhan / laporan karena reaksi yang merugikan seperti alergi, toksisitas,
reaksifatal atau reaksi hampir fatal dan reaksi medis lain.
3. Keluhan/ laporan mengenai efek terapeutik produk seperti tidak
berkhasiat ataurespon klinis yang rendah.
A 9 200216 D
Huruf A menunjukkan bacth pertama, angka 9 menunjukkan line ke 9, 150216
menunjukkan bahwa produk tersebut diproduksi pada tanggal 15 Februari 2016,
dan D menunjukkan bahwa produk tersebut didistribusikan ke daerah Bogor.
Setelah diketahui dari batch atau line ke berapa yang diduga terjadi
penyimpangan pada proses pembuatan produk, maka tim inspeksi harus
melakukan penarikan produk di lokasi dimana produk tersebut didistribusikan.
Prosedur yang dilakukan apabila terdapat produk yang harus ditarik dari
masyarakat adalah sebagai berikut:
Lingkungan Ketidaksesuaian
yang tidak Tidak mensanitasi penanganan
Penanganan mendukung peralatan saat proses bahan baku
Tercemarnya
limbah buruk produksi
produk oleh
Karyawan logam berat
Kurangnya
Kurangnya maintenance menggunakan
maintenance alat perhiasan
alat saat produksi
3.1 Kesimpulan
Dalam suatu perusahaan terdapat kemungkinan terjadi adanya
proses recalling produk yang tidak sesuai. Tahapan penting dalam
penetapan penarikan produk yaitu, pengecekan ketidaksesuaian
produk, pelaksanaan penarikan produk, kegiatan pemusnahan
produk, serta tindakan perbaikan dan pencegahan.
Produk makanan ringan ekstrudat Richeese Nabati Siip yang
diproduksi tanggal 15 Februari 2016 batch pertama, line 9
teridentifikasi positif mengandung logam berat berupa timbal (Pb), Hg,
dan Cd. Produk ini telah terdistribusi ke seluruh pulau jawa. Setelah
dilakukan analisis sebab akibat, penyebab permasalahannya yaitu
peralatan produksi yang mengalami karat dan keruskan metal
detektor.
Proses recalling produk dapat menyebabkan kerugian finansial
pada perusahaan. Selain itu juga, nama baik perusahaan menjadi
tercemar serta kepercayaan konsumen akan produk menurun.
Sehingga berimbas pada pendapatan perusahaan.
3.2 Saran
Sebaiknya dilakukan tindakan perbaikan yang paling tepat
dan berkelanjutan agar tidak terjadi permaslahan yang berulang.
Serta seharusnya, perusahaan juga melakukan audit internal yang
rutin atau secara berkala. Agar tidak terjadi kesalahan fatal yang
menyebabkan produk harus di recall.
DAFTAR PUSTAKA
Palar, H. 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta : Rineka
Cipta
LAMPIRAN
FORMULIR SAMPLING