Anda di halaman 1dari 18

Laporan Responsi Hari/Tanggal : Senin/09 Mei 2016

Metode Inspeksi PJP Dosen : Ir. C.C. Nurwitri, DAA


Pangan Asisten Dosen : Susi

FOOD RECALL PADA PRODUK MAKANAN RINGAN ESKTRUDAT


“RICHEESE NABATI SIIP”

Oleh:
Kelompok 1/BP1

Jessica Astri Chrisanti /J3E214141

Septiany A.T / J3E114012

Singgih Prasetyo / J3E114077

Siti Fatimah A. / J3E214093

Zahiroh Maulida A.N. / J3E214110

SUPERVISOR JAMINAN MUTU PANGAN


PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak usia sekolah merupakan generasi penerus bangsa. Proses tumbuh


kembang anak-anak usia sekolah yang optimal bergantung dengan pemberian
nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik dan benar. Perilaku makan yang
sering menjadi masalah adalah kebiasaan jajan dikantin atau warung disekitar
sekolah yang sering membahayakan kesehatan (Judarwanto, 2013).

Makanan ringan adalah makanan yang bukan merupakan menu utama


yang dimaksudkan untuk menghilangkan rasa lapar seseorang sementara waktu
dan dapat memberi sedikit suplai energi ke tubuh. Sedangkan makanan ringan
ekstruksi adalah makanan ringan yang dibuat melalui roses ekstruksi dari bahan
baku tepung dan atau pati untuk pangan dengan penambahan bahan makanan
lain serta bahan tambahan makanan lain yang diizinkan dengan atau tanpa
melalui proses penggorengan (BSN, 2000).

Makanan ringan ekstruksi sudah menjadi bagian yang tidak dapat


dipisahkan dari kehidupan masyarakat baik dari perkotaan maupun pedesaan.
Keunggulan dari makanan ringan ekstruksi adalah murah, mudah didapat, dan
cita rasa yang digemai anak-anak. Meskipun makanan ringan dikemas secara
baik, namun masih memiliki risiko terhadap kesehatan konsumen. Salah satu
faktor yang menyebabkan risok bahaya tersebut adalah penggunaan BTP yang
tidak diizinkan atau diizinkan namun melebihi ambang batas, dan juga dapat
dikarenakan cemaran baik mikrobiologi maupun kimia

Menurut UU pangan No 7 Tahun 1996 tentang perlindungan pangan,


keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah
pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia , dan benda lain yang dapat
menganggu, merugikan dn membahayakan kesehatan manusia. . Dengan
adanya UU tentang pangan tersebut sudah seharusnya setiap produk makanan
tdak hanya mengutamakan keunggulan cita rasa, melainkan harus aman di
konsumsi.
1.2 Tujuan

Tujuan dari penetapan food recalling yaitu untuk mengetahui tahapan apa
saja yang harus dilakukan dalam penarikan produk dari pasaran, serta
mengetahui tindakan perbaikan apa yang harus dilakukan oleh perusahaan yang
memproduksi produk tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik Produk

Richeese Nabati Siip merupakan salah satu merek produk makanan yang
diproduksi oleh PT. Kaldu Sari Nabati Indonesia. PT. Kaldu Sari Nabati Indonesia
atau Nabati adalah salah satu kelompok bisnis produk konsumen di Indonesia,
yang didirikan pada tahun 2002 dan terletak di Jl. Soekarno Hatta No.112
Bandung–40223. Perusahaan ini terkenal memproduksi makanan ringan
bermerek Nabati Wafer (2002-2007), Richeese, POW, Richoco dan Nextar.
Richeese mendapat penghargaan Superbrands. Richeese Nabati mendapat
penghargaan IBBA dari MARS dan majalah SWA untuk kategori wafer krim keju,
serta penghargaan WOMM untuk kategori wafer krim keju (untuk selengkapnya
lihat bagian Penghargaan).

Richeese Nabati meraih rekor MURI sebagai pelopor dan pencipta wafer
krim keju di Indonesia. Nabati mendapat lisensi dari Nickelodeon sebagai
perusahaan snack pertama di Asia yang memproduksi snack berkarakter
SpongeBob pada Richeese Nabati, Richeese Rolls dan Richoco Rolls, Avatar
pada Nabati Siip dan Nabati Siip Giga. Nabati mendapat lisensi dari Les'
Copaque Production sebagai perusahaan snack pertama di dunia yang
memproduksi snack berkarakter Upin & Ipin pada Richoco Bretos dan Richeese
Cracster. Proses produksi yang dilakukan PT Kaldu Sari Nabati Indonesia
menggunakan sistem modern yang dioperasikan secara otomatis dengan mesin
dan teknologi terbaik, sehingga mampu menciptakan produk yang berkualitas.

Perusahaan ini menambah jumlah distributor, serta berusaha lebih dekat


dengan para mitranya tersebut,berusaha meretensi channel mulai dari distributor,
ritel, sampai konsumen. PT.Kaldu Sari Nabati mengoptimalkan program-program
di tingkat whole saler, grosir, semi grosir, gerai star, dan peritel agar bisa berjalan
berama. Salah satunya, melalui program gesek dan menang (Scrape and Win)
berhadiah umrah. Toko-toko kecil berpeluang memenangi hadiah ini.
Kaldu Sari Nabati semakin gencar beriklan dilayar kaca untuk
mengimbangi langkah kompetitor. Namun, dari sisi anggaran, Kaldu Sari Nabati
masih tertinggal jauh dibandingkan garuda food yang begitu gencar beriklan
dilayar kaca dan berbagai media lainnya. Iklan di TV Richeese Nabati merupakan
sebuah keggiatan komunikasi penyampaian pesan dan informasi mengenai
produk makanan ringan baru berupa wafer krim keju yang bermanfaat bagi
tumbuh kembang anak.
Produk keju yang akan diulas ini memiliki nama produk makanan ringan
ekstruder rasa keju dan memiliki nama dagang richeese nabati siip, memiliki
berat bersih 6.5 gram. Adapun komposisi dari produk richeese nabati siip ini
meliputi jagung, minyak nabati (mengandung antioksidan TBHQ), keju bubuk
15% (mengandung antioksidan tokoferol dan askorbil palmitat), pewarna tartrazin
CI 19140), gula, whey bubuk, garam, pengembang natrium bikarbonat, penguat
rasa mononatrium glutamat, pewarna kuning FCF CI 15985. Richeese Nabati
mengandung Vitamin A, B1, B2, B6, B12 yang baik untuk pertumbuhan anak-
anak. Informasi nilai gizi yang terkandung pada richeese nabati memiliki takaran
saji 10 g, jumlah saji per kemasan 1, dengan energi total 35 kkal serta energi dari
lemak 20 kkal. Kemudian lemak total 2.5 g (4% AKG), protein 0 g (0% AKG),
karbohidrat total 3 g (1% AKG), gula 3 g, natrium atau sodium 70 mg (3% AKG).
Persen AKG berdasarkan kebutuhan energy 2000 kkal. Kebutuhan energy anda
mungkin lebih tinggi atau lebih rendah.
Perusahaan ini melalui produk-produknya yang berkualitas dan bergizi,
dalam waktu yang cukup singkat telah menjadi pilihan konsumen di Indonesia.
Saat ini perusahaan terus menerus berinovasi untuk menciptakan produk-produk
baru dengan berbagai pilihan produk dan cita rasa yang tinggi dan bermanfaat.
Komitmen pada kualitas dan inovasi membuat perusahaan mampu berdiri tegak
dan menjadi salah salah satu perusahaan yang siap bersaing dengan
perusahaan-perusahaan lain yang sejenis. Semua kemajuan yang telah dicapai
ini tidak lepas dari nilai-nilai yang telah diyakini sejak awal serta terjalinnya
hubungan kekeluargaan yang dekat dengan konsumen, karyawan, pemilik, dan
pihak-pihak lain yang terkait. Kehadiran perusahaan adalah untuk selalu
memenuhi kebutuhan konsumen dan memberikan kontribusi bagi kesejahteraan
masyarakat. Oleh karena itu, PT. Kaldu Sari Nabati Indonesia terus berupaya
untuk mengembangkan usaha dan menyempurnakan layanan serta kualitas
produk-produk sesuai dengan kebutuhan konsumen, baik saat sekarang maupun
akan datang.
Filosofi perusahaan ini adalah Trushworthy Menjadi pribadi terpercaya,
AchieverMencapai prestasi yang unggul, Super-Team Membangun kerjasama
yang Sinergis, Totally Customer Mengutamakan kepuasan pelanggan, Excellent
Menjadi perusahaan terkemuka. Misi dari PT. Kaldu Sari Indonesia adalah
meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui produksi makanan dan
mimuman berkualitas yang inovatif dan berorientasi pada kebutuhan konsumen
serta didukung oleh sumber daya manusia yang kompeten untuk menghasilkan
nilai tambah bagi para stakeholder. Sedangkan visi yang diusung adalah
berinovasi dalam menghasilkan makanan dan minuman bergizi serta berkualitas
untuk memberikan nilai tambah kepada setiap tahap kehidupan manusia.

2.2 Kapasitas Produksi

Total produksi makanan ringan ekstruksi “SIIP” perhari yaitu 2.160 pack,
dengan jumlah isi satu pack sebanyak 20 kemasan jadi total 43.200
kemasan per hari. Dalam satu hari PT. Kaldu Sari Nabati Indonesia
memproduksi “SIIP” dengan pembagian 3 shift. Setiap shift memproduksi
93,6 kg untuk 14.400 kemasan, dengan berat setiap kemasan 6.5 gram.
Dalam satu shift terdapat 3 batch. Sedangkan dalam satu batch terdapat 3
line. Jadi dalam satu hari ada 3 shift, 9 batch, atau 27 line. Hari kerja dalam
PT. Kaldu Sai Nabati Indonesia adalah 5 hari dalam satu minggu. Sehingga
total bahan dalam memproduksi “SIIP” selama satu bulan adalah 5.616 kg
atau 43.200 pack.

2.3 Ketidaksesuaian Produk

Penarikan produk makanan ringan Richeese Merk Nabati SiiP dari


pasaran dilakukan karena terdapat ketidaksesuaian pada produk tersebut.
Ketidaksesuaian yang terjadi adalah kerusakan kimia yaitu adanya cemaran
logam berat pada produk. Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam
berat dibagi menjadi dua jenis yaitu logam berat esensial dan logam berat
tidak esensial (beracun). Keberadaan logam berat esensial dalam jumlah
tertentu sangat dibutuhkan oleh setiap organisme hidup, seperti seng (Zn),
tembaga (Cu), besi (Fe), kobalt (Co), dan mangan (Mn). Sebaliknya,
keberadaan logam berat tidak esensial dalam tubuh organisme hidup
bersifat racun, seperti logam merkuri (Hg), cadmium (Cd), timba (Pb),
kromium (Cr), dan lain-lain. Logam berat esensial dibutuhkan oleh setiap
organisme hidup, namun dalam jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan
efek racun (Palar, 2008).

Tercemarnya makanan ringan Nabati SiiP oleh logam berat dapat terjadi
melalui berbagai cara, antara lain melalui bahan baku dan proses produksi

1. Melalui bahan baku


Logam berat dapat asuk ke dalam tanaman melalui media tanam
yaitu tanah atau substrat yang telah terkontaminasi oleh logam berat
kemudian terserap oleh tanaman. Selain itu, penggunaan pupuk yang
berlebihan juga dapat menyebabkan tingginya kadar logam pada tanaman
yang akan menjadi bahan baku suatu produk.

2. Melalui proses produksi


Pencemaran logam berat pada suatu produk makanan dapat
disebabkan oleh penggunaan alat produksi yang terkontaminasi logam berat
akibat kurangnya perawatan dan pemeliharaan serta umur alat produksi
yang dapat menyebabkan logam bermigrasi ke dalam produk makanan.

Bahaya Logam Berat pada Makanan

Logam berat tidak esensial maupun esensial yang mencemari suatu


produk makanan dan masuk ke dalam tubuh dalam jumlah yang berlebih
akan menyebabkan bahaya kesehatan.

1. Timbal (Pb)

Termakannya senyawa timbal dapat mengakibatkan gejala


keracunan seperti gangguan gastrointestinal, rasa logam dalam mulut,
muntah, sakit perut, dan diare.di dalam tubuh, timbal terikat pada gugus
sulfidril pada molekul protein dan dapat menyebabkan hambatan pada
ativitas sistem kerja enzim. Timbal tidak dibutuhkan oleh manusia
sehingga bila termakan melalui makanan, tubuh akan mengeluarkannya
sebagian dan sisanya akan terakumulasi dalam tubuh yang dapat
menyebabkan gangguan dan kerusakan pada saraf, hati, ginjal, tulang,
dan otak.

2. Tembaga (Cu)
Adanya tembaga (Cu) dalam jumlah yang besa dalam tubuh dapat
menyebabkan gejala-gejala yang akut.keracunan akibat tembaga dapat
menyebabkan gangguan pencernaan seperti sakir perut, mual, muntah,
dan diare, sertagangguan pembuluh darah.

3. Kadmium (Cd)

Kadmium apabila masukke dalam tubuh melalui makanan akan


mengakibatkan terganggunya aktivitas kerja enzim karena Cd mempunyai
kekuatan ikatan yang tinggi dengan gugus sulfidril pada enzim dan
protein. Hal ini akan mengganggu aktivitas enzim dan metabolisme besi
(Fe).

Ketidaksesuaian yang terjadi menyebabkan kualitas dari produk


makanan ringan Nabati SiiP menurun dan dapat menyebabkan risiko
gangguan kesehatan apabila dikonsumsi oleh manusia. Hal tersebut
menyebabkan produk harus ditarik dari pasaran.

2.4 Kasus Penarikan Produk

Terdapat acara perlombaan di sebuah SD di Kota Bogor, tepatnya Bogor


Tengah. Dalam acara tersebut terjadi kasus keracunan massal akibat
mengkonsumsi makanan ringan ekstruksi yang merupakan pemberian hasil dari
hadiah perlombaan. Dengan kejadian tersebut, kemudian Bapak Kepala Sekolah
menghubungi layanan service center dan memberikan komplain atas efek yang
ditimbulkan dari mengkonsumsi produk makanan ringan ekstruksi “SIIP”. Bapak
Kepala sekolah memberikan keterangan bahwa produk di konsumsi secara
bersamaan setelah acara perlombaan di SD Bogor Tengah pada tanggal 15 Mei
2016 sekitar pukul 10.30 WIB, dan menyebutkan kode produksi yang tertera
pada label kemasan.

2.5 Prosedur Penarikan Produk

Organisasi harus memastikan bahwa produk yang tidak sesuai dengan


persyaratan produk harus diidentifikasi dan dikendalikan untuk mencegah
pemakaian atau penyerahan yang tidak dikehendaki. Prosedur terdokumentasi
harus ditetapkan untuk mendefinisikan pengendalian dan tanggung jawab terkait
dan kewenangan untuk menangani produk yang tidak sesuai. Apabila
memungkinkan untuk diterapkan, organisasi harus menangani produk yang tidak
sesuai dengan satu atau lebih dari cara berikut:
a) dengan melakukan tindakan untuk menghilangkan ketidaksesuaian yang
ditemukan;
b) dengan membolehkan pemakaian, pelepasan atau penerimaan melalui
konsesi oleh kewenangan yang relevan dan, apabila mungkin oleh
pelanggan;
c) dengan melakukan tindakan untuk mencegah pemakaian atau aplikasi
awal yang dimaksudkan;
d) dengan mengambil tindakan yang sesuai terhadap pengaruh, atau
pengaruh yang potensial, dari ketidaksesuaian ketika produk yang tidak
sesuai dideteksi setelah penyerahan atau penggunaan telah dimulai.
Apabila produk yang tidak sesuai dikoreksi harus dilakukan verifikasi
ulang untuk memperagakan kesesuaian terhadap persyaratan tersebut .

Penarikan kembali produk ini dilakukan pada satu atau beberapa batch
atau seluruh batch produk tertentu dari peredaran yang dapat disebabkan oleh
hal-hal sebagai berikut:
1. Keluhan menengenai mutu yang berupa kerusakan fisik, kimiawi, atau
biologisdari produk atau kemasannya.
2. Keluhan / laporan karena reaksi yang merugikan seperti alergi, toksisitas,
reaksifatal atau reaksi hampir fatal dan reaksi medis lain.
3. Keluhan/ laporan mengenai efek terapeutik produk seperti tidak
berkhasiat ataurespon klinis yang rendah.

Setelah dilakukan proses analisis di laboratorium dan dinyatakan bahwa


produk makanan ringan “Richeese Nabati Siip” sudah terbukti terkontaminasi
oleh logam berat, maka produk tersebut harus segera ditarik dari pasaran sesuai
dengan keterangan dan kode produksi yang tercantum pada label kemasan.
Penarikan produk dilakukan oleh tim food recalling yang telah dibentuk oleh
perusahaan yang terorganisasi dengan baik. Tim food recalling menelusuri
jaringan distribusi produk makanan ringan “Richeese Nabati Siip”. Pada kemasan
“Richeese Nabati Siip” tertera kode produksi sebagai berikut:

A 9 200216 D
Huruf A menunjukkan bacth pertama, angka 9 menunjukkan line ke 9, 150216
menunjukkan bahwa produk tersebut diproduksi pada tanggal 15 Februari 2016,
dan D menunjukkan bahwa produk tersebut didistribusikan ke daerah Bogor.

Setelah diketahui dari batch atau line ke berapa yang diduga terjadi
penyimpangan pada proses pembuatan produk, maka tim inspeksi harus
melakukan penarikan produk di lokasi dimana produk tersebut didistribusikan.
Prosedur yang dilakukan apabila terdapat produk yang harus ditarik dari
masyarakat adalah sebagai berikut:

1. Apabila ada laporan adanya cacat/reaksi yang merugikan hendaklah


dikaji seluruh informasi mengenai laporan tersebut. Lalu dilakukan
inspeksi/pengujian sampel produk yang dikeluhkan. Catatan keluhan ini
hendaklah dikaji secara berkala untuk mengidentifikasi hal yang
spesifik/masalah berulang yang terjadi.
2. Setelah melakukan penyelidikan dan evaluasi terhadap laporan dan
keluhan mengenai suatu produk hendaklah dilakukan tindak lanjut seperti
penarikan kembali satu batch atau seluruh produk akhir yang
bersangkutan. Keputusan penarikan kembali produk diputuskan oleh
pemerintah (BPOM) atau manager QA dari industri yang bersangkutan.
3. Apabila telah diambil keputusan untuk menarik kembali produk dari
peredaran maka bagian marketing memberikan perintah kepada
distributor utama atau seluruh anak cabangnya untuk menarik produk.
Proses penarikan kembali ini hendaklah dilaksanakan dengan segera dan
menjangkau sampai tingkat konsumen.
4. Setelah dilakukan proses penarikan kembali, distributor harus membuat
laporan pelaksanaan penarikan dan mengirim produk hasil penarikan ke
pabrik.
5. Jika bagian gudang telah menerima produk hasil penarikan lalu membuat
laporan penerimaan kepada direksi, kepala pabrik, manajer pemasaran
dan manajer QA/QC. Laporan ini berisi hasil rekonsiliasi antara jumlah
produk yang dikirim dan yang ditemukan kembali. Produk yang ditarik
kembali hendaklah diberi keterangan dan disimpan terpisah di area yang
aman sementara menunggu keputusan terhadap produk tersebut.
6. Produk kembalian yang telah diterima industri yang bersangkutan
kemudian diuji dan diambil keputusan apakah produk kembalian dapat
diproses ulang atau dimusnahkan. Jika produk tersebut harus
dimusnahkan maka dibuat laporan rencana pemusnahan kepada BPOM.
7. Proses pemusnahan hendaklah didokumentasikan. Dokumentasinya
mencakup berita acara pemusnahan dan diberi tanggal dan
ditandatangani oleh personel yang melaksanakan dan menyaksikan.

2.6 Tindakan Perbaikan

Tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan adalah dua unsur penting


yang dilakukanuntuk menjamin sistem manajemen mutu bebas dari potensi yang
merugikan perusahaan dengan cara mengidentifikasi masalah, menganalisis
akar masalah dan mencari bentuk perbaikan.

Mengacu pada ISO 9001, dalam membuat prosedur tindakan perbaiakn


setidaknya harus memuat poin-poin berikut:

1. Mereview dan mendokumentasikan masaah


2. Melakukan perbaikan produk sementara, seperti menghapus produk
cacat dan mengkarantina area yang ditunjuk untuk investigasi
3. Menyelidiki penyebab terjadinya masalah
4. Mengusulkan solusi yang tepat
5. Melaporkan tindakan perbaikan yang diambil
6. Evaluasi tindakan

Setelah dilakukan dokumentasi dan review permasalahan serta


melakukan perbaiakn produk sementara, Perbaikan atas adanya
ketidaksesuaian produk makanan ringan ekstrudat dengan merk Richeese Nabati
Siip dilakukan dengan metode penyelidikan akar masalah berupa penerapan
Diagram Ishikawa (Diagram sebab akibat). Diagram penyebab terjadinya
cemaran logam berat pada produk dapat dilihat di gambar 1.
Tercemarnya air oleh Metode produksi Bahan baku
lingkungan sekitar yang salah tercemar

Lingkungan Ketidaksesuaian
yang tidak Tidak mensanitasi penanganan
Penanganan mendukung peralatan saat proses bahan baku
Tercemarnya
limbah buruk produksi
produk oleh
Karyawan logam berat
Kurangnya
Kurangnya maintenance menggunakan
maintenance alat perhiasan
alat saat produksi

Mesin produksi Rusaknya Perilaku buruk


yang berkarat metal detektor karyawan

Gambar 1. Diagram sebab pencemaran produk oleh logam

Diagram sebab akibat di atas menunjukan beberapa faktor yang


berpeluang menjadi penyebab permasalahan yang terjadi. Langkah selanjutnya
yang dapat diambil setelah dilakukan pembuatan diagram diatas yaitu,
melakukan verifikasi di industri tersebut untuk mengetahui apakah setiap faktor
sudah sesuai dengan SOP atau aturan yang berlaku di perusahaan. Dari hasil
verifikasi ini akan dipeoleh faktor-faktor yang diduga paling kuat menjadi
penyebab terjadinya pencemaran.

Setelah dilakukan verifikasi, didapatkan hasil yaitu faktor yang diduga


paling kuat dalam permasalahan pencemaran yang terjadi adalah kerusakan
metal detektor, dan peralatan produksi yang mengalami karat. Kedua faktor ini
difokuskan untuk perbaikan mutu. Untuk memudahkan tindakan perbaikan mutu,
perusahaan harus memilki prosedur dan catatan lengkap mengenai penerimaan
barang, proses produksi, kebersihan pabrik, penanganan limbah, kalibrasi alat,
jadwal maintenance alat, sanitasi alat, dan audit program.
Tindakan perbaikan yang dapat dilakukan, yaitu memperbaiki alat dan
mengganti peralatan yang telah mengalami karat. Peralatan yang karat sangat
memungkinkan adanya pencemaran logam yang berbahaya bagi tubuh manusia.
Selain itu, permasalahan terjadi didukung dengan adanya kerusakan metal
detektor. Perbaikan dan pergantian peralatan harus dilakukan rutin oleh
perusahaan, agar permasalahan tidak berulang terjadi. Hal lain yang dapat
dilakukan yaitu dari hasil audit ataupun pemeriksaan berkala sehingga
perusahan dapat mengurangi resiko ketidaksesuaian produk makanan ringan
ekstrudat Richeese Nabati Siip.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Dalam suatu perusahaan terdapat kemungkinan terjadi adanya
proses recalling produk yang tidak sesuai. Tahapan penting dalam
penetapan penarikan produk yaitu, pengecekan ketidaksesuaian
produk, pelaksanaan penarikan produk, kegiatan pemusnahan
produk, serta tindakan perbaikan dan pencegahan.
Produk makanan ringan ekstrudat Richeese Nabati Siip yang
diproduksi tanggal 15 Februari 2016 batch pertama, line 9
teridentifikasi positif mengandung logam berat berupa timbal (Pb), Hg,
dan Cd. Produk ini telah terdistribusi ke seluruh pulau jawa. Setelah
dilakukan analisis sebab akibat, penyebab permasalahannya yaitu
peralatan produksi yang mengalami karat dan keruskan metal
detektor.
Proses recalling produk dapat menyebabkan kerugian finansial
pada perusahaan. Selain itu juga, nama baik perusahaan menjadi
tercemar serta kepercayaan konsumen akan produk menurun.
Sehingga berimbas pada pendapatan perusahaan.

3.2 Saran
Sebaiknya dilakukan tindakan perbaikan yang paling tepat
dan berkelanjutan agar tidak terjadi permaslahan yang berulang.
Serta seharusnya, perusahaan juga melakukan audit internal yang
rutin atau secara berkala. Agar tidak terjadi kesalahan fatal yang
menyebabkan produk harus di recall.

DAFTAR PUSTAKA
Palar, H. 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta : Rineka
Cipta
LAMPIRAN

FORMULIR SAMPLING

Nama dan Alamat Orang yang Jessica Astri


Membutuhkan Contoh Laboratorium Sentral Operasi
Cipanas PT. Limaes (Persero)
Jl. Kelinci No.1 , Bogor 17520.

Nama dan Alamat Pihak yang Badan Pengawas Produk dan


Berwenang Makanan Jl. Percetakan Negara
23 Kota Jakarta Pusat.

Tanggal, Tempat, dan Waktu  Gudang Produk


Pengambilan Contoh 16 Mei 2016, Warung Belakang
Mcd Lodaya, Jalan padjajaran
No 21 , Bogor Tengah. Pukul
08.00

16 Mei 2016, Warung Bunga,


Jalan Atang Sanjaya N0 35,
Bogor Barat . Pukul 10.30 WIB

Alasan Pengambilan contoh Terjadi sakit perut pada seorang


anak SD Malabar 01 setelah
mengkonsumsi makanan ringan
“SIIP” pada kemasan plastik
yang dibeli di warung belakang
Mcd Lodaya, Jalan padjajaran
No 21 , Bogor Tengah. Pukul
08.00

Jenis dan Sifat Bahan Pangan Produk ini merupakan makanan


ringan ekstruksi yang dikemas
dalam plastik dan sifatnya dapat
berubah akibat kerusakan
kemasan dan terkena cahaya
sinar matahari secara langsung,
atau karena penyimpanan yang
tidak sesuai.

Nama pabrik pembuat, Importer PT. Kaldu Sari Nabati Indonesia


Penjual, atau pembeli Bandung 40395 – Indonesia

Jumlah dan ukuran unit lot 280,8 kg/hari

Jumlah dan besarnya lot 43.200 kemasan/hari = 2160


pack/hari

Tipe dan Identitas Alat Angkut  Truk Container


 Tipe : Mitsubishi Box
 Spesifikasi : P. 425xL. 200 xT.
190 cm
System Press Moulding paneling

Asal Pengiriman Jakarta

Tujuan Pengiriman Jawa - Sumatra

Tanggal Pengiriman dan 12 Mei 2016 – 14 Mei 2016


Kedatangan Lot
Jumlah Keseluruhan Lot 5.616 kg/bulan (dengan 5 hari
kerja)

Metode Pengambilan Contoh Pengambilan Sampel Padat

Suhu Produk Saat Pengambilan 280C


Contoh
Maksud Pengangkutan Contoh Untuk dilakukan pengujian oleh
ke Laboratorium dan Oleh Siapa Singgih Prasetyo

Nama dan Alamat Laboratorium PT. Sucofindo SBU


yang Menganalisis Contoh Laboratorium Cibitung
Jl. Arteri Tol Cibitung No.1,
Sukadanau, Cibitung, Bekasi,
Jawa Barat.

Uji Yang Dilakukan Uji Cemaran Logam Berat

Anda mungkin juga menyukai