KULIAH LAPANGAN
PT. CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL, Tbk
Disusun Oleh
Dosen Pembimbing
Ir. Bambang Sugiarto, M.T
i
LEMBAR PENGESAHAN
KULIAH LAPANGAN
PT. CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL, Tbk
Disusun Oleh
Dosen Pembimbing
Ir. Bambang Sugiarto, M.T
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
INTISARI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
PT. Chandra Asri Petrochemical, Tbk didirikan oleh Bapak Prajogo Pangestu
pada tahun 1990. Proyek pabrik petrokimia dimulai tanggal 11 Maret 1991. Proyek
sempat dihentikan oleh Pemerintah karena krisis devisa pada tanggal 10 Oktober
1991 dan dilanjutkan kembali tanggal 1 April 1993. Pembangunan pabrik selesai
tanggal 28 Januari 1995.
Akta pendirian perusahaan dibuat oleh notaris Benny Kristianto, SH nomor
52 tanggal 6 Maret 1990 dan terakhir perubahan akta dibuat oleh notaris Sutjipto,
SH nomor 166 tanggal 15 Agustus 2008. Nomor Surat Izin Usaha Industri :
373/T/INDUSTRI/1995 dan izin perluasan nomor : 182/T/INDUSTRI/2009
dikeluarkan oleh BKPM. Nomor NPWP : 01.339.979.5-052.000 dengan modal
awal Rp 667.060.000.000.
Pemegang saham terakhir : Glazer and Putnam Investment Limited : 30 %
Marigold Resources, Pte Ltd : 7,24%, PT Barito Pacific, Tbk : 62,76% dan jumlah
aset sekarang US$ 1.220.000.000 sejak Chandra Asri Petrochemical (CAP)
memulai produksinya pada tahun 1995, Chandra Asri Petrochemical mengalami
kemajuan yang sangat pesat dalam industri plastik nasional.
Chandra Asri Petrochemical terletak di Jl. Raya Anyer Km: 123 Ciwandan,
Cilegon, provinsi Banten.
1
I.1. LATAR BELAKANG
Kuliah lapangan merupakan bagian dari kurikulum wajib yang harus
ditempuh oleh setiap mahasiswa dalam menyelesaikan studi di Teknik Kimia
Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta. Program ini dapat
dilakukan di berbagai pabrik yang telah mendapat persetujuan dari pihak kampus,
salah satunya adalah PT. Chandra Asri Petrochemical, Tbk. Dengan mengikuti
kuliah lapangan ini diharapkan mampu lebih banyak mengetahui kondisi di
lingkungan pabrik serta tidak hanya terpaku dalam teori yang dipelajari di kampus.
Kuliah lapangan ini dilaksanakan dengan tour keliling pabrik dan melihat alat-alat
industri, sehingga mampu untuk mendorong mahasiswa untuk berpikir secara logis
dan termotivasi untuk belajar lebih keras. Kuliah lapangan dilaksanakan sebagai
proses pembelajaran outdoor yang membantu untuk memberikan suasana baru
dalam pembelajaran di dunia perkuliahan.
Chandra Asri Petrochemical adalah produsen petrokimia utama Indonesia
dengan pabrik yang terintegrasi memanfaatkan teknologi dan fasilitas pendukung
canggih berkelas dunia. CAP mengoperasikan satu-satunya Naphtha Cracker di
Indonesia yang memproduksi Olefins dan Poliolefins berkualitas tinggi, dan
merupakan produsen domestik tunggal Styrene Monomer dan Butadiene.
I.2. TUJUAN
1. Meningkatkan wawasan tentang pengetahuan yang ada dalam pabrik PT.
Chandra Asri Petrochemical, Tbk
2. Mengetahui kegunaan alat-alat produksi dan proses pembuatan produk yang
dihasilkan oleh PT. Chandra Asri Petrochemical, Tbk.
3. Mempelajari keterkaitan antara proses pembuatan suatu produk dengan
bidang ilmu teknik kimia
2
BAB II
PELAKSANAAN KULIAH LAPANGAN
II.1. PEMBEKALAN
3
2. Nitrogen
II.2.B. Fasilitas
Fasilitas yang dibangun untuk produksi dari PT. Chandra Asri Petrochemical,
Tbk:
1. Pabrik Olefins
Pabrik Olefins Perseroan dilisensi oleh Teknologi Lummus dan KBR yang
berkelas dunia.
Naphtha Cracker Perseroan menggunakan Nafta sebagai bahan baku utama
dan dapat menggunakan bahan baku alternatif seperti LPG dan Kondensat untuk
menghasilkan Ethylene, Propylene, Py-Gas dan Mixed C4 dengan kapasitas
produksi tahunan secara berurutan adalah 860KTA, 470KTA, 400KTA, dan
315KTA.
4
2. Pabrik Polyethylene
3. Pabrik Polypropylene
5
Pabrik Polypropylene Perseroan terdiri dari tiga train dengan kapasitas
sebesar 480KTA dilisensikan oleh W. R. Grace & Co. (awalnya dilisensi oleh
Union Carbide Corporation, UNIPOL) dan mampu menghasilkan berbagai resin
Polypropylene termasuk Homopolymer, Random Copolymer dan Impact (Block)
Copolymer.
SMI mengoperasikan pabrik yang terdiri dari dua train dengan kapasitas
340KTA yang menggunakan Tekonologi Mobil-Badger dan Teknologi Lummus.
SMI terletak secara strategis untuk memenuhi permintaan dari industri hilir lokal
dan regional.
SMI juga telah mengakuisisi kepemilikan mayoritas PT Redeco Petrolin
Utama (RPU) di 2012.
RPU didirikan pada tahun 1980 dan bergerak sebagai perantara terminal
tangki penyimpanan massal dan jasa manajemen jetty untuk produk kimia. RPU
juga menangani produk minyak olahan untuk perusahaan minyak lokal dan
internasional.
6
5. Pabrik Butadiene
6. Jetty
Gambar 7. Jetty
7
bermuatan 10.000DWT untuk Ethylene, Py-Gas, Raffinate-1, Butadiene, Nafta, dan
PFO.
7. Fasilitas Pendukung
II.2.C. Produk
1. Ethylene
Ethylene adalah bentuk paling sederhana dari Olefins yang mengandung
ikatan rangkap dua antara atom karbon. Rumus kimia untuk Ethylene adalah C2H4.
Ethylene adalah kimia organik yang paling banyak digunakan di dunia.
Metode pengiriman dengan Jetty C. Produk turunannya berupa Linear Low
Density Polyethylene (LLDPE), High Density Polyethylene (HDPE), Styrene
Monomer (SM).
8
2. Propylene
Propylene adalah bentuk paling sederhana kedua dari Olefins dengan rumus
kimia C3H6. Propylene banyak digunakan untuk memproduksi Polypropylene,
polimer serbaguna yang digunakan untuk pengaplikasian kemasan.
Metode pengiriman dengan pipeline atau vessel. Produk turunannya berupa
Polypropylene (PP).
4. Mixed C4
Mixed C4 merupakan salah satu produk dari steam cracking process. Mixed
C4 adalah bahan baku untuk pabrik Butadiena yang merupakan komponen penting
dalam pembuatan karet sintetis.
Metode pengiriman dengan pipeline atau vessel. Produk turunannya berupa
Butadiene.
6. Polyethylene
CAP memproduksi Polyethylene (PE) berkualitas tinggi yang dijual di bawah
merek dagang "Asrene®". PE dibuat melalui polimerisasi gas Etilena sebelum
9
pencampuran resin bubuk dengan berbagai bahan aditif untuk meningkatkan
performa dari produk akhir. Produk ini melalui pemantauan dan pengujian QA/QC
yang ketat sebelum dikemas dalam karung 25 kg untuk para pelanggan.
Lini produk “Asrene®” terdiri atas HDPE yang memiliki sifat kaku dan
LLDPE yang memiliki sifat fleksibel. Produk ini dapat diolah ke dalam berbagai
macam aplikasi seperti lembaran plastik, injection molding, blow molding, pipa dan
benang.
Polyethylene terbagi menjadi 2, yaitu:
a. Linear Low Density Polyethylene (LLDPE)
Densitasnya bervariasi mulai dari 0.915 hingga 0.925 gr/cm3. Karena
berat molekulnya, LLDPE mempunyai sifat yang ulet, fleksibel, dan
transparansi yang baik. LLDPE umumnya digunakan untuk produk injeksi
dan lembaran plastik.
b. High Density Polyethylene (HDPE)
Densitasnya sama atau lebih besar dari 0.941 gr/cm3. Berdasarkan
cabang dari rantai utamanya, HDPE mempunyai kekuatan tarik yang sangat
baik. HDPE umumnya digunakan untuk aplikasi lembaran plastik, blow
molding, injeksi, pipa dan benang.
Selain itu, CAP juga mengembangkan dan memproduksi resin Film
HDPE yang mudah terurai (degradable) yaitu Asrene® SF5008E – plastik
ramah lingkungan – dengan merek dagang GRENE®.
Resin GRENE® dapat diolah menjadi bahan plastik yang akan terurai
dengan waktu yang lebih singkat daripada plastik biasa. GRENE®
membutuhkan waktu sekitar dua tahun untuk terurai sepenuhnya sedangkan
plastik konvensional memerlukan waktu 1,000 tahun untuk terurai. GRENE®
menawarkan waktu penguraian yang lebih singkat demi kelangsungan hidup
bumi.
Tidak ada perbedaan dalam hal kekuatan dan aplikasi lainnya antara
GRENE® dan plastik konvensional. GRENE® tidak mengandung logam
berat atau bahan beracun, serta aman untuk kontak langsung dengan
makanan. Produk ini digunakan untuk berbagai macam aplikasi kemasan
plastik seperti tas belanja, tas kompos, tas pembuangan, plastik gulungan, dan
10
lain-lain. Selain itu, GRENE® memungkinkan, tidak hanya pada aspek
lingkungan, tetapi juga ekologi, ekonomi dan aspek sosial untuk memiliki
standar hidup yang lebih baik.
7. Polipropilena
CAP memproduksi Polipropilena (PP) berkualitas tinggi, yang dijual di
bawah merek dagang “Trilene®”. PP dibuat melalui polimerisasi gas Propilena
sebelum pencampuran resin bubuk dengan berbagai bahan aditif untuk
meningkatkan performa dari produk akhir. Produk ini melalui pemantauan dan
pengujian QA/QC yang ketat sebelum dikemas dalam karung 25 kg untuk para
pelanggan.
Lini produk "Trilene®" terdiri dari Homopolimer yang memiliki sifat kaku,
Random Kopolimer yang memiliki sifat lebih transparan dan Impact (Block)
Kopolimer yang memiliki sifat ketahanan terhadap benturan yang tinggi. Produk ini
dapat diolah ke dalam berbagai aplikasi, termasuk peralatan rumah tangga, kemasan
makanan, elektronik dan komponen otomotif.
Propilena terbagi menjadi 3, yaitu:
a. Homopolimer
PP Homopolimer hanya terdiri atas Propilena, mempunyai kekakuan
dan sifat kilap yang sangat baik. Aplikasinya bervariasi dari kemasan
makanan (kaku dan fleksibel), peralatan rumah tangga, tas woven, dan lain-
lain
b. Random Kopolimer
PP Random Kopolimer terdiri atas Propilena dan sedikit Etilena.
Memiliki kebeningan dan fleksibilitas tinggi, dan umumnya digunakan untuk
wadah-wadah bening, tutup botol flip-top, extrusion coating, dan lain-lain.
c. Impact Kopolimer
PP Impact Kopolimer terdiri atas Propilena, dan Etilena sebagai fasa
rubbery. Keunggulan material ini adalah dapat menahan beban kejut dan
mampu diaplikasikan pada suhu ekstrim (-30 oC), dan dapat digunakan
sebagai ember plastik, palet, produk elektronik dan otomotif.
11
8. Styrene Monomer
Styrene Monomer adalah hidrokarbon aromatik yang berasal dari minyak
bumi dan produk turunan gas alam. Styrene Monomer paling sering diproduksi oleh
catalytic dehydrogenation Ethyl Benzene, yang terbentuk dari reaksi Ethylene dan
Benzene. Penggunaan utama dari Styrene Monomer adalah untuk membuat polimer
berbasis Styrene dan juga dalam industri karet sintetis, dengan penggunaan
mayoritas dalam memproduksi Polystyrene.
9. Butadiene
Butadiene, C4H6 - juga dikenal sebagai 1,3- Butadiene, adalah conjugated
diene yang sederhana. Butadiene sebagian besar diperoleh dengan menggunakan
proses distilasi ekstraktif dari Crude C4. Kebanyakan Butadiene dipolimerisasi
untuk produk Styrene Butadiene Rubber (SBR) yang digunakan dalam pembuatan
ban mobil, selain penggunaannya dalam memproduksi perekat, sealants, pelapis
dan produk karet seperti sol sepatu.
10. Raffinate-1
Raffinate-1 adalah produk sampingan dari proses distilasi ekstraktif Crude
C4. Crude C4 mengandung sekitar 55-60% Raffinate-1, sedangkan komponen
lainnya adalah Butadiene. Raffinate-1 terdiri dari Isobutylene, Butene-1, Butene-2
dan sejumlah kecil Butanes serta senyawa lainnya. Isobutylene adalah bahan baku
utama dalam pembuatan Methyl Tertiary Butyl Ether (MTBE) dan Di-isobutylene
(DIB).
12
“Veteran” Yogyakarta. Kemudian dilanjutkan dengan presentasi tentang proses
pabrik ini berjalan dan produk-produk yang dihasilkan yang dilanjutkan dengan sesi
tanya jawab.
1. Hot Section
Umpan (Light Naphta, Heavy Naphta, C3-LPG, H-NGL) dalam fasa cair dan
bersuhu ± 60°C masuk ke cracking heater yang terdiri dari 8 buah furnace. Umpan
kemudian dipecah menjadi campuran gas hidrokarbon (C1-C4), hydrogen dan air
dengan suhu berkisar 820-835°C. Selanjutnya produk dari cracking heater ini
dimasukkan ke Transfer Line Exchanger (TLE) untuk didinginkan hingga suhu
385°C. dari TLE, gas didinginkan lebih lanjut di dalam quench fitting secara kontak
langsung dengan oil hingga suhu berkisar 185-190°C. Arus-arus dari setiap quench
fitting digabung dan diumpankan ke Gasoline Fractionator (GF). Dari GF ini
diperoleh hasil bawah berupa Pyrolisis Fuel Oil (PFO) dan Pyrolisis Gas Oil (PGO)
yang selanjutnya dipisahkan dan dijual atau dimanfaatkan sendiri. Sedangkan hasil
atas berupa uap campuran Gasoline dan material ringan lainnya. Uap hasil atas
quench water diumpankan ke Charge Gas Compressor (CGC) sedangkan hasil
bawahnya yaitu gasoline yang terkondensasi dan telah terpisahkan dari
pecyrculating quench water, lalu dikembalikan ke GF sebagai refluk.
13
2. Cold Section
14
dan selanjutnya dikirim ke tanki penyimpanan. Hasil bawah Depropanizer-2
diumpankan ke Debuthanizer untuk memisahkan komponen-komponen C4 dari
komponen-komponen yang lebih berat. Hasil atas Debuthanizer yang merupakan
campuran dari C4 dikirim ke tanki penyimpanan C4C5 untuk selanjutnya direcycle
ke furnace, kemudian ke reactor. Sedangkan hasil bawahnya yang berupa gasoline
dikirim ke unit hidrogenasi Pyrolisis Gasoline. Unit ini berfungsi untuk
menghidrogenasi komponen-komponen di olefin pada Raw Pyrolisis Gasoline
untuk mencegah terjadinya polimerisasi. Gasoline dari unit ini diumpankan ke
Depenthanizer untuk memisahkan komponen-komponen C5 dari komponen-
komponen yang lebih berat. Hasil atas Depenthanizer dikirim ke reactor C4C5
untuk kemudian direcycle ke furnace, sedangkan hasil bawah dikirim ke BTX tower
untuk memisahkan C4C5 dari komponen lebih berat. C4C5 sebagai hasil atas BTX
tower dikirim ke tanki penyimpanan sebagai Pyrolisis Gasoline.
15
a. Fluidized Bed Reactor
Reactor berupa tumpukan seed (bibit) resin Polyethylene, Ethylene,
Hidrogen, Nitrogen, dan Comonomer dimasukkan dalam reaktor melalui
bagian bawah reaktor dari Cycle Gas Cooler, Ethylene, Hidrogen, dan
Nitrogen dimasukkan ke dalam pipa Cycle Gas yang terletak sebelum Cycle
Gas Cooler. Sedangkan katalis masuk ke reaktor melalui Catalyst Feeder
yang terletak di samping reaktor.
b. Catalyst Feeder
Katalis dimasukkan secara terus-menerus/berlanjut ke dalam reactor
dengan menggunakan Catalyst Feeder berupa Catalyst Iinjection Tube.
Medium pembawa katalis ini adalah Deoigenasi-nitrogen bertekanan tinggi.
c. Cycle Gas Compressor
Alat ini digunakan untuk mensirkulasikan gas-gas pada sistem reaksi.
Jenis kompresor yang digunakan adalah kompresor sentrifugal.
d. Cycle Gas Cooler
Alat ini digunakan untuk mentransfer panas reaksi yang dihasilkan dari
reaksi polimerisasi. Medium pendingin yang digunakan adalah Cooling
Water dengan arah aliran Cycle Gas.
e. Product Discharge System
Pada reaktor dilakukan kontrol level berdasarkan beda tekanan,
sehingga setiap terjadi resin Polyethylene baru maka terjadi pengeluaran
produk dari reaktor.
3. Proses Recovery
Tujuan dari proses ini adalah untuk mendapatkan kembali gas-gas reaktan
(Ethylene dan hirogen), gas inert (nitrogen) dan cairan monomer. Gas yang terpisah
akan digunakan untuk Conveying Product Blow Tank, sedangkan cairan
comonomer akan dimasukkan kedalam sistem reaksi.
16
4. Proses Finishing
Proses ini terbagi menjadi 5, yaitu:
a. Proses Degassing
Product Purge Bin terdiri dari dua bagian, yaitu bagian atas berfungsi
menghilangkan gas hidrokarbon dan bagian bawah berfungsi untuk
menghidrolisis residu TEAL dalam resin.
b. Additive
Untuk meng-upgrade sifa-sifat dari Pelet Polyethylene, maka resin
Polyethylene diberi zat additive, baik berupa padat maupun cair.
c. Pelleting
Lelehan polyethylene dari Continous Mixer dialirkan dari Melt Pump
menuju Pelleter Chamber. Untuk menghasilkan Pelet Polyethylene, lelehan
tersebut didinginkan dengan Pelleting Cooling Water (PCW) bersuhu 70 °C,
dengan dipotong dengan menggunakan pisau.
d. Bagging
Polyethylene dialirkan ke bagging silo dengan medium udara,
selanjutnya dikemas.
1. Model Diluent
Mode ini digunakan pada start-up atau pergantian grade, yang disirkulasikan
hanya diluent.
17
2. Model Monomodal
Pada operasi monomodal, umpan reaktor-1 hanya berupa diluent saja
sehingga tidak terjadi reaksi polimerisasi di reaktor-1.
3. Mode Dimodal
Pada polimerisasi dimodal, reaksi dilakukan pada kedua reaktor secara seri,
dimulai dari reaktor pertama lalu dialirkan ke reaktor-2.
Produk dari reaktor-2 dikeluarkan ke tanki bertekanan rendah (Flash Tank)
sehingga diluent-nya akan menguap. Diluent diambil kembali dan direcycle
sedangkan polimer Polyethylene dikeringkan dan diumpankan ke Countinous
Mixer, dan selanjutnya ke Pelletizer untuk pembentukan Pellet Polyethylene.
18
BAB III
PEMBAHASAN
III.2. PRODUK
Untuk produk yang dihasilkan berupa biji plastik, produk biji plastik yang
tidak sesuai standar namun layak tetap dijual dengan mutu rendah dan harga yang
murah.
III.3. LIMBAH
19
1. Neutralization Pit
Neutralization pit digunakan untuk mengolah air regenerasi unit
demineralisasi dan air buangan dari unit pembangkit hidrogen. Hasil pengolahan
unit ini menghasilkan limbah cair hasil olahan dengan pH berkisar antara 6-9 dan
COD (Chemical Oxygen Demand) <40 mg/l, pengolahan di neutralization pit
melalui beberapa tahapan, yaitu:
a. Pencampuran dan Pemeriksaan pH
Jika pH terukur berada dalam rentang 6-9 maka limbah cair langsung
dibuang, jika pH terukur berda di luar rentang tersebut maka dilakukan injeksi
bahan kimia dengan tujuan agar tercapainya parameter baku mutu limbah
yang dikeluarkan ke lingkungan.
b. Injeksi Bahan Kimia
Jika pH >11 maka dinjeksikan HCl selama 20 detik. Jika pH bernilai 9-
11 maka diinjeksikan HCl selama 10 detik. Jika pH bernilai 3-6 maka
diinjeksikan HCl selama 10 detik. Jika pH <3 maka dinjeksikan HCl selama
20 detik.
c. Pembuangan
Jika pH telah mencapai nilai yang ditentukan maka tahap ini dapat
dilakukan. Pencampuran dan nilai pH diukur terus menerus. Jika nilai pH
terukur berada di luar rentang maka pembuangan dihentikan dan proses
pemeriksaan pH dilakukan kembali.
20
4. Septic Tank
Septic tank berfungsi untuk mengolah air buangan dari sanitasi gedung dan
sumber lain.
21
1. Flare bertekanan tinggi yang ditujukan untuk membakar gas keluar dari
setiap pabrik dalam komplek, fasilitas dan prasarana, serta yang lainnya
dihasilkan dari low pressure storage.
2. Flare bertekanan rendah yang ditujukan untuk membakar gas low pressure
storage.
Debu yang dihasilkan dari daerah proses yaitu butiran polypropylene dan
serbuk bahan aditif ditanggulangi dengan memasang dust collector pada sumber
pencemarannya.
III.4. KEBISINGAN
Gerakan peralatan pompa, kompresor, dan mesin-mesin produksi serta
pembakaran pada flare menyebabkan kebisingan. Untuk menghindari gangguan
pendengaran maka dipasang peredam suara pada sumbernya dan untuk semua
karyawan yang memasuki daerah kebisingan lebih dari 5 dB diwajibkan
menggunakan sumbat telinga (earplug).
22
BAB IV
PENUTUP
23
DAFTAR PUSTAKA
24
LAMPIRAN
25