A. Latar Belakang
Lansia merupakan proses penuaan dengan bertambahnya usia
individu yang ditandai dengan penurunan fungsi organ tubuh seperti otak,
jantung, hati dan ginjal serta peningkatan kehilangan jaringan aktif tubuh
berupa otot-otot tubuh. Populasi lansia berusia ≥ 60 tahun sebanyak 10%
dan diperkirakan akan meningkat pada tahun 2050 di dunia. Sedangkan
lansia berusia ≥ 85 tahun meningkat 0,25 % (Holdsworth, 2014).
Berdasarkan hasil Susenas tahun 2016, jumlah Lansia di Indonesia
mencapai 22,4 juta jiwa atau 8,69% dari jumlah penduduk. Sementara
menurut proyeksi BPS tahun 2015, pada tahun 2018 jumlah Lansia
diperkirakan mencapai 9,3% atau 24,7 juta jiwa. Dengan jumlah Lansia
yang semakin besar, menjadi tantangan bagi kita semua agar dapat
mempersiapkan Lansia yang sehat dan mandiri sehingga nantinya tidak
menjadi beban bagi masyarakat maupun negara, dan justru menjadi asset
sumber daya manusia yang potensial (Kemenkes RI, 2018).
Penduduk lansia di Provinsi Jawa Tengah sebanyak 34.490.8 ribu
jiwa (Profil Lansia Provinsi jawa Tengah, 2018).Penduduk lansia di
Kabupaten Semarang sebanyak 1.040.6 ribu jiwa (Profil Lansia Provinsi
Jawa Tengah, 2018).
Total populasi lansia di Bangsal Gardenia dan Cempaka sebanyak
4 lansia. Berdasarkan hasil observasi, didapatkan bahwa lansia BAK
ditempat tidurnya, sehingga menimbulkan bau tidak sedap (bau amonia).
Penurunan fungsi organ tubuh pada lansia akibat dari berkurangnya
jumlah dan kemampuan sel tubuh, sehingga kemampuan jaringan tubuh
untuk mempertahankan fungsi secara normal menghilang, sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Fatmah, 2010). Pada lanjut usia terjadi kemunduran fisik pada semua
sistem termasuk sistem renal dan sistem urinaria. Proses penuaan
mempengaruhi sistem renal dan sistem urinaria dalam berbagai cara.
Proses penuaan secara tidak langsung menyebabkan masalah inkontinensia
(Stanley and Beare, 2012).
Setiati, (2014) dan Smeltzer and Bare, (2015) juga menyatakan
bahwa inkontinensia lebih sering dijumpai pada lanjut usia, khususnya
perempuan. faktor resiko yang menyebabkan kejadian inkontinensia lebih
sering dialami wanita adalah usia, jenis kelamin dan persalinan
pervaginam. Perubahan anatomi sistem berkemih pada lanjut usia
berhubungan dengan inkontinensia urine pada lanjut usia dapat berkaitan
dengan perubahan struktur anatomi pada sistem urinaria yaitu ginjal (Ren)
dan kandung kemih (Vesika Urinaria) (Stanley and Beare, 2012). Otot –
otot kandung kemih melemah, sehingga kapasitasnya menurun hingga 200
ml yang menyebabkan frekuensi berkemih meningkat (Maryan, 2011).
B. Rumusan Masalah
Apakah masalah bau dapat teratasi dengan penanganan
menggunakan aroma jeruk?
C. Tujuan
Pelaksanaan Desain Inovatif ini bertujuan untuk menangani
masalah bau tidak sedap (bau amonia) di ruang Gardenia dan Cempaka
Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading.
D. Manfaat
1. Manfaat teoritis
a. Sebagai pengalaman yang berharga dan menambah wawasan
dalam menerapkan pengetahuan yang diperoleh selama
perkuliahan, khususnya mengenai penanganan dalam mengatasi
bau tidak sedap (bau amonia) di Ruang Gardenia dan Cempaka
Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading.
b. Sebagai tambahan referensi bagi mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Semarang khususnya penanganan dalam
mengatasi bau tidak sedap (bau amonia) di Ruang Gardenia dan
Cempaka Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading.
E. Manfaat aplikatif
Hasil penerapan ini diharapkan dapat memberikan masukan
sebagai pertimbangan untuk tindakan dalam mengatasi permasalahan bau
tidak sedap (bau amonia) di Ruang Gardenia dan Cempaka Rumah
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Lansia
1. Pengertian Lansia
Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Menurut
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia
pada bab I pasal 1 ayat 2 yang dimaksud lansia adalah seseorang yang
mencapai usia 60 tahun keatas.
2. Batasan Lansia
Menurut WHO menggolongkan lansiaberdasarkan usia
kronologis atau biologis menjadi 4 kelompok yaitu usia pertengahan
(Middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (Elderly)
berusia antara 60 dan 74 tahun. Lanjut usia tua 75-90 tahun dan usia
sangat tua (Very old) diatas 90 tahun. Sedangkan menurut Nugroho
(2008) menyimpulkan pembagian umur berdasarkan pendapat
beberapa ahli bahwa yang disebut lansia adalah orang yang telah
berumur 65 tahun ke atas (Azizah, 2011).
3. Perubahan yang terjadi pada lansia
Semakin bertambahnya umur manusia masyarakat, terjadi
proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada
perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya perubahan fisik
tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan seksual (Azizah, 2011).
1) Perubahan fisik
a) Sistem penglihatan: perubahan sistem penglihatan pada lansia
erat kaitannya dengan presbiopi. Lensa kehilangan elastisitas
dan kaku, otot penyangga lensa lemah, ketajaman penglihatan
dan daya akomodasi dari jarak jauh atau dekat berkurang,
penggunaan kacamata dan sistem penerangan yang baik dapat
digunakan.
b) Sistem pendengaran: presbiakusis (gangguan pada
pendengaran) oleh karena hilangnya kemampuan daya
pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap bunyi suara
atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit
dimengerti terjadi diatas usia 60 tahun.
c) Sistem integumen: pada lansia kulit mengalami atrofi, kendur,
tidak elastis, kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan
sehingga menjadi tipis dan bercak kekeringan kulit disebabkan
atrofigrandulasebasea dan grandulasudoritera, timbul pigmen
berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.
Perubahan kulit lebih banyak dipengaruhi oleh faktor
lingkungan antara lain angin dan matahari terutama sinar
ultraviolet.
d) Sistem muskuloskeletal: kurangnya kepadatan tulang akan
mengakibatkan osteoporosis, sendi mengalami peradangan,
kekakuan nyeri, penurunan kekuatan otot.
e) Sistem kardiovaskuler: kemampuan mempompa darah
menurun, elastisitas pembuluh darah perifer sehingga tekanan
meningkat.
f) Sistem respirasi
Elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat sehingga
menarik nafas dalam lebih berat dan terjadi penyempitan
bronkus.
g) Gangguan pencernaan dan metabolisme: rasa lapar menurun,
asam lambung menurun, peristaltik lemah dan biasanya timbul
konstipasi.
h) Sistem perkemihan: pola berkemih tidak normal, otot-otot
melemah, inkontinensia urin meningkat.
i) Sistem saraf: sistem susunan saraf mengalami perubahan
anatomi dan atrofi yang progresif pada serabut saraf lansia.
Lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan
dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Penuaan menyebabkan
penurunan persepsi sensori dan respon motorik pada susunan
saraf pusat dan penurunan reseptorproprioseptif, hal ini terjadi
karena susunan saraf pusat pada lansia mengalami perubahan
morfologis dan biokimia, perubahan tersebut mengakibatkan
penurunan fungsi kognitif.
j) Sistem reproduksi : menciutnya ovarium dan uterus, terjadi
atrofi payudara. Pada laki-laki testis masih memproduksi
spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara beransur-
ansur. Selaput lendir vaginan menurun, permukaan menjadi
halus, sekresi menjadi berkurang dan reaksi sifatnya menjadi
alkali.
2) Perubahan kognitif
a) Memori (daya ingatan): daya ingat adalah kemampuan untuk
menerima, menyimpan dan menghadirkan kembali rangsangan
atau peristiwa yang pernah dialami seseorang. Pada lansia daya
ingat (memory) merupakan salah satu fungsi kognitif yang
seringkali paling awal mengalami penurunan. Ingatan jangka
panjang (long term memory) kurang mengalami perubahan,
sedangkan ingatan jangka pendek (short term memory) atau
seketika 0-10 menit memburuk.
b) IQ (Intellegent quocient): persepsi dan daya membayangkan
(fantasi) menurun, Fungsi intelektual mengalami kemunduran
adalah fluid intellegent seperti mengingat daftar, memeori
bentuk geometri, kecepatan menentukan kata, menyelesaikan
masalah, kecepatan berespon, dan perhatian yang cepat teralih.
c) Kemampuan pemahaman (comprehension): kemampuan
pemahaman atau menangkap pengertian pada lansia yang
mengalami penurunan. Dalam pelayanan terhadap lansia agar
tidak timbul salah paham sebaiknya dalam berkomunikasi
dilakukan kontak mata (saling memandang). Dengan kontak
mata, mereka akan dapat membaca bibir lawan bicaranya,
sehingga penurunan pendengarannya dapat diatasi dan dapat
lebih mudah memahami maksud orang lain. Sikap yang hangat
dalam berkomunikasi akan menimbulkan rasa aman dan
diterima, sehingga mereka akan lebih tenang, lebih senang dan
merasa dihormati.
d) Pemecahan masalah (problem solving)
Pada lansia masalah-masalah yang dihadapi tentu semakin
banyak.Banyak hal yang didahulunya dengan mudah dapat
dipecahkan menjadi terhambat karena terjadi penurunan fungsi
indera pada lansia. Hambatan yang lain dapat berasal dari
penurunan daya ingat, pemahaman dan lain-lain yang berakibat
bahwa pemecahan masalah menjadi lebih lama. Dalam
menyikapi hal ini maka dalam pendekatan pelayanan jiwa
lansia perlu diperhatikan ratio petugas kesehatan dan pasien
lansia.
e) Kinerja (performance)
Pada lansia memang akan terlihat penurunan kinerja baik
secara kuantitatif maupun kualitatif. Perubahan performance
yang membutuhkan kecepatan dan waktu mengalami
penurunan.Penurunan itu bersifat wajar sesuai perubahan
organ-organ biologis ataupun perubahan yang sifatnya
patologis. Dalam pelayanan kesehatan jiwa lanjut usia, mereka
perlu diberikan latihan-latihan keterampilan untuk tetap
mempertahankan kinerjanya.
3) Perubahan spiritual
Menurut Sundeen, agama atau kepercayaan lanjut usia
makin berintegrasi dalam kehidupannya. Lansia makin teratur
dalam kehidupan keagamannya.Hal ini dapat dilihat dalam berfikir
dan bertindak sehari-hari (Nugroho, 2008). Spiritualitas pada lansia
bersifat universal intrinsik dan merupakan proses individual yang
berkembang sepanjang rentang kehidupan. Karena aliran siklus
kehilangan terdapat pada kehidupan lansia, keseimbangan hidup
tersebut dipertahankan sebagai oleh efek positif dari kehilangan
tersebut. Lansia yang telah mempelajari cara menghadapi
perubahan hidup melalui mekanisme keimananan akhirnya
dihadapkan pada tantangan akhir yaitu kematian. Harapan
memungkinkan individu dengan keimanan spiritual atau religius
untuk bersiap mengahadapi krisis kehilangan dalam hidup sampai
kematian.
4) Perubahan psikososial
Perubahan psikososial yang dialami oleh lansia antara lain:
pensiun, perubahan aspek kepribadian dan perubahan dalam peran
sosial dimasyarakat dan perubahan minat.
5) Penurunan fungsi dan potensi seksual
Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lansia sering kali
berhubungan dengan berbagai gangguan fisik.Seperti gangguan
jantung, gangguan metabolisme (misal diabetes melitus), vaginitis,
dan baru selesai operasi prostatektomi.Pada wanita mungkin ada
kaitannya dengan masa menopause yang berarti fungsi seksual
mengalami penurunan karena sudah tidak produktif walaupun
sebenarnya tidak harus begitu, karena kebutuhan biologis selama
orang masih sehat dan masih memerlukan tidak salahnya bila
dijalanakan terus secara wajar dan teratur tanpa mengganggu
kesehatannya (Azizah, 2011).
A.Gambaran Penelitian
1. Gambaran umum tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Penelitian dilakukan di Rumah
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading Semarang di ruang
Gardenia dan Cempaka dilakukan pada responden lansia sebanyak 4
PM. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini ialah observasi.
Observasi dilakukan pada kondisi lingkungan disekitar ruangan
Gardenia dan Cempaka.
2. Gambaran umum respoden
Penelitian menggunakan metode deskriptif dan observasi yang
membahas mengenai bau di ruangan Gardenia dan Cempaka. Deskriptif
dilakukan pada 4 PM yang masih kooperatif mengenai lingkungan.
B. Hasil Penelitian
1. Keadaan Lingkungan Di Dalam Bangsal
a. Ventilasi/Penerangan
Berdasarkan observasi didapat bahwa kondisi penerangan di
dalam ruangan masih kurang maksimal, kondisi ruangan hanya
mempunyai ventiasi dari sisi depan akibatnya cahaya yang masuk
menjadi terbatas. Pintu dan jendela jarang dibuka ketika siang hari
sehingga pertukaran udara/ventilasi kurang baik akibatnya bau di dalam
ruangan menjadi meningkat.
Gambar 1. Kondisi Ventilasi
c. Kamar mandi
Berdasarkan observasi, Kondisi kamar mandi tidak terdapat pintu,
dan tidak ada ventilasi, hal ini menurut observer apabila terjadi
kecelakaan di dalam kamar mandi, lansia bisa cepat di tolong. Kamar
mandi yang tanpa penutup akan mencemarkan bau karena tidak adanya
penghambat, sehingga bau akan keluar dan menimbulkan bau tidak
sedap, sebaiknya kamar mandi diberi tirai untuk meminimalisir bau.
e. Pembersihan ruang
Berdasarkan observasi didapatkan data bahwa pembersihan
ruangan kurang, karena ketidaktepatan teknik mengepel sehingga
memperparah bau.
Ketika akan membersihkan lantai seharusnya lantai yang terkena
BAB dan BAK dibersihkan terlebih dahulu dengan pel lain
sehingga tidak menyebabkan kontaminasi
Setelah mengepel dengan desinfektan (lisol) seharusnya lantai dipel
lagi menggunakan pewangi lantai
Kain pel yang digunakan seharusnya lebih sering dicuci supaya air
kencing yang menempel di pel tidak mencemari bagian lantai yang
lain
Air desinfektan yang sudah digunakan di bangsal lain sebaiknya
dibuang, dan di ganti dengan air yang baru untuk bangsal Gardenia
dan Cempaka, sehingga tidak memperparah bau.
Setelah mengepel, sebaiknya air bekas pel di buang di kamar
mandi, karena jika di buang di selokan akan menguap jika terkena
panas dan menimbulkan bau, karena selokan didepan ruangan
jarang teraliri air, kadang kondisi selokan kering.
Sebaiknya lebih sering dilakukan pengontrolan kebersihan terutama
bangsal Gardenia dan Cempaka saat PM BAK/BAB di lantai
Gambar 4. Kondisi Sanitasi Membersihkan Lantai
3. Tingkah Laku PM
a. BAB/BAK
Berdasarkan observasi, terdapat 1 PM yang pipis ditempat tidur
dan 1 PM yang BAB di tempat tidur, hal ini dikarenakan PM melepas
pampers yang telah di berikan, penyebab lainnya yakni pampers PM
yang sudah penuh sehingga bocor dan membasahi pakaian sehingga
menimbulkan bau pesing. Sehingga sebaiknya dilakukan pengontrolan
pampers setiap 4 jam untuk meminimalisir kebocoran dan untuk
mengetahui PM yang BAB ditempat tidur
b. Kebersihan Diri
Berdasarkan observasi, PM mandi 2 kali sehari. Ada beberapa
PM yang mampu mandi sendiri, PM mandi menggunakan sabun dan
keramas menggunakan shampo. Ada PM yang mandi dibantu oleh
petugas, PM mandi menggunakan sabun, serta keramas menggunakan
shampo, akan tetapi PM tidak melakukan gosok gigi. Kebersihan kuku
PM terjaga, PM yang tidak mampu memotong kuku dibantu oleh
petugas, sedangkan untuk kebersihan tangan mayoritas PM tidak
melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah makan, beberapa PM
mengusapkan tangannya ke baju setelah makan.
c. Makan
Berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa PM makan 3 kali
sehari, ada beberapa PM makan secara mandiri. Terdapat PM yang suka
membuang makanan dibawah tempat tidur.
a. Kategori Lingkungan
Tabel
Distribusi Pertanyaan Berdasarkan Kategori Kebersihan Lingungan
PM Mengenai kebersihan lingkungan Di Ruangan Gardenia dan
Cempaka Di Rumah Pelayanan Social Lanjut Usia Pucang Gading
Semarang Pada Bulan Februari 2020 (N=4)
No Pertanyaan Tidak Ya Total
f % F % f %
1. Apakah terdapat ventilasi di dalam 0 0 4 100 4 100
bangsal?
2. Apakah pertukaran ventilasi sudah 1 25 3 75 4 100
merata?
3. Apakah ruangan terjaga 4 100 0 100 4 100
kebersihannya ?
4. Apakah ruangan selalu di pel? 0 0 4 100 4 100
5. Apakah kondisi kamar mandi 0 0 4 100 4 100
bersih?
6. Apakah lantai di dalam ruangan 4 100 0 0 4 100
licin?
7. Apakah terdapat PM yang 0 0 4 100 4 100
BAB/BAK di dalam ruangan ?
8. Apakah dihalaman terdapat 0 0 4 100 4 100
tanaman dan bunga?
9. Apakah terdapat selokan yang 4 100 0 0 4 100
mempet?
10. Apakah pembungan sampah sesuai 4 100 0 0 4 100
tempatnya ?
11. Apakah anda BAB/BAK di tempat 3 75 1 25 4 100
tidur ?
12. Apakah anda mandi setiap hari? 0 0 4 100 4 100
13. Apakah anda mengganti pemper 0 0 4 100 4 100
dan pakaian setiap hari ?
14. Apakah anda membungan sisa 0 0 4 100 4 100
makanan dibawah tempat tidur ?
15. Apakah anda sengaja BAB/BAK di 4 100 0 0 4 100
atas tempat tidur?
E. IMPLEMENTASI
c. Memberikan edukasi kepada DS : Petugas kebersihan mengatakan bersedia diajarkan cara mengepel yang benar sesuai SOP
petugas kebersihan tentang DO : Petugas membantu membersihkan ruangan
SOP metode mopping
(pengepelan lantai) yang
benar.
d. Memberikan aplikasi aroma
Jeruk DS : Petugas mengatakan mau membantu mengaplikasikan aroma Jeruk
DO : Petugas membantu memberikan aroma Jeruk
Tujuan
No. Indikator Awal
1 2 3 4 5
Suplai dan peralatan yang
1. dibutuhkan berada dalam √
jangkauan
2. Suhu ruangan √
Lingkungan yang
3. √
kondusif untuk tidur
Kepuasan dengan
4. √
lingkungan fisik
5. Ketertiban lingkungan √
6. Kebersihan lingkungan √
Tidak ada yang
7. √
berserakan di lantai
Perangkat keselamatan
8. √
digunakan dengan tepat
9. Pencahayaan ruangan √
10. Privasi √
Ketersediaan ruang untuk √
11.
pengunjung
Tempat tidur yang √
12.
nyaman
Perabotan rumah yang √
13.
nyaman
Adaptasi lingkungan yang √
14.
dibutuhkan
15. Lingkungan yang damai √
Kontrol terhadap suara √
16.
rebut
17. Mengontrol bau-bauan √
c. Memberikan edukasi kepada DS : Petugas kebersihan mengatakan bersedia diajarkan cara mopping yang benar sesuai SOP
petugas kebersihan tentang DO : Petugas membantu membersihkan ruangan
SOP metode mopping
(pengepelan lantai) yang
benar.
d. Memantau aplikasi aroma DS : Petugas mengatakan mau membantu mengaplikasikan aroma jeruk
Jeruk DO : Petugas membantu memberikan aroma Jeruk
e. Ciptakan lingkungan yang DS : PM mengatakan ruangan sudah lebih bersih, baunya berkurang
tenang dan mendukung DO : PM terlihat lebih nyaman
g. Pertimbangkan sumber- DS : PM mengatakan jika pampersnya sudah penuh akan meminta tolong untuk diganti
sumber ketidaknyamanan, DO : PM terlihat memakai pampers
seperti pampers yang sudah
penuh
h. Bersihkan segera selimut, DS : PM melaporkan kepada mahasiswa ketika baju kotor / terkena urine dan feses
seprei , baju yang terkena DO : Baju PM yang terkena urine dan feses diganti oleh mahasiswa
urine dan feses.
i. Fasilitasi tindakan-tindakan
kebersihan untuk menjaga DS : PM mengatkan mau menjaga kebersihan diri
kenyamanan individu DO : PM terkadang lupa menjaga kebersihan diri (ex : mengompol)
(personal hygiene)
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
Hasil pengkajian di dapatkan lansia di ruang Gardenia dan
Cempaka dengan hasil sebagai berikut :
1. Dari 4 PM di ruang Gardenia dan Cempaka rata-rata berumur 65
tahun
2. Dari 4 PM yang berada diruang Gardenia dan Cempaka, 1 PM
mengatakan untuk BAK dan BAB ditempat tidur karena tidak bias ke
toilet
3. Dari 4 PM mengatakan ruangan bau pesing
4. Dari 4 PM yang berada diruang Gardenia dan Cempaka harus di beri
pendidikan kesehatan tentang cara bertoileting yang benar, jika PM
sudah memakai pampers diharapkan untuk BAK dan BAB juga di
pampers saja
B. Saran
1. Bagi praktikan yang mengelola
Praktikan yang memberikan asuhan keperawatan pada penerima
manfaat yang ada di Unit Pelayanan Sosial Pucang Gading Semarang
harus lebih memperhatikan lagi kebutuhan dasar penerima manfaat
sehingga kebutuhan dasar penerima manfaat bisa terpenuhi secara
maksimal.
2. Bagi Unit Pelayanan Sosial Pucang Gading Semarang
Petugas di rumah pelayanan social lanjut usia sebaiknya memberikan
perawatan pada lansia bisa lebih optimal lagi seperti halnya petugas
melakukan pengecekan pampers per 4 jam. Selain itu petugas
diharapkan lebih memperhatikan personal hygiene PM, karena bau
tidak sedap yang berada diruangan tidak semata-mata dari ruangan
saja melainkan juga dipengaruhi dari faktor personal hygiene
penerima manfaat. Pengurus panti dapat ikut serta dalam
membersihkan ruangan yang bau.
3. Bagi mahasiswa praktik lain
Mahasiswa yang sedang melakukan praktek lapangan di rumah
pelayanan sosial lanjut usia Pucang gading, hendaknya menggunakan
waktu atau kesempatan sebaik-baiknya sehingga dapat memperoleh
pengalaman dan juga ilmu baru dan dapat menciptakan perbaikan
bagi pelayanan pada lanjut usia.
Untuk mahasiswa praktik lain bisa mengembangkan lagi desain
inovatif yang sudah ada, sehingga akan didapatkan desain inovatif
yang lebih baik lagi dan apa yang sudah kami terapkan sebagai desain
inovativ tidak berhenti sampai disini.
4. Petugas Kebersihan
Petugas untuk membersihkan ruangan dapat dimulai dengan
membersihkan kotoran (BAK dan BAB) dengan lap pel air bersih.
Setelah itu menggunakan cairan lisol atau desifektan. Kemudian yang
terakhir pewangi.