Anda di halaman 1dari 15

Visi:

Padatahun 2025 menghasilkanahlimadyakeperawatan yang


ungguldalampenguasaanasuhankeperawatandenganmasalahkesehatanneurosainsmelaluipendekat
anilmupengetahuandanteknologikeperawatan

PENERAPAN PROSEDUR PENYALURAN ENERGI PUKUL


BANTAL PADA PASIEN DENGAN RISIKO PERILAKU
KEKERASAN

PROPOSAL RISET KEPERAWATAN


Oleh:
TIRCA MILKA
NIM : P3.73.20.1.17.077

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA III


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DII KEPERAWATAN
TAHUN 2020

1
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Menurut Undang-Undang kesehatan jiwa Nomor 18 Tahun 2014 Bab 1 Ayat 1
Kesehatan Jiwa adalah kondisi seorang individu dapat berkembang secara
fisik,mental,spiritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari
kemampuannya sendiri,dapat mengatasi tekanan,dapat bekerja secara
produktif,dan mampu memberikan kontribusi untuk kelompoknya.
Menurut WHO dalam Hartanti(2018) berpendapat bahwa pada umum nya
gangguan mental yang terjadi adalah gangguan kecemasan dan gangguan depresi
di perkirakan 4,4% daripopulasi global menderita gangguan depresi,dan 3,6%
dari gangguan kecemasan.jumlah penderita depresi meningkat lebih dari 18%
antara tahun 2005 dan 2015.Depresi merupakan penyebab kecacatan di seluruh
dunia lebih dari 80% penyakit ini di alami orang-orang yang tinggal di negara
yang berpenghasilan rendah dan menengah.
Menurut riset kesehatan dasar menyimpulkan bahwa prevelensi gangguan
mental emosional yang menunjukkan gejala depresi dan kecemasan sebanyak 6%
atau sekitar 14 juta orang,usia 15 tahun keatas dari penduduk di
Indonesia.sedangkan prevelensi gangguan jiwa berat,seperti skizofrenia
mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk.
(Riskesdas,2013).Berdasarkan prevalensi yang di dapatkan Riskesdas 2018 di
temukan peningkatan proporsi gangguan jiwa jika di bandingkan dengan
riskesdas 2013 yaitu 1,7% menjadi 7% kemenkes(2018).
Dalam keperawatan jiwa salah satu diagnose keperawatan yang ada adalah
resiko perilaku kekerasan yang biasanya terjadi pada pasien dengan diagnose
skizofrenia. Tidak hanya resiko perilaku kekerasan yang muncul pada pasien
skizofrenia, terdapat gangguan lain yang biasanya muncul seperti halusinasi,
isolasi social, harga diri rendah, dan deficit perawatan diri. Tetapi biasanya
pasien gangguan jiwa dibawa kerumah sakit jiwa karena keluhan marah-marah,
melempar barang, dan memukul orang lain yang ada disekitarnya. Menurut stuart
3

dan laraia dalam nurhalimah (2018) menyatakan bahwa perilaku kekerasan


merupakan hasil dari marah yang ekstrim atau ketakutan sebagai respon terhadap
perasaan terancam, baik berupa ancaman serangan fisik atau konsep diri.
Tindakan keperawatan pada pasien perilaku kekerasan dilakukan dalam 4
macam jenis tindakan yaitu: mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik
yaitu tarik nafas dalam dan pukul bantal, mengontrol perilaku kekerasan dengan
cara minum obat secara teratur, dengan cara verbal yaitu menceritakan perilaku
kekerasan, bicara baik (meminta, menolak, dan mengungkapkan perasaan), dan
yang terakhir dengan cara spiritual (keliet dan akemat, 2010).
Teknikmemukulbantalmerupakanteknikbuatmeluapkanenergimarahsecarakont
ruktif agar perilaku yang maladaktifmenjadiperilaku yang
adaktif.Teknikinidigunakanpadapasien yang memilikiresikoperilakukekerasan,
dandapatdigunakanpadasaatpasienmengtalamipeningkatan status emosi (marah).
Ada pun carateknikmemukulbantaldenganposisiduduk, bantaldiletakan di
pangkuan, tariknafasdalam, tahankemudianditahansejenak,
tanganmengepaldandipukulkanpadabantalsekencang-kencangnya (hastuti, 2014).
Berdasarkanhasilpenelitianhastuti (2014)
menunjukanbahwateknikmemukulbantalmerupakanteknikuntukmenyalurkan
energy marahsecarakontruktif agar perilaku yang mal
adaktifmenjadiperilakuadaktif.Teknikiniberpengaruhpadapenurunan status emosi
:marahpadaklienskizofrenia di RSJ daerahDr RM soedjawadiprovinsijawatengah.
MenurutSujarwodanLivina (2018)
berdasarkanhasilpenelitianmenunjukanbahwacaramengontrolprilakukekerasan
yang
menurutklienefektifadalahteknikpukulbantalolehkarenaituklienperludilatihmengo
ntrolamarahnyadenganmelakukankegiatanfisiksehinggadapatberperilakuadaktifd
alamsituasi-situasihidupnyaberikutnya.
Berdasarkanhasilpenelitiandiatasmakapenulistertarikuntukmelakukanstudikas
usdenganjudul
“PenerapanProsedurPenyaluranEnergiDenganTeknikPukulBantalPadaPasienResi
koPerilakuKekerasan”.
4

B. RUMUSAN MASALAH
“BagaimanaPenerapanProsedurPenyaluranEnergiDenganTeknikPukulBantal
PadaPasienResikoPerilakuKekerasan? ”
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Untukmemahamipenerapanprosedurpenyaluranenergidenganteknikpukulbant
alpadapasienresikoperilakukekerasan
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan gambaran tentang konsep penyaluran energi pukul bantal
b. Memberikangambaran tentang konsepdasarresikoperilakukekerasan.

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Pasien
Penyaluran Energi Pukul Bantal diharapkan pasien dapat
mengontrolemosi,menjadi lebih positif, dan yang terpenting adalahpasein
dapat lebihtenang.
2. Masyarakat
manfaat yang
didapatkanyaitumasyarakatmemahamidanmembudayakanapaituprosedurpen
yaluran energy pukulbantal, caramelakukanpenyaluran energy
pukulbantaldanindikasidalammelakukanprosedurpenyaluran energy
pukulbantal.
3. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan
Dapat menambah dan memperkaya ilmu keperawatan dan menambah
informasi untuk perkembangan ilmu keperawatan, khususnya keperawatan
jiwa dalam memberikan prosedurpenyaluran energi pukul bantal
padapasienresikoperilakukekerasan.
5

E. SISTEMATIKA PENULISAN
Pada BAB I Pendahuluan, yang terdiri dari: Latar Belakang, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan. Bab
II Tinjauan Pustaka, terdiri dari: Konseppenyaluran energy pukulbantal,
Konsepresikoperilakukekerasan , dan Penelitian Terkait . Bab III Metodologi
Penelitian, terdiri dari: Desain Penelitian, Populasi dan Sampel, Instrumen
Pengumpulan Data, Metoda Pengumpulan Data, Pengolahan dan Analisis Data,
Etika Penelitian. Dan terakhir Daftar Pustaka
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR PENYALURAN ENERGI PUKUL BANTAL


1. Pengertian
Teknik pukul memukul bantal adalah kegiatan fisik yang merupakan teknik untuk
meluapkan energy marah secara konstruktif agar perilaku yang mal adiktif menjadi
perilaku adiktif. Teknik ini digunakan pada pasien yang memiliki resiko perilaku
kekerasan dan dapat digunakan pada saat pasien marah (Hastuti, 2014)
2. Tujuan
Untuk mengurangi resiko melakukan mencederai diri atau orang lain dikarenakan
status emosi pasien, maka perlu dilakukannya terapi yang berguna untuk
menyalurkan energy yang konstruktif dengan cara fisik, salah satu tektiknya dengan
pukul bantal (Hastuti, 2014)
3. Pentingnya Prosedur Teknik Pukul Bantal
Menurut penelitian hastuti (2014) mengatakan bahwa teknik memukul bantal
berpengaruh dalam penurunan emosi (marah) pada pasien Skizofrenia di RSJ daerah
Dr. RM. Soerdjarwandi Provinsi Jawa Tengah.
4. Prosedur Pukul Bantal
Prosedur pukul bantal (Nurhalimah, 2018)
a. Orientasi
1) Salam terapeutik
2) Kontrak
a) Jelaskan kegiatan apa yang dilakukan, yaitu tekn ik pukul bantal
b) Jelaskan tujuan, yaitu energy marah yang dialami oleh pasien dapat
tersalurkan dengan baik sehingga tidak mencederai diri sendiri ataupun
orang lain dan perilaku maladiktif menjadi adaptif.
c) Jelaskan kontrak waktu
b. Tahap Kerja
1) Berikan lingfkungan yang aman dan nyaman untuk pasien melakukan terapi
pukul bantal
7

2) Siapkan bantal yang ada


3) Intruksikan pasien untuk meletakan bantal di pangkuan pasien’
4) Intruksikan pasien untuk meletakan bantal di pangkuan pasien
5) Intruksikan pasien untuk tarik nafas dalam dan kemudian beritahu pasien
untuk mengepalkan tangan dan memukul ke arah bantal dengan tenaga yang
kuat dalam meluapkan emosinya
6) Tanyakan pasien apakah sudah mengerti dan sudah bisa setelah diberitahu
cara teknik memukul bantal
7) Minta pasien untuk mengulangi teknik pukul bantal
8) Berikan pujian pada pasien jika pasien dapat melakukan teknik pukul bantal
c. Terminasi
1) Tanyakan perasaan pasien setelah melakukan teknik pukul bantal
2) Tanyakan pasien bagaimana cara melakukan teknik pukul bantal
3) Anjurkan pasien untuk melakukan teknik pukul bantal secara mandiri saat
mengalami peningkatan status emosi atau sedang marah
4) Melakukan kontrak untuk pertemuan selanjutnya
5. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan
Teknik memukul bantal sebaiknya digunakan pada pasien perilaku kekerasan dan
mengalami peningkatan status emosi atau marah. Hal yang harus diperhatikan adalah
membina hubungan saling percaya agar pasien dapat kooperatif saat perlakuan dan
hasil yang didapat maksimal (Hastuti,2014)

B. KONSEP DASAR RESIKO PERILAKU KEKERASAN


1. Pengertian Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya kendali perilaku seseorang
yang diarahkan pada diri sendiri dapat berbentuk melukai diri untuk bunuh diri atau
membiarkan diri dalam bentuk penelataran diri. Perilaku kekerasan pada orang adalah
tindakan agresif yang ditujukan untuk melukai atau membunuh orang lain. Perilaku
kekerasan pada lingkungan dapat berupa perilaku merusak lingkungan, melempar
kaca, genting, dan semua yang ada di lingkungan.Pasien yang dibawa ke rumah sakit
jiwa sebagian besar akibat melakukan kekerasan di rumah.Perawat harus jeli dalam
8

melakukan pengkajian untuk menggali penyebab perilaku kekerasan yang dilakukan


selama di rumah. (Yusuf, Ah, dkk, 2015)
Perilaku kekerasan didefinisikan sebagai perilaku individu yang dapat
membahayakan orang lain, diri sendiri, ataupun lingkungan sekitarnya secarab fisik,
emosional, atau seksualitas (Nanda dalam wardaningsih et al, 2017), sedangkan
menurut Marawis dalam Wardaningsih et al (2017) mengatakan bahwa perilaku
kekerasan adalah suatu keadaan dimana klien mengalami perilaku yang dapat ataupun
beresiko membahayakan diri klien sendiri, lingkungan, dan juga orang lain.
Menurut keliat dalam Nurhalimah (2018), perilaku kekerasan adalah suatu bentuk
perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun
psikologis.Stuart&Laraia dalam Nurhalimah (2018), yang menyatakan bahwa
perilaku kekerasan merupakan hasil dari marah yang ekstrime atau ketakutan sebagai
respon terhadap perasaan terancam, baikberupa ancaman fisik atau konsep diri.
Perasaan terancam ini dapat berasal dari lingkungan luar (penerapan fisik, kehilangan
orang berarti dan kritikan dari orang lain) dan lingkungan dalam (perasaan gagal di
tempat kerja, perasaan tidak mendapat kasih sayang dan ketakutan penyakit fisik).

2. Faktor Prediposisi Dan Presipitasi Perilaku Kekerasan


Proses terjadinya perilaku kekerasan (Stuart dalam Nurhalimah, 2018)
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor herediter yaitu
adanya anggotakeluarga yang sering memperlihatkan atau melakukan perilaku
kekerasan, adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, adanyan
riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan NAPZA
(narkoti, psikotropika dan zat aditif lainnya).
2) Faktor Psikologis
Pengalaman marah merupakan respon psikologis terhadap stimulus
eksternal, internal maupun lingkungan.Perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil
dari akumulasi frustrasi.Frustrasi terjadi apabila keinginan individu untuk
mencapai sesuatu menemui kegagalan atau terhambat.Salah satu kebutuhan
9

manusia adalah “berperilaku”, apabila kebutuhan tersebut tidak dapat


dipenuhi melalui berperilaku konstruktif, maka yang akan muncul adalah
individu tersebut berperilaku destruktif.
3) Faktor Sosiokultural Teori Lingkungan Sosial (Social Environment Theory)
Menyatakan bahwa lingkungan sosial sangat mempengaruhi sikap
individu dalam mengekspresikan marah.Norma budaya dapat mendukung
individu untuk berespon asertif atau agresif.Perilaku kekerasan dapat
dipelajari secara langsung melalui proses sosialisasi (social learning theory).
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi perilaku kekerasan pada setiap individu bersifat unik,
berbeda satu orang dengan yang lain.Stresor tersebut dapat merupakan
penyebab yang brasal dari dari dalam maupun luar individu.Faktor dari dalam
individu meliputi kehilangan relasi atau hubungan dengan orang yang dicintai
atau berarti (putus pacar, perceraian, kematian), kehilangan rasa cinta,
kekhawatiran terhadap penyakit fisik, dll.Sedangkan faktor luar individu
meliputi serangan terhadap fisik, lingkungan yang terlalu ribut, kritikan yang
mengarah pada penghinaan, tindakan kekerasan.

3. Manifestasi Perilaku Pasien Dengan Perilaku Kekerasan


Pasien dengan perilaku kekerasan sering menunjukan adanya tanda dan gejala
menurut Boyd & Nihart dalam wijayanningsih (2015), yaitu pasien akan
mengungkapkan kata-kata kasar, berupa ancaman, ingin memukul/melukai, dan
mengungkapkan keluhan fisik, seperti dada berdebar-debar, rasa ingin tercekik, dada
terasa sekal dan bingung. Pasien akan menampakkan wajah memerah dan tegang,
pandangan tajam, mengantupkan rahang dengan kuat, tangan dan kaki tegang,
mengepalkan tangan, berbicara sendiri, menjerit dan berteriak, mondar-mandir,
melempar/memukul benda/orang lain, tekanan darah meningkat, denyut jantung
meningkat, dan nafas pendek.
4. Mekanisme Koping Pasien Dengan Perilaku Kekerasan
Perawat perlu mempelajari mekanisme koping untuk m,embantu pasien
mengembangkan meklanisme koping yang konstruktif dalam mengekspresikan
10

marahnya. Secara umum, mekanisme koping yang sering digunakan, antara lain
mekanisme pertahanan ego, seperti displancement, sublimasi, proyeksi, depresi,
denial, dan reaksi formasi (sutejo, 2017).
5. Sumber Koping Pasien Dengan Perilaku Kekerasan
menurut yosep (2009), sumber koping dibagi menjadi 4 yaitu : Personal Ability
(kemampuan untuk mencari informasi), Social Support (dukungan dari keluarga
maupun masyarakat), Material Assets (penghasilan), Positive Belief (keyakinan).
11

BAB III
METODOLOGI

A. DESAIN PENILITIAN
Studikasus yang
digunakanmerupakanstudikasuskualitatif.Penelitiankualitatifadalahjenispenelitian yang
temu-temuannyatidakdiperolehmelaluiprosedurstatistikataubentukhitunganlainnya
(Sugiarto, 2015).
Dalamstudikasusinipenulisakanmenggambarkanbagaimanapenerapanprosedurpenyaluran
energy denganteknikpukulbantaldengandesainstudikasusdeskriptif. (Sukmadinata, 2011).

B. FOKUS STUDI
Studikasusiniberfokuspadapenerapanprosedurpenyaluran energy
pukulbantalpadapasiendenganresikoperilakukekerasan.

C. POPULASI DAN SAMPEL

D. INSTRUMENT PENGUMPULAN DATA


Jenis instrument yang digunakanadalahwawancaradanobservasidarihasil yang
dibuatdanberdasarkandarilembarobservasi.

E. METODE PENGUMPULAN DATA


Metodepengumpulan data yang digunakandengancarawawancara,
observasidanstudidokumentasi.
1. Kuesioner
Kuesioner merupakan suatu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang berupaformulir. Peniliti nantinya akan
memberikan kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai pengungkapan cemas.
2. Observasi
Observasidigunakansebagaiteknikpengumpulan data
dengancarapengamatanuntukmenemukanpermasalahan yang harusditeliti,
12

danpenelitijugainginmengetahuihal-
haldarirespondenapakahprosedurtersebutdilakukansecarabenardansesuaiatautidak.
Pada lembar observasi berisi SOP mengenai langkah-langkah melakukan terapi
spiritual.

F. Analisa Data
Analisa data yang
digunakandandisajikansecaradeskritifberupapemaparansecarakualitatif,
penyajiandengannarasi, ungkapansecara verbal.

G. ETIKA PENELITIAN
Etikapenelitianadalahsuatupedomanetika yang berlakuuntuksetiapkegiatanpenelitian
yang melibatkanantarapeneliti, pihak yang diteliti (subjekpenelitian) danmasyarakat yang
akanmemperolehdampakhasilpenelitiantersebut (Notoatmodjo, 2010) meliputi:

1. Beneficience
Bebasdaribahayapenelitianharusdilaksanakantanpamengakibatkanpenderitaankepa
dasubjek, khususnyajikamenggunakantindakankhusus, bebasdarieksplotasi,
partisipasisubjekdalampenelitianharusdihindaridarikeadaan yang
tidakmenguntungkan.Subjekpenelitianperludiyakinibahwainformasi yang
diberikankepadapenelititidakakandigunakanuntukmelawanataumerugikanresponden.
Pasiendiberikanpenjelasanbahwaprosedurterapi spiritualtidakmembahayakanpasien.
2. Veracity
Memberikaninformasidenganjujurmengenairencanastudikasusyaitupenerapanpros
edurterapi
spiritualpadapasiengangguankecemasan.Pasiendiberikanpenjelasansebelumdilakukan
penelitian, yang
apabilasudahdimengertiditindaklanjutidenganpenandatanganandiataskertas.
3. Nonmaleficience
Menyampaikankepadarespondendankeluargabahwastudikasusinitidakmenimbulkanda
mpak negative bagiresponden.
13

4. Confidentiality
Selalumenjagakerahasiaanmengenaiidentitasmaupuninformasi yang
diberikankepadapeneliti.Dalamstudikasusinipenulismenerapkanetika yang
digunakandalampenelitianyaitumemastikanrespondenterbebasdaribahaya,
menghargaimartabatpasiendanberlakuadilantararespondendanparasubjek.Semuadatadi
kumpultentangdirisubjekakandisimpandanterjagakerahasiannyaolehpeneliti.
5. Otonomi
Setiaprespondenberhakpenuhuntukmenyetujuiataumenolakuntukmenjadiresponde
n.Responden yang
telahmenyetujuidanbersediamenjadirespondendiikutsertakandalampenelitian.Selainp
asien,
keluargapasienjugamendapatpenjelasantentangrencanadantujuanpenelitiandanmenan
datangani informed consent. Bagipasien yang tidakmemilikikeluargamaka informed
consent diberikandanditandatanganiolehkepalaruangan.
14

DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes.(2014). UU RI NO. 18 Th 2014 ttgKesehatanJiwa (UU NO. 18 Th 2014)

Kemenkes.(2018). PenyakitTidakMenular, KesehatanJiwa, danKesehatan Gigi


Mulut.PotretSehat Indonesia dariRikesdas 2018. Jakarta

Keliat, Akemat, Helena, Nurheni. (2011). KeperawatanKesehatanJiwaKomunitas : CMHN


(Basic Course) (Jilid 2). Jakarta : EGC
Hastuti, R. Y. (2014). Efektifitas Teknik Memukul Bantal Terhadap Perubahan Status Emosi :
Marah Klien Skizofrenia. Triage jurnal ilmu keperawatan, 8(1), 1-7. Diakses, dari
https://docplayer.info/48303510-Efektifitas-teknik-memukul-bantal-terhadap-perubahan-
status-emosi-marah-klien-skizofrenia-retno-yuli-hastuti-abstrac.html

Nurhalimah.(2018). Modul ajar konsep keperawatan jiwa (edisi 1).Jakarta : BPPSDMK.

Sutejo.(2017). Keperawatan Jiwa . Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Wardaningsih, Irawati, Romdzati, Waliyanti. (2017). Buku Modul Keperawatan Jiwa Blok
17.Universitas muhammadiyah Yogyakarta.

Wijayanningsih, K. S. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperaatan Jiwa (Edisi 1).
Jakarta: CV. Trans Info Media

Yusuf, Ah, dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta :Salemba Medika

Yosep, I. (2009). Keperawatan jiwa (edisi revisi). Bandung: Refika Aditama.


Sugiarto.E. (2015).Menyusun Proposal PenelitianKualitatifSkripsi Dan Tesis.Yogyakarta :suaka
media

Sukmadinata.(2011). MetodePenelitianPendidikan.Bandung :RemajaRosdakarya.

Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penilitian Kesehatan.Jakarta: PT Renika Cipta.


15

Nurhalimah.(2018). Modul Ajar KonsepKeperawatanJiwa (Edisi 1).Jakarta


:AsosiasiInstitusiPendidikanVokasiKeperawatn Indonesia

Hartanti, F.P. (2018). Stress Predisposisi Yang


MendukungTerjadinyaGangguanJiwaPadaPasienSkizofrenia Di RS Jiwa Daerah
Surakarta. (Disertasi Strata, UniversitasMuhammadyah Surakarta,
2018).Diaksesdarihttps://core.ac.uk/download/pdf/148619261.pdf

Hastuti, R. Y. (2014). Efektifitas Teknik Memukul Bantal Terhadap Perubahan Status Emosi :
Marah Klien Skizofrenia. Triage jurnal ilmu keperawatan, 8(1), 1-7. Diakses, dari
http://ejournal.stikesmukla.ac.id/index.php/triage/article/view/184/182

SujarwodanLivana. (2018). StudiFenomologi :strategipelaksanaan yang


efektifuntukmengontrolperilakukekerasanmenurutpasien di ruangrawatinaplaki-laki.
Journal of nursing sciene.Vol. 6 No.1.

Anda mungkin juga menyukai