Makalah Keperawatan Anak
Makalah Keperawatan Anak
DISUSUN OLEH :
MARLIN SIEP (1863030003)
KHANSA MAURA LUTFIAH (1863030012)
MARIA MAGDALENA SAGALA (1863030015)
DEFRI SAPUTRA (1863030025)
DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Erita .S.Kep., M.kep
Dan harapan kami semua makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebuh baik lagi.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
Contents
BAB I ...................................................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 5
1.1 Latar belakang ...................................................................................................................... 5
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 6
1.3 Tujuan .................................................................................................................................... 6
BAB II .................................................................................................................................................... 7
TINJAUAN TEORI .............................................................................................................................. 7
2.1 Landasan Teori ..................................................................................................................... 7
2.1.1 Filosofi Keperawatan Anak.......................................................................................... 7
2.1.2 Paradigma Keperawatan Anak ................................................................................... 9
2.1.3 Prinsip – Prinsip Keperawatan Anak ....................................................................... 11
2.1.4 Program Kebijakan Pemerintah Terhadap Kesejahteraaan Anak........................ 12
2.1.5 Peran dan Fungsi Perawat Anak ................................................................................ 21
3.1 Konsep Keperawatan Anak Sehat ..................................................................................... 23
3.1.1 Konsep Tumbuh Kembang ............................................................................................ 23
3.1.1.1 Definisi Tumbuh Kembang ........................................................................................ 23
3.1.1.2 Tahapan Pertumbuhan dan Perkembangan ............................................................ 25
3.1.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang ..................................................... 27
3.1.2 Konsep Bermain Pada Anak .......................................................................................... 28
3.1.2.1 Definisi Bermain Pada Anak ...................................................................................... 28
3.1.2.2 Fungsi Bermain Pada Anak ....................................................................................... 28
3.1.2.3 Kecenderungan Umum Selama Anak-anak ............................................................. 30
3.1.2.4 Karakteristik Bermain (Usia Bayi-Prasekolah) ....................................................... 34
3.1.2.5 Terapi Bermain Pada Anak Yang Dihospitalisasi ................................................... 35
3.1.3 Komunikasi Pada Anak .................................................................................................. 36
3.1.3.1 Pengertian Komunikasi .............................................................................................. 36
3.1.3.2 Bentuk-Bentuk Komunikasi pada Anak dan Bayi ................................................... 37
3.1.3.3 Teknik-teknik komunikasi pada anak ...................................................................... 39
3.1.4 Konsep Anticipatory Guidance (Keamanan dan Pencegahan Kecelakaan pada Anak
45
3.1.4.1 Pengertian .................................................................................................................... 45
3.1.4.2 Aktivitas Utama dalam Anticipatory Guidance ....................................................... 45
3.1.4 Konsep Imunisasi ............................................................................................................ 47
3.1.4.1 Pengertian ......................................................................................................................... 47
3.1.4.2 Jenis Penyelenggaraan Imunisasi .............................................................................. 47
BAB III ................................................................................................................................................. 49
PENUTUP ............................................................................................................................................ 49
A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 49
B. Saran ........................................................................................................................................ 49
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 50
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Anak dipandang sebagai individu yang unik, yang punya potensi untuk tumbuh dan
berkembang ( Supartini, Yupi ). Anak bukanlah miniature orang dewasa, melainkan
individu yang sedang berada dalam proses tumbuh kembang dan mempunyai
kebutuhan yang spesifik.
Secara fisiologis maupun psikologis asuhan keperawatan pediatric merupakan
fenomena yang spasial. Untuk menghadapi tantangan berespons terhadap kebutuhan
anak, banyak fasilitas asuhan keperawatan dewasa ini diperlengkapi dengan unit
pediatrik terpisah, sehingga perawat dan staf asuhan keperawatan profesional lainnya
dapat memberikan terapi berdasarkan kebutuhan individual pasiennya masing-masing.
Namun, pada kenyataannya banyak fasilitas asuhan kesehatan tidak memiliki
ruangan berstandar tinggi seperti yang dimaksud. Sebagai konsekuensi yang harus
dipikul dalam penataan ruangan tersebut, anak-anak yang menderita penyakit akut
kadang-kadang tidak menerima perhatian khusus serta perawatan yang mereka
inginkan yang sepatutnya harus mereka dapatkan.
Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak, mengigat anak bagian dari
keluarga. Kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga, kehidupan dan
kesehatan anak juga dipengaruhi oleh dukungan keluarga.
Hal ini dapat telihat bila dukungan keluarga sangat baik maka pertumbuhan dan
perkembangan anak relatif stabil, tetapi bila dukungan pada anak kurang baik, maka
anak akan mengalami hambatan pada dirinya yang dapat menggangu psikologis anak
(Hidayat, 2005).
Sepanjang rentang sehat-sakit, anak membutuhkan bantuan perawat baik secara
langsung maupun tidak langsung sehingga tumbuh kembangnya dapat terus berjalan.
Orangtua diyakini sebagai orang yang paling tepat dan paling baik dalam
memberikan perawatan pada anak, baik dalam keadaan sehat maupun sakit.
Keberadaan anak di tengah-tengah keluarga sangat penting, baik dalam perawatan
anak sehat, maupun saat anak sakit. Keluarga dengan anak yang sedang sakit di
rumah menuntut keluarga itu sendiri untuk memberi perawatan yang optimal pada
anak.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis dapat memahami tujuan dari penyusunan
makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui filosofi keperawatan anak
2. Untuk mengetahui paradigma keperawatan anak
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip keperawatan anak
4. Untuk mengetahui sistem perlindungan anak anak
5. Untuk mengetahui peran perawat anak
6. Untuk mengetahui konsep keperawatan anak
7. Untuk mengetahui konsep tumbuh kembang anak
8. Untuk mengetahui konsep bermain
9. Untuk mengetahui konsep komunikasi pada anak
10. Untuk mengetahui konsep anticipatory guidance
11. Untuk mengetahui konsep imunisasi
1.3 Tujuan
Untuk memahami dan menyamakan konsep mengenai keperawatan anak agar dapat
diketahui dengan baik dan tepat untuk menghindari perburukan keadaan bagi masyarakat
khususnya anak serta bagi tenaga kesehatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Filosofi Keperawatan Anak
Filosofi keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan yang dimiliki
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada anak yang berfokus
pada keluarga (family centered care), dan pencegahan terhadap trauma
(atraumatic care).
Atraumatic care adalah semua tindakan keperawatan yang ditujukan kepada anak
tidak menimbulkan trauma pada anak dan keluarga dengan memperhatikan
dampak dari setiap tindakan yg diberikan. Prinsip dari atraumatic care adalah
menurunkan dan mencegah dampak perpisahan dari keluarga, meningkatkan
kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak, mencegah dan
mengurangi cedera (injury) dan nyeri (dampak psikologis), tidak melakukan
kekerasan pada anak dan modifikasi lingkungan fisik
b. Atrumatic Care
Atrumatic care adalah perawatan yang tidak menimbulkan trauma pada
anak dan keluarga. Atraumatik care sebagai bentuk perawatan
terapeutik dapat diberikan kepada anak dan keluarga dengan
mengurangi dampak psikologis dari tindakan keperawatan yang
diberikan., seperti memperhatikan dampak psikologis dari tindakan
keperawatan yang diberikan dengan melihat prosedur tindakan atau
aspek lain yang kemungkinan berdampak adanya trauma untuk
mencapai perawatan tersebut beberapa prinsip yang dapat dilakukan
oleh perawat antara lain:
Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari
keluarga.
Dampak perpisahan dari keluarga akan menyebabkan
kecemasan pada anak sehingga menghambat proses
penyembuhan dan dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan anak.
Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol
perawatan pada anak.
Kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada
anak dapat meningkatkan kemandirian anak dan anak akan
bersikap waspada dalam segala hal.
Mencegah atau mengurangi cedera (injuri) dan nyeri
(dampak psikologis).
Proses pengurangan rasa nyeri sering tidak bisa dihilangkan
secara cepat akan tetapi dapat dikurangi melalui berbagai
tenik misalnya distraksi, relaksasi dan imaginary. Apabila
tindakan pencegahan tidak dilakukan maka cedera dan
nyeri akan berlangsung lama pada anak sehingga dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
Tidak melakukan kekerasan pada anak
Kekerasan pada anak akan menimbulkan gangguan
psikologis yang sangat berarti dalam kehidupan anak, yang
dapat menghambat proses kematangan dan tumbuh
kembang anak.
Modifikasi lingkungan
Melalui modifikasi lingkungan yang bernuansa anak dapat
meningkatkan keceriaan dan nyaman bagi lingkungan anak
sehingga anak selalu berkembang dan merasa nyaman
dilingkungan.
Manusia (anak )
Keperawatan
a. Anak
Dalam keperawatan anak yang menjadi individu (klien) adalah anak,anak
diartikan sebagai seseorang yang berusia kurang dari delapan belas tahun
dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik kebutuhan fisik,
psikologis, sosial dan spritual. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan
perkembangan yang dimulasi dari bayi (0-1 tahun), usia bermain/ todler (1-2,5
tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5 – 11 tahun), remaja (11-18
tahun).
b. Sehat dan Sakit
Rentang sehat sakit adalah suatu kondisi anak berada dalam status kesehatan
yang meliputi sejahtera, sehat optimal, sehat, sakit, sakit kronis dan
meninggal. Rentang ini suatu alat ukur dalam menilai status kesehatan yang
bersifat dinamis dalam setiap waktu, selama dalam batas rentang tersebut anak
membutuhkan bantuan perawat baik secara langsung maupun tidak langsung,
seperti apabila anak berada pada rentang sehat maka upaya perawat untuk
meningkatkan derjat kesehatan sampai mencapai taraf sejahtera baik fisik,
sosial maupun spritual.
c. Lingkungan
Lingkungan dalam paradigma keperawatan anak yang dimaksud adalah
lingkungan eksternal maupun internal yang berperan dalam status kesehatan
anak.
1) Lingkungan internal : Genetik, kematangan biologis, jenis kelamin,
intelektual,emosi dan adanya predisposisi atau resistensi terhadap penyakit.
2) Lingkungan eksternal : status nutrisi, orang tua, saudara kandung,
kelompok/geng, disiplin yang ditanamkan orang tua, agama, budaya, status
sosialekonomi, iklim, cuaca sekitar dan lingkungan fisik/biologis baik rumah
maupun sanitasi di sekililingnya.
Perkembangan anak sangat dipengaruhi ransangan terutama dari lingkungan
eksternal, yaitu lingkungan yang aman, peduli, dan penuh kasih sayang.
d. Keperawatan
Komponen ini merupakan bentuk pelayanan keperawatan yang diberikan
kepada anak dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan secara optimal
dengan melibatkan keluarga seperti adanya dukungan, pendidikan kesehatan
dan upaya dalam rujukan ke tenaga kesehatan dalam program perawatan anak.
Fokus utama dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan adalah peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit, dengan falsafah yang utama, yaitu asuhan
keperawatan yang berpusat pada keluarga dan perawatan yang terapetik.
Bentuk intervensi utama yang diperlukan anak dan keluarga adalah pemberian
dukungan, pemberian pendidika kesehatan dan upaya rujukan kepada tenaga
kesehatan lain yang berkompeten sesuai dengan kebutuhan sesuai dengan
kebutuhan anak.
2.1.3 Prinsip – Prinsip Keperawatan Anak
Terdapat prinsip atau dasar dalam keperawatan anak yang dijadikan sebagai
pedoman dalam memahami filosofi keperawatan anak. Prinsip dalam asuhan
keperawatan anak adalah:
a) Anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik,
dimana tidak boleh memandang anak dari ukuran fisik saja melainkan
anak sebagai individu yang unik yang mempunyai pola pertumbuhan dan
perkembangan menuju proses kematangan.
b) Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan yang
sesuai dengan tahap perkembangan. Kebutuhan tersebut meliputi
kebutuhan fisiologis (seperti nutrisi, dan cairan, aktivitas, eliminasi,
istirahat, tidur dan lain-lain), kebutuhan psikologis, sosial dan spritual.
c) Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan dan
peningkatan derjat kesehatan, bukan hanya mengobati anak yang sakit.
d) Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada
kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara
komprehensif dalam memberikan asuhan keperawatan anak. Anak
dikatakan sejahtera jika anak tidak merasakan ganggguan psikologis,
seperti rasa cemas, takut atau lainnya, dimana upaya ini tidak terlepas juga
dari peran keluarga.
e) Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan keluarga
untuk mencegah, mengkaji, mengintervensi dan meningkatkan
kesejahteraan hidup, dengan menggunakan proses keperawatan yang
sesuai dengan aspek moral (etik) dan aspek hukum (legal). Sebagai bagian
dai keluarga anak harus dilibatkan dalam pelayanan keperawatan, dalam
hal ini harus terjadi kesepakatan antara keluarga, anak dan tim kesehatan.
f) Tujuan keperawatan anak dan remaja adalah untuk meningkatkan maturasi
atau kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sebagai makhluk
biopsikososial dan spritual dalam kontek keluarga dan masyarakat.
g) Pada masa yang akan datang kecendrungan perawatan anak berfokus pada
ilmu tumbuh kembang, sebab ilmu tumbuh kembang ini akan mempelajari
aspek kehidupan anak.
2.1.4 Program Kebijakan Pemerintah Terhadap Kesejahteraaan Anak
Pemerintah menerapkan beberapa progam bagi anak yaitu sebagai berikut :
1. Perlindungan terhadap anak
A. Hak-hak anak
UU no 39/99 pasal 52 ayat 1 dan 2 ” hak anak adalah hak asasi
manusia dan untuk kepentingan anak itu diakui dan dan dilindungi oleh
hukum sejak dalam kandungan”.
Hak anak dalam konveksi hak anak (5 oktober 1990 )
§ Hak anak untuk hidup dan berkembang
§ Hak untuk mendapat identitas
§ Hak untuk mendapat standar hidup yang layak
§ Hak untuk mendapatkan standar kesehatan yang paling tinggi
§ Hak untuk mendapatkan perlindungan khususjika mengalami konflik
hukum
§ Hak untuk hidup dengan orang tua
§ Hak untuk mendapatkan perlindungan pribadi
§ Hak untuk mendapatkan perlindungan dari perlakuan kejam’ hukuman
dan perlakuan tidak manusiawi.
§ Hak untuk mendapatkan pendidikan dasar secara cuma-cuma.
§ Hak untuk bermain, dll.
c. Advocate anak.
Ide advokasi oleh anak merupakan pengembangan salah satu
hak dasar anak pada Konvensi Hak Anak (KHA) yang diratifikasi
pemerintah tahun 1990, yakni hak untuk berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan yang ditujukan baginya. Tiga hak dasar lainnya
adalah hak untuk kelangsungan hidup, hak untuk tumbuh dan
berkembang, serta hak untuk memperoleh perlindungan dari tindakan
yang merugikan mereka.
Untuk bisa terlibat aktif dalam kegiatan advokasi oleh anak,
tidak semua anak di bawah usia 18 tahun (batasan usia anak menurut
KHA) bisa berperan di situ. Ada persyaratan kematangan dan
kecakapan yang diperlukan yang hanya bisa dipenuhi anak usia
belasan tahun.
Advokasi oleh anak merupakan kegiatan tahap lanjut yang
sebelumnya diawali pemberdayaan yang bersifat menggugah
kesadaran kritis anak terhadap persoalan di lingkungan sekitar dan
menggali potensi kepemimpinan dari anak.
Gerakan advokasi oleh anak saat ini bukan lagi merupakan
fenomena di tingkat nasional, tetapi sudah menjadi fenomena
internasional. Mengingat cukup kuatnya landasan hukum untuk anak
melakukan advokasi serta kuatnya desakan dari LSM anak di tingkat
internasional, pada Mei 2002-dalam Sidang Umum PBB-untuk
pertama kali dalam sejarah PBB digelar sesi khusus untuk anak, yang
diikuti lebih dari 400 anak yang merupakan delegasi dan peserta aktif
di setiap pertemuan formal dan sesi pendukung lain. Pada sidang PBB
itu akhirnya berhasil dirumuskan berbagai komitmen yang tersusun
dalam millenium development goals, serta pernyataan anak-anak yang
dikenal dengan dokumen Dunia yang Layak bagi Anak (World Fit for
Children), dengan tujuan dan targetnya yang harus dipenuhi.
Makin banyaknya kasus kenakalan yang menjurus pada prilaku
kriminal di kalangan anak, menjadi alasan mendesak perlunya di
bentuk UU dan lembaga yang bisa menyelesaikan permasalahan anak
dengan hukum.
Rencana UU perlindungan Anak (RUUPA), akan di tetapkan
sebagai UU, akan menjadi landasan hukum guna melindungi
kepentingan dan hak anak. Materi RUUPA menyangkut pemenuhan
hak dan kewajiban anak tanggung jawab negara, perwalian anak ,
kuasa asuh, dan pengangkatan anak, ketentuan pidana, dan
perlindungan anak, yang meliputi bidang kesehatan, agama,
pendidikan dan sosial. RUUPA juga memberikan perlindungan khusus,
yaitu anak yang berhadapan denagan hukum, kelompok minoritas,
anak korban eksploitasi ekonomi dan sexual, anak yang
diperdagangkan, anak korban kerusushan, anak yang menjadi
pengungsi, serta anak dalam situasi konflik bersenjata.
Perlindungan pada anak berdasarkan prinsip :
§ Non dikriminasi
§ Kepentingan bagi anak.
§ Penghargaan terhadap pendapat anak.
§ Hak untuk hidup.
§ Kelangsungan hidup.
§ Perkembangan.
Kementrian Pemberdayaan Perempuan menetapkan UU No 23 tahun
2002 :
Perlindungan anak
Harmonisasi hukum dan perundangan.
Mengembangkan data dan profil anak.
Mengembangkan model intervensi.
Mengembangkan pusat kajian bagi kesejahteraan dan
perlindungan anak di perguruan tinggi.
Meningkatkan kemitraan dengan seluruh pemangku
kepentingan anak menjadi upaya yang dapat mempercepat
peningkatan kesejahteraan dan perlindungan anak.
Program kerja :
Investigasi
NGO, Locxal, nasional dan Internasional.
Instansi pemerintah
Praktisi hukum
Jurnalis
Peneliti
Pemerhati masaalah anak
Badan-badan PBB.
a. Pemberi perawatan
Merupakan peran utama perawat yaitu memberikan pelayanan keperawatan
kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat sesuai dengan masalah
yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai yang kompleks.
Contoh peran perawat sebagai pemberi perawatan adalah peran ketika perawat
memenuhi kebutuhan dasar seperti memberi makan, membantu pasien melakukan
ambulasi dini.
c. Pendidik
Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu
keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan lainya.
Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam keperawatan adalah aspek
pendidikan, karena perubahan tingkah laku merupakan salah satu sasaran dari
pelayanan keperawatan. Perawat harus bisa berperan sebagai pendidik bagi
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Memberi penyuluhan kesehatan
tentang penanganan diare merupakan salah satu contoh peran perawat sebagai
pendidik ( health educator ).
d. Konseling
Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien
terhadap keadaan sehat sakitnya. Adanya perubahan pola interaksi ini merupakan
dasar dalam perencanaan tindakan keperawatan. Konseling diberikan kepada
individu, keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan
pengalaman masa lalu. Pemecahan masalah difokuskan pada; masalah
keperawatan, mengubah perilaku hidup sehat (perubahan pola interaksi).
e. Kolaborasi
Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga, team kesehatan lain berupaya
mengidentifikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan termasuk tukar pendapat
terhadap pelayanan yang diperlukan klien, pemberian dukungan, paduan keahlian
dan ketrampilan dari berbagai professional pemberi palayanan kesehatan. Sebagai
contoh, perawat berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet yang tepat
pada anak dengan nefrotik syndrome. Perawat berkolaborasi dengan dokter untuk
menentukan dosis yang tepat untuk memberikan Antibiotik pada anak yang
menderita infeksi
f. Peneliti
Seorang perawat diharapkan dapat menjadi pembaharu (innovator) dalam ilmu
keperawatan karena ia memiliki kreativitas, inisiatif, cepat tanggap terhadap
rangsangan dari lingkunganya. Kegiatan ini dapat diperoleh diperoleh melalui
penelitian. Penelitian, pada hakekatnya adalah melakukan evalusai, mengukur
kemampuan, menilai, dan mempertimbangkan sejauh mana efektifitas tindakan
yang telah diberikan. Dengan hasil penelitian, perawat dapat mengerakan orang
lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan kebutuhan, perkembangan dan
aspirasi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Oleh karena itu perawat
dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan memanfaatkan media massa atau
media informasi lain dari berbagai sumber. Selain itu perawat perlu melakukan
penelitian dalam rangka mengembagkan ilmu keperawatan dan meningkatkan
praktek profesi keperawatan.
Perawat mempunyai peran dan fungsi yang komplek dan komprehensif
dalam dunia kesehatan. Terkait dengan kesehatan anak, maka peran dan tingkah
laku yang diharapkan dari seorang perawat antara lain sebagai berikut:
1. Peran dan Fungsi Perawat di Rumah Sakit:
a. Peran sebagai pelaksana pelayanan kesehatan, Perawat mempunyai fungsi:
Menyiapkan fasilitas dan lingkungan poliklinik untuk memudahkan
pelayanan, Pengkajian, Pelaksana, yaitu melakukan tindakan darurat ketika
diperlukan, Melaksanakan pencatatan dan pelaporan sesuai sistem yang
berlaku
b. Peran sebagai perawat pengelola, perawat berfungsi: Pembibimbing pekerja
kesehatan atau peserta didik yang sedang melakukan praktek, Mengawasi
pemeliharaan buku register dan kartu pasien, Menyusun permintaan kebutuhan
alat, obat dan bahan yang diperlukan.
2. Peran dan Fungsi Perawat di Puskesmas:
a. Peran sebagai pelaksana pelayanan kesehatan, perawat mempunyai fungsi:
Mengkaji kebutuhan dan status kesehatan pasien yang datang ke puskesmas,
Melakukan tindakan darurat, Melaksanakan sistem pencatatan dan pelaporan
mengenai pelaksanaan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
b. Peran sebagai pengelola, perawat mempunyai fungsi: Membimbing prakarya
RT, pelaksanaan program KIA, Membantu dalam administrasi pasien
3. Peran dan fungsi perawat di Posyandu :
a. Peran sebagai pelaksana pelayanan perawatan, perawat mempunyai fungsi:
Memberi imunisasi kepada ibu, bayi dan balita, Melaksanakan penyuluhan
kepada pasien, Melaksanakan rujukan, Melaksanakan pencatatan dan pelaporan
mengenai pelayanan posyandu
b. Peran sebagai pengelola, perawat mempunyai fungsi: Melatih dan membina
kader kesehatan dalam pelaksanaan tugas di posyandu
Tumbuh kembang merupakan proses yang dinamis dan terus menerus. Prinsip
tumbuh kembang : Perkembangan merupakan hal yang teratur dan mengikuti
rangkaian tertentu, perkembangan merupakan hal yang kompleks, dapat
diprediksi, dengan pola konsisten dan kronologis dan perkembangan adalah
sesuatu yang terarah dan berlangsung terus menerus, dalam pola sebagai
berikut (Dwienda, dkk 2014) :
a. Cephalocaudal : merupakan rangkaian pertumbuhan berlangsung terus
dari kepala ke arah bawah bagian tubuh. Contohnya bayi biasanya
menggunakan tubuh bagian atas sebelum mereka menggunakan tubuh
bagian bawahnya (Santrock, 2011).
b. Proximodistal : perkembangan berlangsung terus dari daerah pusat
(proximal) tubuh ke arah luar tubuh (distal). Contohnya, anak-anak
belajar mengembangkan kemampuan tangan dan kaki bagian atas baru
kemudian bagian yang lebih jauh, dilanjutkan dengan kemampuan
menggunakan telak tangan dan kaki dan akhirnya jari-jari tangan dan
kaki (Papilia, dkk, 2010).
c. Differentiation yaitu ketika perkembangan berlangsung terus dari yang
mudah ke arah yang lebih kompleks. Sedangkan sequential yaitu
perkembang yang kompleks, dapat diprediksi, terjadi dengan pola yang
konsisten dan kronologis seperti tengkurap-merangkak-berdiri-
berjalan. Setiap individu cenderung mencapai potensi maksimum
perkembangannya (Yuniarti, 2015).
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesaui dengan keinginanya sendiri dan
memperoleh kesenangan. (Foster, 1989). Dari definisi diatas dapat disimpulkan
bahwa bermain adalah: “Kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
anak sehari-hari karena bermain sama dengan kerja pada orang dewasa, yang
dapat menurunkan stres anak, belajar berkomunikasi dengan lingkungan,
menyesuaikan diri dengan lingkungan, belajar mengenal dunia dan meningkatkan
kesejahteraan mental serta sosial anak.”
a. Solitary Play
Di mulai dari bayi bayi (toddler) dan merupakan jenis
permainan sendiri atau independent walaupun ada
orang lain di sekitarnya. Hal ini karena keterbatasan
sosial, ketrampilan fisik dan kognitif. Sifatnya adalah
aktif akan tetapi bentuk stimulasi tambahan kurang,
karena dilakukan sendiri dalam perkembangan mental
pada anak, kemudian dapat membantu untuk
menciptakan kemandirian pada anak.
b. Pararel Play
Bermain secara sendiri tetapi di tengah-tengah anak
lain yang sedang bermain akan tetapi tidak ikut dalam
kegiatan orang lain. Sifat dari bermain ini adalah anak
aktif secara sendiri tetapi masih masih dalam satu
kelompok, dengan harapan kemampuan anak dalam
menyelesaikan tugas mandiri dalam kelompok tersebut
terlatih dengan baik.
c. Associative Play
Permainan kelompok dengan tanpa tujuan kelompok.
Yang mulai dari usia toddler dan dilanjutkan sampai
usia prasekolah dan merupakan permainan dimana
anak dalam kelompok dengan aktivitas yang sama
tetapi belum terorganisir secara formal.
d. Therapeutic Play
Merupakan pedoman bagi tenaga tim kesehatan,
khususnya untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
psikososial anak selama hospitalisasi. Dapat membantu
mengurangi stres, memberikan instruksi dan perbaikan
kemampuan fisiologis (Vessey & Mohan, 1990 dikutip
oleh Supartini, 2004). Permainan dengan menggunakan
alat-alat medik dapat menurunkan kecemasan dan
untuk pengajaran perawatan diri pada anak-anak.
Pengajaran dengan melalui permainan dan harus
diawasi seperti: menggunakan boneka sebagai alat
peraga untuk melakukan kegiatan bermain seperti
memperagakan dan melakukan gambar-gambar seperti
pasang gips, injeksi, memasang infus dan sebagainya.
Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh seorang anak bila bermain
dilaksanakan di suatu rumah sakit, antara lain:
Prinsip Bermain di RS :
2) Bibliotheraphy
Bibliotheraphy (biblioterapi) adalah teknik komunikasi terapeutik pada
anak yang dilakukan dengan menggunakan buku-buku dalam rangka
proses therapeutic dan supportive. Sasarannya adalah membantu anak
mengungkapkan perasaan-perasaan dan perhatiannya melalui aktivitas
membaca. Cara ini dapat memberi kesempatan pada anak untuk
menjelajahi suatu kejadian yang sama dengan keadaannya, tetapi
sedikit berbeda.
Mimpi
Mimpi adalah aktivitas tidak sadar sebagai bentuk perasaan dan
pikiran yang ditekan ke alam tidak sadar. Mimpi ini dapat
digunakan oleh perawat untuk mengidentifikasi adanya
perasaan bersalah, perasaan tertekan, perasaan jengkel, atau
perasaan marah yang mengganggu anak sehingga terjadi
ketidaknyamanan.
Meminta untuk menyebutkan keinginan
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak.
Dengan meminta anak untuk menyebutkan keinginan, dapat
diketahui berbagai keluhan yang dirasakan anak dan keinginan
tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran anak pada
saat itu.
Bermain dan permainan
Bermain adalah salah satu bentuk komunikasi yang paling
penting dan dapat menjadi tehnik yang paling efektif untuk
berhubungan dengan anak. Dengan bermain dapat memberikan
petunjuk mengenai tumbuh kembang fisik, intelektual dan
sosial. Perawat dapat melakukan permainan bersama anak
sehingga perawat dapat bertanya dan mengeksplorasi perasaan
anak selama di rumah sakit.
Melengkapi kalimat (sentences completion)
Teknik komunikasi ini dilakukan dengan cara meminta anak
menyempurnakan atau melengkapi kalimat yang dibuat
perawat. Dengan teknik ini, perawat dapat mengetahui perasaan
anak tanpa bertanya secara langsung kepadanya, misalnya
terkait dengan kesehatannya atau perasaannya. Contohnya
sebagai berikut. “Apa yang menyenangkan waktu di rumah?”
“Kalau di rumah sakit ini, apa yang menyenangkan?”.
Pro dan kontra
Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam
menentukan atau mengetahui perasaan dan pikiran anak. Anak
diminta mengajukan pilihan positif atau negatif sesuai dengan
pendapat anak. Teknik ini dimulai dari hal-hal yang bersifat
netral, selanjutnya hal yang serius. Perhatikan contoh berikut.
Topik netral: anak diminta menceritakan hobinya, selanjutnya
anak diminta menyebutkan kebaikan-kebaikan dari hobinya dan
keburukan-keburukan dari hobinya. Teknik Nonverbal Teknik
komunikasi nonverbal dapat digunakan pada anak-anak seperti
uraian berikut.
Menulis
Menulis adalah pendekatan komunikasi yang secara efektif tidak saja
dilakukan pada anak tetapi juga pada remaja. Ungkapan rasa yang sulit
dikomunikasikan secara verbal bisa ampuh dengan komunikasi lewat
tulisan. Cara ini dapat dilakukan apabila anak sudah memiliki
kemampuan untuk menulis.
Melalui cara ini, anak akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada
keadaan sedih, marah, atau lainnya dan biasanya banyak dilakukan
pada anak yang jengkel, marah, dan diam.
Menggambar
Teknik ini dilakukan dengan cara meminta anak untuk
menggambarkan sesuatu terkait dengan dirinya, misalnya perasaan, apa
yang dipikirkan, keinginan, dan lain-lain. Dasar asumsi dalam
menginterpretasi gambar adalah anak-anak mengungkapkan dirinya
melalui coretan atau gambar yang dibuat.
Dengan gambar, akan dapat diketahui perasaan anak, hubungan anak
dalam keluarga, adakah sifat ambivalen atau pertentangan, serta
keprihatinan atau kecemasan pada hal-hal tertentu. Struat dan Sundeen
(1998) menguraikan bahwa dalam berkomunikasi dengan anak dapat
digunakan beberapa teknik, yaitu penggunaan nada suara, mengalihkan
aktivitas, penggunaan jarak fisik, ungkapan marah, dan sentuhan.
Nada suara
Gunakan nada suara lembut, terutama jika emosi anak dalam keadaan
tidak stabil. Hindari berteriak karena berteriak hanya akan mendorong
pergerakan fisik dan merangsang kemarahan anak semakin meningkat.
Aktivitas
pengalihan Untuk mengurangi kecemasan anak saat berkomunikasi,
gunakan aktivitas pengalihan, misalnya membiarkan anak bermain
dengan barang-barang kesukaannya, seperti boneka, handphone,
mobil-mobilan, kacamata, dan lain-lain. Komunikasi dilakukan sambil
menggambar bersama anak. Bermacam-macam aktivitas ini akan
berdampak fokus anak teralihkan sehingga dia merasa lebih
rileks/santai saat berkomunikasi.
Pembicaraan atau komunikasi akan terasa lancar dan efektif jika kita
sejajar. Saat berkomunikasi dengan anak, sikap ini dapat dilakukan
dengan cara membungkuk atau merendahkan posisi kita sejajar dengan
anak. Dengan posisi sejajar, kita dapat mempertahankan kontak mata
dengan anak dan mendengarkan secara jelas apa yang
dikomunikasikan anak.
Ungkapan marah
Kadang-kadang anak merasa jengkel, tidak senang, dan marah. Pada
situasi ini, izinkanlah anak untuk mengungkapkan perasaan marahnya
serta dengarkanlah dengan baik dan penuh perhatian apa yang
menyebabkan dia merasa jengkel dan marah.
Untuk memberikan ketenangan pada anak saat marah, duduklah dekat
dia, pegang tangan/pundaknya, atau peluklah dia. Dengan cara-cara
seperti tersebut, anak akan merasa aman dan tenang bersama Anda.
Sentuhan
Sentuhan adalah kontak fisik yang dilakukan dengan cara memagang
sebagian tangan atau bagian tubuh anak, misalnya pundak, usapan di
kepala, berjabat tangan, atau pelukan, bertujuan untuk memberikan
perhatian dan penguatan terhadap komunikasi yang dilakukan antara
anak dan orang tua
1) Penerapan komunikasi sesuai tingkat perkembangan anak
Perkembangan komunikasi pada bayi dan anak tergantung dari
perkembangan otak dan fungsi kognitifnya. Perkembangan ini juga
berhubungan dengan kematangan atau kemampuan organ sensorik
dalam menerima rangsangan atau stimulus internal maupun eksternal.
Penerapan komunikasi pada bayi (0 – 1 tahun)
Tangisan bayi itu adalah cara bayi memberitahukan bahwa ada sesuatu
yang tidak enak ia rasakan, misalnya lapar, popok basah, kedinginan,
lelah, dan lain-lain.
Bayi yang agak besar akan merasa tidak nyaman jika dia melakukan
kontak fisik dengan orang yang tidak dikenalnya. Bayi akan
tersenyum, menggerak-gerakkan kaki dan tangannya berulang-ulang
jika dia ingin menyatakan kegembiraannya, serta menjerit, menangis,
atau merengek jika dia merasa tidak nyaman.
2) Penerapan komunikasi
pada kelompok toddler (1—3 tahun) dan prasekolah (3— 6 tahun)
Pada kelompok usia ini, anak sudah mampu berkomunikasi secara
verbal ataupun nonverbal. Anak sudah mampu menyatakan keinginan
dengan menggunakan kata-kata yang sudah dikuasainya. Ciri khas
anak kelompok ini adalah egosentris, yaitu mereka melihat segala
sesuatu hanya berhubungan dengan dirinya sendiri dan melihat sesuatu
hanya berdasarkan sudut pandangnya sendiri.
Contoh implementasi komunikasi dalam keperawatan sebagai berikut.
a) Memberi tahu apa yang terjadi pada diri anak.
b) Memberi kesempatan pada anak untuk menyentuh alat
pemeriksaan yang akan digunakan.
c) Nada suara rendah dan bicara lambat. Jika anak tidak
menjawab, harus diulang lebih jelas dengan pengarahan yang
sederhana.
d) Hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti kata-kata,
“jawab dong”.
e) Mengalihkan aktivitas saat komunikasi, misalnya dengan
memberikan mainan saat komunikasi.
f) Menghindari konfrontasi langsung.
g) Jangan sentuh anak tanpa disetujui dari anak.
h) Bersalaman dengan anak saat memulai interaksi karena
bersalaman dengan anak merupakan cara untuk
menghilangkan perasaan cemas.
i) Mengajak anak menggambar, menulis, atau bercerita untuk
menggali perasaan dan fikiran anak.
3) Komunikasi pada usia sekolah (7—11 tahun)
Pada masa ini, anak sudah mampu untuk memahami komunikasi
penjelasan sederhana yang diberikan. Pada masa ini, anak akan banyak
mencari tahu terhadap hal-hal baru dan akan belajar menyelesaikan
masalah yang dihadapinya berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya.
Pada masa ini, anak harus difasilitasi untuk mengekspresikan rasa
takut, rasa heran, penasaran, berani mengajukan pendapat, dan
melakukan klarifikasi terhadap hal-hal yang tidak jelas baginya.
Contoh implementasi komunikasi dalam keperawatan sebagai berikut.
d. Memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak dengan
menggunakan katakata sederhana yang spesifik.
e. Menjelaskan sesuatu yang ingin diketahui anak.
f. Pada usia ini, keingintahuan pada aspek fungsional dan
prosedural dari objek tertentu sangat tinggi.
g. Jangan menyakiti atau mengancam sebab ini akan membuat
anak tidak mampu berkomunikasi secara efektif.
3.1.4 Konsep Anticipatory Guidance (Keamanan dan Pencegahan Kecelakaan
pada Anak
3.1.4.1 Pengertian
Anticipatory bersifat lebih dulu, antisipasi. Sedangkan guidance adalah
bimbingan, pedoman, petunjuk. Jadi Anticipatory Guidance adalah
pedoman/ petunjuk untuk mengantisipasi sebelum masalah kesehatan /
tumbuh kembang terjadi. Anticipatory Guidance merupakan tantangan
karena rentang dan kompleksitas dari masalah, perbedaan individual di
antara anak normal dan keluarganya. Waktu yang terbatas pada saat
supervisi kesehatan.
3.1.4.1 Pengertian
Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit menular seperti
campak, difteri, dll. Beberapa vaksin imunisasi dapat diberikan tidak hanya
untuk anak sejak bayi hingga remaja, imunisasi ini bisa juga diberikan
untuk orang dewasa. Imunisasi merupakan pembentukan antibodi yang
berguna untuk meningkatkan kekebalan tubuh pada seseorang sehingga
dapat mencegah atau mengurangi akibat penularan Penyakit yang Dapat
Dicegah Dengan imunisasi (PD3I).
Menurut Hidayat (2008) Imunisasi merupakan salah satu cara untuk
memberikan kekebalan kepada bayi dari berbagai macam penyakit,
sehingga diharapkan anak tetap dalam keadaan sehat. Imunisasi bertujuan
untuk mencegah bagi diri sendiri dan dapat melindungi orang sekitarnya.
Imunisasi sendiri memberikan kekebalan individu dan kelompok atau
komunitas. Semakin banyak yang tidak diimunisasi dalam suatu komunitas
risiko penularan semakin tinggi, bahkan yang sudah di imunisasi dapat
tertular.
Pada penelitian Albertina, Febriana, Firmanda, Permata dan Gunardi (2008)
menyebutkan imunisasi merupakan upaya pencegahan primer yang
digunakan untuk mencegah terjangkitnya infeksi yang dapat dicegah
dengan imunisasi. Program Pengembangan Imunisasi (PPI) telah
dicanangkan oleh WHO sejak tahun 1974 dengan tujuh penyakit target
yaitu difteri, tetanus, pertussis, polio, campak, TBC, dan hepatitis B. Di
Indonesia sendiri sudah melaksankan PPI sejak tahun 1977.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filosofi keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan yang
dimiliki perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada anak yang
berfokus pada keluarga (family centered care), dan pencegahan terhadap trauma
(atraumatic care). Atraumatic care adalah perawatan yang tidak menimbulkan
trauma pada anak dan keluarga. Atraumatic care sebagai bentuk perawatan
teraupetik dapat diberikan kepada anak dan keluarga dengan mengurangi dampak
psikologis dari tindakan keperawatan yang diberikan.
Paradigma keperawatan anak merupakan landasan berpikir dalam penerapan
ilmu keperawatan anak dimana landasan berpikir tersebut terdiri dari : anak,
sehat-sakit, lingkungan, dan keperawatan.
Secara fisiologis maupun psikologis asuhan keperawatan pediatric merupakan
fenomena yang spesial. Untuk menghadapi tantangan berespons terhadap
kebutuhan anak, banyak fasilitas asuhan keperawatan dewasa ini diperlengkapi
dengan unit pediatrik terpisah, sehingga perawat dan staf asuhan keperawatan
profesional lainnya dapat memberikan terapi berdasarkan kebutuhan individual
pasiennya masing-masing.
B. Saran
Calon perawat harus mengetahui konsep dasar keperawatan anak dan
memperhatikan pasien, anak atau keluarga klien untuk melakukan asuhan
keperawatan di dunia kerja maupun di dunia praktek klinik klinik keperawatan
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
https://aanfien.wordpress.com/2012/11/10/konsep-bermain-pada-anak/
http://eprints.umm.ac.id/41863/3/jiptummpp-gdl-islamiyahn-47573-3-babii.pdf
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Komunikasi-dalam-Keperawatan-Kom
http://eprints.umpo.ac.id/1096/4/BAB%201.pdf
https://studylibid.com/doc/136157/bab-i-pendahuluan-latar-belakang-memiliki-
anak-dengan
http://eprints.umm.ac.id/41481/3/BAB%20II.pdf
Hidayat, Aziz alimul (2005).Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Ed I: Jakarta,
Salemba Medika