Anda di halaman 1dari 3

BAB 2

KERANGKA TEORI

2.1. Pengertian

Menurut Oberg (1960), culture shock adalah penyakit mental yang tidak
disadari oleh individu yang tiba-tiba pindah ke dalam suatu kebudayaan yang
berbeda dari kebudayaan sebelumnya.1

2.2. Dimensi Culture Shock

Ward (2001) kemudian membagi culture shock mejadi beberapa dimensi


yang dikenal dengan ABCs of Culture Shock, yaitu:

a. Affective

Dimensi ini erat hubungannya dengan perasaan dan emosi yang bisa
menjadi positif dan negatif. Individu biasanya mengalami kebingungan
dan kewalahan karena masuk ke lingkungan yang berbeda dari biasanya.
Individu merasa bingung, cemas,disorientasi, curiga, dan juga sedih karena
datang ke lingkungan yang tidak familiar2. Individu juga merasa tidak
tenang, tidak aman dan takut ditipu atau dilukaii dan merasa kehilangan
orang-orang terdekatnya.

b. Behavior

Dimensi ini berkaitan dengan pembelajaran budaya dan


pengembangan keterampilan sosial. Biasanya, individu mengalami
kekeliruan aturan, kebiasaan, dan asumsi yang mengatur interaksi.
Individu yang datang dari daerah berbeda kurang memiliki pengetahuan
dan keterampilan sosial mengenai daerah yang didatangi nya, akan
mengalami kesulitan dalam memulai serta mempertahankan hubungan di

1
Hasibuan Rizky M. W dkk. Hubungan antara Interaksi Sosial dengan Culture Shock pada
Mahasiswa Luar Jawa du Universitas Sebelas Maret Surakarta. Hal 4.
2
Inar Nalarati. 2015. Gambaran Culture Shock pada Mahasiswa Asing Asal Malaysia, Thailand,
dan Vietnam UIN Sultan Syarif Kasim Riau. Hal 20
lingkungan tersebut. Individu sering mengalami sulit tidur, selalu buang
air kecil, sakit fisik dan tidak nafsu makan.

c. Cognitive

Dimensi ini merupakan penggabungan antara affective dan behavior


dengan perubahan persepdi individu dalam mengidentifikasi etnis serta
nilai-nilai akibat adanya kontak budaya. Individu biasanya kehilangan hal-
hal yan dianggap benar dan akan memiliki pandangan negatif serta
kesulitan bahasa karena berbeda dari daerah asalnya.

2.3. Faktor Yang Mempengaruhi Culture Shock

Menurut Furnham dan Bochner (dalam Manz, 2003) terdapat faktor-faktor


yang mempengaruhi culture shock, yaitu:

a. Adanya perbedaan budaya. Lamanya culture shock yang akan dialami


oleh individu dipengaruhi oleh tingkat perbedaan budaya antara
lingkungan asal dan lingkungan baru. Culture shock akan sangat amat
cepat dirasakan ketika seluruh aspel terasa berbeda.
b. Adanya perbedaan individu. Setiap individu memiliki kepribadian
serta kemampuan beradaptasi yang berbeda. Kepribadian serta
kemampuan adaptasi yang berbeda, akan membedakan bagaimana
individu mampu mengatasi culture shock yang dialaminya.
c. Pengalaman lintas budaya sebelumnya. Pengalaman-pengalaman
individu di masa lalu, akan berpengaruh pada proses adaptasi di
lingkungan baru lainnya.

2.4. Gejala Culture Shock

Gejala-gejala culture shock yang dialami oleh individu adalah, sebagai


berikut:

a. Kesedihan, kesepian,dan kelengangan


b. Preokupasi
c. Kesulitan tidur (tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit)
d. Perubahan perilaku, tekanan dan depresi
e. Kemarahan serta keengganan untuk berhubungan dengan orang lain
f. Kehilangan identitas
g. Berusaha terlalu keras untuk menyerap segala dari budaya baru
h. Tidak percaya diri
i. Merasa kekurangan, kehilangan dan kegelisahan
j. Rindu keluarga

2.5. Dampak Terjadinya Culture Shock

Dari segala penyebab dan gejala yang sudah ada sebelumnya, maka
culture shock pasti memiliki dampak tersendiri. Dampak culture shock yang
akan dialami pada awal kepindahan adalah perasaan terisolasi dari budaya
yang lama. Pada saat terseut, individu mulai menyadari bahwa terdapat
perbedaan antara budaya yang lama dan budaya baru. Dampak selanjutnya
adalah timbulnya paham etnosentris pada diri individu dengan memandang
rendah budaya tuan rumah. Hal ini mampu meningkatkan emosional dalam
diri individu menjadi lebih agresif dan mudah marah3. Selain dampak-dampak
yang negatif tersebut, dampak positif dari adanya culture shock adalah
meningkatkan rasa toleransi dan saling menghormati antar sesama. Individu
yang mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya, memiliki rasa
toleransi dan menghormati yang tinggi terhadap budaya tuan rumah.

3
Marshellena Devinta dkk. Fenomena Culture Shock (Gegar Budaya) Pada Mahasiswa Perantauan
di Yogyakarta. Hal 9

Anda mungkin juga menyukai