KERANGKA TEORI
2.1. Pengertian
Menurut Oberg (1960), culture shock adalah penyakit mental yang tidak
disadari oleh individu yang tiba-tiba pindah ke dalam suatu kebudayaan yang
berbeda dari kebudayaan sebelumnya.1
a. Affective
Dimensi ini erat hubungannya dengan perasaan dan emosi yang bisa
menjadi positif dan negatif. Individu biasanya mengalami kebingungan
dan kewalahan karena masuk ke lingkungan yang berbeda dari biasanya.
Individu merasa bingung, cemas,disorientasi, curiga, dan juga sedih karena
datang ke lingkungan yang tidak familiar2. Individu juga merasa tidak
tenang, tidak aman dan takut ditipu atau dilukaii dan merasa kehilangan
orang-orang terdekatnya.
b. Behavior
1
Hasibuan Rizky M. W dkk. Hubungan antara Interaksi Sosial dengan Culture Shock pada
Mahasiswa Luar Jawa du Universitas Sebelas Maret Surakarta. Hal 4.
2
Inar Nalarati. 2015. Gambaran Culture Shock pada Mahasiswa Asing Asal Malaysia, Thailand,
dan Vietnam UIN Sultan Syarif Kasim Riau. Hal 20
lingkungan tersebut. Individu sering mengalami sulit tidur, selalu buang
air kecil, sakit fisik dan tidak nafsu makan.
c. Cognitive
Dari segala penyebab dan gejala yang sudah ada sebelumnya, maka
culture shock pasti memiliki dampak tersendiri. Dampak culture shock yang
akan dialami pada awal kepindahan adalah perasaan terisolasi dari budaya
yang lama. Pada saat terseut, individu mulai menyadari bahwa terdapat
perbedaan antara budaya yang lama dan budaya baru. Dampak selanjutnya
adalah timbulnya paham etnosentris pada diri individu dengan memandang
rendah budaya tuan rumah. Hal ini mampu meningkatkan emosional dalam
diri individu menjadi lebih agresif dan mudah marah3. Selain dampak-dampak
yang negatif tersebut, dampak positif dari adanya culture shock adalah
meningkatkan rasa toleransi dan saling menghormati antar sesama. Individu
yang mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya, memiliki rasa
toleransi dan menghormati yang tinggi terhadap budaya tuan rumah.
3
Marshellena Devinta dkk. Fenomena Culture Shock (Gegar Budaya) Pada Mahasiswa Perantauan
di Yogyakarta. Hal 9