D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas izin, rahmat dan
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah dengan judul
“KONSEP TATA LETAK RUANG PENYELENGGARAAN MAKANAN PADA
ASRAMA TARUNA” ini disusun dengan tujuan untuk melengkapi tugas pertama semester
ke empat untuk mata kuliah SPMI. Melalui makalah ini, saya berharap agar saya dan
pembaca mampu mengenal lebih jauh mengenai hubungan Penyelenggaran Makanan pada
Asrama Taruna, baik dari tempat, petugas, sistem, susunan menu, dapur dan ruang makanan,
hygiene dan sanitasi, pola letak dapur, perencanaan dasar, sampai dengan penanganan
sampah dan limbah.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam
proses penyusunan makalah ini khususnya kepada dosen SPMI, yaitu Rohanta Siregar, MM,
M.Kes. Yang bersedia membimbing dan mengarahkan saya dalam penyusunan makalah ini.
Saya berharap agar makalah yang telah saya susun ini dapat memberikan inspirasi bagi
pembaca dan penulis yang lain. Saya juga berharap agar makalah ini menjadi acuan yang
baik dan berkualitas.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................... 1
A. Latar Belakang.............................................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan............................................................................................... 2
C. Manfaat Penulisan......................................................................................... 2
A. Penyelenggaraan Makanan.......................................................................................
B. Sifat Penyelenggaraan.............................................................................................
C. Menu........................................................................................................................
D. Input Penyelenggaraan Makanan.............................................................................
E. Higiene dan Sanitasi................................................................................................
A. Kesimpulan..........................................................................................................
B. Saran..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN PENULISAN
C. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi institusi dapat dijadikan masukan kepada Politeknik Ilmu Pelayaran untuk
mutu pelayanan gizi terkait dengan penyelenggaraan makanan yang ada di asrama
2. Bagi responden dapat dijadikan sarana pendidikan gizi bagi responden
3. Bagi masyarakat Sebagai sarana pendidikan gizi bagi masyarakat, melalui
publikasi yang dilakukan
4. Bagi peneliti sebagai pengalaman belajar tentang penyelenggaraan makanan
institusi asrama.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penyelenggaraan Makanan
Makanan merupakan salah satu kebutuhan utama manusia. Oleh karena itu,
penyelenggaraan makanan merupakan suatu keharusan, baik dilingkungan keluarga maupun
diluar lingkungan keluarga. Penyelenggaraan makanan dilingkungan keluarga diperlukan
oleh sekelompok konsumen karena berbagai hal tidak dapat makan bersama dengan keluarga
dirumah. Mereka itu dapat terdiri dari para karyawan pabrik atau perusahaan, pekerja
perkebunan, para prajurit, orang sakit, penghuni asrama atau panti asuhan, narapidana, dan
sebagainya. Mereka ini memerlukan pelayanan makanan diluar rumah yang diselenggarakan
secara khusus untuk mereka. Penyelenggaraan makanan bagi sekelompok konsumen yang
bukan merupakan satu keluarga, tetapi merupakan satu kesatuan yang dikenal dengan istilah
penyelenggaraan makanan kelompok (Sjahmien Moehyi, 1992:3).
B. Sifat penyelenggaraan
C. Menu
Menu adalah susunan hidangan yang dihidangkan dalam satu waktu makan
(Marwanti, 2000:13). Menu adalah susunan makanan yang dimakan oleh seseorang untuk
sekali makan atau untuk sehari (Sunita Almatsier, 2001:285). Menurut Rizqie Auliana (1999:
63), menu berarti susunan makanan atau hidangan yang disantap oleh seseorang atau
sekelompok orang setiap kali makan. Kata menu berarti „hidangan makanan yang disajikan
dalam suatu acara makna, baik makan sian maupun makan malam (Sjahmien Moehyi, 1992:
51). Susunan hidangan yang disajikan harus mengandung asupan zat gizi yang diperlukan
tubuh, sehingga tubuh mampu melakukan aktivitas. Cara untuk memperoleh asupan zat gizi
yang diperlukan tubuh diperlukan suatu perencanaan menu seimbang.
Menurut Rizqie Auliana (1999: 63), menu seimbang ialah menu yang disusun
menggunakan semua golongan makanan dan penggantinya sehingga susunan makanan
tersebut lengkap dan memenuhi kebutuhan akan semua zat-zat gizi untuk mencapai kesehatan
yang optimal. Menu seimbang adalah menu yang terdiri dari beraneka ragam makanan dalam
jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna
pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan dan
perkembangan (Sunita Almatsier, 2001:285). Menu seimbang ialah susunan hidangan
makanan yang disajikan sesuai dengan 17 kebutuhan gizi meliputi karbohidrat, lemak,
protein, mineral, vitamin yang dibutuhkan konsumen.
Dalam penyelenggaraan makanan institusi, menu dapat disusun untuk jangka waktu
yang cukup lama, misalnya untuk selama tujuh hari atau sepuluh hari. Menu yang disusun
seperti ini disebut menu induk (master menu). Menu induk digunakan sebagai patokan dalam
penyelenggaraan makanan. Menu makanan indonesia umumnya tidak serumit menu makanan
eropa. Menu yang dianggap lazim disemua daerah di indonesia umumnya terdiri dari susunan
hidangan sebagai berikut : 1) Hidangan makanan pokok yang umumnya terdiri dari nasi.
Berbagai variasi masakan nasi sering juga digunakan seperti nasi uduk, nasi minyak, nasi
kuning, dan nasi tim. Disebut makanan pokok karena dari makanan inilah tubuh memperoleh
sebagian besar zat gizi yang diperlukan tubuh. 2) Hidangan lauk-pauk, yaitu masakan yang
terbuat dari bahan makanan hewani yang berupa daging sapi,kerbau, atau unggas seperti
ayam, burung dara, dan bebek. Selain itu, bahan makanan hewani dapat juga berupa ikan,
udang, kepiting, atau berbagai jenis hasil laut lainnya. Lauk-pauk nabati biasanya berupa
lauk-pauk yang terbuat dari kacang-kacangan atau hasil olahannya seperti tempe dan tahu.
Bahan-bahan makanan itu dimasak dengan berbagai cara, seperti masakan berkuah, masakan
tanpa kuah, dipanggang, dibakar, digoreng, atau jenis masakan lainnya. 3) Hidangan berupa
sayur-mayur. Biasanya hidangan ini berupa masakan berkuah karena berfungsi sebagai
pembasah nasi agar mudah ditelan. 18 Hidangan sayur-mayur dapat lebih dari satu macam
masakan yang biasanya terdiri dari gabungan masakan berkuah dan tidak berkuah. 4)
Hidangan yang terdiri dari buah-buahan, baik dalam bentuk buah-buahan segar atau buah-
buahan yang sudah diolah seperti setup atau sari buah. Hidangan ini berfungsi sebagai
penghilang rasa yang kurang sedap sehabis makan sehingga diberi nama pencuci mulut.
Penyusunan menu dalam penyelenggaraan makanan institusi dan jasa boga memiliki faktor-
faktor yang harus dipenuhi, antara lain sebagai berikut : 1) Kebutuhan gizi penerima makanan
2) Kebiasaan makan penerima 3) Makanan yang harus bervariasi 4) Biaya yang tersedia 5)
Iklim dan musim 6) Peralatan untuk mengolah makanan 7) Ketentuan-ketentuan lain yang
berlaku pada institusi (Sjahmien Moehyi, 1992: 52-53).
Selain beberapa hal diatas, dalam penyusunan menu juga memiliki dasar-dasar yang
harus dipertimbangkan sebagai berikut : 1) Tujuan penyusunan menu dibedakan menjadi
menu untuk sehari-hari dan menu untuk kesempatan khusus. 2) Anggaran atau dana yang
tersedia. 3) Kebutuhan gizi. 19 4) Sasaran penyajian yang meliputi jumlah yang akan makan,
umur, selera makan, larangan agama, tradisi daerah, jenis pekerjaan, jenis kelamin, dan
keadaan seseorang. 5) Variasi menu yang meliputi rasa, rupa, bentuk, konsistensi, bahan
makanan, dan teknik olah. 6) Waktu makan meliputi makan pagi, siang, atau malam. 7)
Bahan makanan yang sedang musim. 8) Orang yang memasak. 9) Alat yeng tersedia, alat
masak maupun alat hidang(Marwanti, 2000: 29). Perencanaan menu berarti merencanakan :
1) Makanan apa yang akan disajikan. 2) Berapa banyak makanan yang harus di sediakan. 3)
Bahan makanan apa saja dan berapa banyak bahan makanan itu diperlukan. 4) Bagaimana
memasak makanan itu, apakah diperlukan peralatan khusus atau cara penanganan khusus. 5)
Bagaimana menyajikan makanan itu kepada konsumen (Sjahmien Moehyi, 1992: 44-45).
Berdasarkan beberapa pendapat dari beberapa penulis diatas, dapat diperoleh kesimpulan
bahwa penyusunan menu dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut,
antara lain: 1) Kebutuhan gizi penerima makanan Kebutuhan energi dapat diartikan sebagai
tingkat asupan energi yang dapat dimetabolisasi dari makanan yang akan menyeimbangkan
keluaran 20 energi, ditambah dengan kebutuhan tambahan untuk pertumbuhan (Arisman,
2007:159). Makanan yang disajikan harus dapat memenuhi kebutuhan gizi penerima
makanan tersebut. Kebutuhan gizi dapat diketahui dengan cara analisis data berupa jumlah
calon konsumen, umur, jenis kelamin, aktivitas, status kesehatan.
Menurut Rizqie Auliana (1999: 64), analisis data bertujuan mengungkap informasi
mengenai kecukupan gizi konsumen terhadap energi, lemak, protein,vitamin dan mineral.
Selanjutnya kebutuhan zat gizi diterjemahkan dalam bentuk bahan makanan yang didasarkan
dari DKBM (Daftar Kebutuhan Bahan Makanan). Penentuan kebutuhan energi, perlu
memperhatikan kegiatan fisik yang dilakukan. Kebutuhan BMR akan berbeda dengan
kebutuhan kegiatan fisik seperti berlari, oleh karenanya, penting untuk menghitung derajat
kegiatan fisik. Selain menentukan kebutuhan energi satu hari seseorang perlu juga
mengetahui aktivitas fisik orang tersebut. Hal ini karena setiap aktifitas fisik memerlukan
energi untuk bergerak. Besarnya energi yang digunakan tergantung dari jenis, intensitas dan
lamanya aktifitas fisik.
Tenaga Kerja Menurut Moehyi (1992) jenis tenaga kerja yang diperlukan dalam
penyelenggaraan makanan baik komersial maupun non komersial pada umumnya dapat
dibagi menjadi tiga kelompok tenaga kerja yaitu:
1. Kelompok tenaga pengelola
Kelompok tenaga ini bertanggung jawab dalam penyusunan menu, standardisasi kualitas,
dan cita rasa makanan yang dihasilkan, serta efisiensi penggunaan dana dan daya
yang tersedia sehingga biaya penyelenggaraan makanan dapat ditekan serendah
mungkin tanpa mengurangi mutu dan cita rasa makanan.
2. Kelompok tenaga pelaksana
Kelompok ini bertanggung jawab dalam pelaksanaan produksi makanan dan distribusi
makanan kepada konsumen. Jenis tenaga dalam kelompok ini adalah mereka yang yang
mempunyai keahlian dalam kegiatan masak-memasak (boga), selain telah mengikuti
pendidikan formal dalam kebogaan juga cukup mempunyai pengalaman dalam masak-
memasak untuk kelompok.
3. Kelompok tenaga pebantu pelaksana
Kelompok tenaga pembantu pelaksana penyelenggaraan makanan adalah mereka yang
terlibat dalam kegiatan penyelenggaraan makanan tetapi tidak mempunyai tanggung jawab
khusus. Umumnya mereka hanya membantu tenaga pelaksana untuk menyelesaikan
tugasnya seperti membersihkan bahan makanan, memotong, mengiris, atau membantu
pekerjaan memasak lainnya termasuk membersihkan peralatan. Penyelenggaraan makanan
(gizi kuliner) masal perlu dikelola oleh suatu organisasi yang dipimpin atau dikepalai
oleh seorang ahli atau orang yang berpengalaman dalam bidang penyelenggaraan
makanan. Penyelenggaraan gizi kuliner dalam jumlah banyak seperti rumah sakit, hotel,
asrama, dan sejenisnya perlu ada organisasi pengelola yang terdiri atas ketua, pengurus,
dan anggota. Ketua atau pimpinan mempunyai pengethuan manajemen penyelenggaraan
makanan yang meliputi pengetahuan gizi dasar, pengetahuan tentang pengadaan bahan
pangan termasuk penyimpanan, pengolahan, penghidangan, evaluasi, dan pelaporan
(Tarwotjo 1998).
E. Anggaran Dana
Biaya yang tersedia untuk penyelenggaraan makanan harus diperhitungkan dengan
baik. Pada penyelenggaraan makanan institusi biasanya telah ditetapkan biayanya dalam
anggaran biaya tahunan. Makanan yang disajikan harus sesuai dengan jumlah anggaran yang
tersedia (Moehyi 1992). Pemberian makanan di kantin perusahaan sebaiknya dilakukan
dengan menggunakan kupon-kupon makan yang didapat oleh karyawan sebagai bagian
dari upah atau gaji karyawan. Pembayaran dengan uang tunai sedapat mungkin dihindari
karena ada saat-saat dimana mereka tidak mempunyai uang atau tidak mampu membeli
dalam arti yang tidak mencukupi kebutuhannya (Yuliati dan Santoso 1995).
Menurut Depkes (1991a) dana untuk mengelola makanan tenaga kerja dapat
bersumber dari:
1.Dana sepenuhnya diusahakan oleh pihak perusahaan.
2.Dana dikelola oleh kerjasama pihak perusahaan dan tenaga kerja.
3.Pekerja sepenuhnya dengan fasilita asarana dan peralatan dari perusahaan.
4. Dana dikelola oleh pekerja dengan subsidi perusahaan. Sarana Fisik dan Peralatan
Tempat penyelenggaraan makanan gizi kuliner adalah suatu ruangan yang digunakan
untuk menjalankan semua kegiatan yang berkaitan dengan gizi
kuliner. Kegiatannya dimulai dari perencanaan sampai distribusi atau menghidangkan
makanan yang telah dimasak (Tarwotjo 1998). Penyediaan makanan bagi masyarakat
pekerja mempunyai beberapa alternatif bagi perusahaan untuk menetapkan prosedur dalam
pengadaan sarana fisik dan peralatan penyelenggaraan makanan:
1. Perusahaan menyediakan sarana fisik dan peralatan dalam pengolahan makanan seperti
dapur, peralatan dan perlengkapannya, dan ruang makan.
2.Perusahaan menyediakan ruang distribusi makanan, ruang makan, dan fasilitasnya.
Sebelum menetapkan sarana fisik, peralatan, dan perlengkapan dalam pengolahan makanan
terlebih dahulu perusahaan menetapkan sisitem pengolahan dan cara pelayanan makanan
yang akan dilaksanakan.
Pengertian sanitasi makanan menurut Dit. Higiene dan Sanitasi Dit. Jen
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular adalah salah satu usaha
pencegahan yang menitikberatkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk
membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat
mengganggu atau merusak kesehatan, mulai dari sebelum makanan itu
diproduksi, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan,
penjualan, sampai pada saat dimana makanan dan minuman tersebut siap untuk
dikonsumsi masyarakat/konsumen (Depkes 2003c).
Higiene sanitasi adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan,
orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat
menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan. Persyaratan higiene dan
sanitasi adalah ketentuan-ketentuan teknis yang ditetapkan terhadap produk
rumah makan, personal, dan perlengkapannya yang memenuhi persyaratan
bakteorologis, kimia,dan fisik.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Penyelenggaraan Makanan
Penyelenggaraan Makanan Institusi/massal (SPMI/M) adalah penyelenggaraan
makanan yang dilakukan dalam jumlah besar atau massal. Batasan mengenai jumlah yang
diselenggarakan di setiap negara bermacam-macam, sesuai dengan kesepakatan
masingmasing. Di Inggris dianggap penyelenggaraan makanan banyak adalah bila
memproduksi 1000 porsi perhari, dan di Jepang 3000-5000 porsi sehari.
Sedangkan di Indonesia penyelenggaraan makanan banyak atau massal yang
digunakan adalah bila penyelenggaraan lebih dari 50 porsi sekali pengolahan. Sehingga kalau
3 kali makan dalam sehari, maka jumlah porsi yang diselenggarakan adalah 150 porsi sehari.
Berkembangnya kegiatan penyelenggaraan atau pelayanan makanan dalam jumlah besar pada
institusi-institusi (misalnya: asrama, pelayanan makanan anak sekolah, restoran/rumah
makan, warung dan cafe) terutama di perkotaan adalah disebabkan oleh karena kurang
tersedianya waktu untuk menyiapkan makanan bagi keluarga karena semakin banyak para
wanita yang bekerja di luar rumah untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Di samping itu
faktor jarak ke tempat tugas yang jauh, kesulitan dalam perjalanan sehingga makanan yang
dibawa menjadi rusak dan kemajuan teknologi menuntut penggunaan jam kerja yang efektif
bagi tenaga kerja. Oleh karena itu keberadaan tempat pelayanan makanan di berbagai tempat
sudah menjadi sangat penting. Bahkan saat ini semakin banyak kita temukan penjaja
makanan (food vendors) yang menyediakan makanan di sepanjang jalan baik di kota maupun
di pedesaan, sehingga mempermudah setiap orang yang membutuhkan makanan setiap saat.
Untuk dapat menyediakan makanan yang baik bagi konsumen tersebut maka dalam
pelayanan makanan, pihak penyelenggara harus menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Makanan harus memenuhi kebutuhan gizi konsumen.
2. Memenuhi syarat higiene dan sanitasi.
3.Peralatan dan fasilitas memadai dan layak digunakan.
4. Memenuhi selera dan kepuasan konsumen.
5. Harga makanan dapat dijangkau konsumen.
Jumlah Tenaga PMI di Asrama Untuk asrama dan panti sosial yang melayani sekitar
1350 orang untuk 3x makan per hari dengan menu di tetapkan (fixed menu) dandengan
sistem pelayanan cafetaria dan tenaga yang di butuhkansebagai berikut :
a. D3 Gizi : 1 orang
b. Pemasak : 2 orang
c. Pembantu pemasak : 2 orang
d. Tenaga kebersihan : 2 orang
e. Pelayan : 2 orang Apabila menu yang di sediakan adalah menu pilihan, maka
tenagakerja yang di butuhkan menjadi lebih banyak.
Bahan makanan sesuai dengan kelompok bahan makanan antara lain: a. Kumpulan
makanan pokok misalnya : nasi, kentang, bihun, mie, roti, jagung. b. Kumpulan lauk hewani
misalnya : daging ayam, telur, ikan, udang, cumi, daging sapi. c. Kumpulaan lauk nabati
misalnya : tahu, tempe, oncom, kacang hijau, kacang tanah. d. Kumpulan sayuran misalnya :
labu siam, wortel, buncis, bayam, kangkung. e. Kumpulan buah misalnya : jeruk, pisang,
melon, semangka, pepaya, apel, mangga. f. Setelah dilakukan inventarisasi terhadap jenis
bahan makanan sesuai dengan kelompoknya maka disusun pola menu yang sesuia dengan
jadwal makan
Makan Pagi Selingan Pk. Makan Siang Selingan Pk. Makan Malam
Pk. 07.00Wib 10.00Wib Pk. 12.00Wib 15.00Wib Pk. 18.00Wib
Pengertian sanitasi makanan menurut Dit. Higiene dan Sanitasi Dit. Jen
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular adalah salah satu usaha
pencegahan yang menitikberatkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk
membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat
mengganggu atau merusak kesehatan, mulai dari sebelum makanan itu
diproduksi, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan,
penjualan, sampai pada saat dimana makanan dan minuman tersebut siap untuk
dikonsumsi masyarakat/konsumen (Depkes 2003c).
Higiene sanitasi adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan,
orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat
menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan. Persyaratan higiene dan
sanitasi adalah ketentuan-ketentuan teknis yang ditetapkan terhadap produk
rumah makan, personal, dan perlengkapannya yang memenuhi persyaratan
bakteorologis, kimia,dan fisik.
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/155/jtptunimus-gdl-hidayatuss-7710-2-babi.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/30755/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y
http://eprints.uny.ac.id/20099/1/Dwi%20Sutanti%2010511241024.pdf
https://docplayer.info/33811434-Tinjauan-pustaka-penyelenggaraan-makanan.html
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2018/09/Sistem-
Penyelenggaraan-Makanan-Institusi_SC.pdf
http://rosidah.wordpress.com/2014/03/23/pengertian-dapur/