Biofarmasetika Sediaan Perkutan
Biofarmasetika Sediaan Perkutan
Pendahuluan
Konsep pemakaian sediaan obat pada kulit telah lama diyakini dapat dilakukan → zaman
mesir kuno, papyrusyang telah mencantumkan berbagai sediaan obat untuk pemakaian
luar.
Galen telah menjelaskan tentang pemakaian sediaan pada zaman romawi, yang saat ini
dikenal sebagai vanishing cream.
Sediaan obat yang digunakan pada kulit atau diselipkan ke dalam rongga tubuh umumnya
berada dalam bentuk cairan, semi padat atau padat.
Penyerapan perkutan merupakan gabungan fenomena penembusan suatu senyawa dari
lingkungan luar ke bagian kulit sebelah dalam dan fenomena penyerapan dari struktur
kulit ke dalam peredaran darah.
Istilah "perkutan" menunjukkan bahwa proses penembusan terjadi pada lapisan epidermis
dan penyerapan dapat terjadi pada lapisan epidermis yang berbeda.
Anatomi Kulit
Epidermis
Permukaan paling luar dari kulit, tempat sediaan obat digunakan.
Epidermis :
1. Lapisan malfigi
2. Lapisan tanduk tersusun atas sekumpulan sel-sel mati yang mengalami keratinisasi
Proses Absorpsi
1. Diantara sel-sel dari stratum corneum
2. Melalui saluran dari folikel rambut
3. Melalui kelenjar keringat (sweat glands)
4. Melalui kelenjar sebaseus (sebaceous glands)
5. Melalui sel-sel dari stratum corneum.
Sediaan Perkutan
Efek Lokal
Sering diperlukan penembusan zat aktif ke dalam struktur kulit yang lebih dalam.
Konsentrasi dalam jaringan yang terletak di bawah daerah pemakaian yang cukup tinggi
agar diperoleh efek yang dikehendaki.
Penyerapan oleh pembuluh darah diusahakan agar seminimal mungkin sehingga terjadinya
efek sistemik dapat dihindari.
Efek Sistemik
Zat aktif harus masuk kedalam peredaran darah dan selanjutnya dibawa ke jaringan, yang
kadang-kadang terletak jauh dari tempat pemakaian dan pada konsentrasi tertentu dapat
menimbulkan efek farmakologik.
Pemahaman tentang anatomi dan fisiologi kulit seperti faktor-faktor fisikokimia dan
patofisiologik yang mempengaruhi permeabilitas kulit, sangat diperlukan untuk
merancang formula dan bentuk sediaan yang sesuai dengan tujuan pemakaian yang
dikehendaki.
Aliran Darah
Perubahan debit darah ke dalam kulit akan mengubah kecepatan penembusan molekul.
Semakin banyak aliran darah, kecepatan penembusan molekul akan semakin baik.
Tempat Pengolesan
Jumlah yang diserap untuk suatu molekul yang sama akan berbeda dan tergantung pada
susunan anatomi dari tempat pengolesan.
Ketebalan lapisan tanduk(stratum corneum) berbeda pada setiap bagian tubuh, antara 9
µm untuk kulit scrotum sampai 600 µm untuk kulit telapak tangan dan telapak kaki.
Faktor Obat
1. Konsentrasi obat → Umumnya, jumlah obat yang diabsorpsi secara perkutan per unit luas
permukaan per satuan waktu akan meningkat, bila kosentrasi obat ditambah.
2. Profil pelepasan obat dari pembawanya → tergantung dari afinitas obat terhadap
pembawa, kelarutan obat dalam pembawa, dan pH pembawa.
3. Harga koefisien partisi obat → tergantung dari kelarutannya dalam air dan minyak →
Harga ini menentukan laju perpindahan melewati daerah absorbsi → Koefisien partisi dapat
diubah dengan memodifikasi gugus kimia dalam struktur obat dan variasi pembawa.
4. Kondisi pH akan mempengaruhi tingkat disosiasi serta kelarutan obat yang bersifat
lipofil.
5. Pembawa yang dapat meningkatkan kelembaban kulit akan mendorong terjadinya
absorpsi per kutan dari obat.
6. Waktu kontak obat dengan kulit.
7. Luas permukaan tempat obat dioleskan.
1. Faktor fisikokimia
Tetapan difusi
Konsentrasi zat aktif
Koefisien partisi
Tetapan Difusi
Bila dihubungkan dengan gerakan Brown, maka tetapan difusi merupakan fungsi dari
bobot molekul senyawa dan interaksi kimia dg konstituen membran; selain itu juga
tergantung pada kekentalan media serta suhu.
Hukum Stoke-Einstein
Koefisien Partisi
Koefisien partisi yang tinggi mencerminkan afinitas senyawa terhadap pembawanya;
koefisien partisi mendekati satu menunjukkan bahwa molekul bergerak dlm jumlah sama
menuju lapisan tanduk dan pembawa → senyawa yang mempunyai afinitas sangat tinggi
thd pembawanya tidak dapat berdifusi dlm lapisan tanduk.
Jika sifat lipofil sangat besar maka senyawa akan tertumpuk dlm lapisan tanduk dan tdk
mampu berdifusi ke dlm epidermis yg mrp senyawa berair.
Surfaktan
Lapisan tanduk merupakan sawar yang efektif dalam mencegah penembusan dari sebagian
besar surfaktan.
Surfaktan anionik seperti Natrium lauril sulfat dapat melintasi sawar kulit walau dalam
jumlah kecil.
Alkil-benzena sulfonat, terbukti terikat dalam lapisan tanduk (stratum corneum)tanpa
diikuti penembusan ke lapisan kulit yang lebih dalam.
Iontoforesis
Untuk beberapa senyawa ion yang penyerapannya ke kulit tidak baik, dan
pemakaianenhancher kimia juga tidak memberikan hasil yang diharapkan, maka
pemberian secara parenteral merupakan suatu pilihan utama.
Alternatif meningkatkan penyerapan secara iontoforesis, artinya dengan pengaliran listrik
terus menerus melintasi kulit yang diolesi obat.
Kulit mengandung air dalam jumlah sedikit, sehingga kulit dapat dianggap sebagai
kapasitor.
Aliran yang dipakai cukup lemah, antara 0,5 - 1 mA/cm2 dengan maksud agar tidak terjadi
kerusakan kulit.
Elektroda aktif yang diletakkan pada daerah pengolesan adalah anoda untuk molekul
bermuatan positif dan katoda untuk molekul bermuatan negatif.
Iontoforesis akan meningkatkan penyerapan sistemik obat yang dipakai → zat aktif
langsung menembus ke dalam dennis dan memasuki sistem peredaran darah.
Meskipun tehnik iontoforesis telah terbukti dapat meningkatkan absorbsi perkutan obat-
obat yang dapat terionisasi atau obat dalam bentuk ion (meliputi lidokaine, salisilat dan
peptida dan protein, misalnya insulin), namun keamanan secara klinis dan efikasi masih
dievaluasi dan diselidiki secara mendetail.
Metode Evaluasi
Model In Numero
Model in numero atau simulasi komputer dari absorbsi sebagai penghubung penelitianin-
vitro dan in-vivo.
Sebagai contoh pemakaian model dermatofarmakokinetik, yang mirip dengan model
farmakokinetik yang digunakan untuk mempelajari uptake dan disposisi obat.
Pada model dermatofarmakokinetik, transpor obat dlm pembawa dan pd epidermis,
terutama stratum corneum adalah mengikuti difusi hukum Ficks
http://alfinjazz.blogspot.com/2011/01/biofarmasetika-sediaan-perkutan.html