Anda di halaman 1dari 5

TUGAS TUTORIAL KE-2

Kode/NamaMata Kuliah/SKS : Pendidikan Bahasa Indonesia di SD/ PDGK4204


Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Nama Penulis : Indra Nugrahayu Taufik, M. Pd.
Nama Penelaah : Maman Sudirman, Drs., M.Pd.
Status : Tutor
Tahun Pengembangan : 2020
TugasTutorial
No
1. Uraikanlah kompetensi dasar membaca di Kelas 1 SD!
Jelaskan enam metode pembelajaran yang bisa digunakan dalam pembelajaran
2. Membaca Menulis Permulaan (MMP)!
3. Apa perbedaan antara penilaian proses dan penilaian hasil!
4. Jelaskanlah perbedaan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan fokus keterampilan
berbahasa dengan pembelajaran Bahasa Indoensia dengan fokus sastra! Sertakan
contohnya dari masing-masing fokus!
5. Paparkanlah hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi pembelajaran!
6. Kemukakanlah tujuan pengajaran membaca di SD terutama Kelas Rendah!

Nama : Arie Insany


NIM : 857415028
Kelas : B (masukan sarjana)
Semeste : 3
r

1. Uraikanlah kompetensi dasar membaca di Kelas 1 SD!


1) Membiasakan sikap membaca yang benar
Dengan indikator :
 Menunjukan posisi duduk yang benar.
 Mengatur jarak antara mata dan objek harus tepat (30 cm).
 Memegang objek dengan benar.
 Membuka buku dengan urutan yang benar.
2) Membaca nyaring
Dengan indikator :
 Mengenal huruf – huruf dan membacanya sebagai suku kata, kata dan
kalimat sederhana.
 Membaca nyaring (didengar siswa lain) kalimat demi kalimat dalam
paragraph serta menggunakan lafal dan intonasi yang tepat sehingga dapat
dipahami orang lain.
3) Membaca bersuara (lancar)
Dengan indikator :
 Membaca teks pendek dengan lafal dan intonasi yang benar.
 Membaca dengan memperhatikan tempat jeda (untuk berhenti, menarik
nafas); jeda panjang atau pendek.
 Membaca dengan memberikan penekanan pada kata tertentu sesuai
dengan konteksnya.
 Mengidentifikasi kata – kata kunci dari bacaan agak panjang.
4) Membacakan penggalan cerita
Dengan indikator :
 Membacakan penggalan cerita dengan lafal dan intonasi yang benar.
2. Jelaskan enam metode pembelajaran yang bisa digunakan dalam pembelajaran Membaca
Menulis Permulaan (MMP)!
1) Metode Eja
Pembaelajaran membaca dan menulis permulaan dengan metode ini memulai
pengajarannya dengan memperkenalkan huruf – huruf secara alfabetis. Huruf –
huruf tersebut dihafalkan dan dilafalkan anak sesuai dengan bunyinya menurut
abjad. Sebagai contoh A/a, B/b, C/c, D/d, E/e F/f, dan seterusnya, dilafalkan
sebagai [a], [be], [ce], [de], [e], [ef] dan seterusnya.
2) Metode Bunyi
- Metode ini merupakan bagian dari metode eja. Prinsip dasar dan proses
pembelajarannya tidak jauh berbeda dengan dengan Metode Eja/ Abjad.
Perbedaannya terletak hanya pada cara atau sistem pembacaan atau pelafalan
abjad (huruf-hurufnya).
/b/ dilafalkan [eb]
/d/ dilafalkan [ed]
/e/ dilafalkan [e]
/g/ dilafalkan [eg]
/p/ dilafalkan [ep]
3) Metode Suku Kata
a) tahap pertama, pengenalan suku – suku kata;
b) tahap kedua; perangkaian suku – suku kata menjadi kata;
c) tahap ketiga; perangkaian kata menjadi kelompok kata atau kalimat
sederhana;
d) tahap keempat; pengintegrasian kegiatan perangkaian dalam pengupasan:
(kalimat – kata – kata – suku – suku kata).
4) Metode Kata merupakan hasil modifikasi dengan mengubah objek pengenalan
awalnya. Sebagai contoh proses pembelajaran MMP diawali dengan pengenalan
sebuah kata tertentu. Kata ini, kemudian dijadikan lembaga sebagai dasar untuk
pengenalan suku kata dan huruf. Artinya, kata dimaksud diuraikan (dikupas)
menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf-huruf. Selanjutnya, dilakukan proses
perangkaian huruf menjadi suku kata dan suku kata menjadi kata. Dengan kata
lain, hasil pengupasan tadi dikembalikan lagi ke bentuk asalnya sebagai kata
lembaga (kata semula). Karena proses pembelajaran MMP dengan metode ini
melibatkan serangkaian proses pengupasan dan perangkaian maka metode ini
dikenal juga sebagai “Metode Kupas-Rangkai “(sebagai lawan dari Metode Suku
Kata yang biasa juga disebut Metode Rangkai-Kupas). Sebagian orang
menyebutnya ‟Metode Kata‟ atau ‟Metode Kata Lembaga‟.
5) Metode Global, sebagian orang mengistilahkan metode ini sebagai ‟Metode
Kalimat‟. Dikatakan demikian, karena alur proses pembelajaran MMP yang
diperlihatkan melalui metode ini diawali dengan penyajian beberapa kalimat
secara global. Untuk membantu pengenalan kalimat dimaksud, biasanya
digunakan gambar. Di bawah gambar dimaksud, dituliskan sebuah kalimat yang
kira-kira merujuk pada makna gambar tersebut. Sebagai contoh, jika kalimat
yang diperkenalkan berbunyi ‟ini nani‟, maka gambar yang cocok untuk
menyertai kalimat itu adalah gambar seorang anak perempuan. Selanjutnya,
setelah anak diperkenalkan dengan beberapa kalimat, barulah proses
pembelajaran MMP dimulai. Mula-mula, guru mengambil salah satu kalimat dari
beberapa kalimat yang diperkenalkan di awal pembelajaran tadi. Kalimat tersebut
dijadikan dasar/alat untuk pembelajaran MMP. Melalui proses deglobalisasi
(proses penguraian kalimat menjadi satuan-satuan yang lebih kecil, yakni menjadi
kata, suku kata, dan huruf), selanjutnya anak menjalani proses belajar MMP.
Proses penguraian kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata
menjadi huruf-huruf, tidak disertai dengan proses sintesis (perangkaian kembali).
Artinya, huruf-huruf yang telah terurai itu tidak dikembalikan lagi pada satuan di
atasnya, yakni suku kata. Demikian juga dengan suku-suku kata, tidak
dirangkaikan lagi menjadi kata; kata-kata menjadi kalimat.
6) Metode SAS, SAS merupakan singkatan dari ‘’Struktural Analitik Sintetik’’.
Metode SAS merupakan salah satu jenis metode yang bisa digunakan untuk
proses pembelajaran membaca dan menulis permulaan bagi siswa pemula.
Pembelajarn MMP dengan metode ini mengawali pelajarannya dengan
menampilkan dan memperkenalkan sebuah kalimat utuh. Mula-mula anak
disuguhi sebuah struktur yang memberi makna lengkap, yakni struktur kalimat.
Hal ini dimaksudkan untuk membangun konsep-konsep “kebermaknaan” pada
diri anak. Akan lebih baik jika struktur kalimat yang disajikan sebagai bahan
pembelajaran MMP dengan metode ini adalah struktur kalimat yang digali dari
pengalaman berbahasa si pembelajar itu sendiri. Untuk itu, sebelum KBM MMP
yang sesungguhnya dimulai, guru dapat melakukan pra-KBM melalui berbagai
cara. Sebagai contoh, guru dapat memanfaatkan rangsang gambar, benda nyata,
tanya jawab informal untuk menggali bahasa siswa. Setelah ditemukan suatu
struktur kalimat yang dianggap cocok untuk materi MMP, barulah KBM MMP
yang sesungguhnya dimulai. Pembelajaran MMP dimulai dengan pengenalan
struktur kalimat.

3. Apa perbedaan antara penilaian proses dan penilaian hasil!


Penilaian proses dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dalam kegiatan
belajar mengajar, maksudnya guru akan memperhatikan aktivitas, respon, kegiatan,
minat, sikap dan upaya – upaya siswa dalam mengikuti proses – proses pembelajaran.
Informasi yang terekam melalui proses ini meliputi tiga ranah, yakni ranah kognitif,
afektif dan psikomotor. Alat penilaiannya berbentuk tes untuk ranah kognitif sedangkan
alat penilaian nontes untuk ranah afektif dan psikomotor. Sedangkan penilaian hasil
adalah dimaksudkan untuk menentukan pencapaian atau hasil belajar siswa. Alat
penilaian yang digunakan dapat berupa tes maupun non tes.
4. Perbedaan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan fokus keterampilan berbahasa dengan
pembelajaran Bahasa Indonesia dengan fokus sastra adalah:
 Yang dimaksud dengan pembelajaran bahasa Indonesia dengan fokus ketrampilan
berbahasa adalah pembelajaran bahasa Indonesia yang ditekankan pada
pengembangan salah satu kompetensi dasar dan keempat ketrampilan berbahasa yang
ada (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis). Dengan demikian, dalam langkah-
langkah pembelajaran semua kegiatan belajar mengajar bertumpu atau berfokus pada
salah satu ketrampilan berbahasa yang telah ditetapkan.
 Sedangkan pembelajaran bahasa Indonesia dengan fokus sastra berarti dalam langkah-
langkah pembelajarannya semua kegiatan belajar mengajar di fokuskan untuk
mengapresiasi satra apa lewat pembacaan puisi, mendengarkan cerita rakyat atau yang
lainnya. Ada pun puisi yang dipakai sebagai bahan pembelajaran disesuaikan dengan
tingkat kelas siswa.
Contoh pembelajaran bahasa Indonesia dengan berbagai fokus.
 Contoh fokus keterampilan berbahasa yaitu ketika siswa dalam kelas, misalnya pada
waktu siswa mendengarkan keterangan guru (ada kegiatan mendengarkan dari
kegiatan berbicara gurunya), kemudian mencatat apa – apa yang dianggap penting
(kegiatan menulis). Jika siswa itu bertanya tentang apa – apa yang belum dipahaminya
(terdapat kegiatan berbicara), kemudian dijawab oleh gurunya (ada kegiatan
mendengarkan). Ketika pertama kali siswa diberi bacaan atau simakan yang memuat
sejumlah masalah atau informasi sebagai bahan untuk menulis. Dalam menulis atau
mengarang ini tentunya diperlukan penguasaan siswa akan aspek kebahasaan,
misalnya tentang ejaan, bentukan kata, penggabungan kalimat dan sebagainya.
 Contoh kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia berfokus sastra yang menggunakan
prosa sebagai bahan, seperti mendengarkan cerita, lalu bertanya jawab tentang prosa
tersebut, menirukan tokoh-tokoh yang ada dalam prosa tersebut atau melanjutkan
ceritanya. Mendengarkan cerita, misalnya tidak hanya mendengarkan cerita dari guru,
tetapi dapat dilakukan dengan mendengarkan cerita dari audio kaset atau anak-anak
diminta untuk mendengarkan cerita anak dari radio atau menonton cerita anak yang
ada di televisi. Dengan demikian, proses pembelajaran akan menjadi lebih menarik
dan menyenangkan anak-anak.

5. Paparkanlah hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum merencanakan, melaksanakan, dan


mengevaluasi pembelajaran!
 Memahami karakteristik pembelajaran untuk masing-masing kompetensi.
 Memahami tuntutan kurikulum dan masyarakat.
 Memahami dan menafsirkan secara kritis dan kreatif isi kurikulum.
 Memahami masing-masing kompetensi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di
SD.
6. Kemukakanlah tujuan pengajaran membaca di SD terutama Kelas Rendah!
Pembelajaran membaca pada kelas rendah bertujuan untuk mengenalkan huruf, kata dan
kalimat sederhana pada anak.
Menurut pendapat I Gusti Ngurah Oka secara teoritis tujuan membaca di SD kelas rendah
adalah untuk membina kemampuan siswa – siswa dalam hal berikut:
1) Mekanisme membaca, yaitu mengasosiasikan hyruf dengan bunyi – bunyi
bahasa yang diwakilinya (yang dilatih adalah membaca Teknik dan nyaring).
2) Membina gerak mata membaca dari kiri ke kanan.
3) Membaca kata – kata dan kalimat – kalimat pendek.

Anda mungkin juga menyukai