KEJANG DEMAM
Diajukan Kepada:
dr. Yosephine Maria Christina, M.Sc, Sp.A
Disusun oleh:
Sarah Disa Khoirunnisa
20194010094
KSM ILMU KESEHATAN ANAK
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
2020
HALAMAN PENGESAHAN
KEJANG DEMAM
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan
Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Panembahan Senopati
Bantul
Disusun oleh:
20194010094
KATA PENGANTAR
presentasi kasus “Kejang Demam“ dan tak lupa pula kita panjatkan shalawat dan
salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menghantarkan kita dari zaman
penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
1. Allah SWT, telah memberikan segala nikmat yang tidak terhingga sehingga
mampu menyelesaikan Presentasi Kasus ini dengan baik.
2. dr. Yosephine Maria Christina, M. Sc, Sp.A selaku dokter pembimbing dalam
menyelesaikan presentasi kasus ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
A. Identitas Pasien
Nama lengkap : An NG
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 20 Oktober 2017
Usia : 2 tahun 4 bulan
B. Anamnesis
a. Keluhan Utama:
Kejang seluruh tubuh > 5 menit (< 15 menit) sebanyak 1x disertai anak tidak
Keluhan Tambahan:
Demam (+), Batuk (+), Pilek (+), Dahak (-), Mual/muntah (-), BAB cair/diare (-)
b. Riwayat penyakit sekarang:
1 HSMRS : Pasien mengeluh batuk ngikil (+) dengan pilek, dahak (-).
HMRS : Demam (+) sejak Sabtu pagi pukul 11.00 dengan suhu
• Speech Delay
Kesan : Terdapat riwayat penyakit dahulu yang menjadi faktor resiko penyakit
sekarang. Kejadian kejang demam yang pertama terjadi ketika pasien berusia 1
tahun 4 bulan. Suhu tubuh mencapai 400C saat terjadinya kejang, dengan interval
waktu yang singkat antara awitan demam dengan kejadian kejang. Dimana hal
tersebut merupakan salah satu faktor resiko terjadinya kejang demam berulang.
Sedangkan RFA dan OMA yang baru terjadi 2 minggu sebelum pasien
yang belum tuntas. Hal tersebut dapat menjadi faktor resiko terjadinya demam
f. Riwayat Pribadi
Riwayat Perkembangan
- Bahasa : mampu tertawa dan berteriak, belum mampu mengucapkan
beberapa kata / berkomunikasi
- Motorik halus : meraih benda, menggapai benda, memukulkan sesuatu ke
kedua tangan, menumpuk benda, mencorat-soret
- Motorik kasar : duduk tanpa berpegangan, berdiri tanpa berpegangan,
berjalan, berlari, melompat
- Sosial dan kemandirian : tersenyum, bermain bersama orang lain, meraih
mainan
Pedigree
75 73
80 43 78
ibu)
50 47 Ibu Ayah 43 39
K
D
10
15 2
Keterangan:
: Laki-Laki
: Perempuan
: Tinggal Serumah
Status anak diharapkan, hubungan orangtua dengan anak cukup baik. Pasien
merupakan anak kelima, dengan jumlah anak hidup 3
Status Gizi
BB = 11 kg, TB = 84 cm
BB/U = -2SD s.d. +2SD = baik
TB/U = -2SD s.d. +2SD = normal
BB/TB = -2 SD s.d. +2SD = normal
Kesan : Status gizi baik
Riwayat Makan
Pasien adalah anak ke 3 hidup dari ibu P3A2 usia 40 tahun, selama hamil ibu
rutin kontrol ke bidan dan dokter, tekanan darah tinggi (-), pendarahan
Riwayat persalinan : ibu hamil aterm usia kehamilan 37 minggu, lahir secara
spontan. Berat badan lahir 3000 gram, panjang badan 49 cm, Bayi lahir
menangis kuat, air ketuban jernih, IMD (+), Injeksi vit K1 (+), Injeksi Hb0 (+).
Tanda vital
Pernafasan : 30 x/menit
Status Generalis :
Mulut : Bibir sianosis (-), mukosa mulut dan bibir kering (-)
Pulmo
Abdomen
- Inspeksi : sejajar dengan dada (+), tanda peradangan (-), distensi (-)
Hasil : Broncopneumonia
Besar cor normal
D. Diagnosis Banding
• KDK
• Meningitis
• Epilepsi
E. Diagnosis Kerja
• KDS
• Febris H-1
• Bacterial Infection
• Pneumonia
F. Penatalaksanaan
G. Rencana Pemeriksaan
• Evaluasi darah rutin post terapi
• Cek Urin Lengkap
H. Prognosis
• Quo ad vitam & Quo ad funtionam : dubia ad bonam
FOLLOW UP
•
Kamis, 27 Februari 2020
S: • Demam (-)
• Batuk, ngikil, pilek (-)
• Kejang (-)
• Mual/muntah (-)
• Sesak Napas (-)
• Retraksi dada (-) / Napas cuping hidung (-)
• Makan/Minum (+)
• BAB/BAK dbn
• Diare (-)
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
berumur 6 bulan sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu di
atas 380C, dengan metode pengukuran suhu apa pun) yang tidak disebabkan
fungsi pada otak secara mendadak dan sangat singkat atau sementara yang
dapat disebabkan oleh aktifitas yang abnormal serta adanya pelepasan listrik
serebal yang sangat berlebihan. Kejang terjadi karena kenaikan suhu tubuh,
kelainan neorologis yang paling sering ditemukan pada golongan anak umur 6
bulan sampai 5 tahun. Anak berumur antara 1-6 bulan masih dapat mengalami
(1978), serta ILAE (1993) menggunakan batasan usia lebih dari 1 bulan. Bila
pikirkan kemungkinan lain, terutama infeksi susunan saraf pusat. Bayi berusia
kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam rekomendasi ini melainkan termasuk
dalam kejang neonatus. Bila ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya
miskin dan 3,5-10,7 % terjadi di negara maju. Di Amerika Serikat dan Eropa
meningkat dua kali lipat bila dibandingkan di Eropa dan di Amerika. Sekitar
80% dan mungkin mendekati 90% dari seluruh kejang demam adalah kejang
demam yang lebih besar, rnencapai 14%. Sebagian besar penderita kejang
kejadian kejang demam terjadi pada 2-5% anak berumur 6 bulan – 5 tahun
batasan berbeda yaitu lebih dari 3 bulan, sedangkan Nelson dan Ellenberg
(1978), serta ILAE (1993) menggunakan batasan usia lebih dari 1 bulan.
Hasil survey yang didapatkan di Indonesia pada bulan April 2009 terdapat 15
kasus kejang demam dan sebanyak 80% disebabkan karena adanya infeksi
biasanya diawali demam, dengan suhu yang mencapai 38°C atau lebih.
disebabkan oleh infeksi. Contohnya adalah cacar air, flu, infeksi telinga
vaksinasi pada anak dengan riwayat kejang demam. Dalam kasus yang
Angka kejadian kejang demam pasca vaksinasi DPT adalah 6-9 kasus per
C. FAKTOR RESIKO
1. Faktor Demam
yang terjadi pada suhu tubuh 37°C-38,9°C sebanyak 11% penderita dan
sebanyak 20 % penderita kejang demam terjadi pada suhu tubuh di atas atau
kulit, dan jaringan tubuh yang lain akan mengeluarkan mediator kimia berupa
oksidasi terjadi lebih cepat dan tubuh kekurangan pasokan oksigen sehingga
cenderung turun dan aktifitas sel saraf meningkat terjadi fase depolarisasi
listrik yang besar dan tidak terkendali tersebut menyebabkan terjadinya kejang.
mulai timbul demam sampai mencapai suhu puncak (onset) dan tinggiya suhu
tubuh. Setiap kenaikan suhu 0,3°C secara cepat akan menimbulkan discharge
di daerah oksipital.
2. Faktor Usia
infeksi intrakranial, sebagian besar (90%) kasus terjadi pada anak antara usia 6
bulan sampai dengan 5 tahun dengan kejadian paling sering pada anak usia 18
sampai dengan 24 bulan, faktor riwayat keluarga yang positif kejang demam
pada otak belum matang masih lemah, akan berubah sejalan dengan
Atas dasar uraian di atas, pada masa otak belum matang mempunyai
dibandingkan otak yang sudah matang. Pada masa ini disebut sebagai
window merupakan masa perkembangan otak fase organisasi yaitu pada waktu
anak berusia kurang dari 2 tahun. Anak yang mendapat serangan bangkitan
kejang demam pada usia awal masa developmental window, akan mempunyai
waktu fase eksitabilitas neural lebih lama dibanding anak yang mendapat
serangan kejang demam pada usia akhir masa developmental window. Apabila
anak mengalami stimulasi berupa demam pada otak pada fase eksitabilitas,
dipengaruhi oleh faktor keturunan. Hal ini juga di dukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Talebian et. al yang memperoleh hasil bahwa sebesar 42,1%
kejadian kejang demam disebabkan oleh riwayat keluarga yang juga positif
kejang demam.
Hal tersebut berkaitan dengan adanya kelainan kanal yang disebut juga
Natrium dan keluarnya kalium. Chanelopathi adalah defek dari ion chanel
yang bersifat genetik, dimana terjadi kelainan pembentukan protein ion chanel
a. Kejang Demam
umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk tonik dan klonik, tanpa
gerakan fokal, disertai dengan anak tidak sadar pasca kejang. Kejang tidak
Kejang berulang / lebih dari 1 kali dalam 24 jam (Wulandari & Erawati,
2016).
Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit/
kejang berulang > 2 kali dan diantara bangkitan kejang, anak tidak sadar.
Kejang lama terjadi pada 8% kasus kejang demam. Kejang fokal adalah
kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului kejang parsial.
Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, dan di antara
2 bangkitan kejang, anak sadar. Kejang berulang terjadi pada 16% anak
1. Meningitis
bentuk dari infeksi Sistem Saraf Pusat yang ditandai dengan adanya gejala
spesifik dari sistem saraf pusat yaitu gangguan kesadaran, gejala rangsang
dilakukan secara rutin pada anak berusia <12 bulan yang mengalami
meningeal positif.
2. Ensephalitis
dan jamur. Penyembuhannya dapat sembuh total atau komplit sampai pada
3. Meningoensephalitis
sebagai epilepsi.
gejala yang khas yaitu kejang berulang akibat lepasnya muatan listrik
sedikitnya 2 kali atau lebih kejang tanpa provokasi dengan interval waktu
3. Status Epileptikus
atau sama dengan 30 menit, baik dengan atau tanpa demam. Status
kesulitan bernapas dan muatan listrik di dalam otak yang menyebar luas.
menyebabkan kematian.
E. PATOFISIOLOGI
kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan energi yang didapat dari
Sifat proses ini adalah oksidasi dengan perantara fungsi paru-paru dan
yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh
membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar
yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neoron dapat dilalui dengan
mudah oleh ion kalium dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium dan elektrolit
lainnya kecuali ion klorida. Akibatnya konsentrasi kalium dalam sel neuron
tinggi dan konsentrasi natrium rendah, sedangkan di luar sel terdapat keadaan
sebaliknya.
Neuron adalah sel utama pada sistem saraf yang terdiri dari tubuh dan
serabut saraf yang menghantar hantaran dari cell body ke neuron selanjutnya.
Serabut saraf memiliki dendrit yang menerima sinyal dari neuron lain dan axon
yang mengirim sinyal disebut potensial aksi ke neuron lain. Saat neuron
bertemu satu sama lain disebut dengan sinaps dimana axon mengirim sinyal ke
dendrit atau cell body. Neutotransmitter berikatan dengan reseptor memberi
sinyal pada sel untuk membuka kanal ion dan menyampaikan sinyal elektrik
disebut dengan excitatory neurotransmitters. Selai itu juga ada reseptor yang
berfungsi untuk menutup kanal ion yang menghambat sinyal elektrik masuk ke
reseptor NMDA yang membuka kanal ion kalsium (Ca ++). Kalsium memiliki
muatan positif yang membuat keadaan dalam sel lebih positif shingga terjadi
dengan reseptor GABA yang membuka kanal ion Klorida (CL -). Klorida
memiliki muatan negatif sehingga membuat keadaan dalam cell body negatif
akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak
mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang
hanya 15%. Hal ini dapat mengakibatkan kondisi otak dalam keadaan hipoksia
kita bernapas cepat) dimana pada kondisi tersebut tingkat Co2 dalam tubuh
peningkatan ph darah, kedua hal tersebut dapat menyebabkan syaraf lebih aktif
dan terjadilah kejang. Disamping itu, kenaikan suhu tubuh yang cepat dapat
kondisi di dalam akan lebih positif dan syaraf menjadi lebih aktif. Demam
terjadi karena sitokin yang dikeluarkan oleh leukosit sebagai respon imun
dalam tubuh untuk menyerang virus maupun bakteri, namun menurut beberapa
didalam lebih positif sehingga terjadilah lepas muatan listrik.. Lepas muatan
listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke
F. DIAGNOSIS
Anamnesis
demam
• Durasi kejang
Pemeriksaan Fisik
(contoh: rhonki pada paru pada anak bronkopneumonia yang demam). Penting
diagnosis banding:
dengan atau tanpa gejala neurologis fokal. Pada bayi baru lahir, tanda-
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Pungsi Lumbal
ini pemeriksaan pungsi lumbal tidak dilakukan secara rutin pada anak berusia
<12 bulan yang mengalami kejang demam sederhana dengan keadaan umum
baik. Pungsi Lumbal dilaksanakan bila ada indikasi tanda dan gejala.
• Pungsi lumbal dilakukan pada anak dengan demam dan kejang yang
memiliki tanda dan gejala meningitis (contoh: kaku kuduk, tanda Kernig
3. Neuroimaging
• Paresis nervus VI
• Papiledema
4. Elektroensefalografi (EEG)
dengan kejang demam sederhana, namun masih dapat dilakukan pada keadaan
kejang demam yang tidak khas. Misalnya: kejang demam kompleks pada anak
3. Hiperpireksia
Ada 3 hal yang perlu dikerjakan pada penatalaksanaan kejang demam yaitu:
atau muntahan dan diusahakan jalan nafas harus bebas agar oksigenisasi
vital seperti kesadaran, tekanan darah, suhu, pernafasan, dan fungsi jantung.
Suhu tubuh yang tinggi dapat diturunkan dengan pemberian antipiretik. Tidak
Diazepam adalah obat yang paling cepat menghentikan kejang. Efek terapeutik
diazepam yaitu antara 5 – 10 menit dan efek toksik yang serius hampir tidak
waktu pasien datang, kejang sudah berhenti. Apabila saat pasien datang dalam
keadaan kejang, obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah
lahan dengan kecepatan 2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis
penyuntikan, tunggu sebentar dan bila tidak timbul kejang lagi jarum dicabut.
maka dapat juga diberikan diazepam rektal dengan dosis 0,5-0,75 mg/kg atau
dengan dosis maksimal 1000 mg) ATAU Fenitoin dengan dosis awal 20 mg/kg
kasus yang dicurigai sebagai meningitis, misalnya bila ada gejala meningitis
o Antipiretik
o Antikonvulsan
diberikan pada kejang demam dengan salah satu faktor risiko di bawah ini:
• Bila kejang terjadi pada suhu tubuh kurang dari 39 derajat Celsius
Obat yang digunakan adalah diazepam oral 0,3 mg/kg/kali per oral atau
rektal 0,5 mg/kg/kali (5 mg untuk BB <12 kg) dan (10 mg untuk BB >= 12 kg),
diinformasikan pada orangtua bahwa dosis tersebut cukup tinggi dan dapat
maka pengobatan rumat hanya diberikan terhadap kasus selektif dan dalam
1. Kejang fokal
Dengan catatan:
asam valproate. Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari
belajar pada 40-50% kasus. Sehingga obat pilihan saat ini adalah asam
valproat. Meskipun pada sebagian kecil kasus, terutama yang berumur kurang
dari 2 tahun, asam valproat dapat menyebabkan gangguan fungsi hati. Dosis
membutuhkan tapering off, namun dilakukan pada saat anak tidak sedang
demam.
G. EDUKASI
Pada saat kejang, sebagian besar orangtua beranggapan bahwa anaknya akan
• Bila anak tidak sadar, posisikan anak miring. Bila terdapat muntah,
• Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau
lebih, suhu tubuh lebih dari 40 derajat Celsius, kejang tidak berhenti
dengan diazepam rektal, kejang fokal, setelah kejang anak tidak sadar,
H. PROGNOSIS
mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya
normal. Kelainan neurologis dapat terjadi pada kasus kejang lama atau kejang
gangguan recognition memory pada anak yang mengalami kejang lama. Hal
Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko
4. Interval waktu yang singkat antara awitan demam dengan terjadinya kejang.
demam adalah 80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan
berulangnya kejang demam hanya 10-15%. Kemungkinan berulangnya kejang
demam pertama
4. Kejang demam sederhana yang berulang 4 episode / lebih dalam satu tahun.
Kematian
ANALISIS KASUS
pasien ini, maka dapat didiagnosis sebagai Kejang Demam Sederhana yang
mengalami kejang untuk kedua kalinya setelah satu tahun yang lalu, munculnya
kejang diawali dengan demam dengan tipe kejang yang general. Kejang berlangsung
selama kurang lebih 5 menit dengan frekuensi kejang sebanyak 1 kali dalam 24 jam.
Maka dari hal tersebut dapat ditegakkan sebagai diagnosia Kejang Demam Sederhana
Dari data pemeriksaan fisik didapatkan suhu tubuh yang tinggi, disertai dengan
batuk pilek dan terkadang disertai sesak napas saat batuk. Pada pemeriksaan auskultasi
didapatkan suara ronkhi yang kemudian menjadi krepitasi di kedua lapang paru.
demam yang menjadi penmicu bangkitan kejang. Selain itu, pemeriksaan meningeal
adanya peningkatan angka leukosit dengan angka 12.310 uL di atas nilai normal dan
literature dijelaskan bahwa sebanyak 80% kasus kejang demam disebabkan karena
Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien adalah inf KaEN 3B, digunakan
untuk memenuhi kebutuhan harian cairan dan elektrolit, sedangkan antipiretik pada
pasien ini diberikan injeksi paracetamol 120 mg IV jika demam tinggi >39 0C, dan
profilaksis kejang demam bila suhu naik ningga >38oC. Sedangkan jika terjadi kejang
ampicillin injeksi dengan dosis 100-200 mg/kgBB/hari dan gentamicin injeksi dengan
dosis 5-10 mg/kgBB/hari. Namun pada tanggal 25/02 ampi genta di stop digantikan
ceftriaxone dengan dosis 1 x 900 mg drip Nacl 100 cc karena suhu tubuh pasien t >