Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH INFUSA dan DEKOKTA

DISUSUN OLEH :
Fitri Melinia
PO.71.39.1.18.053
Reguler 2B

DOSEN PEMBIMBING :
1. Mindawarnis, S,Si, Apt, M.kes
2. Ade Agustianingsih, S,Farm, Apt
3. Eddy Sutikno, AMF

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


JURUSAN FARMASI
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala, karena atas
kasih dan rahmat-Nya, makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen
serta memahami dan mengerti tentang ”INFUSA DEKOKTA” dalam bidang Praktikum
Fitokimia. Namun dalam penulisan makalah ini, masih terdapat banyak kekurangan. Untuk
itu saya mohon kritik dan saran yang sifatnya dapat membangun untuk penyempurnaan
makalah ini.
Demikian makalah ini saya buat, atas perhatian serta kritik dan sarannya, saya
ucapkan terima kasih.

Palembang. April 2020

Praktikkan

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Tujuan............................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Infusa................................................................................................. 2
a. Pengertian Infusa....................................................................... 2
b. Prinsip Kerja Infusa................................................................... 2
c. Keuntungan dan Kerugian Infusa.............................................. 2
d. Prosedur Kerja Infusa................................................................ 3
e. Gambar Alat............................................................................... 4

2.2 Dekokta............................................................................................. 5
a. Pengertian Dekokta.................................................................... 5
b. Prinsip Kerja Dekokta................................................................ 6
c. Hal- Hal yang Harus Diperhatikan dalam Infusa atau Dekokta 6
d. Prosedur Kerja Dekokta............................................................. 8
e. Gambar Alat............................................................................... 9

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan....................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 12

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang berlimpah. Kurang
lebih terdapat 40.000 – 50.000 spesies tanaman ada di Indonesia. Berbagai tanaman
tersebut sebagian telah dimanfaatkan sebagai obat tradisional oleh masyarakat.
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya
terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan yang lainnya pelarut
organik. Salah satu metode ekstraksi  yang dapat digunakan untuk mengekstraksi adalah
infusa/dekokta.Cara ekstraksi sangat beragam, disesuaikan dengan sifat simplisia,
kandungankimia di dalamnya dan ketersediaan alat ekstraksi. Ekstraksi dilakukan dengan
cara panas dan cara dingin yaitu infuse, dekok, rebusan, dan maserasi.infuse, dekok, dan
rebusan merupakan sediaan galenika dan cara ekstraksi yang seringdiaplikasikan di
masyarakat.
Infus merupakan sediaan cair pada suhu 90C selama 15 menit . hal-hal yang harus
diperhatikan dalam membuat cairan infuse adalah jumlah simplisia, derajat halus
simplisia , banyaknya air ekstrak, serta cara menyari. Dekokta dapat diartikan sebagai
sari-sari dalam air yang dibuat dari bahan-bahan alam yang direbus pada suhu 90 –
98C. perbedaannnya dengan infuse adalah dekokta penyariannya selama 30 menit
sedangkan infuse hanya sekitar 15 menit dengan suhu yang sama. Untuk membuat infuse
dan dekokta ditentukan olehsifat dari bahan/sampel.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami apa infusa/dekokta.
2. Untuk mengetahui dan memahami prinsip kerja dari infusa/dekokta.
3. Untuk mengetahui dan memahami prosedur kerja infusa/dekokta.
4. Untuk mengetahui dan memahami kelebihan dan kekurangan dari metode
infusa/dekokta.
5. Untuk mengetahui dan memahami hal-hal yang harus diperhatikan dalam
infusa/dekokta.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 INFUSA
a. Pengertian Infusa
Infus / rebusan obat:sedian air yang dibuat dengan mengextraksi simplicia nabati  dengan air suhu
90° C selama 15 menit,yang mana extraksinya dilakukan secara infundasi  Penyarian adalah peristiwa
memindahkan zat aktif yang semula di dalam  sel ditarik oleh cairan penyanyi sehingga zat
aktif larut dalam cairan penyari. Secara umum penyarian akan bertambah baik apabila
permukaan (Ansel,2009)
Infus merupakan sediaan cair pada suhu 900 C selama 15 menit . hal-hal yang harus
diperhatikan dalam membuat cairan infuse adalah jumlah simplisia, derajat halus simplisia ,
banyaknya air ekstrak, serta cara menyari (Syamsuni,2006). Umumnya infus selalu dibuat
dari simplisia yang mempunyai jaringan lunak,yang mengandung minyak atsiri, dan zat-zat
yang tidak tahan pemanasan lama.

b.Prinsip Kerja Infusa


Membasahi bahan bakunya, biasanya dengan air dua kali bobot bahan, untuk bunga
empat kali bobot bahan dan untuk karagum 10 kali bobot bahan. Bahan baku ditambahkan
dengan air dan dipanaskan selama 15 menit pada suhu 90 – 98 C. Umumnya untuk 100
bagian sari diperlukan 10 bagian bahan.

c. Keuntungan dan Kerugian Infusa


 Keuntungan
  1. Unit alat yang dipakai sederhana,
  2. Biaya operasionalnya relatif rendah

 Kerugian
1. Zat-zat yang tertarik kemungkinan sebagian akan mengendap kembali, apabila
kelarutannya sudah mendingin, (lewat jenuh).
2. Hilangnya zat-zat atsiri
3. Adanya zat-zat yang tidak tahan panas lama, dismping itu simplisia yang mengandung
zat-zat albumin tentunya zat ini akan menggumpal dan menyukarkan penarikan zat-zat
berkhasiat tersebut.
  4. Ekstrak kurang stabil dan mudah tercemar oleh bakteri dan jamur sehingga tidak
boleh disimpan tebih dari 24 jam pada suhu kamar.
  5. Kadang-kadang pada simplisia tertentu akan menghasilkan ekstrak yang berlendir,
sehingga sulit dilakukan penyaringan.
  6. Simplisia nabati yang digunakan untuk infus

2
d. Prosedur Kerja Infusa
1. Simplisia yang berupa tanaman atau bagian tanaman dengan derajat halus
tertentu ditimbang (misalnya 10 g), kemudian dimasukkan ke dalam panci atas
diberi air “secukupnya”. Maksud dari “secukupnya” disini diperhitungkan
terhadap kadar ekstrak yang hendak kita inginkan, jadi misalnya kita ingin
membuat ekstrak berkadar zat aktif 10%, maka serbuk tanaman yang dibutuhkan
adalah 10 g ditambah air 100 g (100 cc), sementara kalo kita menggunakan air
sebanyak 200 cc dan serbuknya tetap 10 g, maka kadar ekstrak yang akan kita
peroleh menjadi 5% saja, begitu seterusnya.
2. Setelah panci atas siap untuk diproses, maka masukkan panci beserta isinya
segera ke dalam panci bawah yang telah berisi air. Setelah itu panci bawah
dipanaskan di atas api langsung dan dibiarkan sampai mendidih (artinya suhu
mencapai 100oC). Diharapkan maka suhu air dipanci atas akan mencapai 90oC.
3. Pemanasan dilakukan selama 30 menit terhitung mulai air di panci bawah
mendidih (suhu panci atas mencapai 90°C), sambil sekali-sekali diaduk.
4. Setelah cukup 30 menit, maka panci atas diturunkan dan disaring selagi masih
panas melalui kain flannel. Apabila volume akhir yang didapat ternyata kurang
dari 100 cc (airsemula 100 cc) maka perlu ditambahkan air panas secukupnya
melalui ampas hingga diperoleh volume infusa yang dikehendaki yaitu 100 cc.
5. Cara menambahkan air itu harus menurut aturan kuantitatif, yaitu hasil saringan
tadi dipindahke gelas ukur, kemudian kekurangan air yang diperlukan,
ditambahkan sampai volume akhirmencapai batas skala 100 cc (jadi tidak boleh
menambah air sesuai dengan kurangnya air,namun yang diukur adalah
kekurangan air yang akan ditambahi).
6. Infusa simplisia yang mengandung minyak atsiri harus diserkai setelah dingin.
Infusa asam jawa dan simplisia yang berlendir tidak boleh diperas. Infusa kulit
kina biasanya ditambah dengan asam sitrat sepersepuluh dari bobot simplisia
Asam jawa sebelum dipakai dibuang bijinya dan sebelum direbus dibuat massa
seperti bubur. Buah adas dan dan buah adas manis dipecah terlebih dahulu.

3
e. Gambar Alat

 Contoh Jurnal Penelitian Infusa


Pembuatan Infusa Daun Kelor :
- Daun kelor segar yang akan digunakan sebanyak75 gram dibuat infusa
dengan masing-masing replikasi sebanyak 25gram ditambah air dua kali
bobot bahannya yaitu 50 mL untuk membasahi daun kelor, kemudian
ditambahkan air sebanyak 100 mL. Proses infusa dilakukan selama 15
menit terhitung saat suhu telah mencapai 90°C dengan sesekali diaduk
(maksimal sebanyak 4 kali).
- Infusa yang diperoleh kemudian diserkai dengan kain flanel selagi panas
dan dilewati dengan aquadest yang sebelumnya telah dipanaskan hingga
mencapai 100 mL.

4
2.2   DEKOKTA
a. Pengertian Dekokta
Dekokta istilah aslinya adalah dekoktum (bahasa Latin): adalah sediaan cair yang
dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati dengan pelarut air (pelarut berair/polar) pada
suhu 90° C selama 30 menit, terhitung setelah panci bagian bawah mulai mendidih
(Farmakope Indonesia, 1995).
  Dekokta dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk pemanasannya. Hal ini terutama
berkaitan dengan bahan-bahan simplisia yang umumnya berupa bahan keras, seperti misalnya
kulit kayu(korteks), kayu (lignum), akar (radiks), batang, kulit buah (perikarpium), biji
(semen).
b. Prinsip Kerja Pembuatan Dekokta
  Dekokta dibuat dari bahan-bahan alam yang direbus pada suhu 90°C - 98°C.
Perbedaannnya dengan infusa adalah dekokta penyariannya selama 30 menit
sedangkan infusa hanya sekitar 15 menit dengan suhu yang sama. Decocta untuk
simplisia keras, bahan yang tidak mengandung minyak atsiri dan tahan terhadap
pemanasan.
  Untuk melakukan proses infusa dan dekokta, maka kita harus mempersiapkan 1
unit panci yang terdiri dari 2 buah panci yang saling bisa ditumpuk Panci yang di atas
digunakan untuk menaruh bahan yang akan di ekstraksi (tentu bersama pelarutnya,
yaitu air, masing-masing dengan takaran tertentu), sementara panci sebelah bawah

5
diisi air, maksudnya digunakan sebagai pemanas panci atas, sehingga panas yang
diterima panci atas tidak langsung berhubungan dengan api. Teorinya, ketika panci
bawah airnya mendidih (pada suhu 100 °C), maka panas yang diterima oleh panci atas
suhunya hanya mencapai sekitar 90° C saja. Kondisi demikian ini diperlukan agar zat
aktif dalam bahan tidak rusak oleh pemanasan berlebihan. (biasanya zat aktif akan
rusak bila dipanaskan sampai 100° C atau lebih).

c. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Infusa Decocta

1. Derajat halus dari bahan-bahan bakal


Untuk beberapa bahan bakal, diberikan derajat halusnya terutama :
  a. Pulpa Tamarindom harus digerus dengan air dalam mortir, dimana biji- bijinya
harus dibuang dulu sebelum ditimbang.
  b. Fruktur Anisi, Fructus juniferi dan fructus Myrtilli harus dimemarkan terlebih
dahulu. kecuali Fructus Hordei decorticati dan semen lini.
Derajat halus simplisia yang digunakan untuk infuse harus mempunyai derajat halus
sebagai berikut: (Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III hal 12)
  1. Serbuk (5/8) : Akarmanis, Daun Kumiskucing, Daun Sirih, Daun Sena
  2. Serbuk(5/10) : Dringo, kelembak
  3. Serbuk (10/22) : Laos, Akar Valerian, Temulawak, Jahe
  4. Serbuk (22/60) : Kulit Kina, Akar Ipeka, Sekale Kornutum
  5. Serbuk (85/120) : Daun Digitalis
Jika suatu dekokta atau infusa harus dibuat dari bahan bakal yang tidak
tercantum dalam daftar derajat halus, hendaknya diambil bahan bakal dengan
derajat halus yang sama seperti yang dipakai untuk pembuatan sediaan-sediaan
galenika, atau diambil derajat halus dari bahan bakal lain yang konsistensinya
sama dengan bahan bakal yang dipakainya itu.

2. Banyaknya bahan bakal Banyaknya bahan bakal adalah 10 bagian untuk


100 bagian serkaian; dimana hal ini hanya berlaku bahan-bahan bakal yang
tercantum dalam Farmakope, dan bahan-bahan itu bukan bahan-bahan yang
berkhasiat keras. Sebagian kekecualian dari peraturan ini, ada bahan-bahan bakal
yang tercantum dalam sebuah daftar yang terpisah dari Farmakope. Kekecualian
itu adalah : Bagian bahan bakal untuk 100 bagian serkaian Nama
Bahan Jumlah Nama Bahan Jumlah Radix Ipecacuanhae  0,5 Fores Arnicae,
4 Folia Digitalis 0,5 Folia Sennae, 4 Herba Adonidis Vernalis 0,5 Radix Senegae,
4 Folia Orthosiphonis 0,5 Species Antiaphtosae, 5 Carrageen 1,5 Cortex Chinae,
6 Secale Qornutum, 3 Lichen Islandicus, 6 Semen Lini.

3 Untuk banyaknya bahan bakal, Codex memberikan peraturan yang sama


seperti Farmakope, kepada daftar kekecualian hanya ditambahkan Fructus Hordal
decorticati, dimana harus diambil 8 bagian bahan bakal untuk 100 bagian
serkaian. Untuk memeriksa takaran maksimum, harus dipastikan bahwa zat-zat
berkhasiat telah larut semuanya dalam sari-sari itu. Banyaknya Air Penambahan

6
dilakukan sebanyak 2 kali bobot bahan bakalnya, tetapi untuk beberapa bahan
bakal, penambahan ini terlalu sedikit. Maka :
1. Flores Chammomillae Vulgaris, Flores Tiliae, dan Semen Lini dipakai empat
kali bobot bahan bakal
2. Carrageen sebanyak 15 kali bobot bakal bahan
3. Pulpa Tamarindorum cruda hanya diperlukan air yang sama dengan bobotnya.
Karena bahan bakal ini tidak dikeringkan terlebih dahulu

4. Menghangatkannya
Waktu yang diperlukan untuk pembuatan dekokta atau infus, dihitung saat isi
panci mencapai suhu 90 C atau jika panci kita tempatkan di penangas air yang
dingin, maka kita anggap bahwa isinya telah mencapai suhu itu, jika penangas
airnya mulai mendidih. Jika panci perebus diletakkan diatas penangas air yang
menidih maka untuk menaikan suhunya kita menghitung 10 menit. Disertai juga
dengan pengadukan.

5. Menyerkai Dekokta harus diserkai panas-panas kecuali decoctum


condurango, karena zat yang berkhasiat yang terdapat di dalamnya yaitu
Condurangin. Dalam air panas jauh leih kecil kelarutannya dari pada dalam air
dingin. Mengenai infusa, bahan bakal yang mengandung minyak-minyak atsiri
harus diserkai setelah dingin, tapi perlu diingat bahwa Folia Sennae mengandung
zat yang dapat menyebabkan sakit perut yang melarut dalam air panas tetapi tidak
larut air dingin. Sehingga infusum Sennae harus selalu diserkai dingin.Untuk
pembuatan Infusum Sennae compositum penyerkaian harus dingin dan kemudian
dengan pemanasan dalam botol tertutup, garam saignette dilarutkan. Infusa
lainnya boleh diserkai panas-panas atau diserkai dingin.

6. Decocto-Infusa Jika dari beberapa bahan bakal bersama-sama harus dibuat


suatu serkaian, sedangkan bahan bakal pertama termasuk yang harus dibuat
dekokta dan yang lain harus infuse, maka bahan bakal itu dibuat suatu decoctum-
infissum. Mula- mula bahan bakal yang dibuat dekokta dimasukan dahulu dalam
panci-infus, 15 menit kemudian dimasukan bahan bakal yang harus dibuat infus.
Panci dihangatkan pada suhu 90 C selama 15 menit. Maka decoctum-infusum
harus diserkai panas/dingin tergantung jenis bahan bakalnya. Jika ada yang harus
diserkai panas dan dingin maka pertama kali kita harus selidiki apakah decoctum-
infusum dapat dipisahkan pembuatannya, sehingga dari bahan bakal yang
pertama kita membuat suatu decoc yang diserkai panas dan dari bahan yang lain
kita membuat infuse yang diserkai dingin. Dengan syarat air yang tersedia cukup
untuk pembuatan masing-masing serkaiannya.
Bila air cukup maka kita dapat mengerjakannya dengan dua cara:
1.Decoctum-Infusum diserkai panas-panas, cara ini yang terbanyak dipakai, hal
ini ditentukan oleh codex.

7
2. Decoctum-Infusum dipisah dalam dekokta yang diserkai panas dan infusa yang
diserkai dingin, kedua-duanya dibuat dengan bagian-bagian air yang tersedia,
yang banyaknya sebanding.
Untuk decoctum Chinae, Farmakope memilih perbandingan 6:100. Karena
mengandung zat-zat yang disebut: kinotanat-kinotanat, yang kelarutannya hanya
terbatas. Jika decoctum serupa itu dibuat lebih kuat maka tak akan banyak zat
yang melarut. Pemisahan suatu serkaian sudah tentu perlu, bila bagian-bagian dari
bahan- bahannya bereaksi satu dengan yang lainnya atau memberikan suatu
endapan (zat samak dan alkoloida-alkoloida) jika air yang tersedia cukup banyak
untuk masing-masing bagian untuk memperoleh serkaian yang biasa, maka harus
menggunakan cara kedua.

d. Prosedur Kerja Dekokta


 Simplisia yang berupa tanaman atau bagian tanaman dengan derajat halus
tertentu ditimbang (misalnya 10 g), kemudian dimasukkan ke dalam panci atas
diberi air “secukupnya”.Maksud dari “secukupnya” disini diperhitungkan
terhadap kadar ekstrak yang hendak kita inginkan, jadi misalnya kita ingin
membuat ekstrak berkadar zat aktif 10%, maka serbuk tanaman yang
dibutuhkan adalah 10 g ditambah air 100 g (100 cc), sementara kalo kita
menggunakan air sebanyak 200 cc dan serbuknya tetap 10 g, maka kadar ekstrak
yang akan kita peroleh menjadi 5% saja. Begitu seterusnya.
 Setelah panci atas siap untuk diproses, maka masukkan panci beserta isinya
segera ke dalam panci bawah yang telah berisi air. Setelah itu panci bawah
dipanaskan di atas api langsung dan dibiarkan sampai mendidih (artinya suhu
mencapai 100C). Diharapkan maka suhu air dipanci atas akan mencapai 90C.
 Pemanasan dilakukan selama 30 menit terhitung mulai air di panci bawah
mendidih (suhu panci atas mencapai 90°C), sambil sekali-sekali diaduk.
 Waktu 30 menit itu adalah aturan umum yang diberikan oleh buku-buku farmasi
resmi seperti Farmakope. Setelah cukup 30 menit, maka panci atas diturunkan
dan disaring selagi masih panas melalui kain flannel. Apabila volume akhir
yang didapat ternyata kurang dari 100 cc (air semula 100 cc) maka perlu
ditambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume
dekokta yang dikehendaki yaitu 100 cc.
 Cara menambahkan air itu harus menurut aturan kuantitatif, yaitu hasil saringan
tadi dipindahke gelas ukur, kemudian kekurangan air yang diperlukan,
ditambahkan sampai volume akhir mencapai batas skala 100 cc (jadi tidak boleh

8
menambah air sesuai dengan kurangnya air,namun yang diukur adalah
kekurangan air yang akan ditambahi).

e. Gambar Alat

       

 Contoh Jurnal Penelitian


Ekstraksi Alga :
Ekstraksi alga Cladophora sp. dengan menggunakan metode dekok dan
maserasi. Metode dekok adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperature
90°C selama 30 menit 10. Campur alga yang sudah dihaluskan sebanyak 50
Gram dalam panci (wadah) dengan aquadest sebanyak 500 ml kemudian
panaskan diatas tangas air selama 30 menit terhitung mulai suhu 90 °C sambil
sekali-sekali diaduk. Setelah itu saring dengan menggunakan kertas saring
kemudian dimasukkan didalam tabung erlemenyer dan ditutup dengan
alumunium foil.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air
pada suhu 90 0C selama 15 menit. Sedangkan dekokta adalah sediaan cair yang
dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada suhu 90 0C selama 30 menit.
2. Prinsip kerja infusa/dekokta
 Untuk melakukan proses infusa/dekokta, maka harus mempersiapkan 1 unit
panci yang terdiri dari 2 buah panci yang saling bisa ditumpuk (panci-tim)

10
 Panci yang diatas digunakan untuk menaruh bahan yang akan diekstraksi(tentu
bersama pelarutnya, yaitu air, masing-masing dengan takaran tertentu),
sementara panci bawah diisi air, maksudnya digunakan sebagai pemanas panci
atas, sehingga panas yang diterima panci atas tidak langsung berhubungan.
3. Prosedur kerja infusa/dekokta
 Membasahi baku / simplisia dengan air ekstra, biasanya dengan air 2x bobot
bahan, untuk bunga 4x bobot bahan dan untuk karagen 10x bobot bahan.
 Dipanaskan bahan dalam aquadest (10x bobot bahan + air ekstra) selama
15menit pada suhu 90°C sampai 98°C.
4. Keuntungan dan kerugian metode infudasi
 Keuntungan : Unit alat yang dipakai sederhana, biaya operasionalnya relatif
rendah
 Kerugian : Zat-zat yang tertarik kemungkinan sebagian akan mengendap
kembali, hilangnya zat-zat atsiri, adanya zat-zat yang tidak tahan panas lama,
ekstrak kurang stabil dan mudah tercemar oleh bakteri dan jamur, menghasilkan
ekstrak yang berlendir.
5. Hal – hal yang harus diperhatikan dalam infusa/dekokta
 Derajat halus dari bahan-bahan bakal
 Banyaknya bahan bakal
 Banyaknya Air
 Menghangatkannya
 Menyerkai
 Decocto-Infusa

DAFTAR PUSTAKA

Tri Wahyudi. 2014. Tugas Farmakognosi Lanjutan. Palu : Universitas Tadulako. (Online).
https://infusa-dan-dekokta

Nyoman Yuliani, Ni., Primanty Dienina, Desmira. 2015. UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
INFUSA DAUN KELOR (Moringa oleifera, Lamk) DENGAN METODE 1,1-diphenyl-2-
picrylhydrazyl (DPPH). Jurnal Info Kesehatan, Vol. 14, Nomor 2 Desember 2015

11
Santoso, Ilham., dkk. 2018. UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI DEKOKTA DAN
EKSTRAK KLOROFORM ALGA Cladophora sp. PADA BAKTERI GRAM POSITIF
DAN NEGATIF. Malang : Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang

Anggraini, Relita., dkk. 2017. Makalah Fitokimia Infusa/ Dekokta. Riau: Sekolah Tinggi
Ilmu Farmasi Riau. (Online). https://text-id.123dok.com/document/y9gxeorq-45410-
makalah-fitokimia-jadi-jadii.html. Diakses pada tanggal 20 April 2020

12

Anda mungkin juga menyukai