Skor Nilai :
Kelas :
A Reguler 2017
Dosen :
DAUD, S.Pd, M.Si
Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang maha Esa, karena
dengan karunia-Nya penulis dapat menyelesaiakan tugas makalah ini. Meskipun
banyak hambatan yang penulis alami dalam proses pengerjaannya. tetapi penulis
berhasil menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa
penulis sampaikan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu
dan membimbing penulis dalam mengerjakan tugas makalah ini. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah
memberi semangat dan dukungan, baik langsung maupun tidak langsung kepada
penulis dalam proses pembuatan tugas makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun tugas makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna sempurnanya karya tulis ini. Penulis berharap semoga
karya tulis ini bisa bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN ..........................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN .........................................................................3
2.1 Pendekatan Formalis.....................................................................3
2.2 Pendekatan Subtantivis.................................................................6
2.3 Pendekatan Marxis Baru...............................................................8
2.4 Pendekatan Institusional Baru.....................................................11
2.5 Pendekatan Populis Baru............................................................13
BAB III. PENUTUP..................................................................................15
3.1 Kesimpulan..................................................................................15
3.2 Saran............................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Belakangan ini penelitian antropologi memperlihatkan bahwa dalam sistem
ekonomi modern sekalipun , gejalaekonomi tidak bisa dipisahkan dengan
persoalan kebudayaan, misalnyakebudayaan konsumtif yang menyebar ke
berbagai masyarakat bukan oleh sebuah kebijakan ekonomi , dan
meningkatkan kesejahteraan semata, melainkan oleh meluasnya budaya
popular dan berbagai rekayasa budaya sehingga pada dsarnya kebudayaan
mempengaruhi ekonomi karena menjadi instrumen penting dari ekspansi
pasar kapitalis dalam memperluas budaya konsumsi dengan menyebarkan
berbagai bentuk budaya popular, dan menggunakan media budaya untuk ajang
iklan dan interrealisasi produksinya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan pendekatann formalis?
2. Apakah yang dimaksud dengan pendekatan subtantivis?
3. Apakah yang dimaksud dengan pendekatan marxis baru?
4. Apakah yang dimaksud dengan pendekatan institusionalis?
5. Apakah yang dimaksud dengan pendekatan populis baru ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Menganalisis apa yang di maksud dengan pendekatan formalis
2. Menganalisis apa yang dimaksud dengan pendekatan subtantivis?
3. Menganalisis apa yang dimaksud dengan pendekatan marxis baru?
4. Menganalisis apa yang dimaksud dengan pendekatan institusionalis?
5. Menganalisis apa yang dimaksud dengan pendekatan populis baru ?
1.4 Manfaat Penulisan
1. Memahami apa itu pendekatan formalis
2. Memahami apa itu pendekatan subtantivis?
3. Memahami apa itu pendekatan marxis baru?
4. Memahami apa itu pendekatan institusionalis?
5. Memahami apa itu pendekatan populis baru ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dianggap tidak mampu dalam memecahkan keganjilan tentang problem-
problem modernisasi di negra terbelakang dan berkembang yang penduduknya
masih hidup dengan sistem ekonomi tradisional dan petani, problem tersebut
beruapa sulitnya menerapkan teori pembangunanan di negara-negara tersebut,
dan kenyataan bahwa masyarakat tetap miskin walaupun telah memasuki
ekonomi pasar, dan masih kuatnya resistensi masyarakat terhadap pro-
argumentasi klasik dari formalis mengatakan kemiskinan masyarakat
tradisional lebih di sebabakan oleh rendahnya teknologi, akses kapital serta
masih sederhanya tingkat hidup masyarakat tersebut sehingga percaya bahwa
perluasan ekonomi pasar dan modernisasi akan mengikis kemiskinan.
4
a. Studi Kasus Pasar Petani Di Jawa
Pada tahun 1950-an pasar di Jawa dalam arti tempat merupakan arena
pertukaran barang dan jasa. Dalam pasar para pedagang melakukan
aktivitasnya dengan menjalin kerjasama yang bersifat fungsional. Belajar
dari sistem organisasi sosial di pasar yang menyatukan kepentingan para
pedagang dan strategi tawar-menawar barang, Elice Dewey berusaha
untuk menajamkan interpretasinya tentang problem sistematik dari
perdagangan belajar dalam masyarakat petani Jawa yang sedang
mengalami perubahan dari suatu tahap ekonomi yang relatif tertutup pada
masa penjajahan terbuka pada masa pasca revolusi kemerdekaan.
5
dan padi dipetik dengan alat Ani Ani yang produktivitasnya rendah
sehingga sistem ini menyerap banyak tenaga manusia. Dibandingkan
dengan sistem bawaan kedudukan bersifat komersial tetapi kurang
komersial dibandingkan dengan sistem tebasan dalam sistem kedudukan
orang yang boleh memanen adalah mereka yang ikut menanam. Hayami
dan Kikuchi memandang bahwa perubahan sistem bawaan ke sistem
tebasan merupakan contoh yang paling ekstrim dari meningkatnya
rasionalisasi usaha tani.
6
organisasi soaial, yang mempunyai kapasistas membentuk prilaku individu
mengatur relasi antar individu sebagai suatu organisasi.
Pandangan subtantivis di atas mengabaikan peranan individu dalamprose
perubhan ekonomi. Diabaikannnya peranana individu dalam menentukan
sistem ekonomi itu mendapat kritik yang tajam dari para antropolog yang
menemukan bukti bahwa ekonomi merupkan proses sosial yang dinamis.
Aliran parsonisme selalu menunjukkan adanya kuasa-kuasa individu tertentu
karena di pandang dapat memiliki peran penting dalam menjalankan roda
ekonomi. Aliran personalisme itu juga menyimakbahwa dalam masyarakat
tradisional terdapat individu-individu yang mempunyai kesadaran untuk
melakukan perubahan dengan melakukan inovasi-inovasi teknologi dan
terdapat individu-individu yang melawan praktik ekonomi yang merugikan
mereka.
Studi koperatif ini menghasilkan pemahaman yang akurat tentang
berlakunya hukum ekonomi, dan jalinan yang erat antara gejala ekonomi
dengan gejala sosial, politik dan budaya. Meskipun di arahkan untuk
melakukan studi komparatif, dalamprktiknya para ahli antropologi
yangbergabung dengan aliran ini hanya menunjukkan kekhasan dari sistem
ekonomi yang diteliti dengan membandingkan secara selektif tentang pola-
pola ekonomi dari masyarakat yang ditelitioleh peneliti lain atau penelitian
sebelumnya.
Dalam masyarakat Bolivia, lapisan sosial terdiri dari tuan tanah yang
menguasai tanah milik untuk usaha peternakan. Sebagian dari tanah milik
mereka dikelola sendiri dan sebagian lagi disewakan kepada para
comuneros sebagai peternak lapisan menengah dan peon sebagai petani
peternak lapisan bawah. Secara implisit Orlove mengungkapkan bahwa
ketidakseimbangan tersebut merupakan fungsi dari ketidakmerataan
penguasaan tanah ketergantungan, para petani peternak terhadap tuan
7
tanah. Beberapa bentuk pertukaran tradisional di Bolivia antara lain
resiprositas umum, ayni dan minka.
Marx merumuskan bawa inti dari sistem ekonomi adalah mode produksi
yang terdiri dari kekuatan produksi serangkaian hubungan produksi dan basis
material. Basis material meliputi peralatan dan teknologi kalian dan tenaga
yang dipakai oleh orang untuk menghasilkan. Kekuatan produksi meliputi
8
kelompok-kelompok sosial dimana orang memanfaatkannya untuk
mewujudkan tujuan produksi. Dalam pandangan Marx sejarah ekonomi dan
masyarakat muncul sebagai proses konflik antar bangsa struktur yang bersifat
dinamis dengan suprastruktur yang bersifat statis.
9
Thailand menyebabkan penduduk pedesaan hidup dalam kemiskinan.
Proses kemiskinan dan ketimpangan pendapatan antar kelas di Thailand
terus berlanjut sejak masa kekuasaan feodalisme sampai masa kekuasaan
militer, dari masa sebelum ketika masa pembangunan ekonomi.
Pembangunan pertanian juga cenderung berpihak untuk kepentingan kaum
borjuis. Proses marginalisasi ekonomi kaum Tani mendorong lahirnya
tuntutan massal terhadap perubahan kelembagaan di sektor pertanian
melalui perubahan sistem land reform dan penyewaan tanah.
Adapun kelas yang paling lemah secara politik dan ekonomi adalah
kaum petani kecil dan buruh tani. Turton juga menegaskan bahwa
industrialisasi yang digerakkan pemerintah ternyata dia memecahkan
masalah kemiskinan kaum Tani. Turutan melihat pula bahwa ketimpangan
sosial meremas juga pada ketidak berdayaan petani membayar Kredit
pertanian. Turton mengamati pola tentang munculnya gejala protes sosial
terhadap petani sebagai akibat dari lepasnya tanah milik petani dan
ketidakmampuan membayar bunga pinjaman bermunculan di Thailand.
10
kertas. Kaum Tani kemudian melakukan perlawanan dengan membentuk
federasi kaum Tani untuk menuntut keadilan. Para petani melakukan 12
kali demonstrasi dengan melibatkan ribuan keluarga. Gerakan federasi
petani mengambil strategi antara kekerasan dan menjunjung supremasi
hukum. Gerakan komunis dalam perkembangannya tidak sampai
mengganti kekuasaan di Thailand tetapi gerakan yaitu memberikan
kekuatan bagi warga desa yang memberdayakan diri melalui perjuangan di
lembaga politik dan ekonomi.
11
menghailakan tingkah laku tertentu yangterjalin erat dengan kebudayaan
contohnya patron klien.
Ketiga, institusionalis mempunyai asusmsi bahwa perubahan ekonomi
selalu terjadi,teteapi tidak selalu bersifat linear. Keeampat institusional setuju
kalu kepentingan anatr individu atau kelompok dalam pasar berlainan dan
bahkan dapat pula berseberangan. Kelima, kajian institusional memiliki
implikasi ideologis, yaitu menghendakisuatu agenda liberalisasi ekonomi dan
demokratisasipolitikuntuk mencapai pross distribusi income yang merata di
masyarakat.
Acheson menawarkan sejumlah agenda penting bagi antropologi ekonomi
untuk menelaah tentang dinamika pasar. Pertama tentang perilaku pelaku
pasar dalam mendapatkan mengolah dan memanfaatkan informasi dan
implikasinya dengan pola transaksi ekonomi dan dampaknya terhadap harga
dan kesejahteraan masyarakat. Kedua respon pelaku bisnis khususnya bisnis
skala mikro kecil dan menengah terhadap kegagalan pasar agar menyediakan
barang dan jasa yang memadai dan terjangkau. Ketiga berbagai peraturan
tentang hak kepemilikan barang dan jasa dan pengaruhnya efisiensi pasar
eksternalitas dan pilihan ekonomi.
12
tulisan berwarna dari adanya kredit informal yang telah melembaga
sebagai bisnis dan kepentingan politik antar pedagang besar dengan para
perajin dan konsumennya. Usaha ternak sapi di Bantul merupakan produk
dari proses pelembagaan revolusi hijau di dalam rumah tangga petani
sehingga usaha peternakan skala kecil dan menjadi bisnis yang lebih
menguntungkan petani daripada kelas bawah. Produk dari ketidakpastian
informasi harga dan berikan oleh para pedagang untuk memperoleh posisi
yang menguntungkan karena mereka mampu memonopoli harga.
13
lebih tua usianya artinya keluarga yang lebih menuliskannya banyak anggota
keluarga yang hanya berstatus sebagai konsumen seperti anak kecil dan bayi.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa bahwa
1. Pendekatan Formalis
Pendekatan formalis lahir pada dekade tahun 1920-an dengan ditandai
oleh penelitian antropologi ekonomi yang memakai teori-teori dan konsep-
konsep ekonomi guna menjelaskan fenomena di masyarakat tradisional.
2. Pendekatan Subtantivis
Pendekatanini merukan suatu terhadap formulis, berkaitan dengan
kegagalan dalam menjelaskan proses transformasi ekonomi di negara
terbelakang.
3. Pendekatan Marxis Baru
Marx merumuskan bawa inti dari sistem ekonomi adalah mode produksi
yang terdiri dari kekuatan produksi serangkaian hubungan produksi dan
basis material. Basis material meliputi peralatan dan teknologi kalian dan
tenaga yang dipakai oleh orang untuk menghasilkan. Kekuatan produksi
meliputi kelompok-kelompok sosial dimana orang memanfaatkannya
untuk mewujudkan tujuan produksi.
4. Pendekatan Instituionalis
Pendekatan institusionalis muncul dalam ilmu ekonomi pada tahun 1930-
an .pada tahun 1930an, Vablen memperkenalkan pendekatan ilmu sebagai
suatu alternatif pendekatan neoklasikyang gagal dalam menjelaskan krisii
konomi di negara barat
5. Pendekatan Populis
Populisme baru sebagai suatu kerangka metodologis berkembang pada
tahun 1970-an sejalan dengan meluasnya masalah kemiskinan di negara-
negara berkembang dan masalah itu menjadi perbincangan para ahli dari
berbagai disiplin.
15
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan yaitupembelajaran menganai teori
perkembangan ekonomi adalah hal yang paling mendasar dalam melihat
prilaku masyarakat dalam prekatik ekonomi yang bervariasi di dalam struktur
dn pandngan budaya yang berbda-beda.
DAFTAR PUSTAKA
16
Hudayana, B. (2017). Pendekatan Antropologi Ekonomi. Yogyakarta: Kepe Press.
17