Anda di halaman 1dari 10

PENGELOLAAN SATUAN PENDIDIKAN

A. KONSEP DASAR MANAJEMEN


Istilah pengelolaan merupakan pengertian dari istilah Management  (Inggris). Istilah ini
berasal dari bahasa Latin, Perancis, dan Italia. Istilah ini sebagai berikut: manus, mano,
manage/menege, maneggiere. Meneggiere bararti melatih kuda agar kaki kuda dapat melangkah
dan menanri seperti yang di kehendaki pelatihnya.
Menurut Oliver Sheldon dalam “Encyclopedia of the Social Sciences” memberi batasan
sebagai berikut: “Management may be defined as the process by which the execution of a given
purpose is put into operation and supervised”. (Edwin R.A Seligman, Encyclopedia of the
Social Sciences  1957:76). Penegertian tersebut lebih menekankan bagaimana pelaksanaan tujuan
itu dapat di laksanakan dan di bina.
Di dalam Encyclopedia itu pula C.Canby Balderton memberi batasan sebagai berikut:
Management is stimulating, organizing, and directing of human effort to utilize
effectively materials and facilities to attain an objective. (Edwin R.A Seligman, Encyclopedia of
the Social Sciences, 1957:76). Batas ini lebih menekankan pada fungsi-fungsi manajemen
melalui perangsangan, pengorganisasian, dan pengarahan usaha manusia dalam rangka
pemanfaatan fasilitas secara efektif untuk mencapai tujuan.
Kalau di aplikasikan pada manajemen penyelenggaraan sekolah, maka penegertian
manajemen daalah sebagai usaha pimpinan sekolah untuk memperoleh hasil dalam rangka
mencapai tujuan program sekolah melalui usaha orang lain, dengan proses dan prosedur,
perangsangan, pengorganisasian, pengarahan dan pembinaan pada pelaksanaan dengan
memanfaatkan material dan fasilitas.
Dari batasan tersebut jelasa bahwa manajemen sekolah merupakan pengelolaan pada
beberapa unit pekerjaan yang di kelola oleh beberapa petugas yang di beri wewenang kepala
sekolah dan mereka bertanggung jawab langsung kepada kepala sekolah.

B. FUNGSI MANAJEMEN SEKOLAH


Untuk mencapai efisiensi serta efektivitas dalam manajemen, maka segal tindakan dan
tindakan baru sebaiknya di laksanakan dengan pertimbangan atau perhitungan yang rasioanal,
sehubungan dengan pemikiran tersebut maka di perlukan langkah-langkah kegiatan dengan
perumusannya secara tegas dan jelas, agar antara langkah yang satu dengan langkah yang lainnya
tidak rancu adanya.
Rumusan dari langkah-langkah tersebut di sebut fungsi manajemen. Fungsi manajemen
merupakan pemuatan pengarahan mental (pikiran, kemauan dan perasaan) dan tenaga jasmaniah
dan mewujudkan sesuatu sebagai sasaran. Dengan demikian fungsi manajemen merupakan
sesuatu dari kegiatan yang menuju kepada tujuan yang telah di teteapkan sebelumnya.
Proses kegiatan tersebut, pada pokoknya berdasarkan kepada tiga macam fungsi manajemen,
atau ada orang yang menyebutkan pula bahwa fungsi-fungsi manajemen antara lain:
1.      Perencanaan (Planning);
2.      Pelaksanaan (Execution); dan
3.      Penilaian (Evaluation).

(JF.Tahaleledan Soekarto Indrafachrudin, Kepemimpinan Pendidikan, 1975:36).


Fungsi-fungsi manajemen ternyata berkembang sesuai latar belakang kondisi masyarakat
dengan pandangan hidupnya, serta alam pikirannya dari seorang teoritikus. Sebagai contoh dapat
di lihat dari dua kutub kondisi pandangan hidup masyarakat dalam negara yang sangat berbeda,
yaitu:
a. Pada waktu negara Perancis dalam kondisi militeristis, maka Hendy Fayol seorang
ilmuwan dalam menejemen menyusun buku: “General and Industrial
Management” (1916). Ia mengklarifikasikan fungsi-fungsi manajemen sebagaiberikut:
1.      Planning (Perencanaan);
2.      Organizing (Pengorganisasian);
3.      Commanding (Pemberian perintah);
4.      Coordinating (Pengkoordinasian); dan
5.      Controlling (Pengawasan).
(S.P.Siagian, Filsafat Administrasi, 1970:73)

b. Negara Amerika Serikat pada saat itu terkenal sistem pemerintahannya dengan
demokrasi liberal. Tokoh ilmuwan yang cukup terkenal di bidang manajemen yaitu
Prof.Jhon F.Mee, yang membina mata kuliah Filsafat Manajemen di Universitas Indiana.
Ia mengkalrifikasikan fungsi-fungsi sebagai berikut:
1. Planning (Perancanaan);
2. Organization (Pengorganisasian);
3. Motivating (Pendorong); dan
4. Controling (Pengawasan)
(S.P.Siagian, Filsafat Administrasi, 1970:75)

Dari kedua contoh di atas jelaslah, bahwa situasi dan kondisi masyarakat pada suatu masa
berpengaruh terhadap seorang tokoh ilmuwan, pada teori fungsi Hendry Fayol, ternyata istilah
sangat Commanding cocok dengan kondisi otoriter, sedangkan pada teori fungsi Jhon F.Mee
mempergunakan istilah “Motivating” berarti menggunakan pendekatan psikologis yang
berorirentasi pada “human needs”. Hal ini cocok dengan kondisi dengan pemerintahan
demokratis liberal.

C. PRINSIP-PRINSIP PENGELOLAAN SEKOLAH


Agar perencanaan dan pelaksanaan proses administrasi pendidikan berjalan dengan
lancar dan wajar, maka proses pelaksanaan hendaknya berdasarkan prinsip-prinsip yang
berfungsi sebagai pedoman dalam menejemen pendidikan tersebut.
Harl R.Douglass, A.M. Ph.D. (Modern Administration of Secondary School, 1963:13-17)
merumuskan tentang prinsip-prinnsip manajemen pendidikan sebagai berikut:

1. Memprioritaskan tujuan di atas kepentingan pribadi dan kepentingan mekanisme kerja.


Tujuan dari suatu organisasi, merupakan titik akhir yang berkedudukan penting, karena
itu tujuan harus di sadari serta di haryati oleh pelaksananya. Hal tersebut perlu di tandaskan
kepada mereka, karena mereka sering kehilangan arah terhadap tujuan umum, apabila ia setelah
terlibat dalam tugasny. Mereka lupa akan fungsi organisasi yang sebenarnya hanya sebagai alat
atau wadah saja.
Bernard Shaw menyatakan bahwa “One who having lost sight of his objectives,
redoubles his effort” sebagai contoh, ialah kadang-kadang kita terlibat dalam masalah-masalah
kecil dalam mengajarkan sesuatu mata pelajaran, sehingga mata pelajaran seolah-olah sebagai
tujuan. Padahal mata pelajaran itu hanya sebagai alat belaka bagi perkembangan individu anak.
Karena itu kepala sekolah hendaknya selalu mengadakan pembinaan kepada meraka agar mereka
tidak kehilangan arah.
Dengan demikian ada keharmonisan anatara dasar dan tujaun sehingga organisasi dan
prosedur di tentukan oleh dasar dan tujuan tersebut, karena itu pula perumusan tentangan tujuan
operasional kurikuler dan tujaun mata pelajaran (instruksional) haruslah di rumuskan dengan
seksama agar tidak menyimpang dari tujuan sekoalh itu sendiri.

2. Mengkoordinasi wewenang dan tanggung jawab


Kalau orang ingin melihat hasil tanggung jawab seseorang terhadap pekerjaannya maka
ia harus di beri wewenang dan kesempatan yang sesuai dengan tanggung jawab yang di
berikannya dalam tempat pekerjaanya. Apabila seseorang ketua bidang studi bertanggung jawab
untuk memajukan pengajaran dalam bidangnya, maka ia harus mendapatkan bantuan dari kepala
sekoalah dan pengawas.

3. Memberi tanggung jawab pada personil sekolah hendaknya sesuai dengan sifat-sifat dan
kemampuannya .

Penempatan orang itu harus sesuai dengan bakat-bakatnya, latihan-latihan yang pernah di
perolehnya dan pengalamanan yang pernah di alaminya. Karena itu ada dua aspek yang harus di
perhatikan oleh seorang pemimpin sekolah, yaitu:
1) Tanggung jawab harus harus sesuai dengan orang itu. Hal itu berarti pimpinan harus
berusaha mengadakan peningkatan atau kalau situasi pembaharuan menghendakinya
agar mereka lebih mampu dalam memikul tanggung jawab.
2) Memanfaatkan sebaik-baiknya sesuatu bakat yang ada dalam personil. Ini berarti
bahwa penempatan anggota staf setepat mungkin, harus sesuai dengan tugas-tugas
yang di hadapinya seperti pada petugas tertentu dalam pekerjaan yang spesial
contohnya “Vocational concelling”, dan sebagainya. Pemimpin hendaknya melengkapi
serta memanfaatkan seselektif mungkin.
Prinsip tersebut di sebut prinsip pemberi pedoman tentang bagaimana pengaturan
partisipasi personal itu di laksanakan (continuance of participation)

4. Mengenali secara baik faktor-faktor psikologi manusia


Agar pimpinan tidak maengalami kesalahan serius (Blunder) maka faktor-faktor
psikologi manusia harus di pahami benar-benar. Dalam setiap situasi kerja sama setiap individu
itu memerlukan adanya kemauan, ambisi, prasangka, dan sebagainya. Hal-hal yang peka ini
harus di ketahui oleh pimpinan. Demikianlah perumusan “policy” atau prosedur, hendaknya
tidak hanya mempertimbangkan pada pengaruh yang tidak langsungyang berupa sikap-sikap dari
orang-orang yang terlibat dalam pelaksanaan harus juga dapat mendapat perhatian dengan
sebaik-baiknya.
Karena itu agar tidak ada atau memperkecil adanya tentangan yang menimimbulkan
kericuhan pada anggot staf, maka pimpinan hendaknya menginstruksikan mereka dalam
merumuskan policy, dan merencanakan prosedur pelaksanaan kerja mereka. Hal ini perlu di
perhatikan karena sudah menjadi kebutuhan manusia, bahwa setiap manusia ingin mewujudkan
dirinya (self relazation).
Untuk tindakan pencegahan dalam pelaksanaan sebaiknya pimpinan selalu memberi
stimuli, bimbingan dan usaha-usaha dalam meningkatkan partisispasi mereka, agar pelaksanaan
dapat berhasil sesuai dengan yang di harapkan. Jadi jelaslah bahwa pelaksanaan itu akan berjalan
dan berkembang dengan baik apa bila pimpinan memiliki keterampilan, kebijaksanaan dan
kemampuan yang memadai.

5. Relativitas nilai-nilai
Pengertian relativitas nilai-nilai ini ialah suatu kondisi atau keadaan yang selalu
berhubungan dengan faktor-faktor lain. Dalam pelaksanaan kegiatan manajemen nilai-nilai yang
ada pada suatu prinsip ialah tergantung atau pada hubungan dengan nilai-nilai yang ada pada
lingkumgan kerja, termauk nilai-nilai yang ada prinsip-prinsip lain.
Sering timbul pertentangan walaupun sudah di pertimbangkan secara matang, tapi
ternyata dalam pelaksanaannya menimbulkan konflik. Hal ini di sebabkan antara lain karena
orang berambisi atau berkeinginan melaksanakan sesuatu selengkap mungkin. Karena itu suatu
pelaksanaan haendaknya berdasarkan pada kondisi yang ada dan jangan memaksakan sesuatu
keinginan supaya cepat selesai, yang kelak di dalam pelaksanaanny bertentangan dengan
“policy” umum.

D. BIDANG-BIDANG KEGIATAN PENGELOLAAN SEKOLAH


Pengelolaan kegiatan sekolah terbagi menjadi beberapa macam dan istilah yang di
pergunakan menjadi bermacam juga, adayang menyebutnya “Subtantive problems” (Stephen
J.Kozenovik, 1982). Juga menyebut kegiatan (Tim Kerja, Administrasi SD, 1981:5) dan ada pula
yang menyebut pengelolaan (J.F Tahalele dan Soekarto Indrafachrudin, Kepemimpinan
Pendidikan, 1975:38).
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan membagi pengelolaan sekolah itu sebagai
berikut:
a. Kegiatan menyusun proses belajar mengajar;
b. Kegiatan mengatur kemuridan;
c. Kegiatan mengatur peralatan pengajaran;
d. Kegiatan mengatur gedung dan perlengkapan;
e. Kegiatan mengatur keuangan; dan
f. Kegiatan mengatur hubungan sekolah dan masyarakat
g. (Tim Administrasi Sekolah Dasar, 1981:5)

James M.Lipham dan James A.Hoeh, merumuskan menjadi lima macam pengelolaan
sekolah, yaitu:
a. “Instructional Program”
b. “Staff Personnel”
c. “Student Personnel”
d. “Financial and physical resources”
e. “School comunnity relationship”
(James M. Lipham dan James A. Hoeh, The Pricipalship, 1974:5).

Beberapa penggolongan kegiatan sekolah rinci adalah sebgai berikut:


1. Pengelolaan Program Pengajaran
Program pengajaran di Indonesia mulai dari TK/SD sampai dengan SMU telah di susun
oleh para ahli dan Departemen Pendidikan Nasional yang di tuangkan dalam Garis-Garis Besar
Program Pengajaran (GBPP).
Sekolah menyusun kalender pendidikan dan menyusun jadwal pengajaran. Sedangkan guru
menyusun persiapan pengajaran secara tertib dan melaksanakannya secara tertib. Para guru
berkewajiban mengadakan penilaian lewat observasi, test formatif, test sumatif, dan ebtanas.
Program ini berdasarkan pada kurikulum mata pelajaran.
Kecenderungan pengembangan kurikulum di saat ini ialah meningkatkan sifat dan mutu
pengalaman dalam belajar siswa untuk membantunya mencapai tujuan perkembangan dan
pertumbuhan yang di inginkan. Karena itu pemilihan pengalaman nelajar yang cocok dengan
kebutuhan dengan minat anak, serta dengan sesuai perkembangan lingkungan masyarakat adalah
menjadti tuntutan utama di masa informasi ini.
Karena program pengajaran ini merupakan pusat kegiatan yang penting maka semua daya
dan upaya personil sekolah, baik staff profesional (guru) dan bukan staf profesional (pegawai
tata usaha) bahkan juga para orang tua siswa, maupun sumber-sumber material  di arahkan
kepada keberhasilan program pengajaran tersebut.
Pemimpin sekolah bertanggung jawab tentang pengadaan persiapan/persediaan peralatan dan
perlengkapan pengajaran. Buku-buku pegangan yang cocok dan materi lainnya dalam rangka
memperkaya pengalaman belajar anak, hendaknya di sediakan pula.

2. Pengelolaan Kesiswaan
Orientasi pendidikan sekarang menitik beratkan perhatian kepada siswa sebagai objek
didik dan subjek didik. Karena itu sekolah harus mengetahui dan memahami perbedaan individu
anak, mengetahui kebutuhannya, pengelompokan dan kegiatan ekstra kurikuler.
Pengelompokan siswa pada pokoknya di bagi tiga macam yaitu:
1) Pengelompokan berdasarkan presentasi belajar,
2) Pengelompokan berdasarkan minat,
3) Pengelompokan berdasarkan tugas-tugas yang di berikan guru untuk kepentingan kelas atau
sekolah.

3. Pengelolaan personil sekolah


Warga sekolah terdiri dari siswa, guru, personil tata usaha, orang tua siswa dan anggota
masyarakat yang berminat pada pendidikan. Siswa merupakan warga sekolah yang mendapatkan
prioritas utama dalam pelayanan pendidikan dan pengajaran. Guru merupakan warga profesional
yang memberikan pelayanan pada siswa, sedangkan staf personil tata usaha dan pesuruh sekolah
merupakan warga yang melayani murid, guru, orang tua siswa dan masyarakat. Adapun orang
tua siswayang berminat pada pendidikan sekolah merupakn warga sekolah yang di harapkan
membantu dalam pelaksanaan program sekolah.
Yang perlu di perhatikan secara khusus adalah tentang perencanaan, penyeleksian
penempatan, pembinaan, dan kesejahteraan tenanga personil sekolah. Perencanaan personil
sekolah di adakan atas kebijakan dan peraturan yang berlaku yang di laksanakanya di luar
wewenang kepala sekolah, tetapai kepala sekolah bertanggung jawab untuk menentukan
kebutuhan tenaga di sekolahnya dalam batas-batas yang telah di tentukan oleh kebijakan dan
peraturan yang berlaku.
Pembinaan yang teramat penting ialah pembinaan terhadap profesinya dengan melalui
supervisi, penataan, buku-buku bacaan, dan sebagainya. Di samping pembinaan terhadap
kesejahteraannya.
Akhirnya kepala sekolah mengadaakan evaluasi/penilaian kecakapan dan kepribadian guru yang
bersangkutan melalui penilaian dan pelaksanaan pekarjaan mereka. Untuk melaksanakan tugas di
atas, Lipham dan Hoeh menyarankan beberapa kemampuan yang di perlakukan oleh kepala
sekolah dan wakil kepala sekolah bagian pengelolaan para personil sekolah adalah sebagai
berikut:
Tahap I. Mengidentifikasi pegawai baru, yang meliputi kemampuan:
1) Kepala sekolah menetapkan persyaratan peranaan yang khusus bagi setiap jabatan yang
kosong.
2) Kepala sekolah melakukan wawancara dan seleksi terhadap calon anggota yang telah
diidentifikasi memiliki kualifikasi terbaik untuk setiap jabatan dan memberikan
rekomendasi untuk diangkat.

Tahap II. Orientasi staf, meliputi:


1) Kepala sekolah menaksirkan tingkat kesesuaian antara harapan-harapan dengan peranan
dan kebutuhan penempatan individu.
2) Kepala sekolah memberikan rasa optimis kepada  para pegawai baru untuk dapat
mencapai kesuksesan seperti pegawai lainnya.
3) Kepala sekolah menugaskan kembali para pegawai  yang sudah berpengalaman kepada
posisi dan peranannya untuk mencapai tujuan organisasi dan tujuan individu.
4) Kepala sekolah dapat mengemukakan ide-idenya dan mengkoordinasikan tujuan-tujuan
dan program-program individu dan sub unit dengan sekolah dan program-program dan
tujuan-tujuan sistem sekolah.

Tahap IV. Pengembangan staf, meliputi kemampuan:


1) Kepala sekolah mengikut sertakan staf dalam kegiatan-kegiatan pengembangan
profesionalnya dihubungkan dengan proses pendidikan dan administrasi.
2) Kepala sekolahmemimpin suatu program pengembangan staf secara sistematis melalui
observasi dalam kelas dan mengadakan pertemuan-pertemuan dengan staf.
3) Kepala sekolah mengkoordinasikan kegiatan profesional, perpustakaan profesional,
program pengajaran siswa, dan kegiatan in-service.
4) Kepala sekolah membimbing setiap anggota staf kearah keterlibatan secara selektif dalam
kegiatan pengembangan staf.
5) Kepala sekolah menilai kegiatan pendidikan in-service bagi individu dan kelompok dan
memberikan rekomendasi mengenai cara-cara penyempurnaan/perbaikannya.

Tahap V. Penilaian staf, meliputi:


1) Kepala sekolah melibatkan staf dalam memperoleh persetujuan tujuan evaluasi dan
prosedur evaluasi yang digunakan.
2) Kepala sekolah mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisis data yang berhubungan
dengan proses dan hasil pengajaran.
3) Kepala sekolah mendasari keputusannyapada data evaluasi yang spesifik.

4. Pengelolaan Keuangan, Peralatan, Perlengkapan dan Gedung Sekolah


Sumber keuangan sekolah ada dua macam, dari pemerintah dan non pemerintah. Keuangan
dari pemerintah yaitu dari uang rutin dan uang pembangunan, sedangkan keuangan dari non
pemerintah yaitu dari SPP dan sumbangan dari orang tua dan masyarakat, baik yang melalui BP3
sekolah, maupun yang langsung pada kepala sekolah.
Oleh karena masalah keungan merupakan masal peka, maka perlu dikelola secara cermat,
dan hati-hati. Untuk itu diperlukan pembukuan yang rapi serta benar tentang penerimaan dan
pengeluaran uang. Pemegang keuangan itu perlu ditatar tentang pembukuan keuangan
sekolah,prosedur penggunaan keuangan dan pertanggungjawaban.
Untuk mengamankan penggunaan keuangan tersebut, perlu dilakukan pengawasan
melekat (built in control). Kegiatan ini merupakan tugas dan kewajiban kepala sekolah dan wakil
kepala sekolah bagia, keuangan, peralatan, perlengkapan dan gedung sekolah.
Dengan pengawasan melekat akan di temukan berbagai hambatan sedini mungkin yang di
sebabkan tidak sesuainya kegiatan dengan rencana dan peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku, juga mampu mengambil tindakan perbaikan secara cepat dan tepat, sehingga hasil
program dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. (Irjen Depdikbud, Pengawasan
Melekat Dalam Administrasi Pendidkan,1985:1)
Peralatan dan perlengkapan sekolah dibagi dua yaitu peralatan dan perlengkapan pengajaran
dan peralatan dan perlengkapan gedung dan halaman. Peralatan dan perlengkapan untuk
kebutuhan pelaksanaan pengajaran, terdiri dari barang-barang yang tak habis
pakai (equipment) seperti OHP, radio, televisi, dari gedung, lemari, bangku dan sebagainnya.
Sehubungan dengan itu, wakil kepala sekolah yang bertugas mengelola sarana da prasarana
ini hendaknya mampu mengaplikasikan metode menyeleksi, menyimpan, mendistribusi, dan
mengawasi penggunaan peralatan dan penggunaan peralatan dan perlengkapan pengajaran.
Tindakan ini sangatlah diperlukan, karena hal ini sangatlah erat dengan kelancaran pelaksanaan
program pengajaran.
Disamping itu ia hendaknya mahir dalam merencanakan pengadaan peralatan dan
perlengkpan, pengajaran secara efektif dan efisien. Mengenai peralatan dan perlengkapan gedung
dan halaman ini  mengutamakan pada pemeliharaan secara berkesinambungan. Di samping
pengadaan perluasan bangunan , rehabilitas, pemilihan perabot dan perlengkapan, kondisi sanitas
dan penyimpanan. Mengapa pemeliharaan ini perlu? Karena lingkungan yang bersih dan teratur
akan menciptakan perasaan yang bahagia dan sejahtera.
Kemampuan apa yang diperlukan oleh kepala sekolah dan wakil kepala sekolah sebagai
pengelola tersebut , James M. Lipham dan James Hoeh Jr, merupakan kemampuan financial dan
school plant ini sebagai berikut :

Bidang I, Sumber sumber financial, meliputi kemampuan :


a. Kepala sekolah mengetahui dengan pasti kebutuhan , sasaran , tujuan sekolah dan
menterjemahkannya dalam pengajaran dan bantuan yang hasil hasilnya dapat diukur dalam
bentuk penampilan atau permorfa.
b. Kepala sekolah memimpin staff dalam pengembangan formal dan struktur program sesuai
deangan tujuan yang dapat diukur .
c. Kepala sekolah mengidentifikasi menganalisa , dan alternatif biaya untuk setiap tujuan .
d. Kepala sekolah menganjurkan seleksi dan mengambil alternatif pelajaran dengan optimal .
e. Kepala sekolah mengadakan atau memelihara dengan tepat inventaris perlengkapan,
persediaan bahan bahan untuk mencapai tujuan.
f. Kepala sekolah menyiapkan anggaran dengan menetapkan prioritas atau kebutuhan pada
setiap program sekolah.
g. Kepala sekolah mengevaluasi dan menyetujui permintaan perlengkapan persediaan bahan
bahan yang dibeli oleh sekolah.
h. Kepala sekolah meramalkan sumber-sumber yang dibutuhkan sekolah pada setiap
tahunnya.

BidangII. Sumber sumber school plant (tanah, gedung, dan perlengkapan sekolah) meliputi


kemampuan :
a. Kepala sekolah mengkoordinasikan masukan masukan dari guru, siswa, dan
masyarakat sekitarnya untuk perencanaan fasilitas.
b. Kepala sekolah menetapkan dan menggambarkan sifat dan susunan / rencana yang
khusus bidang bidang  pelayanan dan fasilitas apabila sekolah mulai dirancang.
c. Kepala sekolah mengembangkan dan meneruskan seperangkat spesifikasi pendidikan
yang lengkap untuk arsitek yang digunakan dalam merancau atau membentuk
kembali fasilitas yang baru
d. Kepala sekolah meilai kemajuan dari perencanaan yang membuat sebagai keperluan
yang di butuhkan untuk memperlengkapi pengajaran.
e. Kepala sekolah mewawancarai, menetapkan dan mensupervisi personil/bagian
pemeliharaan untuk menyediakan lingkungan fisik yang mempertinggi pengajaran.
f. Pengelolaan Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat

Keberadaan sekolah adalah didorong oleh kebutuhan masyarakat, karena itu tanggung
jawab pendidikan di sekolah merupakan tanggung jawab masyarakat, keluarga, dan pemerintah
(GBHN, 1978). Berdasarkan itu seharusnya ada hubungan yang selalu meningkat antara
keduanya.
Di Indonesia sarana hubungan sekolah dan masyarakat telah terjalin. Sejak dibentuknya
seorang kepala sekolah dibantu oleh empat wakil kepala sekolah ( multiple principalship  ). Ini
merupakan satu kemajuan yang baik, tetappi wakil kepala sekolah sebagai pengelola hubungan
sekolah ini belom bisa berbuat banyak untuk menangani tugas tersebut yang sudah berjalan
adalah pengelola pengajaran, kesiswaan, serta sarana dan prasarana. Hubungan antara sekolah
dengan masyarakat dikenal dengan istilah “Humas”. Ia memberikan informasi, mengenalkan
kegiatan dan hasil kegiatannya agar dikenal atau terkenal. Tugas dari humas sebenarnya
bukanlah kegiatan itu saja, tetapi lebih dari itu.
Menurut Moehlman dalam buku “ School Administration “ untuk menjawab tantangan
tentang kualitas pendidikan anak, wakil kepala sekolah bagian humas tersebut diganti dengan
bagian interpretation.  Moehlman yang pada mulanya merintis tentang “ multiple principalship “
diatas pada sekolah menengah dan sekolah dasar. Wakil-wakil kepala sekolah tersebut bertugas
mengelola (1) Pengajaran; (2) sarana dan prasarana; (3) interpretation.
Bagian interpretation ini bertugas menterjemahkan keadaan dan kebutuhan masyarakat
melalui survey dan penelitian mengenai sosial ekonomi dan budaya masyarakat, serta potensi
geografis daerah tersebut.
Apabila program pengajaran itu telah disusun kemudian diserahkan kembali kepada
kepala sekolah, dan selanjutnya ditindaklanjuti oleh wakil kepala sekolah yang mengelola
personil, sarana dan prasarana.
Setelah perencanaan pengadaan tenaga, dana , sarana dan prasaarana dipersiapkan, maka
kepala sekolah mulai melaksanakan program itu. Kegiatan ini dibarengi dengan kegiatan
permberian informasi kepada orang tua siswa dan masyarakat luas. Tujuan dari pemberian
informasi ini adalah untuk memberi pengertian tentang tujuan, program, pelaksanaan, dan hasil
hasil program.
Bilamana mereka sudah mengerti, orang tua siswa diajak berpartisipasi dalam usaha
pendidikan anak mereka memahami apa itu dan bagaimana mendidiknya sesuai dengan program
sekolah itu. Sedang masyarakat diajak pula bekerja sama untuk memajukan pertumbuhan dan
perkembangan proses belajar anak, serta membantu dalam memajukan program pendidikan
melalui keahlian mereka atau keterampilan mereka.
            Itulah hakekat tujuan hubungan antara pihak sekolah dengan masayarakat. Harapan
seperti itu di atas tidak mungkin diperoleh dari BP3, karena pasti mereka tidak bisa
menindaklanjuti kegiatan itu, dan BP3 bukan bagian dari interpretation atau humas karena itu
sangat lucu apabila orang terlalu banyak berharap kepada BP3 dalam menangani masalah-
masalah pendidikan seperti kenakalan remaja dan sebagainya. Mereka dikatagorikan kurang
berfungsi untuk dalam menangani pendidikan. Dan bagian interpretasi yang berwenang
“mengenal” dan “dikenal” oleh para orang tua siswa dan masyarakat, yaitu melalui jalur
komunikasi dua arah (two way traffic).
            Elsbree memberikan delapan prinsip dalam pengelolaan hubungan sekolah dangan
masyarakat ini, antara lain :
a. Ketahuilah apa yang anda yakini;
b. Laksanakanlah program pendidikan Anda dan bersahabatlah dengan masyarakat;
c. Ketahuilah / kenalilah masyarakat Anda;
d. Adakanlah survey tentang masyarakat di daerah;
e. Pelajarilah masyarakat dan daerah Anda melalui dokumen-dokumen;
f. Jadilah anggota organisasi dalam masyarakat;
g. Adakanlah kunjungan ke rumah orang tua murid
h. Layanilah massyarakat itu untuk membantu program sekolah Anda.
( Willard S. Elsbree and Harold Mc Nal
Supervision”, 1959;430-440)

Cara untuk dikenal oleh orang tua melalui media :


a. Laporan kepada orang tua siswa;
b. Buletin bulanan;
c. Surat Kabar Sekolah;
d. Pameran Sekolah;
e. Open House;
f. Kunjungan ke sekolah lain;
g. Kunjungan ke rumah;
h. Radio dan televisi;
i. Organisasi alumni; dan
j. Laporan Tahunan; dan sebagainya

Kembali pada konsep interpretation dari Moehlman. Bilamana hal itu dilaksanakan


secara ajeg maka implikasi pelaksanaan program tersebut sebagai berikut ;
a. Program itu relevan dengan kebutuhan masyarakat;
b. Output sekolah akan turut berkiprah dalam usaha meningkatkan kehidupan  dan
penghidupan masyarakat dalam rangka pembangunan daerahnya;
c. Masyarakat akan merasa memiliki program pendidikan dan pengajaran tersebut; dan
d. Sekolah merupakan salah satu pusat kebudayaan juga ketahanan pendidikan yang
terpadu dengan masyarakat.
Kemampuan dalam mengembangkan hubungan sekolah dengan masyrakat :

Bidang I.Analisis masyarakat meliputi kemampuan:


1) Kepala sekolah mengkoordinasi lokasi kerja dewan pengawasan atau wakil anggota
masyrakat lainnya enagn menganalisis tujuan,saran,program dan prosedur-prosedur
sekolah.
2) Kepala sekolah mengadakan suatu penelitian yang sistematis tentang persepsi masyarakat
terhadap kebutuhan dan harapan-harapan terhadap sekolah.

BidangII. Komunikasi dengan masyarakat meliputi :


1) Kepala sekolah berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan masyarakat sekitar dan dengan
organisiasi masyarakat.
2) Kepala sekolah menekankan kepada para guru, murid dan personil bagian hubungan
sekolah dengan masyarakat untuk mengimplikasikan peranan mereka.
3) Kepala sekolah berkomunikasi dengan pimpinan dan anggota organisasi guru-orang tua
untuk meningkatkan keefektifan organisasi tersebut.
4) Kepala sekolah menganalisis informasi yang dibutuhkan oleh urusan umum sekolah dan
menyiapkan dan melakukan komunikasi untuk mempertemukan kebutuhan kebutuhan
tersebut.
5) Kepala sekolah mendapatkan dan menganalisis secara sistematis umpan balik dari
komunikasi.
6) Kepala sekolah menjelaskan kriteria kuantitatif dan kualitatif yang digunakan oleh
masyarakat untuk menilai proses dan produk sekolah.

Bidang III. Pemanfaatan sumber sumber masyarakat :


1) Kepala sekolah melakukan penyelidikan program program sumber, masyarakat secara
terpadu.
2) Kepala sekolah mendorong praktek pendidikan dengan memanfaatkan masyarakat sebagai
laboraturium belajar.
(James M. Lipham and James Koeh Jr, (1974:344-345)

Anda mungkin juga menyukai