b. Negara Amerika Serikat pada saat itu terkenal sistem pemerintahannya dengan
demokrasi liberal. Tokoh ilmuwan yang cukup terkenal di bidang manajemen yaitu
Prof.Jhon F.Mee, yang membina mata kuliah Filsafat Manajemen di Universitas Indiana.
Ia mengkalrifikasikan fungsi-fungsi sebagai berikut:
1. Planning (Perancanaan);
2. Organization (Pengorganisasian);
3. Motivating (Pendorong); dan
4. Controling (Pengawasan)
(S.P.Siagian, Filsafat Administrasi, 1970:75)
Dari kedua contoh di atas jelaslah, bahwa situasi dan kondisi masyarakat pada suatu masa
berpengaruh terhadap seorang tokoh ilmuwan, pada teori fungsi Hendry Fayol, ternyata istilah
sangat Commanding cocok dengan kondisi otoriter, sedangkan pada teori fungsi Jhon F.Mee
mempergunakan istilah “Motivating” berarti menggunakan pendekatan psikologis yang
berorirentasi pada “human needs”. Hal ini cocok dengan kondisi dengan pemerintahan
demokratis liberal.
3. Memberi tanggung jawab pada personil sekolah hendaknya sesuai dengan sifat-sifat dan
kemampuannya .
Penempatan orang itu harus sesuai dengan bakat-bakatnya, latihan-latihan yang pernah di
perolehnya dan pengalamanan yang pernah di alaminya. Karena itu ada dua aspek yang harus di
perhatikan oleh seorang pemimpin sekolah, yaitu:
1) Tanggung jawab harus harus sesuai dengan orang itu. Hal itu berarti pimpinan harus
berusaha mengadakan peningkatan atau kalau situasi pembaharuan menghendakinya
agar mereka lebih mampu dalam memikul tanggung jawab.
2) Memanfaatkan sebaik-baiknya sesuatu bakat yang ada dalam personil. Ini berarti
bahwa penempatan anggota staf setepat mungkin, harus sesuai dengan tugas-tugas
yang di hadapinya seperti pada petugas tertentu dalam pekerjaan yang spesial
contohnya “Vocational concelling”, dan sebagainya. Pemimpin hendaknya melengkapi
serta memanfaatkan seselektif mungkin.
Prinsip tersebut di sebut prinsip pemberi pedoman tentang bagaimana pengaturan
partisipasi personal itu di laksanakan (continuance of participation)
5. Relativitas nilai-nilai
Pengertian relativitas nilai-nilai ini ialah suatu kondisi atau keadaan yang selalu
berhubungan dengan faktor-faktor lain. Dalam pelaksanaan kegiatan manajemen nilai-nilai yang
ada pada suatu prinsip ialah tergantung atau pada hubungan dengan nilai-nilai yang ada pada
lingkumgan kerja, termauk nilai-nilai yang ada prinsip-prinsip lain.
Sering timbul pertentangan walaupun sudah di pertimbangkan secara matang, tapi
ternyata dalam pelaksanaannya menimbulkan konflik. Hal ini di sebabkan antara lain karena
orang berambisi atau berkeinginan melaksanakan sesuatu selengkap mungkin. Karena itu suatu
pelaksanaan haendaknya berdasarkan pada kondisi yang ada dan jangan memaksakan sesuatu
keinginan supaya cepat selesai, yang kelak di dalam pelaksanaanny bertentangan dengan
“policy” umum.
James M.Lipham dan James A.Hoeh, merumuskan menjadi lima macam pengelolaan
sekolah, yaitu:
a. “Instructional Program”
b. “Staff Personnel”
c. “Student Personnel”
d. “Financial and physical resources”
e. “School comunnity relationship”
(James M. Lipham dan James A. Hoeh, The Pricipalship, 1974:5).
2. Pengelolaan Kesiswaan
Orientasi pendidikan sekarang menitik beratkan perhatian kepada siswa sebagai objek
didik dan subjek didik. Karena itu sekolah harus mengetahui dan memahami perbedaan individu
anak, mengetahui kebutuhannya, pengelompokan dan kegiatan ekstra kurikuler.
Pengelompokan siswa pada pokoknya di bagi tiga macam yaitu:
1) Pengelompokan berdasarkan presentasi belajar,
2) Pengelompokan berdasarkan minat,
3) Pengelompokan berdasarkan tugas-tugas yang di berikan guru untuk kepentingan kelas atau
sekolah.
Keberadaan sekolah adalah didorong oleh kebutuhan masyarakat, karena itu tanggung
jawab pendidikan di sekolah merupakan tanggung jawab masyarakat, keluarga, dan pemerintah
(GBHN, 1978). Berdasarkan itu seharusnya ada hubungan yang selalu meningkat antara
keduanya.
Di Indonesia sarana hubungan sekolah dan masyarakat telah terjalin. Sejak dibentuknya
seorang kepala sekolah dibantu oleh empat wakil kepala sekolah ( multiple principalship ). Ini
merupakan satu kemajuan yang baik, tetappi wakil kepala sekolah sebagai pengelola hubungan
sekolah ini belom bisa berbuat banyak untuk menangani tugas tersebut yang sudah berjalan
adalah pengelola pengajaran, kesiswaan, serta sarana dan prasarana. Hubungan antara sekolah
dengan masyarakat dikenal dengan istilah “Humas”. Ia memberikan informasi, mengenalkan
kegiatan dan hasil kegiatannya agar dikenal atau terkenal. Tugas dari humas sebenarnya
bukanlah kegiatan itu saja, tetapi lebih dari itu.
Menurut Moehlman dalam buku “ School Administration “ untuk menjawab tantangan
tentang kualitas pendidikan anak, wakil kepala sekolah bagian humas tersebut diganti dengan
bagian interpretation. Moehlman yang pada mulanya merintis tentang “ multiple principalship “
diatas pada sekolah menengah dan sekolah dasar. Wakil-wakil kepala sekolah tersebut bertugas
mengelola (1) Pengajaran; (2) sarana dan prasarana; (3) interpretation.
Bagian interpretation ini bertugas menterjemahkan keadaan dan kebutuhan masyarakat
melalui survey dan penelitian mengenai sosial ekonomi dan budaya masyarakat, serta potensi
geografis daerah tersebut.
Apabila program pengajaran itu telah disusun kemudian diserahkan kembali kepada
kepala sekolah, dan selanjutnya ditindaklanjuti oleh wakil kepala sekolah yang mengelola
personil, sarana dan prasarana.
Setelah perencanaan pengadaan tenaga, dana , sarana dan prasaarana dipersiapkan, maka
kepala sekolah mulai melaksanakan program itu. Kegiatan ini dibarengi dengan kegiatan
permberian informasi kepada orang tua siswa dan masyarakat luas. Tujuan dari pemberian
informasi ini adalah untuk memberi pengertian tentang tujuan, program, pelaksanaan, dan hasil
hasil program.
Bilamana mereka sudah mengerti, orang tua siswa diajak berpartisipasi dalam usaha
pendidikan anak mereka memahami apa itu dan bagaimana mendidiknya sesuai dengan program
sekolah itu. Sedang masyarakat diajak pula bekerja sama untuk memajukan pertumbuhan dan
perkembangan proses belajar anak, serta membantu dalam memajukan program pendidikan
melalui keahlian mereka atau keterampilan mereka.
Itulah hakekat tujuan hubungan antara pihak sekolah dengan masayarakat. Harapan
seperti itu di atas tidak mungkin diperoleh dari BP3, karena pasti mereka tidak bisa
menindaklanjuti kegiatan itu, dan BP3 bukan bagian dari interpretation atau humas karena itu
sangat lucu apabila orang terlalu banyak berharap kepada BP3 dalam menangani masalah-
masalah pendidikan seperti kenakalan remaja dan sebagainya. Mereka dikatagorikan kurang
berfungsi untuk dalam menangani pendidikan. Dan bagian interpretasi yang berwenang
“mengenal” dan “dikenal” oleh para orang tua siswa dan masyarakat, yaitu melalui jalur
komunikasi dua arah (two way traffic).
Elsbree memberikan delapan prinsip dalam pengelolaan hubungan sekolah dangan
masyarakat ini, antara lain :
a. Ketahuilah apa yang anda yakini;
b. Laksanakanlah program pendidikan Anda dan bersahabatlah dengan masyarakat;
c. Ketahuilah / kenalilah masyarakat Anda;
d. Adakanlah survey tentang masyarakat di daerah;
e. Pelajarilah masyarakat dan daerah Anda melalui dokumen-dokumen;
f. Jadilah anggota organisasi dalam masyarakat;
g. Adakanlah kunjungan ke rumah orang tua murid
h. Layanilah massyarakat itu untuk membantu program sekolah Anda.
( Willard S. Elsbree and Harold Mc Nal
Supervision”, 1959;430-440)