Kegawatdaruratan Urologi Non Trauma
Kegawatdaruratan Urologi Non Trauma
disebabkan oleh karena trauma maupun bukan trauma. Pada trauma urogenitalia, biasanya
dokter cepat memberikan pertolongan dan jika fasilitas yang tersedia tidak memadai,
biasanya langsung merujuk ke tempat yang lebih lengkap. Berbeda halnya dengan
kedaruratan urogenitalia non trauma, yang sering kali tidak terdiagnosis dengan benar,
tempat yang lebih lengkap, sehingga menyebabkan terjadinya kerusakan organ dan bahkan
1. Urosepsis
3. Hematuria
Makalah ini menjelaskan beberapa kedaruratan urologi non traumatik tentang gejala
klinis dan diagnosis agar terdiagnosis dengan benar. Dengan diagnosis yang benar maka
dapat dilakukan penanganan yang cepat dan mengurangi komplikasi yang ditimbulkan dari
penyakit tersebut.
1. Urosepsis
Urosepsis adalah infeksi sistemik yang berasal dari fokus infeksi di traktus urinarius
sehingga menyebabkan bakteremia dan syok septik.1Insiden urosepsis 20-30 % dari seluruh
kejadian septikemia dan lebih sering berasal dari komplikasi infeksi di traktus
urinarius.2 Pasien yang beresiko tinggi urosepsis adalah pasien berusia lanjut, diabetes dan
immunosupresif seperti penerima transplantasi, pasien dengan AIDS, pasien yang menerima
Mortalitasnya mencapai 20-49 % bila disertai dengan syok. Oleh karena itu
pertolongan harus cepat dan adekuat untuk mencegah kegagalan organ dan komplikasi lebih
kuman penyebab infeksi primer di traktus urinarius yaitu golongan kuman coliform gram
(15%), dan Pseudomonas aeruginosa (5%). Bakteri gram positif juga terlibat tetapi
dengan kateter dan 40,5% pada non-kateter, Candida spp 12,9% pada pasien dengan kateter
dan 6,6% pada non-kateter, P.aeruginosa 8,2% pada pasien dengan kateter dan 4,1% pada
non-kateter.2
Patogenesis
Patogenesa dari gejala klinis urosepsis adalah akibat dari masuknya endotoksin, suatu
komponen lipopolisakarida dari dinding sel bakteri yang masuk ke dalam sirkulasi darah.
1. Aktivasi sel-sel makrofag atau monosit sehingga menghasilkan beberapa sitokin, antara
lain tumor necrosis factor alfa (TNF α) dan interlaukin I (IL I). Sitokin inilah yang
memacu reaksi berantai yang akhirnya dapat menimbulkan sepsis dan jika tidak segera
dikendalikan akan mengarah pada sepsis berat, syok sepsis, dan akhirnya mengakibatkan
2. Rangsangan terhadap sistem komplemen C3a dan C5a menyebabkan terjadinya agregasi
terdapatnya resistensi sel terhadap insulin maka glukosa dalam darah tidak dapat masuk
ke dalam jaringan sehingga untuk memenuhi kebutuhan sel akan glukosa terjadi proses
glukoneogenesis yang bahannya berasal dari asam lemak dan asam amino yang
Diagnosis
laboratorium dan rontgenologik. Dari anamnesa, data yang positif adalah adanya demam,
panas badan dan menggigil dengan didahului atau disertai gejala dan tanda obstruksi aliran
urin seperti nyeri pinggang, kolik dan atau benjolan diperut atau pinggang. Hanya 1/3 pasien
yang mengeluh demam dan menggigil dengan hipotensi. Keluhan febris yang terjadi setelah
gejala infeksi saluran kencing bagian bawah yaitu polakisuria dan disuria juga sangat
mencurigakan terjadinya urosepsis. Demikian pula febris yang menyertai suatu manipulasi
urologik.3,5,6
Pada pemeriksaan fisik yang ditemukan dapat sangat bervariasi berupa takipneu,
takikardi, dan demam kemerahan dengan gangguan status mental. Pada keadaan yang dini,
keadaan umum penderita masih baik, tekanan darah masih normal, nadi biasanya meningkat
beberapa fungsi organ tubuh, antara lain gangguan pada fungsi kardiovaskuler, ginjal,
Pemeriksaan status lokalis daerah abdomen sepanjang traktus urinarius penting untuk
menentukan pre eksisting anomalinya dan yang diketemukan sangat bervariasi tergantung
kelainan primernya. Dilakukan palpasi pada daerah costophrenikus, abdomen bawah, regio
Untuk menegakkan diagnosis urosepsis harus dibuktikan bahwa bakteri yang berada
dalam darah (kultur darah) sama dengan bakteri yang ada dalam saluran kemih (kultur urin).
Kultur urin disertai dengan test kepekaan antibiotika sangat penting untuk menentukan jenis
adalah foto polos abdomen. Pemeriksaan ini membantu menunjukkan adanya kalsifikasi,
perubahan posisi dan ukuran dari batu saluran kemih yang mungkin merupakan fokus infeksi.
Yang diperhatikan pada hasil foto adalah adanya bayangan radio opak sepanjang traktus
urinarius, kontur ginjal dan bayangan/garis batas muskulus psoas. Pemeriksaan pyelografi
intravena (IVP) dapat memberikan data yang penting dari kaliks, ureter, dan pelvis yang
penting untuk menentukan diagnosis adanya refluk nefropati dan nekrosis papilar. Bila
pemeriksaan IVP tidak dapat dikerjakan karena kreatinin serum terlalu meningkat, maka
pemeriksaan ultrasonografi akan sangat membantu menentukan adanya obstruksi dan juga
dapat untuk membedakan antara hidro dan pyelonefrosis. Selain pemeriksaan tersebut juga
Penatalaksanaan
Penanganan penderita urosepsis harus cepat dan adekuat. Pada prinsipnya penanganan
terdiri dari:4
1. Penanganan gawat (syok) ; resusitasi ABC
2. Pemberian antibiotika
penyebab infeksi serta menghilangkan sumber infeksi. Pemberian antibiotik harus cepat dan
efektif sehingga antibiotika yang diberikan adalah yang berspektrum luas dan mencakup
(gentamisin, tobramisin atau amikasin) golongan ampicilin yang dikombinasi dengan asam
klavulanat atau sulbaktam, golongan sefalosforin generasi ke III atau golongan florokuinolon.
Sefalosforin generasi ke-3 dianjurkan diberikan 2 gr dengan interval 6-8 jam dan untuk
golongan cefoperazone dan ceftriaxone dengan interval 12 jam. Penelitian oleh Naber et al
Concia dan Azzini terhadap levofloksasin membuktikan bahwa levofloksasin sebagai terapi
tambahan memiliki efek pada ekskresi renal dan tersedia dalam bentuk injeksi intravena dan
oral.2,4,6
Resusitasi cairan, elektrolit dan asam basa adalah mengembalikan keadaan tersebut
menjadi normal. Urosepsis adalah penyakit yang cukup berat sehingga biasanya “oral intake”
menurun. Keadaan demam/febris juga memerlukan cairan ekstra. Kebutuhan cairan dan
terapinya dapat dipantau dari tekanan darah, tekanan vena sentral dan produksi urine. Bila
penderita dengan hipotensi atau syok (tensi <>2O dan diberikan larutan kristaloid dengan
Bila terdapat gangguan elektrolit juga harus dikoreksi. Bila K serum 7 meq/L atau
lebih perlu dilakukan hemodialisa. Hemodialisa juga diperlukan bila terdapat Kreatinin serum
> 10 mg%, BUN > 100 mg% atau terdapat edema paru. Drainase yang segera perlu
dikerjakan bila terdapat timbunan nanah misalnya pyonefrosis atau hidronefrosis berat
(derajat IV). Pyonefrosis dan hidronefrosis yang berat menyebabkan terjadinya iskemia
sehingga mengurangi penetrasi antibiotika. Drainase dapat dikerjakan secara perkutan atau
dengan operasi biasa (lumbotomi). Penderita yang telah melewati masa kritis dari septikemia
maka harus secepatnya dilakukan tindakan definitif untuk kelainan urologi primernya.4,8
2. Retensi Urine
kapasitas maksimal pada dewasa adalah 400-500 cc, sedangkan anak-anak : (umur + 2) x 30
ml.4,8
A. Kelemahan detrusor
Cedera/gangguan pada medula spinalis atau kerusakan saraf perifer (misalnya diabetes
melitus), detrusor yang mengalami peregangan/dilatasi yang berlebihan untuk waktu yang
lama.
C. Hambatan/obstruksi uretra : kelainan kelenjar prostat (BPH, Ca), striktura uretra, batu
uretra, kerusakan uretra (trauma), fimosis, parafimosis, gumpalan darah di dalam buli-buli
- Bila keadaan ini dibiarkan berlanjut, tekanan yang meningkat didalam lumen akan
menghambat aliran urin dari ginjal dan ureter sehingga terjadi hidroureter dan
- Bila tekanan didalam buli-buli meningkat dan melebihi besarnya hambatan didaerah uretra,
urin akan memancar berulang-ulang (dalam jumlah sedikit) tanpa bisa ditahan oleh
penderita, sementara itu buli-buli tetap penuh dengan urin. Keadaan ini disebut
- Tegangan dari dinding buli-buli terus meningkat sampai tercapai batas toleransi dan setelah
batas ini dilewati, otot buli-buli akan mengalami dilatasi sehingga kapasitas buli-buli
melebihi kapasitas maksimumnya, dengan akibat kekuatan kontraksi otot buli-buli akan
menyusut.
- Retensi urine merupakan predileksi untuk terjadinya infeksi saluran kemih (ISK) dan bila
ini terjadi, dapat menimbulkan keadaan gawat darurat yang serius seperti pielonefritis,
Gambaran klinis
Pasien mengeluh tertahan kencing atau kencing keluar sedikit-sedikit. Keadaan ini
harus dibedakan dengan inkontinensia paradoksa, yaitu keluarnya urin secara menetes, tanpa
disadari dan tidak mampu ditahan oleh pasien. Selain itu, tampak benjolan kistus pada perut
Pemeriksaan pada genitalia eksterna mungkin teraba batu di uretra anterior, terlihat batu di
meatus uretra eksternum, teraba spongiofibrosis di sepanjang uretra anterior, terlihat fistel
atau abses di uretra, fimosis/parafimosis, atau terlihat darah keluar dari uretra akibat cedera
uretra. Pemeriksaan colok dubur setelah buli-buli dikososngkan ditujukan untuk mencari
Pemeriksaan foto polos perut menunjukkan bayangan buli-buli penuh, mungkin terlihat
bayangan batu opak pada uretra atau pada buli-buli. Pada pemeriksaan uretrografi tampak
adanya striktur uretra.4
Penatalaksanaan
Urin yang tertahan lama dalam buli-buli secepatnya harus dikeluarkan karena jika dibiarkan
akan menimbulkan beberapa masalah yaitu, infeksi saluran kemih, kontraksi otot buli-buli
menjadi lemah, dan timbul hidroureter dan hidronefrosis yang selanjutnya dapat
menimbulkan gagal ginjal. Urin dapat dikeluarkan dengan cara kateterisasi, sistotomi, atau
pungsi suprapubik. Tindakan penyakit primer penyebab retensi urin dikerjakan setelah
3. Anuria
Anuria adalah tidak adanya produksi urin tetapi dalam praktek klinik didefinisikan
sebagai produksi urin kurang dari 100 mL dalam 24 jam. Anuria sering dihubungkan dengan
obstruksi total dari saluran kemih bagian bawah dengan diagnosis banding yang terbatas
(tabel 3). Secara umum penyebab dari anuria sendiri bisa bersifat prerenal, intrarenal atau
postrenal.9
Tabel 3. Diagnosis banding anuria9
Gambaran klinis
Pada anamnesis pasien mengeluh tidak kencing atau kencing hanya sedikit, yang
kadang kala didahului oleh keluhan obstruksi yang lain yaitu nyeri di daerah pinggang atau
kolik, dan tidak jarang diikuti dengan demam. Jika didapatkan riwayat adanya kehilangan
cairan, asupan cairan yang berkurang, atau riwayat menderita penyakit jantung, harus
diwaspadai adanya faktor penyebab pre renal. Perlu ditanyakan kemungkinan pemakaian
obat-obat nefrotoksik, pemakaian bahan kontras untuk foto radiologi, setelah menjalani
radiasi di daerah perut sebelah atas, riwayat reaksi tranfusi hemolitik, atau riwayat penyakit
Diperiksa keadaan hidrasi pasien dengan mengukur tekanan darah, nadi dan perfusinya.
Lebih baik jika dapat dipasang manometer tekanan vena sentral atau CVP sehingga dapat
diketahui keadaan hidrasi pasien dengan tepat dan mudah. Pemeriksaan laboratorium
sedimen urine menunjukkan lekosituria atau hematuria. Pemeriksaan darah rutin diketemukan
leukositosis, terdapatnya gangguan faal ginjal, tanda asidosis atau hiperkalemia. Foto polos
abdomen ditujukan untuk mencari adanya batu opak pada saluran kemih, atau bayangan
adanya hidronefrosis atau pionefrosis, dan dengan tuntunan USG dapat dilakukan
Penatalaksanaan
Jika tidak segera diatasi, maka akan menimbulkan penyulit berupa uremia, infeksi dan
terjadi SIRS yang berakhir dengan kematian. Oleh karena itu sambil memperbaiki keadaan
ultrasonografi atau dengan operasi terbuka, yaitu memasang kateter yang diletakkan di kaliks
ginjal agar urine atau nanah yang berada pada sistem pelvikalises ginjal dapat dikeluarkan.
uremia.4,6,8
Kolik ureter atau kolik ginjal adalah nyeri pinggang hebat yang datangnya mendadak,
hilang timbul (intermiten) yang terjadi akibat spasme otot polos untuk melawan suatu
hambatan. Keluhan nyeri ini bersifat gawat darurat sehingga harus didiagnosis dengan cepat
dan penatalaksanaan yang tepat. Perasaan nyeri bermula di daerah pinggang dan dapat
menjalar ke seluruh perut, ke daerah inguinal, testis atau labium disertai dengan atau tanpa
keluhan mual, muntah, disuria atau hematuria. Nyeri ini biasanya disebabkan oleh obstruksi
saluran kemih akibat urolitiasis, bekuan darah, infark renal, pielonefritis akut, nyeri pada
kegawatan abdomen lain seperti divertikulitis, apendisitis, dan ruptur aneurisma aorta
abdominal.4,10
Gambaran klinis
Pasien tampak gelisah, nyeri pinggang, selalu ingin berganti posisi dari duduk, tidur,
kemudian berdiri guna memperoleh posisi yang dianggap tidak nyeri. Denyut nadi meningkat
karena gelisah dan tekanan darah meningkat pada pasien yang sebelumnya normotensi. Tidak
jarang dijumpai adanya pernapasan cepat dan grunting terutama pada saat puncak nyeri. Jika
disertai demam harus diwaspadai terhadap adanya infeksi yang serius atau urosepsis. Dalam
keadaan ini pasien harus secepatnya dirujuk karena mungkin memerlukan tindakan drainase
urine. Palpasi pada abdomen dan perkusi pada daerah pinggang akan terasa nyeri.4,8
Keluhan kolik pada urolitiasis jika batu kecil yang turun ke pertengahan ureter pada
umumnya menyebabkan penjalaran nyeri ke pinggang sebelah lateral dan seluruh perut. Jika
batu turun mendekati buli-buli biasanya disertai dengan keluhan lain berupa sering kencing
dan urgensi.4,8
Laboratorium
Pemeriksaan sedimen urine sering menunjukkan adanya sel-sel darah merah. Tetapi
pada sumbatan total saluran kemih tidak didapatkan sel-sel darah merah, yaitu kurang lebih
terdapat pada 10 % kasus. Ditemukannya piuria perlu dicurigai kemungkinan adanya infeksi,
sedangkan didapatkannya kristal-kristal pembentuk batu (urat, kalsium oksalat, atau sistin)
Pencitraan
Pemeriksaan foto polos perut ditujukan untuk mencari adanya batu opak di saluran
kemih, tetapi hal ini seringkali tidak tampak karena tidak disertai persiapan pembuatan foto
yang baik. Ultrasonografi dapat menilai adanya sumbatan pada ginjal berupa hidronefrosis.
Sekitar 70% kasus kolik renal dapat didiagnosis dengan cepat menggunakan USG selain
untuk menyingkirkan kegawatan abdomen yang lain. USG memiliki sensitivitas 90% tetapi
spesifisitasnya sekitar 65-84% untuk mendeteksi adanya obstruksi. Setelah episode kolik
berlalu dilanjutkan dengan pemeriksaan foto PIV. Foto PIV atau CT scan merupakan gold
standard untuk menentukan derajat obstruksi, ukuran batu dan akibat obstruksi terhadap
Penatalaksanaan
Serangan kolik harus segera diatasi dengan medikamentosa ataupun dengan tindakan
lain. Obat-obat yang sering dipakai untuk mengatasi serangan kolik adalah antispasmodik dan
analgetik. Namun terapi konservatif dengan analgetik tidak dianjurkan untuk pasien dengan
resiko urosepsis, obstruksi lama, nyeri persisten, atau adanya infeksi. 12Jika pasien mengalami
episode kolik yang sulit ditanggulangi, ditawarkan untuk pemasangan kateter ureter double
J (DJ stent) yaitu suatu kateter yang ditinggalkan mulai dari pelvis renalis, ureter hingga buli-
buli. Pasien yang menunjukkan gejala-gejala gangguan sistem saluran cerna (muntah-muntah
atau ileus) sebaiknya dimasukkan ke rumah sakit agar hidrasi pasien tetap terjaga. Diuresis
pasien harus diperbanyak karena peningkatan diuresis akan mengurangi frekuensi serangan
kolik. Tindakan penyakit primer penyebab retensi urin dikerjakan setelah keadaan pasien
stabil.4,8
5. Hematuria
Hematuria berarti didapatkannya sel darah merah pada urine, pada umumnya
Gross hematuria jika didapatkan darah atau bekuan darah berwarna merah atau kecoklatan
Inisial hematuria: penyebabnya ada pada proksimal urethra atau di leher/dasar buli-buli.
False/pseudohematuria: adalah diskolorasi dari urine karena pigmen dari pewarna makanan
dan myoglobin.
Hematuria dapat disebabkan oleh faktor renal (infeksi, kongenital anomali, tumor,
trauma, batu), buli (infeksi, batu, tumor, trauma), urethra (penyakit menular seksual, trauma,
benda asing, instrumentasi), prostat (infeksi, BPH, kanker prostat), atau bleeding disorder.
Diagnosis
Diagnosis pada saat awal adalah dengan memastikan adanya sel darah merah pada
urine. Hal ini penting oleh karena warna darah pada urine bisa disebabkan oleh:
Dari anamnesis dicari penyebab hematuria perlu digali data yang terjadi pada saat
episode hematuri, antara lain : bagaimanakah warna urine yang keluar?, apakah diikuti
dengan keluarnya bekuan-bekuan darah?, dibagian manakah pada saat miksi urine berwarna
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik tanda vital diperhatikan terutama tekanan darah dan suhu
penyakit ginjal. Syok hipovolemik dan anemia mungkin disebabkan karena banyak darah
yang keluar. Palpasi bimanual pada ginjal perlu diperhatikan adanya pembesaran ginjal akibat
tumor, obstruksi, ataupun infeksi ginjal. Massa pada suprasimfisis mungkin disebabkan
karena retensi bekuan darah pada buli-buli. Colok dubur dapat memberikan informasi adanya
Pemeriksaan Penunjang
oleh faktor glomeruler ataupun non glomeruler. Pada pemeriksaan pH urine yang sangat
alkalis menandakan adanya infeksi organisme pemecah urea di dalam saluran kemih,
sedangkan pH urine yang sangat asam mungkin berhubungan dengan batu asam urat. Sitologi
urine diperlukan untuk mencari kemungkinan adanya keganasan sel-sel urotelial. IVP dapat
mengungkapkan adanya batu saluran kemih, kelainan bawaan saluran kemih, tumor-tumor
urotelium, trauma saluran kemih, serta beberapa penyakit infeksi saluran kemih. Pemeriksaan
USG berguna untuk melihat adanya massa yang solid atau kistus, adanya batu non opak,
bekuan darah pada buli-buli/pielum, dan untuk mengetahui adanya metastasis tumor di hepar.
dapat menyimpulkan penyebab hematuria. Tindakan ini biasa dilakukan setelah bekuan darah
yang ada di dalam buli-buli dibersihkan sehingga dapat diketahui asal perdarahan.4
Penatalaksanaan
Jika terdapat gumpalan darah pada buli-buli yang menimbulkan retensi urine, dicoba
dilakukan kateterisasi dan pembilasan buli-buli dengan memakai cairan garam fisiologis,
tetapi jika tindakan ini tidak berhasil, pasien secepatnya dirujuk untuk menjalani evakuasi
bekuan darah transuretra dan sekaligus menghentikan sumber perdarahan. Jika terjadi
demikian juga jika terjadi infeksi harus diberikan antibiotika. Setelah hematuria dapat
6. Akut Skrotum
yang hebat didalam skrotum dan seringkali disertai pembengkakan dari isi skrotum dan gejala
umum lainnya. Keadaan ini memerlukan penanganan yang cepat dan tepat karena beberapa
penyebab dari akut skrotum ini adalah problem vaskular sehingga prognosanya sangat
dipengaruhi oleh lamanya gangguan vaskular tersebut berlangsung. Akut skrotum ini sering
skrotum adalah:4,14
1. Torsio testis
2. Epididimitis
3. Hernia inkarserata
6. Tumor testis
7. Torsio Testis
Torsio testis terjadi karena testis terputar di dalam skrotum sehingga terjadi obstruksi
aliran darah arteri dan vena testis.15 Angka kejadiannya 1 diantara 4000 pria yang berumur
kurang dari 25 tahun dan paling banyak diderita oleh anak pada masa pubertas (12-20
tahun).4 Ada 2 puncak insiden torsio testis, yaitu tahun pertama dan pubertas. Insiden torsio
testis pada 24 jam pertama kelahiran cukup tinggi dan mungkin sebagian besar darinya terjadi
intrauterin sehingga pada saat lahir penderita ini mempunyai massa intraskrotal padat, dan
akhirnya kehilangan testis karena orchidektomi atau atropi. Pada masa pubertas resiko
Bentuk deformitas ini berupa perlekatan testis pada tunica vaginalis yang tidak kuat sehingga
testis menggantung bebas dalam skrotum. Perlekatan yang tidak kuat ini menyebabkan testis
Secara fisiologis otot kremaster berfungsi untuk menggerakkan testis mendekati dan
menjauhi rongga abdomen untuk mempertahankan suhu ideal untuk testis. Adanya kelainan
sistem penyangga testis menyebabkan testis dapat mengalami torsio jika bergerak secara
berlebihan. Beberapa keadaaan yang menyebabkan pergerakan berlebihan dari testis yaitu
adalah perubahan suhu yang mendadak (saat berenang), ketakutan, latihan yang berlebihan,
batuk, celana yang terlalu ketat, defekasi, atau trauma yang mengenai skrotum. Terputarnya
funikulus spermatikus menyebabkan obstruksi aliran darah testis sehingga testis mengalami
hipoksia, edema testis, dan iskemia. Pada akhirnya testis akan mengalami nekrosis.4
Gambaran Klinis
Gejala utama dari torsio testis adalah nyeri testis yang hebat dan biasanya mendadak
diikuti pembengkakan pada testis. Nyeri ini biasanya terbatas pada skrotum tetapi bisa juga
menjalar sepanjang perjalanan funikulus spermatikus yakni ke inguinal dan perut bagian
bawah. Pada beberapa penderita nyeri terutama dirasakan di perut bagian bawah ipsilateral
bahkan di perut bagian atas atau di pinggang. Testis yang membengkak letaknya lebih tinggi
dan horisontal dengan funikulus spermatikus yang menebal, kadang-kadang bisa diraba
adanya lilitan funikulus spermatikus. Pada saat permulaan epididimis masih teraba tetapi
tidak pada posisi yang normal. Penderita mengalami mual, muntah dan panas badan.4,6
Torsio testis sering mengalami reposisi spontan, hal ini dapat dibuktikan dengan
banyaknya penderita yang mempunyai riwayat serangan yang sama pada masa sebelumnya
dan sembuh dengan sendirinya. Kesalahan diagnosa yang seringkali dibuat adalah
epididimitis dan merupakan penyebab utama keterlambatan pengobatan dan rendahnya angka
viabilitas testis. Tanda dari Prehn adalah berkurang atau hilangnya nyeri pada epididimitis
apabila testis diangkat, sedangkan pada torsio testis nyerinya tidak akan berkurang. Akan
tetapi banyak ahli yang berpendapat bahwa tanda dari Prehn ini tidak bisa dijadikan
pegangan.4,6
Penatalaksanaan
menyebabkan iskemia dan jarang bertahan lebih dari 12 jam. 15 Penatalaksanaan torsio testis
1. Detorsi Manual
Detorsi manual yaitu mengembalikan posisi testis ke asalnya,yaitu dengan jalan memutar
testis ke arah berlawanan dengan arah torsio. Karena arah torsio biasanya ke medial maka
dianjurkan untuk memutar testis ke arah lateral dahulu. Kemudian jika tidak terjadi
perubahan dicoba detorsi ke arah medial. Hilangnya nyeri setelah detorsi menandakan
bahwa detorsi telah berhasil. Keberhasilan detorsi manual tidak menghilangkan indikasi
untuk melakukan eksplorasi oleh karena reposisi manual testis tidak menjamin bisa
2. Operasi
reposisi testis kearah yang benar dan fiksasi testis kontralateral untuk mencegah
berulangnya torsio. Jika testis masih viable maka dilakukan orchidektomi atau
orchidopeksi (fiksasi testis) pada tunika dartos dan dianjurkan orchidopeksi pada testis
kontralateral.4,15
Cara orchidopeksi adalah dengan memasang 3 jahitan antara tunika albuginea dan
tunika dartos dengan mempergunakan bahan yang tidak diserap misalnya sutera. Tamil
mempergunakan “chromic catgut”. Sedangkan Kuntze melaporkan 2 kasus torsio pada testis
Anatomi penis
Penis terdiri dari 3 jaringan erektil yaitu 2 buah korpora kavernosa dan 1 korpus
spongiosum yang membungkus urethra anterior dan berakhir disebelah distal sebagai glans
penis. Korpora kavernosa dibungkus oleh tunika albuginea yang merupakan jaringan elastis
dan kolagen yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri pada saat ereksi atau
flaksid. Ketiga korpora ini secara bersama-sama dibungkus oleh fasia dari “colles”. Tiap-tiap
korpus terdiri dari jaringan berongga yang berupa lakunae atau trabekel dan terdiri atas
endotel dan lapisan otot polos. Korpora akan menjadi tegang dan mengeras bila lakuna-
lakuna tersebut penuh berisi darah (saat ereksi) dan jika darah sudah dipompa keluar maka
Ereksi
Yang memegang peranan penting pada proses ereksi adalah jaringan erektil penis
yaitu : otot-otot polos kavernosus, arteriolar dan arteri. Pada keadaan flaksid (rangsangan
simpatik) terjadi peningkatan tonus dari otot-otot polos tersebut sehingga darah tidak dapat
relaksasi sinusoid, dilatasi arterial dan kompresi vena sehingga rongga sinusoid akan terisi
9. Priapismus
Priapismus adalah ereksi berkepanjangan tanpa disertai hasrat seksual dan sering
disertai rasa nyeri. Istilah priapismus berasal dari kata Yunani “Priapus” yaitu nama dewa
bulan sabit, leukemi dan emboli lemak), trauma perineum/genitalia, nerogen (anestesi
intrakavernosa dengan zat vasoaktif yang saat ini mulai banyak dilakukan oleh para dokter
Kegagalan penis untuk melemas kembali ini dapat terjadi karena : gangguan
mekanisme veno-oklusi (“outflow”) sehingga darah tak dapat keluar dari jaringan erektil, atau
akibat peningkatan aliran darah ke jaringan erektil (“inflow), sehingga dibedakan 2 jenis
priapismus yaitu:4
rasa nyeri.
2. “High-Flow” Priapismus (non-ischemic) yang sering tanpa rasa nyeri dan prognosanya
baik.
Lue dkk (1986) membedakan keduanya dengan mengukur tekanan dan memeriksa gas
darah intrakavernosa. Ereksi berkepanjangan 4-6 jam harus dicurigai priapismus. Nyeri
biasanya terjadi 6-8 jam. Spycher & Hauri (1986) menyatakan bahwa akibat kegagalan
hemodinamik pada korpora kavernosa pertama-tama akan terjadi edem jaringan pada
interstitiel trabekula, yang kemudian setelah 24 jam terjadi kerusakan dan nekrosis sel-sel
yang luas. > 48 jam terjadi pembekuan darah dalam kaverne dan destruksi endotel sehingga
Diagnosis
pemeriksaan penunjang lainnya. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti diharapkan
dapat diketahui penyebab priapismus. Pemeriksaan lokal akan dijumpai batang penis yang
tegang tanpa disertai ketegangan pada glans penis. Adanya pulsasi a.kavernosa dengan
bantuan Doppler Sonografi dan analisa gas darah yang diambil intrakavernosa dapat
Penatalaksanaani
kavernosa karena akan memperberat kerusakan jaringan erektil yang amat menentukan
Meliputi pemberian hidrasi yang baik, sedativa, enema dengan es saline, kompres pada
2. Aspirasi dan irigasi intrakavernosa, aspirasi darah intrakavernosa saja atau kemudian
disusul irigasi (instilasi) zat adrenergik yang diencerkan, memberi respon yang sangat
baik pada priapismus akibat injeksi vasodilator intrakavernosal. Cara ini dapat pula
dicobakan pada priapismus spontanea non iskemik atau iskemia derajat ringan dengan
3. Jalan pintas (shunting) dari kavernosa, tindakan ini harus segera diperkirakan terutama
sehingga aliran darah vena akan keluar dari korpora kavernosa dan diharapkan aliran
beberapa hari bagian distal kavernosum sering menjadi fibrotik sehingga tak mungkin
Pintas Safeno-Kavernosum, dengan anestesi dibuat 2 insisi yaitu diatas v. Safena dan
pada lateral basis penis. V. Safena dibebaskan dari insersinya kedalam vena femoralis.
Dibuat terowongan subkutan antara v. Safena dengan basis penis. V. Safena ditarik
Strangulasi penis adalah terjeratnya penis oleh benda yang melingkar pada penis
aliran darah vena yang berakibat edem, hipoksemia sampai nekrose jaringan. Merril
membedakan strangulasi penis menjadi dua, yaitu yang menimpa orang dewasa dan yang
berongga atau menjerat penisnya pada saat ereksi. Benda yang dimasukkan bisa cincin
karet/logam, pipa, botol atau tali. Sedang pada anak/bayi dapat disebabkan oleh kelalaian
orang tua misalkan melingkarkan tali pada batang penis anaknya dengan tujuan mencegah
enuresis, atau karena terjerat seutas rambut yang terdapat pada popok bayi, ataupun karena
sengaja anak yang lebih besar bermain-main dengan melingkarkan tali pada penis.4
Karena strangulasi penis adalah kedaruratan vaskular pada penis maka pada
pemeriksaan fisik harus diperhatikan suhu, warna, sensibilitas, denyut nadi (dapat dibantu
dengan Doppler Sonografi) dan miksi. Kelainan yang ditemukan tergantung pada lamanya
strangulasi, mulai dari edem sampai nekrose penis bagian distal jeratan.4
Penatalaksanaan
Pada prinsipnya benda yang menjerat penis harus segera dikeluarkan. Caranya
tergantung pada bahan, ukuran dan lama jeratan. Jeratan oleh cincin baja sulit dikeluarkan
apalagi bila ada edem hebat disebelah distal jeratan. Bila edem belum terlalu besar, pelepasan
dapat dilakukan seperti melepaskan cincin dari jari tangan. Seutas pita kecil atau nylon
dilewatkan dibawah cincin dengan bantuan klem bengkok yang telah diberi pelicin sampai ke
proksimal cincin. Disebelah distal cincin, pita dililitkan pada penis yang sebelumnya telah
pula diberi pelicin 2-3 cm. Ujung proksimal pita ditarik ke distal dengan sudut 95° sampai
cincin melewati lilitan pita. Prosedur ini diulangi sampai cincin keluar. Diameter penis yang
amat besar dan ketegangan penis yang hebat dapat dikurangi dengan menusuk glans dan kulit
penis hingga cairan edem beserta darah dapat dikeluarkan dan akan memperkecil diameter
penis. Cincin baja dapat pula dikeluarkan dengan memotongnya dengan gerinda baja
berkecepatan tinggi. Tetapi alat ini belum tentu tersedia dan sering menimbulkan panas yang
dapat merusak jaringan penis, karena itu selama digerinda harus selalu ditetesi air.
selanjutnya tergantung derajat kerusakannya. Uretrografi perlu dilakukan bila ada kecurigaan
lesi uretra. Kerusakan kulit yang luas memerlukan debridemen dan tandur kulit.4
11. Parafimosis
Parafimosis adalah prepusium penis yang diretraksi sampai di sulkus koronarius tidak
dapat dikembalikan pada keadaan semula dan timbul jeratan pada penis dibelakang sulkus
dirasakan nyeri. Jika dibiarkan bagian penis disebelah distal jeratan makin membengkak yang
Penatalaksanaan
glans selama 3-5 menit diharapkan edema berkurang dan secara perlahan-lahan prepusium
dikembalikan pada tempatnya. Jika usaha ini tidak berhasil, dilakukan dorsum insisi pada
jeratan sehingga prepusium dapat dikembalikan pada tempatnya. Setelah edema dan proses