Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyakit diare masih menjadi masalah global dengan derajat
kesakitan dan kematian yang tinggi diberbagai negara terutama di
negara berkembang.Indonesia merupakan salah satu negara
berkembang dengan angka kejadian penyakit diare yang tinggi karena
tingginya morbiditas dan mortalitas (Magdarina, 2010).

Diare merupakan salah satu penyebab utama kematian


terutama pada anak-anak. Sekitar 10% episode diare pada anak
berusia dibawah lima tahun (balita) di seluruh dunia merupakan diare
berdarah atau disentri (Hardi, dkk, 2012). Angka kejadian diare pada
anak di dunia mencapai 1 miliar kasus tiap tahun, dengan korban
meninggal sekitar 4 juta jiwa. Angka kematian balita di negara
Indonesia akibat diare ini sekitar 2,8 juta setiap tahun (DepKes RI,
2011). Provinsi Jawa Timur merupakan daerah kedua dengan
sebaran frekuensi Kejadian Luar Biasa (KLB) terbesar di Indonesia
setelah Sulawesi Tengah (DepKes RI, 2011).

Diare merupakan salah satu penyebab utama kematian


terutama pada anak-anak. Sekitar 10% episode diare pada anak
berusia dibawah lima tahun (balita) di seluruh dunia merupakan diare
berdarah atau disentri (Hardi, dkk, 2012).

Diare merupakan salah satu penyakit yang sering mengenai


bayi danbalita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar
sampai lebih dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari
atau ada yang hanya 2 kali seminggu. Neonatus dinyatakan diare bila
frekuensi buang air besar lebih dari empat kali, sedangkan untuk bayi
berumur lebih dari 1 bulan dan anak, bila frekuensinya lebih dari 3 kali
sehari (Hasan, 2007).

1
1.2. Rumusan Masalah
Setelah masalah yang diteliti dan ditulis itu akan ditentukan
variabel apa saja yang akan diangkat dan bagaimana hubungannya
variabel yang satu dengan yang lain. Supaya dapat terjawab secara
akurat maka masalah yang akan diteliti perlu dirumuskan secara
spesifik.
Yaitu :

1. Apakah penderita diare semakin mengalami peningkatan


2. Apakah tingkat kesadaran masyarakat semakin kurang dalam
menjaga kebersihan lingkungan.

1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran tentang faktor dominan di antara faktor
lingkungan, faktor nutrisi dan faktor perilaku orang tua yang
mempengaruhi diare pada balita di Wilayah Dinoyo.
Untuk mendapat gambaran umum tentang asuhan keperawatan
pada anak dengan Diare.

1.3.2. Tujuan Khusus


1. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tentang
Asuhan Keperawatan Diare Pada Anak.
2. Mengerti dan memahami konsep dasar Diare Dan  
Menentukan diagnosa keperawatan

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Pengertian Diare

Diare adalah peningkatan keenceran dan frekuensi feses.Diare


dapat terjadi akibat adanya zat terlalu yang tidak dapat diserap di
dalam feses (Arif Mutakkim dan Kumala S, 2011).
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya
perubahan bentuk konsentrasi tinja yang melembek sampai dengan
cair dengan frekuensi lebih dari lima kali sehari. Diare dapat
merupakan penyakit yang sangat akut dan berbahaya karena sering
mengakibatkan kematian bila terlambat penanganannya (Pudiastuti,
2011).
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak
normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan
volume, keenceran, serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada
neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah
(Hidayat, 2006).

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah yang


lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml perjam tinja), dengan
tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), dapat pula
disertai frekuensi defekasi yang meningkat. Pengertian lain diare
adalah sebuah penyakit dimana penderita mengalami buang air besar
yang sering dan masih memiliki kandungan air berlebihan.

2.2. Penyebab Timbulnya Penyakit Diare


Penyakit Diare ditimbulkan oleh
a) Makan tanpa cuci tangan dengan sabun
b) Minum air mentah
c) Makan makanan yang dihinggapi lalat
d) Keracunan makanan
e) Infeksi virus tetapi juga sering kali akibat dari racun Bakteri
f) Mengkonsumsi alkohol yang berlebihan

3
2.3. Patofisiologi

Faktor Faktor Faktor Faktor


infeksi malabsorbsi Makanan psikologi

Masuk berkembang Tekanan Toksin tidak dapat Cemas


dlm usus osmotic diserap

Pergeseran air &


Hipersekresi air & elektrolit elektrolit ke rongga Hiperperistatik
( isi rongga usus) usus (menurunnya kesempatan
usus menyerap makanan)

DIARE

Frekuensi BAB Kulit di pelianal Saluran cerna


terakumulasi toksin

Hilangnya cairan & Lama kontak dgn


elektrolit berlebihan cairan dan bakteri Mual,
Muntah
Gangguan keseimbangan Kulit lembab
cairan & elektrolit
Nafsu makan
Pertumbuhan bakteri
Dehidrasi

Iritasi kulit MK : ketidak keseimbangan


MK : kekurangan
kurang dari kebutuhan tubuh
volume cairan

Resiko gangguan
integritas kulit

4
Proses terjadinya Gastroenteritis/yang sering kita sebut dengan diare
dapatdisebabkan oleh berbagaikemungkinan faktor diantaranya:
a. Faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya mikroorganime
(kuman)yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian
berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat
menurunkan daerahpermukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan
kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam
absorbsi cairan danelektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri
akan menyebabkansystem transport aktif dalam usus halus, sel di dalam
mukosa intestinalmengalami iritasi dan meningkatnya cairan dan
elekrtolit.Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa
intestinalsehingga menurunkan area permukaan intestinal, perubahan
kapasitasintestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit.
b. Faktor malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsiyang
mengakibatkan tekanan osmotic meningkat sehingga terjadipergeseran air
dan eletrolit ke ronga usus yang dapat meningkatkan isirongga usus
sehingga terjadilah Gastroenteritis.
c. Faktor makanan ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak
mampudiserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltic usus
yangmengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan
yangkemudian menyebabkan Gastroenteritis.
d. Faktor psikologi dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan
peristalticusus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan
yangdapat mnyebabkan Gastroenteritis.

5
2.4. Penularan Kuman Penyakit Diare
Kuman penyakit diare dapat ditularkan melalui :
a) Air dan makanan yang tercemar
b) Tangan yang kotor
c) Berak disembarang tempat
d) Botol susu yang kurang bersih

2.5. Macam-macam penyakit diare


Diare terbagi dua berdasarkan mula dan lamanya yaitu :
1) Diare akut
Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan
berlangsung singkat, dalam beberapa jam sampai 7 atau 14 hari.
a. Etiologi
Infeksi merupakan penyebab utama diare akut, baik oleh
bakteri, parasit maupun virus. Penyebab lain yang dapat
menimbulkan diare akut adalah toksin dan obat, nutrisi eteral
diikuti puasa yang berlangsung lama, kemoterapi, impaksi tekal
(overflow diarrhea) atau berbagai kondisi lain.
b. Patogenesis
Diare akibat infeksi terutama ditularkan secara fekal oral.Hal
ini disebabkan masukan minuman atau makanan yang
terkontaminasi tinja ditambah dengan ekresiyang buruk, makanan
yang tidak matang, bahkan yang disajikan tanpa
dimasak.Penularannya adalah transmisi orang ke orang melalui
aeorosolisasi (Morwalk, Rotavirus), tangan yang terkontaminasi
(Clostridium diffecile), atau melalui aktivitas seksual.Faktor penentu
terjadinya diare akut adalah faktror penyebab (agent) dan faktor
penjamu (host).Faktor penjamu adalah kemampuan pertahanan
tubuh terhadap organisme, yaitu faktor daya tahan tubuh atau
lingkungan lumen saluran cerna, seperti keasaman lambung,
motilitas lambung, imunitas, juga mencakup lingkongan mikroflora
usus. Faktor penyebab yang mempengaruhi patogenesis antara
lain daya penetrasi yang merusak sel mukosa, kemampuan
memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan di usus,
serta daya lekat kuman-kuman tersebut membentuk koloni-koloni
yang dapat menginduksi diare.

6
Patogenesis diare yang disebabkan infeksi bakteri terbagi
dua, yaitu:
1. Bakteri noninvasit (enterotoksigenik)
Toksin yang diproduksi bakteri akan terikat pada mukosa usus
halus, namun tidak merusak mukosa. Toksin meningkat kadar
siklik AMP di dalam sel, menyebabkan sekresi aktif anion
klorida ke dalam lumen usus yang diikuti air, ion karbonat,
kation natrium, dam kalium.

2. Bakteri enteroinvasif
Diare menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis
dan ulserasi, dan bersifat sekretorik eksudatif.Cairan diare
dapat bercampur lendir dan darah.Bakteri yang termasuk dalam
golongan ini adalah Enteroinvasive E. Coli (EIEC). S. Paratyphi
B, S. Typhimurium, S. enteriditis, S. choleraesuis, Shigela,
Yersinia, dan C. Pertringens tipe C. penyebab diare lainnya
seperti parasit menyebabkan kerusakan berupa ulkus besar (E.
histolytica), kerusakan vilia yang penting untuk penyerapan air,
elektrolit, dan zat makanan (G. Lambdia)

c. Manifestasi klinis
Secara klinis diare karena infeksi akut dibagi menjadi dua
golongan yaitu :
1. Koleriform, dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja
2. Disentriform, pada diare di dapat lendir kental dan kadang-
kadang darah.

d. Penatalaksanaan
Pada orang dewasa, penata laksanaan diare akut akibat
infeksi terdiri dari :
1). Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan
Empat hal penting yang perlu diperhatikan adalah :
1) Jenis cairan
2) Jumlah cairan
3) Jalan masuk atau cara pemberian cairan
4) Jadwal pemberian cairan.
5) Identifikasi penyebab diare akut karena infeksi
6) Terapi simtomatik
7) Terapi defenitif

2) Diare kronik
Diare kronik ditetapkan berdasarkan kesepakatan, yaitu
diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu.Ketentuan ini
berlaku bagi orang dewasa, sedangkan pada bayi dan anak
ditetapkan batas waktu dua minggu.

7
a. Etiologi
Diare kronik memiliki penyebab yang bervariasi dan tidak
seluruhnya diketahui.
b. Patofisiologi
Proses terjadinya diare dipengaruhi dua hal pokok, yaitu
konsistensi feses dan motilitas usus, umumnya terjadi
akibat pengaruh keduanya. Gangguan proses mekanik
dan ensimatik, disertai gangguan mukosa, akan
mempengaruhi pertukaran air dan elektrolit, sehingga
mempengaruhi konsistensi feses yang terbentuk.
Diare kronik dibagi tiga yaitu :
1. Diare osmotik
Dijelaskan dengan adanya faktor malabsorpsi akibat adanya
gangguan absorpsi karbohidrat, lemak atau protein, danb
tersering adanya malabsorpsi lemak.Teses berbentuk steatore.
2. Diare sekretorik
Terdapat gangguan tranpor akibat adanya perbedaan osmotif
intralumen dengan mukosa yang besar sehungga terjadi
penarikan cairan dan alektrolit ke dalam lumen usus dalam
jumlah besar. Teses akan seperti air. Diare sekresi terbagi dua
berdasarkan pengaruh puasa terhadap diare :
a. Diare sekresi yang dipengaruhi keadaan puasa
berhubungan dengan proses intralumen, dan diakibatkan
oleh bahan-bahan yang tidak dapat diabsorpsi, malabsorpsi
karbohidrat, letesiensi laktosa yang mengakibatkan
intolerassi laktosa.
b. Diare cair yang tidak dipengaruhi keadaan puasa terdapat
pada sidrom korsinoid, VIP (Vasoactive Inkestinal
Polypeptida) oma, karsinoma tiroid medular, adenoma
vilosa, dan diare diabetik.
3. Diare inflamasi
Diare dengan kerusakan kematian enterosit disertai
peradangan.Fese berdarah.Klompok ini paling sering
ditemukan.Trbagi dua yaitu nonspesitik dan spesitik.
c. Penatalaksanaan
a. Simtomatis
1. Rehidrasi
2. Antipasmodik, antikolinergik
3. Obat anti diare
a. Obat antimotilitas dan sekresi usus : Laperamid,
ditenoksilat, kodein fosfat.
b. Aktreotid (sadratatin)
c. Obat anti diare yang mengeraskan tinja dan absorpsi zat
toksin yaitu Arang, campura kaolin dan mortin.
4. Antiemetik (metoklopromid, proklorprazin, domperidon).

8
5. Vitamin dan mineral, tergantung kebutuhan, yaitu:
a. Vitamin Bie, asam, vitamin A, vitamin K
b. Preparat besi, zinc,dan lain-lain.
6. Obat ekstrak enzim pankreas.
7. Aluminium hidroksida, memiliki efek konstifasi, dan mengikat
asam empedu.
8. Fenotiazin dan asam nikotinat, menghambat sekresi anion
usus.
b. Kausal
Pengobatan kausal diberikan pada infeksi maupun non infeksi
Pada diare kronik dengan penyebab infeksi, obat diberikan
berdasarkan etiologinya.

2.6. Tanda-Tanda Penyakit Diare


Berak encer, biasanya 3X atau lebih dalam sehari, kadang-
kadang disertai :
a. Muntah
b. Badan lesu dan lemah
c. Tidak mau makan
d. Panas

2.7. Bahaya Dari Diare


1. Penderita akan kehilangan cairan tubuh
2. Penderita akan menjadi lesu dan lemah
3. Penderita dapat meninggal bila kehilangan cairan tubuh lebih
banyak

2.8. Usaha Untuk Mengatasi Diare


Penderita diberi minim, larutan yang terbaik untuk penderita
diare adalah Oralit, kalau tidak ada boleh diberi larutan Gula, Garam
(LGG), bisa juga diberi air the, air kelapa.

1. Minumkan segera larutan sampai penderita tidak merasa haus lagi


(pada anak balita diasanya memerlukan 3 bungkus oralit 200 CC
dalam 3 jam pertama)
2. Jika anak muntah pemberian oralit dihentikan dulu, lau kemudian
dilanjutkan lagi.
3. Bila sampai hari ke-2 anak masih terus diare atau keadaan anak
bertambah parah maka dengan segera dibawah ke Puskesmas
atau Rumah Sakit terdekat. Selama perjalanan pemberian oralit
harus terus diberikan.

2.9. Yang Harus Diperhatikan Dalam Pemberian Makanan dan Minuman


pada Penderita Selama dan Sesudah Diare
1. Penderita diare dangan dipuaskan

9
2. Bagi yang masih menetek, pemberian ASI diteruskan.
3. Berikan segera cairan Rumah tangga seperti ait kelapa, air sayur,
air buah bila penderita mulai menimbulkan gejala Diare.
4. Makanan pendamping ASI yang lunak seperti bubur
5. Teruskan pemberian makanan. Makanan sebaiknya nudah
dicerna dan tidak merangsang
6. Sesudah diare pemberian makanan diteruskan dan perlu
ditambah.

2.10. Cara Pencegahan Penyakit Diare


1. Pemberian ASI
Dapat mencegah Diare karena terjamin kebersihannya serta
dapat meningkatkan daya tahan tubuh baalita.
2. Pemberian makanan
Berilah anak balita makanan yang bersih dan bergizi.
3. Pemakaian air besih
Gunakan air bersih untuk membersihkan makanan dan minuman
bayi.
4. Berak pada tempatnya
Biasakanlah anak anda buang kotoran pada jamban (kakus)
5. Kebersihan perorangan
Biasakanlah mencuci tangan sebelm makam serta sesudah
buang kotoran.

6. Kebersihan makanan dan minuman


Perhatikan kebersihan makanan dan miniman meulai daor cara-
cara mencuci, memasak, menhhidangkan dan cara
menyimpanmakanan.

10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien:
a.       Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun
pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11
bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi,
hal ini membantu menjelaskan penurunan insiden penyakit pada anak yang
lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk.
Kebanyakan kasus karena infeksi  usus asimptomatik dan kuman enterik
menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi
juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .

b.      Keluhan Utama

BAB lebih dari 3 x

c.       Riwayat Penyakit Sekarang

BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja.
Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari
(diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari
(diare kronis).

d.      Riwayat Penyakit Dahulu

Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau


kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit
menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.

e.       Riwayat Nutrisi

Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang
dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan
susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara

11
pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi
makanan, kebiasan cuci tangan,

f.       Riwayat Kesehatan Keluarga

Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.

g.      Riwayat Kesehatan Lingkungan

Penyimpanan  makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan,


lingkungan tempat tinggal.

h.      Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan

1)      Pertumbuhan

1. Kenaikan BB karena umur 1 -3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-


rata 2 kg),  PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
2. Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun
kedua dan seterusnya.
3. Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi
taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
4. Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.

2)      Perkembangan

1) Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.

3)      Fase anal :

Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai menunjukan


keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya,
tugas utamanyan adalah latihan kebersihan, perkembangan bicra dan
bahasa (meniru dan mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal,
bermain).

1. Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.

Autonomy vs Shame and doundt

12
Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler dari
lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario kemam puannya untuk
mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan orang tua untuk makan,
berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over protektif menuntut
harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu
seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang pada
diri anak.

2. Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan
mandiri : Umur 2-3 tahun :

a)      berdiri  dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun  2 hitungan (GK)
b)      Meniru membuat garis lurus (GH)
c)      Menyatakan keinginan   sedikitnya dengan dua kata (BBK)
d)     Melepasa pakaian sendiri (BM)

Pemeriksaan Fisik
1)      pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan
mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
2)      keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
3)      Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak
umur 1 tahun lebih
4)      Mata : cekung, kering, sangat cekung
5)      Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic
meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum
normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit
atau kelihatan bisa minum
6)      Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis
metabolic (kontraksi otot pernafasan)
7)      Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun
pada diare sedang .

13
8)      Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu
meningkat > 375 derajat celsius, akral hangat, akral dingin (waspada syok),
capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
9)      Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24
jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
10)  Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress
yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan
invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian
menerima.

3.2. DiagnosaKeperawatan

a)      Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan


kehilangan cairan sekunder terhadap diare.
b)      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare
atau output berlebihan dan intake yang kurang
d)     Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan
frekwensi diare.

14
3.3. Intervensi

No Tujuan intervensi
.
1. Gangguan keseimbangan cairan - Pantau tanda dan gejala
dan elektrolit berhubungan dengan kekurangan cairan dan
kehilangan cairan skunder terhadap elektrolit
diare - Pantau intake dan output

Tujuan : setelah dilakukan tindakan - Timbang berat badan

keperawatan selama 2 x 24 jam setiap hari

keseimbangan dan elektrolit - Anjurkan keluarga untuk

dipertahankan secara maksimal memberi minum banyak


pada kien, 2-3 lt/hr
Kriteria hasil :
- Kolaborasi dengan tim
-   Tanda vital dalam batas dokter
-   Turgor elastik , membran mukosa
bibir basah, mata tidak cowong, UUB
tidak cekung.

-   Konsistensi BAB lembek,


frekwensi 1 kali perhari
2.
PePerubahan nutrisi kurang
darikebutuhan tubuh berhubungan
- Diskusikan dan jelaskan
dengan tidak adekuatnya intake dan
out put tentang pembatasan diet
(makanan berserat tinggi,
Tujuan        : setelah dilakukan 
berlemak dan air terlalu
tindakan keperawatan 2x24
panas atau dingin)
jamdiharapkan kebutuhan nutrisi
- Ciptakan lingkungan yang
klien terpenuhi

15
Kriteria hasil : bersih, jauh dari bau  yang

- Nafsu makanmeningkat tak sedap atau sampah,


sajikan makanan dalam
-BB meningkat atau normal sesuai
keadaan hangat
umur
- Berikan jam istirahat
(tidur) serta kurangi
kegiatan yang berlebihan
- Monitor  intake dan out
put dalam 24 jam
Resiko gangguan integritas kulit
- Kolaborasi dengan tim
3.
perianal berhubungan dengan  
kesehtaan gizi
peningkatan frekwensi BAB
(diare)Tujuan      : setelah dilakukan
- Diskusikan dan jelaskan
tindaka keperawtan 2x24 jam
pentingnya menjaga
diharapkan integritas kulit pasien tidak
tempat tidur
terganggu

Kriteria hasil : - Demontrasikan serta


libatkan keluarga dalam
- Tidak terjadi iritasi :
merawat perianal (bila
kemerahan, lecet, kebersihan
basah dan mengganti
terjaga
pakaian bawah serta
- Keluarga mampu
alasnya)
mendemontrasikan perawatan
perianal dengan baik dan benar - Atur posisi tidur atau
duduk dengan selang
waktu 2-3 jam

16
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Diare adalah buang air besar (defekasi) denganjumlah yang
lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml perjam tinja), dengan
tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), dapat pula
disertai frekuensi defekasi. Penyalitm diare ditimbulkan oleh makanan,
miniman, virus dan bakteri, dan juga alkohol. Kuman penyakit diare
ditularkan melalui air dan makanan, tangan yang kotor, berak
sebarang tempat dan botol susu yang kurang bersih.
Diare terbagi dua berdasarkan mula dan lamanya yaitu; diare
aku dan kronik. Penyakit diare ditandai dengan adanya berak encer,
biasanya 3x atau lebih dalam sehari, disertai muntah, badan lesu dan
lemah, tidak mau makan, panas. Bahaya dari pada diare itu adalah
banyaknya kehilangan cairan tubuh, dan menyebabkan kematian.
Usaha untuk mengatasi diare yaitu dengan cara memberi
minuman, larutan Oralit, biasanya juga larutan gula, garam (LGG).
Yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan dan minuman
pada penderita diare yaituJangan dipuaskan, ,pemberian ASI,
pemberian air sayur, buah bila penderita menimbulkan gejala diare.
Cara pencegahan penyakit diare yaitu dengan cara pemberian ASI,
makanan, pemakaian air bersih, berak pada tempatnya, kebersihan
perorangan, kebersihan makanan dan minuman.

4.2. Saran
Dengan melihat pembahasan dan mengetahui dampak dari
pada diare tersebut, maka kita harus dapat menyadari betapa
pentingnya kebersihan dalam diri dan lingkunyan.Oleh karena itu, kita
berharap dengan adanya kesadaran, semua masyarakat mau
bergotong royong untuk membersihkan dan memelihara lingkunyam
dengan baik.Mudah-mudahan harapan kita semua untuk hidup bersih
dapat diwujudkan bagi kita semua.

17
DAFTAR PUSTAKA

Suriadi & Yuliani,R.2010.Asuhan Keperawatan pada Anak.Jakarta:CV.


Sagung Seto

Arvin, Kliegman Behrman.2012.Nelson Ilmu Keperawatan Anak ed. 15, alih


bahasa Indonesia, A.Samik Wahab.Jakarta: EGC.

Nanda Internasional.2011.Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


2009-2011.Jakarta:EGC.

Ardiansyah M. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa, DIVA Press, Jogjakarta.

Bets C dan Linda A.S, 2009, Buku Saku Keperawatan Pediatri.Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.

Puji Esse, dkk, 2014, Panduan Penulisan Skripsi Edisi 10 Makassar, Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Makassar, Makassar.

Pudiastuti Dewi R, 2011, Waspada Penyakit Pada Anak, PT Indeks, Jakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai