Askep Diare PD Anak
Askep Diare PD Anak
PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
Setelah masalah yang diteliti dan ditulis itu akan ditentukan
variabel apa saja yang akan diangkat dan bagaimana hubungannya
variabel yang satu dengan yang lain. Supaya dapat terjawab secara
akurat maka masalah yang akan diteliti perlu dirumuskan secara
spesifik.
Yaitu :
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran tentang faktor dominan di antara faktor
lingkungan, faktor nutrisi dan faktor perilaku orang tua yang
mempengaruhi diare pada balita di Wilayah Dinoyo.
Untuk mendapat gambaran umum tentang asuhan keperawatan
pada anak dengan Diare.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
2.3. Patofisiologi
DIARE
Resiko gangguan
integritas kulit
4
Proses terjadinya Gastroenteritis/yang sering kita sebut dengan diare
dapatdisebabkan oleh berbagaikemungkinan faktor diantaranya:
a. Faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya mikroorganime
(kuman)yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian
berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat
menurunkan daerahpermukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan
kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam
absorbsi cairan danelektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri
akan menyebabkansystem transport aktif dalam usus halus, sel di dalam
mukosa intestinalmengalami iritasi dan meningkatnya cairan dan
elekrtolit.Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa
intestinalsehingga menurunkan area permukaan intestinal, perubahan
kapasitasintestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit.
b. Faktor malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsiyang
mengakibatkan tekanan osmotic meningkat sehingga terjadipergeseran air
dan eletrolit ke ronga usus yang dapat meningkatkan isirongga usus
sehingga terjadilah Gastroenteritis.
c. Faktor makanan ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak
mampudiserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltic usus
yangmengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan
yangkemudian menyebabkan Gastroenteritis.
d. Faktor psikologi dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan
peristalticusus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan
yangdapat mnyebabkan Gastroenteritis.
5
2.4. Penularan Kuman Penyakit Diare
Kuman penyakit diare dapat ditularkan melalui :
a) Air dan makanan yang tercemar
b) Tangan yang kotor
c) Berak disembarang tempat
d) Botol susu yang kurang bersih
6
Patogenesis diare yang disebabkan infeksi bakteri terbagi
dua, yaitu:
1. Bakteri noninvasit (enterotoksigenik)
Toksin yang diproduksi bakteri akan terikat pada mukosa usus
halus, namun tidak merusak mukosa. Toksin meningkat kadar
siklik AMP di dalam sel, menyebabkan sekresi aktif anion
klorida ke dalam lumen usus yang diikuti air, ion karbonat,
kation natrium, dam kalium.
2. Bakteri enteroinvasif
Diare menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis
dan ulserasi, dan bersifat sekretorik eksudatif.Cairan diare
dapat bercampur lendir dan darah.Bakteri yang termasuk dalam
golongan ini adalah Enteroinvasive E. Coli (EIEC). S. Paratyphi
B, S. Typhimurium, S. enteriditis, S. choleraesuis, Shigela,
Yersinia, dan C. Pertringens tipe C. penyebab diare lainnya
seperti parasit menyebabkan kerusakan berupa ulkus besar (E.
histolytica), kerusakan vilia yang penting untuk penyerapan air,
elektrolit, dan zat makanan (G. Lambdia)
c. Manifestasi klinis
Secara klinis diare karena infeksi akut dibagi menjadi dua
golongan yaitu :
1. Koleriform, dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja
2. Disentriform, pada diare di dapat lendir kental dan kadang-
kadang darah.
d. Penatalaksanaan
Pada orang dewasa, penata laksanaan diare akut akibat
infeksi terdiri dari :
1). Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan
Empat hal penting yang perlu diperhatikan adalah :
1) Jenis cairan
2) Jumlah cairan
3) Jalan masuk atau cara pemberian cairan
4) Jadwal pemberian cairan.
5) Identifikasi penyebab diare akut karena infeksi
6) Terapi simtomatik
7) Terapi defenitif
2) Diare kronik
Diare kronik ditetapkan berdasarkan kesepakatan, yaitu
diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu.Ketentuan ini
berlaku bagi orang dewasa, sedangkan pada bayi dan anak
ditetapkan batas waktu dua minggu.
7
a. Etiologi
Diare kronik memiliki penyebab yang bervariasi dan tidak
seluruhnya diketahui.
b. Patofisiologi
Proses terjadinya diare dipengaruhi dua hal pokok, yaitu
konsistensi feses dan motilitas usus, umumnya terjadi
akibat pengaruh keduanya. Gangguan proses mekanik
dan ensimatik, disertai gangguan mukosa, akan
mempengaruhi pertukaran air dan elektrolit, sehingga
mempengaruhi konsistensi feses yang terbentuk.
Diare kronik dibagi tiga yaitu :
1. Diare osmotik
Dijelaskan dengan adanya faktor malabsorpsi akibat adanya
gangguan absorpsi karbohidrat, lemak atau protein, danb
tersering adanya malabsorpsi lemak.Teses berbentuk steatore.
2. Diare sekretorik
Terdapat gangguan tranpor akibat adanya perbedaan osmotif
intralumen dengan mukosa yang besar sehungga terjadi
penarikan cairan dan alektrolit ke dalam lumen usus dalam
jumlah besar. Teses akan seperti air. Diare sekresi terbagi dua
berdasarkan pengaruh puasa terhadap diare :
a. Diare sekresi yang dipengaruhi keadaan puasa
berhubungan dengan proses intralumen, dan diakibatkan
oleh bahan-bahan yang tidak dapat diabsorpsi, malabsorpsi
karbohidrat, letesiensi laktosa yang mengakibatkan
intolerassi laktosa.
b. Diare cair yang tidak dipengaruhi keadaan puasa terdapat
pada sidrom korsinoid, VIP (Vasoactive Inkestinal
Polypeptida) oma, karsinoma tiroid medular, adenoma
vilosa, dan diare diabetik.
3. Diare inflamasi
Diare dengan kerusakan kematian enterosit disertai
peradangan.Fese berdarah.Klompok ini paling sering
ditemukan.Trbagi dua yaitu nonspesitik dan spesitik.
c. Penatalaksanaan
a. Simtomatis
1. Rehidrasi
2. Antipasmodik, antikolinergik
3. Obat anti diare
a. Obat antimotilitas dan sekresi usus : Laperamid,
ditenoksilat, kodein fosfat.
b. Aktreotid (sadratatin)
c. Obat anti diare yang mengeraskan tinja dan absorpsi zat
toksin yaitu Arang, campura kaolin dan mortin.
4. Antiemetik (metoklopromid, proklorprazin, domperidon).
8
5. Vitamin dan mineral, tergantung kebutuhan, yaitu:
a. Vitamin Bie, asam, vitamin A, vitamin K
b. Preparat besi, zinc,dan lain-lain.
6. Obat ekstrak enzim pankreas.
7. Aluminium hidroksida, memiliki efek konstifasi, dan mengikat
asam empedu.
8. Fenotiazin dan asam nikotinat, menghambat sekresi anion
usus.
b. Kausal
Pengobatan kausal diberikan pada infeksi maupun non infeksi
Pada diare kronik dengan penyebab infeksi, obat diberikan
berdasarkan etiologinya.
9
2. Bagi yang masih menetek, pemberian ASI diteruskan.
3. Berikan segera cairan Rumah tangga seperti ait kelapa, air sayur,
air buah bila penderita mulai menimbulkan gejala Diare.
4. Makanan pendamping ASI yang lunak seperti bubur
5. Teruskan pemberian makanan. Makanan sebaiknya nudah
dicerna dan tidak merangsang
6. Sesudah diare pemberian makanan diteruskan dan perlu
ditambah.
10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien:
a. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun
pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11
bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi,
hal ini membantu menjelaskan penurunan insiden penyakit pada anak yang
lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk.
Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enterik
menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi
juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja.
Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari
(diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari
(diare kronis).
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang
dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan
susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara
11
pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi
makanan, kebiasan cuci tangan,
1) Pertumbuhan
2) Perkembangan
12
Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler dari
lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario kemam puannya untuk
mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan orang tua untuk makan,
berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over protektif menuntut
harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu
seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang pada
diri anak.
2. Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan
mandiri : Umur 2-3 tahun :
a) berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2 hitungan (GK)
b) Meniru membuat garis lurus (GH)
c) Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
d) Melepasa pakaian sendiri (BM)
Pemeriksaan Fisik
1) pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan
mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
2) keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
3) Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak
umur 1 tahun lebih
4) Mata : cekung, kering, sangat cekung
5) Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic
meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum
normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit
atau kelihatan bisa minum
6) Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis
metabolic (kontraksi otot pernafasan)
7) Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun
pada diare sedang .
13
8) Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu
meningkat > 375 derajat celsius, akral hangat, akral dingin (waspada syok),
capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
9) Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24
jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
10) Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress
yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan
invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian
menerima.
3.2. DiagnosaKeperawatan
14
3.3. Intervensi
No Tujuan intervensi
.
1. Gangguan keseimbangan cairan - Pantau tanda dan gejala
dan elektrolit berhubungan dengan kekurangan cairan dan
kehilangan cairan skunder terhadap elektrolit
diare - Pantau intake dan output
15
Kriteria hasil : bersih, jauh dari bau yang
16
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Diare adalah buang air besar (defekasi) denganjumlah yang
lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml perjam tinja), dengan
tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), dapat pula
disertai frekuensi defekasi. Penyalitm diare ditimbulkan oleh makanan,
miniman, virus dan bakteri, dan juga alkohol. Kuman penyakit diare
ditularkan melalui air dan makanan, tangan yang kotor, berak
sebarang tempat dan botol susu yang kurang bersih.
Diare terbagi dua berdasarkan mula dan lamanya yaitu; diare
aku dan kronik. Penyakit diare ditandai dengan adanya berak encer,
biasanya 3x atau lebih dalam sehari, disertai muntah, badan lesu dan
lemah, tidak mau makan, panas. Bahaya dari pada diare itu adalah
banyaknya kehilangan cairan tubuh, dan menyebabkan kematian.
Usaha untuk mengatasi diare yaitu dengan cara memberi
minuman, larutan Oralit, biasanya juga larutan gula, garam (LGG).
Yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan dan minuman
pada penderita diare yaituJangan dipuaskan, ,pemberian ASI,
pemberian air sayur, buah bila penderita menimbulkan gejala diare.
Cara pencegahan penyakit diare yaitu dengan cara pemberian ASI,
makanan, pemakaian air bersih, berak pada tempatnya, kebersihan
perorangan, kebersihan makanan dan minuman.
4.2. Saran
Dengan melihat pembahasan dan mengetahui dampak dari
pada diare tersebut, maka kita harus dapat menyadari betapa
pentingnya kebersihan dalam diri dan lingkunyan.Oleh karena itu, kita
berharap dengan adanya kesadaran, semua masyarakat mau
bergotong royong untuk membersihkan dan memelihara lingkunyam
dengan baik.Mudah-mudahan harapan kita semua untuk hidup bersih
dapat diwujudkan bagi kita semua.
17
DAFTAR PUSTAKA
Bets C dan Linda A.S, 2009, Buku Saku Keperawatan Pediatri.Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Puji Esse, dkk, 2014, Panduan Penulisan Skripsi Edisi 10 Makassar, Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Makassar, Makassar.
18