A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kitab suci yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW,
melalui perantara malaikat Jibril AS, yang menjadi petunjuk dan pedoman hidup bagi umat
manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Al-Qur’an sebagai kitab suci
adalah solusi dari semua permasalahan yang ada di dunia ini, karena zaman telah mencatat
dengan tinta emasnya betapa gemilangnya para generasi qur’aniy dalam memimpin dunia
ini di bawah panji Islam.
Sesungguhnya sesuatu yang lebih baik yang mana zuhud diotoritaskan di dalamnya
serta ulama sibuk dengannya untuk mengajarkan, menjelaskan, memberikan pemahaman
dan proses pengambilan hukum adalah Al-Qur’an Al-Karim, didalamnya tidak terdapat
sesuatu yang batil, karena Al-Qur’an diturunkan oleh Hakim yang Maha Terpuji
(Muhammad Ali al-Shabuni, 2001:3). Keotentikanya pun telah dijamin oleh Allah SWT
akan tetap lestari hingga akhir zaman. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Hijr
(15: 9) :
:RÎ) ß`øtwU $uZø9¨tR tø.Ïe%!$# $¯RÎ)ur ¼çms9 tbqÝàÏÿ»ptm¯$
Allah SWT menjadikan Al-Qur’an sebagai mu’jizat terbesar bagi Muhammad Saw
agar ia dapat melemahkan musuh-musuh yang menentang ajaran agama-Nya. I’jaz atau
mu’jizat ialah menampakan kebenaran nabi dalam pengakuannya sebagai seorang rasul
dengan berbagai hal luar biasa yang disertai tantangan dan penyelamatan dari para
lawannya (Manna’ al-Qaththan: 261). Keistimewaan-keistimewaan Al-Qur’an yang
menjadikannya sebagai mu’jizat dapat dilihat dari lafadz maupun maknanya.
Dalam hal kei’jazan Al-Qur’an beragam pendapat yang berbeda-beda dalam
mengungkap unsur kei’jazannya. Namun, pada hakikatnya I’jaz Al-Qur’an berada pada
aspek makna dan lafadz yang terdapat pada bahasa atau redaksinya. Menurut Manna’
al-Qhaththan kei’jazan Al-Qur’an dapat dilihat dari tiga aspek. Pertama, dari aspek
kebahasaan (al-I’jaz al-Lughawy); kedua, dari aspek penetapan syari’at (al-I’jaz at-
Tasyri’iy); ketiga, dari aspek keilmuan (al-I’jaz al-Ilmy) (Manna’ al-Qaththan, 2006: 269).
Kemukjizatan Al-Qur’an dilihat dari segi kebahasaan (al-I’jaz al-Lughawy) ialah
bahwa bahasa yang dipergunakan Al-Qur’an merupakan bahasa yang memiliki tingkat
lafadz, struktur kalimat, serta gaya bahasa yang tinggi, sehingga orang Arab di masa itu
pun tidak mampu menandinginya tatkala Allah SWT memberikan tantangan agar
didatangkan sesuatu yang sama persis dengan Al-Qur’an; dengan keseluruhannya seperti
1
dalam surat Al-Isra (17:88), dengan sepuluh surat, seperti termaktub dalam surat Hud
(11:13), atau dengan satu surat, seperti dalam surat Yunus (10:38), juga dengan satu ayat
seperti dalam surat At-Thur (52:34) (Hasbi Ash-Shiddieqy, 1991:141).
Al-Qur’an, dimana orang Arab lumpuh untuk menandinginya itu, sebenarnya tidak
keluar dari aturan kalam mereka, baik lafadz, huruf maupun redaksinya. Hanya saja bahasa
Al-Qur’an sudah mencapai level yang sangat tinggi. Al-Qur’an memiliki jalinan huruf-
huruf yang serasi, ungkapanya indah, redaksinya simpatik, ayat-ayatnya teratur serta
memperhatikan situasi dan kondisi dalam bebagai macam bayannya (Manna’ al-Qaththan,
2006:333).
Menurut Al-Qadhi Abu Bakar al-Baqillani, ”Keindahan susunan Al-Qur’an
mengandung aspek kemu’jizatan diantaranya ada yang kembali pada kalimat yaitu bahwa
susunan Al-Qur’an dengan berbagai wajah dan madzhab berbeda dengan sistem dan tata
urutan yang telah umum dan dikenal luas dalam perkataan orang Arab, ia mempunyai
redaksi yang khas dan berbeda dengan redaksi kalam-kalam biasa (manna’ al-Qoththan,
2006:335).
Al-Qur’an menerangkan maksud-maksudnya dengan memakai susunan perkataan
yang sangat fasih dan dapat menarik perhatian. Bahasa Al-Qur’an sungguh sangat indah
dan teratur, baik lafadz, huruf-huruf, maupun maknanya, ijaz, ithnab, taqdim dan ta’khir,
dzikru dan hadzfu, fashal dan washal, kesatuan bunyi, serta penggunaan gaya bahasa yang
mencakup tasybih (smile), majaz (figuratif), kinayah (metonomia) (Hasbi Ash-Shiddieqy,
1991:141).
Al-Qur'an baru dapat diketahui, dirasakan dan dinikmati ketinggian dan keindahan
bahasanya setelah memahami bahasa Arab, terutama bagi orang bukan pemakai bahasa
Arab, diperlukan ilmu-ilmu bahasa Arab. Ilmu ini banyak bidangnya; antara lain yang
terpenting ialah ilmu Nahwu dan Sharaf (gramatika), ilmu Mantik (logika) dan ilmu
Balaghah (stilistika).
Ilmu Balaghah merupakan salah satu aspek fundamental Untuk mempelajari
keistimewaan bahasa dalam Al-Qur'an. Balaghah adalah satu disiplin ilmu yang mengkaji
bahasa dari segi penyampaian gagasan melalui ungkapan yang benar, fasih, dan meyentuh
jiwa serta sesuai dengan tuntutan keadaan (konteks) (al-Jarimy, Amin, 2007: 8). Balaghah
atau stilistika bahasa Arab mencakup tiga disiplin ilmu yaitu ilmu bayan, ilmu ma’ani, dan
ilmu badi’.
Dari ketiga cabang ilmu tersebut yang khusus mempelajari cara menuangkan
gagasan dalam bentuk lisan maupun tulisan secara runtun, serta memiliki keindahan bahasa
ialah ilmu ma'ani. Ilmu ma'ani mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam bahasa
Arab, sebab dengan ilmu ma'ani segala hal-ihwal yang menyangkut pemakaian bahasa
dalam struktur bahasa Arab dapat diteliti secara terperinci. Dengan demikian untuk
mengkaji bagaimana keindahan makna Al-Qur’an sangat diperlukan kajian mengenai ilmu
ma’ani. Karena dengan ilmu ma’ni tersebut mukjizat Al-Qur’an dari segi bahasa dapat
ditemukan.
Salah satu bentuk i’jaz Al-Qur’an dari segi kebahasaan dapat dilihat dari adanya
uslub ijaz (efisiensi kalimat) dalam menyampaikan informasi dan hukum-hukumnya. Ijaz
adalah mengumpulkan makna yang banyak dengan menggunakan lapal yang sedikit, akan
tetapi tetap jelas dan sesuai dengan maksud pengungkapannya. Ijaz terbagi menjadi dua
macam, yaitu ijaz hadzaf (bisa membuang huruf, kata, frase, atau beberapa kalimat) dan
ijaz qashar (meringkas). Ijaz terjadi dalam suatu kalam atau ayat dikarenakan adanya
tujuan-tujuan tertentu, diantaranya ialah untuk meringkas, mempermudah hapalan,
mendekatkan pada pemahaman, sempitnya konteks kalimat, menyamarkan suatu hal
terhadap selain pendengar, memperoleh makna yang banyak dengan lapal yang sedikit dan
lain sebagainya (M. Zaenuddin, 2007:141).
Sering kali kita mendapati redaksi ayat yang sedikit, namun makna yang
diungkapkan ayat tersebut banyak, inilah uslub ijaz Al-Qur’an. Contoh uslub ijaz dalam
Al-Qur’an pada surat An-Najm (53: 5) :
çmuH©>tã ßÏx© 3uqà)ø9$# ÇÎÈ ¼
Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat.
Pada ayat ini, cara pengungkapan maknanya ialah dengan uslub ijaz hadzaf, yaitu
dengan membuang sebagian kata-katanya, diantaranya :
• Membuang lafadz القققرءانyang kedudukannya sebagai مفعثثول ثثثاني. Karena
taqdirnya ialah عّلمه القرءان شديد القويم. Tujuannya ialah untuk meringkas, karena
adanya qarinah yang menunjukkan keberadaan maknanya, yaitu ayat sebelumnya
yang menceritakan tentang القرءان.
3
• Membuang lafadz ملكyang kedudukannya menjadi موصوف, karena taqdirnya
ialah عّلمه ملك شديد القوي. Tujuannya ialah untuk meringkas dan sempitnya konteks
kalimat, karena dengan menuturkan صقفةtersebut keberadaan maknanya sudah
dapat dipahami.
Adapun kegunaan penelitian ini berdasarkan ruang lingkupnya terbagi menjadi dua
bagian yaitu kegunaan teoritis dan praktis.
a. Kegunaan Teoritis
1.Mengaplikasikan teori yang didapat oleh peneliti
selama masa perkuliahan khususnya mengenai uslub
ijaz.
b. Kegunaan Praktis
1.Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan
perenungan dan sebagai sarana untuk saling
mengingatkan baik peneliti maupun bagi para
pembaca pada umumnya.
7
D. Tinjauan Pustaka
Sebagaimana telah dijelaskan pada latar belakang masalah bahwa penelitian ini
lebih difokuskan pada ijaz dalam surat An-Najm dan Al-Qamar dengan menggunakan
pisau ilmu ma’ani dan aspek pendidikan yang terkandung dalam struktur ijaz. Penelitian
dan studi literatur terdahulu yang diangkat dengan pendekatan ilmu ma’ani diataranya,
Al-Qashar fi Surat Yasin, karya Dini Setiawati; mahasiswa UIN SGD Bandung lulusan
tahun 2007. Penelitian yang dilakukan pada surat Yasin ini menjelaskan hubungan dari
sebuah bahasa sebagai ungkapan dengan makna, pesan, gagasan yang diharapkannya.
Selain itu, ada juga penelitian Al-Insya ath-Thalabi fi Al-Qur’anal-Karim Dirasah Ilmu
Ma’ani fi Juz ‘Ama, karya Nurhasanah; mahasiswa UIN SGD Bandung lulusan tahun
2007, dan Al-Majaz al-Mursal fi Surah Thaha, karya Hayatun Nufus; mahasiswa UIN
SGD Bandung lulusan tahun 2009 didalamnya juga menjelasakan hubungan suatu
ungkapan dengan makna.
Adapun penelitian yang membahas tentang ijaz baru dilakukan oleh satu orang,
yaitu al-ijaz fi suroti Maryam wa Yusuf pada tahun 2004 yang hanya menganalisis
hubungan suatu ungkapan dengan maknanya saja. Sedangkan penelitian terhadap surat An-
Najm dan Al-Qamar belum ada. Dengan demikian, penelitian ijaz dalam surat An-Najm
dan Al-Qamar masih terbuka untuk diteliti, karena jarak waktu penelitian yang cukup jauh
dan baru ada satu, sehingga penelitian ini dapat pula berfungsi sebagai verifikasi terhadap
penelitian yang pertama dalam mengungkap keijazan uslub Al-Qur’an dan ditambah
dengan aspek-aspek pendidikan yang terkandung dalam struktur ijaz.
E. Kerangka Pemikiran
Barometer kei’jazan Al-Qur’an–salah satunya- dapat dilihat dari bahasanya.
Kemu’jizatan Al Qur’an terletak pada gaya pengungkapan (uslub) yang digunakan untuk
mengungkapkan makna-makna. Gaya pengungkapan Al Qur’an tersebut tampak dalam
kefasihan (fashahah), keindahan (balaghah) dan ketinggian taraf pemikiran yang
diungkapkan sampai ke derajat yang mengagumkan (al-Qaththan, 2006: 269).
Gaya pengungkapan Al-Qur’an yang merupakan segi kemu’jizatanya itu tampak
jelas dalam tiga aspek :
1. Lafadz-lafadz dan susunan kata (tarkiyb) yang digunakan. Al-Qur’an telah
menggunakan lafadz-lafadz dan susunan kata yang amat unik. Makna yang lembut
diungkapkan dengan lafadz yang lembut. Makna yang kasar diungkapkan dengan
lafadz yang kasar dan seterusnya. Hal ini dibahas dalam ilmu bayan.
2. Irama kata yang digunakan. Susunan huruf dan kata-kata dalam Al-Qur’an tersusun
dalam irama yang khas dan unik, yang tidak pernah dijumpai dalam percakapan
manusia, baik dalam syair maupun prosa. Hal ini dibahas dalam ilmu badi’.
3. Lafadz dan susunan kata yang digunakan mencakup makna yang luas dan
menyeluruh. Al-Qur’an telah menggunakan lafadz yang ringkas untuk makna yang
luas dan mendalam. Hal ini dibahas dalam ilmu ma’ani.
Seluruh aspek kebahasaan tersebut berada dalam satu rumpun objek kajian satu
disiplin ilmu, yakni ilmu balaghah (retorika arab). kedudukan ilmu balaghah memilki
peranan penting dalam mengantarkan bahasa ke dalam nilai sastra yang tinggi. Balaghah
mendatangkan makna yang agung dan jelas, dengan ungkapan yang benar dan fasih,
memberi bekas yang berkesan di lubuk hati, dan sesuai dengan situasi, kondisi orang-orang
yang diajak bicara.
Balaghah merupakan salah satu disiplin ilmu yang mencakup tiga bidang kajian
ilmu yaitu ilmu ma’ani, ilmu bayan, dan ilmu badi’ (Sayyib, 1993:19). Ilmu bayan adalah
ilmu untuk mengetahui cara menyusun satu pengertian dengan bermacam-macam redaksi.
Ilmu ma’ani adalah ilmu tentang keadaan lafadz bahasa Arab yang dengan perantaraannya
dapat menyesuaikan kalam dengan tuntutan keadaan (muqtadh al-hal). Sedangkan ilmu
badi’ adalah ilmu untuk mengetahui jalan memperindah kalam yang telah muthabaqah
dengan muqtahl al-hal.
Dari ketiga bidang ilmu tersebut yang dijadikan pendekatan (pisau analisis) dalam
penelitian ini hanyalah ilmu ma’ani. Itupun dititikberatkan pada ijaz.
Berbicara mengenai ilmu ma’ani, Abdurahman al-Akhdari (t.t: 28) memberikan
definisi tentang ilmu ma'ani, sebagai berikut :
Ilmu ma'ani ialah ilmu untuk mengetahui keadaan lafadz-lafadz kalam dengan
tuntutan yang sebenarnya serta agar sesuai dengan tujuannya.
9
Al-Hasyimi menjelaskan bahwa dengan ilmu ma’ani bisa mengetahui ketinggian
dan keindahan uslub atau susunan bahasa al-Qur'an (al-Hasyimi, t.t: 49).
Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa Ilmu Ma'ani adalah ilmu untuk
mengetahui hal-ihwal lafadz bahasa Arab yang sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi
untuk menentukan beberapa kaidah untuk pemakaian kata sesuai muqtahl al-hal.
Ilmu Ma’ani secara umum memiliki enam pokok bahasan yaitu:
1. Kalam khabari dan insya
2. Dzikru dan hazf
3. Taqdim dan ta'khir
4. Qashar
5. Washal dan fashal
6. Ijaz, ijaz dan musawah
Berdasarkan tinjauan ilmu ma'ani, gaya pengungkapan makna dalam bahasa Arab
ada tiga cara, yaitu ijaz, ijaz dan musawah. Ijaz adalah mengumpulkan makna yang banyak
dengan menggunakan lapal yang sedikit, akan tetapi tetap jelas dan sesuai dengan maksud
pengungkapannya. Ijaz terbagi menjadi dua macam, yaitu ijaz hadzaf dan ijaz qashar.
a. Ijaz Hadzaf
Ijaz hadzaf adalah ijaz dengan cara membuang bagian dari pernyataan dengan tetap
tidak mengurangi makna yang dimaksudnya. Selain itu pula terdapatnya qarinah
yang menunjukkan kepada perkataan yang dibuang. Ungkapan yang dibuang dalam
uslub ijaz bisa bermacam-macam, antara lain :
1. Huruf
2. Mudhaf
3. Mudhaf ilaih
4. Maushuf
5. Sifat
6. Adat syarat
7. Frase jawab syarat
8. Musnad
9. Musnad ilaih
10. Muta’allaq
11. Jumlah
b. Ijaz Qashar
Penggalan dari ayat tersebut, lafadznya sedikit, namun bila diuraikan akan
tergambar makna yang luas. Makna ayat tersebut adalah, apabila seseorang
mengetahui bahwa kalau ia membunuh, akan dibunuh, maka hal ini akan
mencegahnya dari pembunuhan. Jadi, dengan qishash, kejahatan pembunuhan
tersebut akan lenyap di masyarakat. Dengan tiadanya pembunuhan, berarti akan
terjamin keberlangsungan kehidupan manusia di tengah masyarakat (Mushthafa
Amin, t.t:225).
2. Mempermudah hapalan;
11
??????
4. Siswa akan mempunyai dzauq al-lughawy yang semakin tinggi dan lain sebagainya
(A. Izzan, 2009:129).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode
deskriptif adalah suatu penelitian yang diupayakan untuk mengamati permasalahan
secara sistematis dan akurat mengenai fakta-fakta dalam sifat-sifat objek tertentu
(Yaya Suryana & Tedi Priatna : 2008 : 109 ).
Jenis metode deskriptif yang akan digunakan pada penelitian ini adalah metode
content analysis (analisis isi), yakni sebuah metode yang bertujuan untuk
menganalisis dan menjelaskan suatu masalah secara komprehensif dan holistik
(Hasan Bisri, 2003:60).
Metode ini digunakan secara luas dalam penelitian lain mengingat metode ini
sangat efisien dan efektif, mendasar dan multiguna. Jenis metode penelitian
deskriptif ini, termasuk katagori penelitian kualitatif yang bersifat normatif.
13
Dimana penelitian yang dijadikan norma-norma dalam hal ini adalah pendapat para
mufasir serta para ahli ilmu bahasa Arab. Dengan menggunakan metode deskriptif
ini, penulis melakukan penelitian terhadap Al-Qur’an khususnya pada surat
An-Najm dan Al-Qamar yang mengandung uslub ijaz dan ilmu kebahasaaraban
khususnya ilmu Ma’ani.
2. Langkah-langkah Penelitian
Langkah-langkah yang akan ditempuh dalam penelitian ini adalah :
a. Penentuan Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh, dapat berupa bahan
pustaka, atau berupa orang (informan atau responden) (Cik Hasan Bisri,
1999:59). Dan sumber data dapat digolongkan ke dalam data primer dan data
skunder.
1) Data Primer
Data primer adalah sumber data pokok yang langsung dikumpulkan peneliti
dari objek penelitian. Dalam penelitian ini data primernya terdiri dari
Al-Qur’an.
2) Data sekunder
Dalam penelitian ini data yang mungkin diperoleh adalah data tertulis saja,
sebab jenis data penelitiannya berupa ayat-ayat Al-Qur’an yang mengandung
Ijaz. Langkah- langkah yang akan ditempuh dalam memperoleh data penelitian
adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi ayat-ayat Al-Qur’an pada surat An-Najm
dan Al-Qamar yang mengandung Ijaz.
2. Menandai ayat ayat-ayat Al-Qur’an pada surat An-Najm
dan Al-Qamar yang mengandung Ijaz.
d. Analisis Data Penelitian
15
Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna,
mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat
temuan-temuan umum.
Pada penelitian ini, setelah data terkumpul maka dilanjutkan dengan analisis
data penelitian dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Identifikasi
2) Kategorisasi
Langkah ini adalah kegiatan pengelompokkan atau pengklasifikasian data
yang dilakukan untuk melihat data yang merupakan masalah penelitian,
yaitu tentang uslub ijaz pada Al-Qur’an, khususnya pada Surat An-Najm
dan Al-Qamar dan disertai dengan alasannya.
3) Interpretasi
Langkah ini merupakan upaya untuk memperoleh arti dan makna yang
lebih mendalam dan luas terhadap hasil penelitian. Hasil penelitian
mengenai ijaz dalam Al-Qur’an ditinjau secara kritis dengan teori yang
relevan dan informasi yang akurat. Kemudian dihubungkan dengan aspek
pendidikan yang terkandung dalam ijaz tersebut agar memotivasi pembaca
untuk mempelajari lebih mendalam mengenai ijaz.
4) Simpulan
Simpulan merupakan jawaban akhir kegiatan penelitian dari pertanyaan-
pertanyaan yang terdapat dalam rumusan masalah. Yaitu mengetahui
bentuk Ijaz dalam surat An-Najm dan Al-Qamar dan tujuan-tujuannya,
serta aspek pendidikan yang terkandung dalam Ijaz.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh hasil penelitian yang diharapkan, maka penelitian ini dibagi
dalam empat bab.
Bab I pendahuluan yang meliputi: Latar belakang masalah; perumusan masalah;
tujuan penelitian; tinjauan pustaka; kerangka pemikiran; metode dan langkah penelitian;
dan sistematika penulisan.
Bab II pembahasan tentang kerangka teoritis tentang ijaz, bentuk-bentuk ijaz,
tujuan penggunaan uslub ijaz, konteks yang bagus menggunakan ijaz dan aspek pendidikan
yang terkandung dalam Ijaz.
Bab III pembahasan tentang sekilas penjelasan tentang surat An-Najm dan
Al-Qamar, analisis bentuk-bentuk ijaz (Ijaz hadzaf dan ijaz qashar) yang terdapat dalam
surat An-Najm dan Al-Qamar, tujuan penggunaan ijaz dalam surat An-Najm dan
Al-Qamar, dan aspek pendidikan yang terkandung dalam Ijaz.
Bab IV penutup dari rangkaian kegiatan penelitian yang mencakup simpulan dan
saran atau rekomendasi.
17
OUT LINE
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
D. Tinjauan Pustaka
E. Kerangka Berpikir
F. Metode dan Langkah Penelitian
G. Sistematika Pembahasan
BAB II TEORITIS TENTANG FASHAL DAN WASHAL
A. Pengertian Ijaz
B. Bentuk-Bentuk Ijaz
1. Ijaz Hadzaf
2. Ijaz Qashar
C. Tujuan Penggunaan Uslub Ijaz
D. Konteks Yang Bagus Menggunakan Ijaz
E. Aspek Pendidikan Yang Terkandung Dalam Ijaz.
BAB III PEMBAHASAN
A. Sekilas Penjelasan Tentang Surat An-Najm dan Al-Qamar
B. Bentuk-Bentuk Ijaz Dalam Surat An-Najm dan Al-Qamar
1. Ijaz Hadzaf
2. Ijaz Qashar
C. Tujuan Uslub Ijaz Dalam Surat An-Najm dan Al-Qamar
D. Aspek Pendidikan Yang Terkandung Dalam Ijaz.
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan
B. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
19
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hasyimi, Sayyid Ahmad. 1957. Jawahir al-Balaghah Fil Ma’ani Wal Bayan Wal
Bad’i. Mesir: Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyyat
Al-Jarim, Ali dan Musthafa Amin, Tt. al-Balaghah al-Wadhihah, Mesir: Dar al-Ma’arif.
Al-Akhdhary. Tt. Jauhar Maknun, Surabaya: dar ihya al-Arabiyyah
Al-Raazi. Tt. Tafsir Mafaatih al-Ghaib, al-Mesykatt
Al-Shobuny, Muhammad ‘Ali. 1996. Shafwah at-Tafassir, Beirut: Darul Fikri,.
As-Suyuthi. Tt. al-Mursyid al-Uqud aj-Juman fi ilm al-Ma’ani wa al-Bayan, Dar Ihya al-
Kitab al-Arabiyyah
Bisri, Cik Hasan. 2001. Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian Dan Penulisan Skripsi.
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Jalalluddin al-Mahali dan As-Suyuthi. Tt. Tafsir Jalallayn. Semarang: Dar al Ihya
Izzan, Ahmad. 2009. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab,Humaniora: Bandung
Manna ‘al-Qarthan. 2006. Mabahits fi al- Ulum al- Qur’an, Riyadh: Mansyurah al-’Ashr
al-Hadits,
Nyoman Khuta Ratna. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, Jogjakarta:
Pustaka Pelajar,
Mushthafa, Ahmad Al- Maraghi. Tt. Tafsir Al-Maraghi, Dar al-‘Ilm
Sayyid Quthub. 2004. Tafsir Fi Dzilaalil Qur’an, Beirut: Dar al Syuruq
Zaenuddin, Mamat dan Nurbayan, Yayan. 2007. Pengantar Ilmu Balaghah, Bandung: PT.
Refika Aditama