LP Intranatal Ketuban Pecah Dini Ni Nyoman Murti Apsari Dewi (P07120320021) PDF
LP Intranatal Ketuban Pecah Dini Ni Nyoman Murti Apsari Dewi (P07120320021) PDF
OLEH
A. Pengertian
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban
sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun
jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD yang memanjang adalah yang
terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan (Yatini,
Mufdlilah dan Hidayat(2009,hal.13).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai
persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi in partus. Sebagian besar
ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan aterm lebih dari 37 minggu, sedangkan
kurang dari 36 minggu tidak terlalu banyak (Manuaba, 2003). Ketuban pecah
dinyatakan dini jika terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu. Suatu proses
infeksi dan peradangan dimulai di ruanganyang berada diantara amnion korion
(Constance Sinclair, 2010).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ketuban pecah dini
(KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat
terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD
preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang
adalah KPD yang terjadilebihdari 12 jam sebelumwaktunyamelahirkan.
B. Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini tidak diketahui atau masih belum jelas, maka
preventif tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekaninfeksi (Mochtar,
2002).
Penyebab ketuban pecah dini karena berkurangnya kekuatan membranatau
meningkatnya tekanan intra uterin atau kedua faktor tersebut.Berkurangnya
kekuatan membran disebabkan adanya infeksi yang dapatberasal dari vagina dan
servik(Saifudin, 2000).
Menurut Manuaba (2009), penyebab ketuban pecah dini antara lain :
1. Servik inkompeten yaitu kelainan pada servik uteri dimana kanalis servikalis
selalu terbuka.
2. Ketegangan uterus yang berlebihan, misalnya pada kehamilan ganda dan
hidroamnion karena adanyapeningkatan tekanan pada kulit ketuban di atas
ostium uteri internumpada servik atau peningkatan intra uterin secara
mendadak.
3. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik)
4. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase laten.
a. Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi
b. Makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa menimbulkan
morbiditas janin
c. Komplikasi ketuban pecah dini makin meningkat
5. Kelainan letak janin dalam rahim, misalnya pada letak sunsang dan letak
lintang,karena tidak ada baganterendah yang menutupi pintu atas panggul yang
dapat menghalangitekanan terhadap membrane bagian bawah.kemungkinan
kesempitan panggul, perut gantung, sepalopelvik,disproporsi.
6. Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupunasenden dari
vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkanterjadinya ketuban
pecah dini.
1. Serviks inkompeten
2. Ketegangan rahim berlebihan seperti pada kehamilan ganda, hidramnion
3. Kelainan letak janin dalam rahim seperti letak sungsang, letak lintang
4. Kemungkinan kesempitan panggul seperti perut gantung, bagian terendah
belum masuk PAP (pintu atas panggul), disproporsi sefalopelvik
5. Kelainan bawaan dari selaput ketuban
6. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban
dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
KPD terjadi akibat mekanisme sebagai berikut:
1. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi.
2. Jika terjadi pembukaan servik, selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah
dengan mengeluarkan air ketuban.
C. Konsep Patofisiologi
1. Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah.
Penyakit-penyakit seperti pieronetritis, sistitis,servisitis terdapat bersama-sama
dengan hipermotilitas Rahim
2. Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)
3. Infeksi (amniotitis atau korioamnionitis)
4. Faktor-faktor lain yang menyerupai predisposisi ialah: multipara-malposisi
disproprosi servik incompeten
5. Ketuban pecah dini artitisial (amniotomi)dimana ketuban pecah terlalu dini.
Kadang-kadang agak sulit atau meragukan kita apabila ketuban benar sudah
pecah/belum, apalagi bila pembukaan kenalis servikalis belum ada atau kecil.
D. Manifestasi Klinis
1. Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan,
sedikit sedikit atau sekaligus banyak.
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
3. Janin mudah diraba
4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering
5. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air
ketuban sudah kering.
Menurut Manuaba (2009) mekanisme klinik ketuban pecah dini, antara lain:
E. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis ketuban pecah dini tidak sulit ditegakkan dengan keterangan terjadi
pengeluaran cairan mendadak disertai bau yang khas. Selain keterangan yang
disampaikan pasien dapat dilakukan beberapa pemeriksaan yang menetapkan
bahwa cairan yang keluar adalah air ketuban, diantaranya tes ferning dan nitrazine
tes.
Langkah pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis ketuban pecah dini dapat
dilakukan:
F. Penatalaksanaan
(Manuaba, 2009)
G. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ketuban Pecah
Dini
1. Pengkajian Keperawatan
Dokumentasi pengkajian merupakan catatan hasil pengkajian yang
dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar
tentang klien dan membuat catatan tentang respon kesehatan klien (Hidayat,
2010).
a. Identitas atau biodata klien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin,
alamat, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal
masuk rumah sakit nomor register, dan diagnosa keperawatan.
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti
jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri melahirkan berhubungan dengan dilatasi serviks
b. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
c. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian
d. Risiko infeksi dibuktikan dengan ketuban pecah sebelum waktunya.
3. Intervensi Keperawatan
Standar Diagnosa
Standar Luaran Keperawatan Standar Intervensi Keperawatan
No Keperawatan Indonesia
Indonesia (SLKI) Indonesia (SIKI)
(SDKI)
Muntah nyeri
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Pengaturan posisi (I.01019)
Observasi
Kolaborasi pemberian
premedikasi sebelum
mengubah posisi, jika perlu
Terapi relaksasi (I.09326)
Observasi
Merasa bingung
Merasa khawatir
dengan akibat dari
kondisi yang dihadapi
Sulit berkonsentrasi
Objektif
Tampak gelisah
Tampak tegang
Sulit tidur
Gejala dan tanda minor
Subjektif
Mengeluh pusing
Anoreksia
Palpitasi
Merasa tidak berdaya
Objektif
Frekuensi napas
meningkat
Frekuensi nadi
meningkat
Tekanan darah
meningkat
Diaphoresis
Tremor
Muka tampak pucat
Suara bergetar
Kontak mata buruk
Sering berkemih
Berorientasi pada
masa lalu
Observasi
Observasi
4. Implementasi Keperawatan
Dilakukan sesuai dengan intervensi.
5. Evaluasi Keperawatan
a. Evaluasi Formaatif (Mereflesikan observasi perawat dan analisi terhadap
pasien terhadap respon langsung pada ntervensi keperawatan).
b. Evaluasi Sumatif (Mereflesikan rekapiyulasi dan synopsis observasi dan
analisis mengenai status kesehatan pasien terhadap waktu)
DAFTAR PUSTAKA
Mengetahui,
Nama Pembimbing Nama Mahasiswa