Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP DASAR ASUHAN

KEPERAWATAN KETUBAN PECAH DINI

OLEH

NI NYOMAN MURTI APSARI DEWI (P07120320021)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI NERS
2020
LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP DASAR ASUHAN
KEPERAWATAN KETUBAN PECAH DINI

A. Pengertian
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban
sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun
jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD yang memanjang adalah yang
terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan (Yatini,
Mufdlilah dan Hidayat(2009,hal.13).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai
persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi in partus. Sebagian besar
ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan aterm lebih dari 37 minggu, sedangkan
kurang dari 36 minggu tidak terlalu banyak (Manuaba, 2003). Ketuban pecah
dinyatakan dini jika terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu. Suatu proses
infeksi dan peradangan dimulai di ruanganyang berada diantara amnion korion
(Constance Sinclair, 2010).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ketuban pecah dini
(KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat
terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD
preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang
adalah KPD yang terjadilebihdari 12 jam sebelumwaktunyamelahirkan.

B. Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini tidak diketahui atau masih belum jelas, maka
preventif tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekaninfeksi (Mochtar,
2002).
Penyebab ketuban pecah dini karena berkurangnya kekuatan membranatau
meningkatnya tekanan intra uterin atau kedua faktor tersebut.Berkurangnya
kekuatan membran disebabkan adanya infeksi yang dapatberasal dari vagina dan
servik(Saifudin, 2000).
Menurut Manuaba (2009), penyebab ketuban pecah dini antara lain :
1. Servik inkompeten yaitu kelainan pada servik uteri dimana kanalis servikalis
selalu terbuka.
2. Ketegangan uterus yang berlebihan, misalnya pada kehamilan ganda dan
hidroamnion karena adanyapeningkatan tekanan pada kulit ketuban di atas
ostium uteri internumpada servik atau peningkatan intra uterin secara
mendadak.
3. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik)
4. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase laten.
a. Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi
b. Makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa menimbulkan
morbiditas janin
c. Komplikasi ketuban pecah dini makin meningkat
5. Kelainan letak janin dalam rahim, misalnya pada letak sunsang dan letak
lintang,karena tidak ada baganterendah yang menutupi pintu atas panggul yang
dapat menghalangitekanan terhadap membrane bagian bawah.kemungkinan
kesempitan panggul, perut gantung, sepalopelvik,disproporsi.
6. Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupunasenden dari
vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkanterjadinya ketuban
pecah dini.

Menurut Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UI


RSCM (2012), penyebab terjadinya ketuban pecah dini meliputi hal-hal berikut:

1. Serviks inkompeten
2. Ketegangan rahim berlebihan seperti pada kehamilan ganda, hidramnion
3. Kelainan letak janin dalam rahim seperti letak sungsang, letak lintang
4. Kemungkinan kesempitan panggul seperti perut gantung, bagian terendah
belum masuk PAP (pintu atas panggul), disproporsi sefalopelvik
5. Kelainan bawaan dari selaput ketuban
6. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban
dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
KPD terjadi akibat mekanisme sebagai berikut:

1. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi.

2. Jika terjadi pembukaan servik, selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah
dengan mengeluarkan air ketuban.

3. Penyebab umum ketuban pecah dini adalah grandemulti, overdistensi


(hidramnion, kehamilan ganda), disproporsi sevalopervik, kehamilan letak
lintang, sunsang, atau pendular abdomen (Manuaba, 2009).

C. Konsep Patofisiologi

Menurut Taylor (2009),ketuban pecah dini ada hubungannya dengan hal-hal


berikut:

1. Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah.
Penyakit-penyakit seperti pieronetritis, sistitis,servisitis terdapat bersama-sama
dengan hipermotilitas Rahim
2. Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)
3. Infeksi (amniotitis atau korioamnionitis)
4. Faktor-faktor lain yang menyerupai predisposisi ialah: multipara-malposisi
disproprosi servik incompeten
5. Ketuban pecah dini artitisial (amniotomi)dimana ketuban pecah terlalu dini.

Kadang-kadang agak sulit atau meragukan kita apabila ketuban benar sudah
pecah/belum, apalagi bila pembukaan kenalis servikalis belum ada atau kecil.
D. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinik KPD menurut Mansjoer (2002) antara lain :

1. Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan,
sedikit sedikit atau sekaligus banyak.
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
3. Janin mudah diraba
4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering
5. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air
ketuban sudah kering.

Menurut Manuaba (2009) mekanisme klinik ketuban pecah dini, antara lain:

1. Terjadi pembukaan prematur servik


2. Membran terkait dengan pembukaan terjadi:
a. Devaskularisasi
b. Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan
c. Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban, makin berkurang

Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat denga infeksi yang mengeluarkan


enzim preteolitik dan kolagenase.

E. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis ketuban pecah dini tidak sulit ditegakkan dengan keterangan terjadi
pengeluaran cairan mendadak disertai bau yang khas. Selain keterangan yang
disampaikan pasien dapat dilakukan beberapa pemeriksaan yang menetapkan
bahwa cairan yang keluar adalah air ketuban, diantaranya tes ferning dan nitrazine
tes.
Langkah pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis ketuban pecah dini dapat
dilakukan:

1. Pemeriksaan spekulum, untuk mengambil sampel cairan ketuban di froniks


posterior dan mengambil sampel cairan untuk kultur dan pemeriksaan
bakteriologis.
2. Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati, sehingga tidak banyak
manipulasi daerah pelvis untuk mengurangi kemungkinan kemungkinan
infeksi asenden dan persalinan prematuritas. (Manuaba, 1998)

Menurut Nugroho (2010), pemeriksaan penunjang ketuban pecah dini dapat


dilakukan dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG):

1. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam


kavum uteri.
2. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering
terjadi kesalahan pada penderita oligohidramnion.

F. Penatalaksanaan

Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi dalam


rahim terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensiil. Oleh karena itu,
tatalaksana ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat
menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam rahim.

Memberikan profilaksis antibiotika dan membatasi pemeriksaan dalam


merupakan tindakan yang perlu diperhatikan. Di samping itu makin kecil umur
kehamilan, makin besar peluang terjadi infeksi dalam rahim yang dapat memacu
terjadinya persalinan prematuritas bahkan berat janin kurang dari 1 kg.

Sebagai gambabaran umum untuk tatalaksana ketuban pecah dini dapat


dijabarkan sebagai berikut:

1. Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya maturitas paru


sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat.
2. Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi peicu sepsis,
meningitis janin, dan persalinan prematuritas.
3. Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan
berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga
kematangan paru janin dapat terjamin(Manuaba, 2009).

Berikut bagan penatalaksaan ketuban pecah dini:

Ketuban Pecah Dini

Masuk Rumah Sakit :


- Antibiotik
- Batasi pemeriksaan dalam
- Pemeriksaan air ketuban, kultur dan bakteri
- Observasi tanda infeksi dan distres janin
- Bidan merujuk ke RS/puskesmas

HAMIL PREMATUR HAMIL ATERM


 Observasi:
- Suhu rektal
- Distres janin KELAINAN OBSTETRI LETAK KEPALA
 Kortikosteroid - Distres janin - Letak sunsang
- Letak lintang - CPD INDIKASI INDUKSI
- Bed obtetic hyst  Infeksi
- Infertilitas  Waktu
- Grandemultipara
- Elderly primigravida
- Persalinan obstruktif

SEKSIO SESAREA GAGAL


BERHASIL
 Reaksi uterus tidak ada
 Kelainan letkep  Persalinan
 Fase laten dan aktif dan memanjang pervaginal
 Distres janin
 Ruptur uteri imminens
 Ternyata CPD

(Manuaba, 2009)
G. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ketuban Pecah
Dini
1. Pengkajian Keperawatan
Dokumentasi pengkajian merupakan catatan hasil pengkajian yang
dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar
tentang klien dan membuat catatan tentang respon kesehatan klien (Hidayat,
2010).
a. Identitas atau biodata klien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin,
alamat, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal
masuk rumah sakit nomor register, dan diagnosa keperawatan.
b. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan dahulu Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti
jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.

2) Riwayat kesehatan sekarang Riwayat pada saat sebelun inpartus didapatkan


cairan ketuban yang keluar pervagina secara spontan kemudian tidak diikuti
tanda-tanda persalinan.

3) Riwayat kesehatan keluarga Adakah penyakit keturunan dalam keluarga


keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang
mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada klien

4) Riwayat psikososial Riwayat klien nifas biasanya cemas bagaimana cara


merawat bayinya, berat badan yang semakin meningkat dan membuat harga
diri rendah.
c. Pola-pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara
pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan
tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari
keinginan untuk menyusui bayinya.
3) Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya,
terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah,
pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami
kelemahan dan nyeri.
4) Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah kencing
selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono,
yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena
penderita takut untuk melakukan buang air besar (BAB).
5) Pola istirahat dan tidur
Pada klien intra partum terjadi perubahan pada pola istirahat dan tidur karena
adanya kontraksi uterus yang menyebabkan nyeri sebelum persalinan.
6) Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan
orang lain.
7) Pola penagulangan stres
Biasanya klien sering merasa cemas dengan kehadiran anak.
8) Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada perut akibat kontraksi uterus pada pola
kognitif klien intrapartum G1 biasanya akan mengalami kesulitan dalam hal
melahirkan, karena belum pernah melahirkan sebelumnya.
9) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih
menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri
antara lain dan body image dan ideal diri
10) Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau atau
fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan
nifas.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan.
Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah persalinan klien akan
terganggu dalam hal ibadahnya karena harus bedres total setelah partus
sehingga aktifitas klien dibantu oleh keluarganya (Asrining, dkk. 2003).
d. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya
cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
2) Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tiroid, karena adanya
proses menerang yang salah.
3) Mata
Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva, dan
kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan
yang mengalami perdarahan, sklera kuning.
4) Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah
cairan yang keluar dari telinga.
5) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-kadang kadang
ditemukan pernapasan cuping hidung
6) Dada
Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi areola mamae
dan papila mamae.
7) Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri.
Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
8) Genitalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat
pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan
menandakan adanya kelainan letak anak.
9) Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur.
10) Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarnya
uterus, karena preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
11) Muskuluskeletal
Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena adanya luka
episiotomi.
12) Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat,
pernafasan meningkat, suhu tubuh turun (Manuaba, 2013

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri melahirkan berhubungan dengan dilatasi serviks
b. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
c. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian
d. Risiko infeksi dibuktikan dengan ketuban pecah sebelum waktunya.
3. Intervensi Keperawatan
Standar Diagnosa
Standar Luaran Keperawatan Standar Intervensi Keperawatan
No Keperawatan Indonesia
Indonesia (SLKI) Indonesia (SIKI)
(SDKI)

1 Nyeri melahirkan (D. Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri (I.08238)


0079) keperawatan selama .. x .. jam
Tindakan
diharapkan Tingkat Nyeri
Penyebab :
(L.08066) menurun dengan Observasi
 Dilatasi serviks kriteria hasil :
 Identifikasi lokasi,
 Pengeluaran janin
1. Keluhan nyeri menurun (5) karakteristik, durasi, frekuensi,
Gejala dan tanda
2. Meringis menurun (5) kualitas, intensitas nyeri
mayor
3. Berfokus pada diri sendiri  Identifikasi skala nyeri
Subjektif menurun (5)  Identifikasi respons nyeri non
4. Diaphoresis menurun (5) verbal
 Mengeluh nyeri
5. Perineum terasa tertekan  Identifikasi faktor yang
 Perineum terasa
menurun (5) memperberat dan
tertekan
6. Uterus teraba membulat memperingan nyeri
Objektif
menurun (5)  Identifikasi pengetahuan dan
 Ekspresi wajah 7. Ketegangan otot menurun (5) keyakinan tentang nyeri
meringis 8. Mual menurun (5)  Identifikasi pengaruh budaya
 Berposisi 9. Frekuensi nadi membaik (5) terhadap respon nyeri
meringankan nyeri 10. Tekanan darah membaik  Identifikasi pengaruh nyeri
 Uterus teraba (5) pada kualitas hidup
11. Fungsi berkemih membaik
membulat  Monitor keberhasilan terapi
Gejala dan tanda minor (5)
komplementer yang sudah
diberikan
Subjektif
 Monitor efek samping
 Mual penggunaan analgetik
 Nafsu makan Terapeutik
menurun/meningkat
 Berikan teknik
Objektif nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
 Tekanan darah
 Kontrol lingkungan yang
meningkat
memperberat rasa nyeri (mis.
 Frekuensi nadi
suhu ruangan, pencahayaan,
meningkat
kebisingan)
 Ketegangan otot
 Fasilitasi istirahat dan tidur
meningkat
 Pertimbangkan jenis dan
 Pola tidur berubah
sumber nyeri dalam pemilihan
 Fungsi berkemih
strategi meredakan nyeri
berubah
Edukasi
 Diaphoresis
 Gangguan perilaku  Jelaskan penyebab, periode,

 Perilaku ekspresif dan pemicu nyeri

 Pupil dilatasi  Jelaskan strategi meredakan

 Muntah nyeri

 Focus pada diri  Anjurkan memonitor nyeri

sendiri secara mandiri


 Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Pengaturan posisi (I.01019)

Observasi

 Monitor status oksigenasi


sebelum dan sesudah
mengubah posisi
 Monitor alat traksi agar selalu
tepat
Terapeutik

 Tempatkan pada matras atau


tempat tidur terapeutik yang
tepat.
 Tempatkan bel atau lampu
panggilan dalam jangkauan
 Tinggikan tempat tidur bagian
kepala
 Berikan bantal yang tepat pada
leher
 Hindari menempatkan pada
posisi yang dapat
meningkatkan nyeri
 Minimalkan gesekan dan
tarikan saat mengubah posisi
Edukasi

 Informasikan saat akan


dilakukan perubahan posisi
Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian
premedikasi sebelum
mengubah posisi, jika perlu
Terapi relaksasi (I.09326)

Observasi

 Identifikasi penurunan tingkat


nyeri, ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala lain
yang mengganggu kemampuan
kognitif
 Identifikasi teknik relaksasi
yang pernah efektif digunakan
 Periksa ketegangan otot,
frekuensi nadi, tekanan darah,
suhu sebelum dan sesudah
latihan
 Monitor respon terhadap terapi
relaksasi
Terapeutik

 Ciptakan lingkungan yang


tenang dan tanpa gangguan
dengan pencahayaan dengan
suhu ruang nyaman
 Berikan informasi tertulis
tentang persiapan dan prosedur
teknik relaksasi
 Gunakan pakaian longgar
Edukasi

 Jelaskan tujuan, manfaat,


batasan, dan jenis relaksasi
yang tersedia (mis musik,
meditasi, napas dalam,
relaksasi otot progresif)
 Jelaskan secara rinci intervensi
relaksasi yang dipilih
 Anjurkan mengambil posisi
nyaman
 Anjurkan rileks dan merasakan
sensasi relaksasi
 Anjurkan sering mengulangi
atau melatih teknik yang
dipilih
2 Defisit pengetahuan (D. Setelah diberikan asuhan Edukasi persalinan
0111) keperawatan selama ..x .. jam
Observasi
diharapkan Tingkat
Penyebab :
Pengetahuan (L.12111)  Identifikasi tingkat
 Keterbatasan kognitif meningkat dengan kriteria hasil: pengetahuan
 Gangguan fungsi  Identifikasi pemahanan ibu
1. Perilaku sesuai anjuran
kognitif tentang persalinan
meningkat (5)
 Kekeliruan mengikuti Terapeutik
2. Verbalisasi minat dalam
anjuran
belajar meningkat (5)  Sediakan materi dan media
 Kurang terpapar
3. Kemampuan menjelaskan pendidikan kesehatan
informasi
pengetahuan tentang suatu  Jadwalkan pendidikan
 Kurang minat dalam
topic meningkat (5) kesehatan sesuai kesepakatan
belajar
4. Kemampuan menggambarkan  Berikan kesempatan untuk
 Kurang mampu pengalaman sebelumnya yang bertanya
mengingat sesuai dengan topic meningkat  Berikan reinforcement positif
 Ketidaktahuan (5) terhadap perubahan perilaku
menemukan sumber 5. Perilaku sesuai dengan ibu
informasi pengetahuan meningkat (5) Edukasi
Gejala dan tanda mayor 6. Pertanyaan tentang masalah

yang dihadapi menurun (5)  Jelaskan metode persalinan


Subjektif
7. Persepsi yang keliru terhadap yang ibu inginkan
 Menanyakan masalah masalah menurun (5)  Jelaskan persiapan dan tempat
yang dihadapi persalinan
Objektif  Anjurkan ibu mengikuti kelas
ibu hamil pada usia kehamilan
 Menunjukkan
lebih dari 36 minggu
perilaku tidak sesuai
 Anjurkan ibu menggunakan
anjuran
teknik manajemen nyeri
 Menunjukkan
persepsi yang keliru persalinan tiap kala
terhadap masalah  Anjurkan ibu cukup nutrisi
Gejala dan tanda minor  Ajarkan teknik relaksasi untuk
meredakan kecemasan dan
Subjektif –
ketidaknyamanan persalinan
Objektif  Ajarkan ibu cara mengenali
tanda-tanda persalinan
 Menjalani
 Ajarkan ibu mengenali bahaya
pemeriksaan yang
persalinan.
tidak tepat
 Menunjukkan
perilaku berlebihan
(mis apatis,
bermusuhan, agitasi,
hysteria)
3 Ansietas (D. 0080) Setelah diberikan asuhan Reduksi ansietas (I.09314)
keperawatan selama ..x .. jam
Penyebab : Observasi
diharapkan Tingkat Ansietas
 Krisis situasional (L.09093) menurun dengan  Identifikasi saat tingkat
 Kebutuhan tidak kriteria hasil: ansietas berubah
terpenuhi  Identifikasi kemampuan
 Verbalisasi kebingungan
 Krisisi maturasional mngambil keputusan
menurun (5)
 Ancaman terhadap  Monitor tanda-tanda ansietas
 Perilaku gelisah menurun (5)
konsep diri Terapeutik
 Perilaku tegang menurun (5)
 Ancaman terhadap
 Konsentrasi membaik (5)  Ciptakan suasana terapeutik
kematian
 Pola tidur membaik (5) untuk menumbuhkan
 Kekhawatiran
kepercayaan
mengalami kegagalan
 Temani pasien untuk
 Disfungsi sistem
mengurangi kecemasan
keluarga
 Pahami situasi yang membuat
 Hubungan orang tua-
ansietas
anak tidak
 Dengarkan dengan penuh
memuaskan perhatian
 Faktor keturunan  Tempatkan barang pribadi
 Penyalahgunaan zat yang memberikan kenyamanan
 Terpapar bahaya Edukasi
lingkungan
 Anjurkan keluarga untuk tetap
 Kurang terpapar
bersama pasien
informasi
 Anjurkan mengungkapkan
Gejala dan tanda mayor
perasaan dan persepsi
Subjektif  Latih teknik relaksasi

 Merasa bingung
 Merasa khawatir
dengan akibat dari
kondisi yang dihadapi
 Sulit berkonsentrasi
Objektif

 Tampak gelisah
 Tampak tegang
 Sulit tidur
Gejala dan tanda minor

Subjektif

 Mengeluh pusing
 Anoreksia
 Palpitasi
 Merasa tidak berdaya
Objektif

 Frekuensi napas
meningkat
 Frekuensi nadi
meningkat
 Tekanan darah
meningkat
 Diaphoresis
 Tremor
 Muka tampak pucat
 Suara bergetar
 Kontak mata buruk
 Sering berkemih
 Berorientasi pada
masa lalu

4 Risiko Infeksi (D. Setelah dilakukan asuhan Pencegahan Infeksi


0142) keperawatan selama ... X … jam Observasi
Factor Resiko diharapkan Tingkat Infeksi  Monitor tanda dan gejala
 Penyakit kronis (L.14137) meningkat dengan infeksi local dan istemik
 Efek prosedur kriteria hasil: Terapeutik
invasive  Kebersihan tangan  Batasi jumlah pengunjung
 Malnutrisi meningkat (5)  Berikan berawatan kulit pada
 Peningkatan paparan  Kebersihan badan meningkat area edema
organisme pathogen (5)  Cucitangan sebelum dan
lingkungan  Nafsu makan meningkat (5) sesudah kontak dengan pasien
 Gangguan peristaltic  Demam menurun (5) dan lingkungan pasien
 Kerusakan integritas  Kemerahan menurun (5)  Pertahankan Teknik aseptic
kulit  Nyeri menurun (5) pada pasien beresiko tinggi
 Perubahan skresi pH  Bengkak menurun (5) Edukasi
 Penurunan kerja  Vesikel menurun (5)  Jelaskan tanda dan gejala
siliaris  Kadar sel darah putih nfeksi
 Ketuban pecah lama membaik (5)  Ajarkan cara mencuci tangan
 Ketuban pecah  Cairan berbau busuk dengan benar
sebelum waktunya menurun (5)  Ajarkan etika batuk
 Merokok  Ajarkan cara memeriksa
 Statis cairan tubuh kondisi luka
 Penurunan  Anjurkan meningkatkan
hemoglobin asupan nutrisi
 Imunosupresi  Anjurkan meningkatkan
 Leukopenia asupan cairan
 Supresi respon Kolaborasi
inflamasi  Kolaborasi pemberian
 Vaksinasi tidak imunisasi, jika perlu
adekuat Perawatan kehamilan risiko
tinggi (I.14560)

Observasi

 Identifikasi faktor risiko


kehamilan (mis diabetes,
hipertensi, hepatitis)
 Identifikasi riwayat obstetric
(preeklamsi, ketuban pecah
dini)
 Monitor status fisik dan
psikososial selama kehamilan
Terapeutik

 Damping ibu saat merasa


cemas
 Diskusikan ketidaknyaman
selama hamil
 Disusikan persiapan
persalinan dan kelahiran
Edukasi

 Anjurkan ibu untuk


beristirahat dan beraktivitas
yang cukup
 Jelaskan risiko janin
mengalami kelahiran
premature.

Perawatan persalinan risiko


tinggi (I.07228)

Observasi

 Identifikasi kondisi umum


pasien
 Monitor tanda-tanda vital
 Monitor tanda-tanda
persalinan
 Monitor denyut jantung janin
 Identifikasi posisi janin
dengan USG
 Identifikasi perdarahan pasca
persalinan
Terapeutik

 Siapkan peralatan yang sesuai


termasuk monitor jani,
ultrasound, mesin anestesi,
persediaan resusitasi neonatal,
forceps dan penghangat bayi
ekstra
 Dukung orang terdekat
mendampingi pasien
 Lakukan resusitasi neonatal,
jika perlu
 Motivasi interaksi orang tua
dengan bayi baru lahir segera
setelah persalinan.
Edukasi

 Jelaskan posedur tindakan


yang akan dilakukan
 Jelaskan karakteristik bayi
baru lahir yang terkait dengan
kelahiran bersiko tinggi
Kolaborasi

 Koordinasi dengan tim untuk


standby
 Kolaborasi pemberian anestesi
maternal sesuai kebutuhan

4. Implementasi Keperawatan
Dilakukan sesuai dengan intervensi.

5. Evaluasi Keperawatan
a. Evaluasi Formaatif (Mereflesikan observasi perawat dan analisi terhadap
pasien terhadap respon langsung pada ntervensi keperawatan).
b. Evaluasi Sumatif (Mereflesikan rekapiyulasi dan synopsis observasi dan
analisis mengenai status kesehatan pasien terhadap waktu)
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, I.B.G. (2009). Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta: EGC


Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika
Prawirohardjo, Sarwono.(2008).Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indoneisa:
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat PPNI
Saifuddin, A.B.(2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal.Jakarta: YBP-SP
Denpasar, . . . . . . . . . . . .2020

Mengetahui,
Nama Pembimbing Nama Mahasiswa

(Suratiah, S.Kep., Ners., M.Biomed) (Ni Nyoman Murti Apsari Dewi)


NIP. 197112281994022001 NIM. P07120320021

Anda mungkin juga menyukai