Anda di halaman 1dari 23

Soal Kasus GC

1. Prinsip 12 Benar Cara Pemberian Obat:

1). Benar pasien

2). Benar obat

3). Benar dosis

4). Benar cara

5). Benar waktu

6). Benar dokumentasi

7). Benar evaluasi

8). Benar pengkajian

9). Benar reaksi obat dengan obat lain

10). Benar reaksi obat terhadap makanan

11). Hak klien untuk menolak

12). Benar pendidikan kesehatan perihal medikasi

2.  Cara Kerja

a. Tahap Prainteraksi

- Mengkaji program medic tentang rencana pemberian terapi insulin (prinsip 12 benar)

- Mengkaji cara kerja insulin yang akan diberikan,tujuan,waktu kerja,masa efek insulin serta
efek samping yang mungkin timbul.

- Mengkaji tanggal kadaluarsa insulin.

- Mengkaji adanya tanda dan gejala hipoglikemia atau hiperglikemia, atau alergi terhadap
human insulin.

- Mengkaji keadekuatan jaringan adipose area penyuntikan, apakah ada lipodistropi atau
pengerasan jaringan.

b. Tahap Orientasi

- Memberi salam pada pasien

- Menjelaskan tujuan prosedur/tindakan

- Menutup sampiran (jikaperlu)

c. Tahap Interaksi

- Mencuci tangan

- Memakai sarung tangan bersih


- Memeriksa apakah Novolet berisi tipe insulin yang sesuai dengan kebutuhan.

- Mengganti jarum pada insulin pen dengan jarum yang baru

- Memasang cap novolet sehingga angka nol (0) terletak sejajar dengan indicator dosis.

- Memegang novolet secara horizontal dan menggerakkan insulin pen (bagian cap) sesuai
dosisi yang telah ditentukan sehingga indicator dosis sejajar dengan jumlah dosis insulin yang akan
diberikan kepada pasien.(Skala pada cap :0,2,4,6,8,10,12,14,18 unit (setiap bunyi “klik” yang
didengar perawat saat memutar cap insulin Pen menandakan 2 unit insulin telah tersedia).

- Memilih lokasi suntikan. Periksa apakah dipermukaan kulitnya terdapat kebiruan,inflamasi


atau edema).

- Melakukan rotasi tempat/lokasi penyuntikan insulin. Lihat catatan perawat sebelumnya.

- Mendesinfeksi area penyuntikan dengan kapas alcohol/alcohol swab, dimulai dari bagian
tengah secara sirkuler ± 5 cm.

- Mencubitkulittempatpenyuntikan pada pasien yang kurus dan regangkankulit pada pasien


yang gemukdengantangan yang tidakdominan.

- Menyuntikan insulin secara subcutan dengan tangan yang dominan secara lembut dan
perlahan. Ibu jari menekan bagian atas insulin pen sampa itidak terdengar lagi bunyi “klik” dan tinggi
insulin pen sudah kembali seperti semula (pertanda obat telah diberikan sesuai dengan dosis).

- Tahan jarum insulin pen selama 5-10 detik didalam kulit pasien sebelum dicabut, supaya
tidak ada sisa obat yang terbuang.

- Mencabut jarum dengan cepat,tidak boleh di massage hanya dilakukan penekanan pada
area penyuntikan dengan menggunakan kapas alcohol.

d. Tahap Evaluasi

- Mengevaluasi respon pasien terhadap insulin yang diberikan, 30 menit setelah injeksi insulin
dilakukan.

- Mengobservasi tanda dan gejala adanya efek samping pada pasien.

- Menginspeksi tempat penyuntikan dan mengamati apakah terjadi pembengkakan atau


hematoma.

e. Tahap Terminasi

- Menjelaskan pada pasien bahwa prosedur telah dilaksanakan.

- Membereskan alat

- Cuci tangan

- Mencatat respon pasien setelah pemberian insulin, mencatat tanggal dan waktu.

3. Pemberian suntikan insulin akan diberikan melalui jaringan subkutan, yaitu prosedur penyuntikan
ke dalam lapisan jaringan yang terletak di antara kulit dan otot atau jaringan lemak yang tepat
berada di bawah kulit.

e. Lokasi Penyuntikan
- Penyuntikkan dapat dilakukan di perut, lengan, paha dan bokong.

- Paha: 1/3 atas paha bagian lateral

- Lengan : 1/3 tengah lengan atas bagian posterior. (Fitter 2015)

- Bokong

- Perut: hindari menyuntik kurang 1 cm dari pusar.

Pengkajian : mengkaji program pemberian insulin

-tanggal kadaluwarsa insulin

-mengkaji riwayat medis

-mengkaji pengetahuan klien

4. Ketidakstabilan kadar glukosa darah Hiperglikemia

1. Bladder training adalah salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi kandung kemih yang
mengalami gangguan ke keadaan normal atau ke fungsi optimal neurogenik (potter & perry, 2005).

2. Tujuan dari bladder training adalah untuk melatih kandung kemih dan mengembalikan pola
normal perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi pengeluaran air kemih (potter&perry,
2005).

Karon (2005) menyatakan tujuan dilakukan bladder training yaitu Membantu anak mendapat pola
berkemih yang rutin, Mengembangkan tonus otot kandung kemih, Memperpanjang interval waktu
berkemih, Meningkatkan kapasitas kandung kemih.

3. Indikasi:

• Klien yang dilakukan pemasangan kateter cukup lama.

• Klien yang akan di lakukan pelepasan dower kateter.

• Klien yang mengalami inkontinensia urin

• Klien post operasi.

• Orang yang mengalami masalah dalam hal perkemihan

• Klien dengan kesulitan memulai atau menghentikan aliran urin.

4. Terdapat tiga macam metode bladder training, yaitu

a). Delay urination (menunda berkemih): Delay urination adalah pelatihan kandung kemih yang
mengharuskan pasien menunda berkemih, dengan cara mengeklem selang urin ke urin bag.

o Instruksikan klien untuk berkonsentrasi pada otot panggul

o Minta klien berupaya menghentikan aliran urine selama berkemih kemudian

memulainya kembali.
o Praktikan setiap kali berkemih

b). Kegel exercises: Latihan kegel (kegel exercises) merupakan aktifitas fisik yang tersusun dalam
suatu program yang dilakukan secara berulang-ulang guna meningkatkan kebugaran tubuh.

c). scheduled bathroom trips, Pasien dilatih untuk ke toilet pada waktu yang telah ditentukan.

Beritahu klien untuk memulai jadwal berkemih pada bangun tidur, setiap 2-3 jam

sepanjang siang dan sore hari, sebelum tidur dan 4 jam sekali pada malam hari.

o Beritahu klien minum yang banyak sekitar 30 menit sebelum waktu jadwal untuk

berkemih.

o Beritahu klien untuk menahan berkemih dan memberitahu perawat jika rangsangan

berkemihnya tidak dapat di tahan.

o Klien di suruh menunggu atau menahan berkemih dalam rentang waktu yang telah

ditentukan 2-3 jam sekali

o 30 menit kemudian, tepat pada jadwal berkemih yang telah ditentukan, mintalah klien

untuk memulai berkemih dengan teknik latihan dasar panggul.

5. Inkotinensia urin

1. Suatu sistem aliran irigasi yang tertutup yang dialirkan kedalam kandung kemih secara kontinu
dengan menggunakan larutan irigasi yang steril pada pasien post operasi pembedahan
genitourinarius

2. Tujuan: Untuk mempertahankan kepatenan kateter dan membersihkan bladder misalnya dari
kebekuan darah kecil atau mukus setelah operasi genitourinaria. Kadang kala irigasi kateter
dilakukan untuk pengobatan infeksi atau iritasi lokal bladder.

3. Ada beberapa tipe irigasi kateter, antara lain:

1. Irigasi sistem tertutup

Irigasi sistem tertutup dibagi menjadi dua yaitu irigasi kadang-kadang dan terus menerus. Irigasi
istem tertutup dilakukan tanpa membuka kateter dan sistem drainase. Irigasi sistem tertutup lebih
banyak digunakan pada pasien yang di lakukan pembedahan genitourinaria karenan pada klien ini
mempunyai resiko terjadinya bekuan darah kecil dan mukus/sekret yang masuk kedalam kateter.
Dan juga resiko mengalami infeksi saluran kemihan.

2. Irigasi sistem terbuka

Irigasi sistem terbuka juga digunakan untuk menjaga kepatenan kateter. Irigasi sistem terbuka
dilakukan bila irigasi kateter lebih jarang dilakukan (misalnya setiap 8 jam) dan tidak ada bekuan
darah kecil dan mukus di kandung kemih.

4. Dengan membuka sistem drainase tertutup untuk menginstilasi irigasi kandung kemih.
Teknik ini menimbulkan resiko lebih besar untuk terjadinya infeksi. larutannya terdiri dari antiseptik
atau antibiotik untuk

membersihkan kandung kemih atau mengobati infeksi lokal. Kedua irigasi tersebut

menerapkan teknik asepsis steril.

5. Evaluasi :-jumlah cairan

-karakteristik output

-kepatenam kateter

-Nyeri klien

-tanda demam menggigil

1. Bilas lambung adalah tindakan medis yang dilakukan untuk membersihkan dan mengosongkan isi
lambung. Prosedur ini umumnya dilaksanakan sebagai penanganan kasus keracunan, seperti
keracunan obat. Prosedur yang juga disebut gastric lavage atau stomach pumping ini termasuk
tindakan kegawatdaruratan medis yang harus dilaksanakan secepatnya guna mengosongkan
lambung orang dari zat-zat berbahaya. Angka keberhasilannya paling tinggi bila dilakukan dalam
empat jam setelah seseorang menelan zat beracun.

2. - Keracunan obat oral kurang dari 1 jam

- Over dosis obat/narkotik

- Terjadinya perdarahan lama (hematemesis melena) pada saluran pencernaan atas

- Mengambil contoh asam lambung untuk dianalisis lebih lanjut

- Dekompresi lambuung

- Sebelum operasi perut/biasanya sebelum dilakukan endoskopi

3. Pada umumnya digunakan cairan isotonis seperti Nacl 0,9 %.

4. Pada orang dewasa menggunakan 100-300 cc sekali memasukkan

5. Pada kasus perdarahan bisa dilakukan bilas lambung, karena selain membantu membersihkan
darah dari lambung dan membantu mengidentifikasi sumber perdarahan juga membantu
memperbaiki sirkulasi (status hemodinamik) akibat peningkatan tekanan intrakranial.

6. Bila cairan yang keluar bercampur darah, maka bilas lambung harus segera dihentikan

1. Kolostomi adalah pembedahan untuk membuat lubang pada dinding perut sebagai tempat
bukaan (stoma) usus besar. Dengan ini, pasien tetap dapat membuang feses melalui lubang
tersebut. Bukaan kolostomi dapat dipertahankan sementara atau dibuat secara permanen,
tergantung dari penyakit yang diidap oleh pasien.
2. Rektum

3. ostomate (penyandang stoma)

4. Mengobservasi produk stoma (warna, konsistensi), Isi dari kantung jangan lebih dari sepertiga isi,
observasi kulit sekitar stoma

5. Menyesuaikan lubang kolostomy dengan stoma colostomi, dengan mengukurnya

6. Makanan Rendah Serat, Seperti Roti Tawar Dan Nasi, Baik Untuk Dikonsumsi Pasien Kolostomi.
Sedangkan Makanan Berserat Tinggi, Seperti Nasi Merah, Quinoa, Dan Roti Gandum, Sebaiknya
Dibatasi Pada Beberapa Minggu Awal Setelah Operasi, Lalu Bisa Mulai Dikonsumsi Satu Per Satu
Secara Bertahap

7. Menurur saya pasien stoma bisa melanjutkan hidup normal, tetapi pasti dengan beradaptasi
terlebih dahulu, memang memakai kantong stoma pada awalnya selalu menimbulkan
ketidaknyamanan, bahkan mengguncang kepercayaan diri ostomate. Penggunaan kurang tepat juga
bisa menyebabkan kebocoran yang berakibat iritasi dan bau. Pola makan dan tingkat stres juga bisa
memengaruhi kondisi kantong stoma. Namun, dengan penanganan yang tepat, kantong stoma tidak
akan menghalangi aktivitas, juga tidak membuyarkan harapan untuk tetap melanjutkan hidup.
Tugas resume

1. Penyuntikan Insulin
a. Pengertian
Insulin suntik adalah jenis obat yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pasokan insulin yang
dibutuhkan oleh penderita diabetes. Insulin merupakan hormon yang bertugas membantu
mengolah gula yang telah diserap tubuh agar menjadi energi. Insulin juga berperan dalam
menyimpan cadangan energi yang nantinya bisa digunakan jika suatu saat dibutuhkan oleh
tubuh. Akan tetapi, pada orang yang menderita diabetes, tubuh tidak dapat memproduksi insulin
yang cukup, sehingga gula akan banyak menumpuk di aliran darah yang berisiko mengakibatkan
stroke atau serangan jantung. Ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi insulin ini, membuat
penderita diabetes memerlukan pasokan insulin dari luar/Insulin eksogen, yaitu insulin yang
disuntikan dan merupakan produk farmasi.
b. Tujuan
Tujuan penyuntikan insulin yaitu memenuhi kebutuhan pasokan insulin pada penderita diabetes
c. Dosis Insulin Suntik
Bentuk Obat:
- Insulin suntik subkutan (suntikan melalui bawah kulit), Dosis Dewasa: Dosis akan disesuaikan
oleh sesuai kebutuhan dan kadar gula darah pasien.
- Insulin suntik intravena (suntikan melalui pembuluh darah vena), Dosis Dewasa: Dosis suntik
diberikan rata-rata 6 Unit per jam, dosis digandakan dua atau empat kali lipat jika kadar gula
darah tidak juga turun ke angka 180 mg/dL. Anak-anak: Infus awal yang diberikan rata-rata 0,1
unit/kgBB per jam hingga gula darah turun ke angka 180 mg/dL. Dengan kondisi Ketoasidosis
diabetik (komplikasi diabetes yang sangat berbahaya, yang disebabkan produksi kadar asam
darah tubuh (keton) yang sangat tinggi).
d. Metode
Pemberian suntikan insulin akan diberikan melalui jaringan subkutan, yaitu prosedur penyuntikan
ke dalam lapisan jaringan yang terletak di antara kulit dan otot atau jaringan lemak yang tepat
berada di bawah kulit.
e. Lokasi Penyuntikan
- Penyuntikkan dapat dilakukan di perut, lengan, paha dan bokong.
- Paha: 1/3 atas paha bagian lateral
- Lengan : 1/3 tengah lengan atas bagian posterior. (Fitter 2015)
- Bokong  
- Perut: hindari menyuntik kurang 1 cm dari pusar.
f. Hal-hal Yang Harus Diperhatikan
- Insulin Pen yang tidak sedang digunakan harus disimpan dalam suhu 2-8oC dalam lemari
pendingin (tidak boleh dalam freezer)
- Insulin Pen yang sedang digunakan sebaiknya tidak disimpan dalam lemari pendingin.
Insulin pen dapat digunakan/dibawa oleh perawat dalam kondisi suhu ruangan (sampai
dengan suhu 25oC) selama 4 minggu.
- Jauh dari jangkauan anak-anak, tidak boleh terpapar dengan api,sinar matahari langsung dan
tidak boleh dibekukan.
- Jangan gunakan insulin pen, jika cairan didalam nya tidak berwarna jernih lagi.
- Kontra Indikasi :pasien yang mengalami hipoglikemi dan hipersensitivitas terhadap human
insulin.
g. Efek Samping
Reaksi orang terhadap sebuah obat berbeda-beda. Efek samping insulin suntik yang umumnya
terjadi adalah: Kadar kalium di dalam darah menurun, yang ditandai dengan berkeringat, pucat,
merasa lapar, jantung berdebar, dan pusing. Pembengkakan, kemerahan, dan gatal di bagian
tubuh yang disuntikkan.
h. Cara Kerja/Tatalaksana
 Persiapan Pasien
- Sapa pasien dan keluarga, perkenalkan bahwa anda petugas yang akan melakukan
tindakan
- Jelaskan maksud dan tujuan tindakan
- Pastikan bahwa pasien dan keluarga mengerti penjelasan anda
- Beri kesempatan pasien dan keluarga untuk bertanya.
 Persiapan Alat
- Insulin Pen (ActrapidNovolet)
- Kapal alcohol/alcohol swab
- Hanscoon bersih
- Daftar obat pasien.
 Cara Kerja
a. Tahap Prainteraksi
- Mengkaji program medic tentang rencana pemberian terapi insulin (prinsip 12 benar)
- Mengkaji cara kerja insulin yang akan diberikan,tujuan,waktu kerja,masa efek insulin
serta efek samping yang mungkin timbul.
- Mengkaji tanggal kadaluarsa insulin.
- Mengkaji adanya tanda dan gejala hipoglikemia atau hiperglikemia, atau alergi
terhadap human insulin.
- Mengkaji keadekuatan jaringan adipose area penyuntikan, apakah ada lipodistropi atau
pengerasan jaringan.
b. Tahap Orientasi
- Memberi salam pada pasien
- Menjelaskan tujuan prosedur/tindakan
- Menutup sampiran (jikaperlu)
c. Tahap Interaksi
- Mencuci tangan
- Memakai sarung tangan bersih
- Memeriksa apakah Novolet berisi tipe insulin yang sesuai dengan kebutuhan.
- Mengganti jarum pada insulin pen dengan jarum yang baru
- Memasang cap novolet sehingga angka nol (0) terletak sejajar dengan indicator dosis.
- Memegang novolet secara horizontal dan menggerakkan insulin pen (bagian cap) sesuai
dosisi yang telah ditentukan sehingga indicator dosis sejajar dengan jumlah dosis insulin
yang akan diberikan kepada pasien.(Skala pada cap :0,2,4,6,8,10,12,14,18 unit (setiap
bunyi “klik” yang didengar perawat saat memutar cap insulin Pen menandakan 2 unit
insulin telah tersedia).
- Memilih lokasi suntikan. Periksa apakah dipermukaan kulitnya terdapat
kebiruan,inflamasi atau edema).
- Melakukan rotasi tempat/lokasi penyuntikan insulin. Lihat catatan perawat sebelumnya.
- Mendesinfeksi area penyuntikan dengan kapas alcohol/alcohol swab, dimulai dari
bagian tengah secara sirkuler ± 5 cm.
- Mencubitkulittempatpenyuntikan pada pasien yang kurus dan regangkankulit pada
pasien yang gemukdengantangan yang tidakdominan.
- Menyuntikan insulin secara subcutan dengan tangan yang dominan secara lembut dan
perlahan. Ibu jari menekan bagian atas insulin pen sampa itidak terdengar lagi bunyi
“klik” dan tinggi insulin pen sudah kembali seperti semula (pertanda obat telah
diberikan sesuai dengan dosis).
- Tahan jarum insulin pen selama 5-10 detik didalam kulit pasien sebelum dicabut, supaya
tidak ada sisa obat yang terbuang.
- Mencabut jarum dengan cepat,tidak boleh di massage hanya dilakukan penekanan
pada area penyuntikan dengan menggunakan kapas alcohol.
d. Tahap Evaluasi
- Mengevaluasi respon pasien terhadap insulin yang diberikan, 30 menit setelah injeksi
insulin dilakukan.
- Mengobservasi tanda dan gejala adanya efek samping pada pasien.
- Menginspeksi tempat penyuntikan dan mengamati apakah terjadi pembengkakan atau
hematoma.
e. Tahap Terminasi
- Menjelaskan pada pasien bahwa prosedur telah dilaksanakan.
- Membereskan alat
- Cuci tangan
- Mencatat respon pasien setelah pemberian insulin, mencatat tanggal dan waktu.

2. Bilas Lambung
a. Pengertian
Bilas lambung adalah tindakan medis yang dilakukan untuk membersihkan dan mengosongkan isi
lambung. Prosedur ini umumnya dilaksanakan sebagai penanganan kasus keracunan, seperti
keracunan obat. Prosedur yang juga disebut gastric lavage atau stomach pumping ini termasuk
tindakan kegawatdaruratan medis yang harus dilaksanakan secepatnya guna mengosongkan
lambung orang dari zat-zat berbahaya. Angka keberhasilannya paling tinggi bila dilakukan dalam
empat jam setelah seseorang menelan zat beracun.
b. Tujuan

- Membersihkan dan mengosongkan lambung dari zat beracun atau apabila seseorang
keracunan obat
- Membersihkan lambung bila seseorang mengalami muntah darah selama pemeriksaan
endoskopi saluran cerna atas
- Menyedot darah jika terjadi perdarahan lambung
- Setelah seseorang menjalani operasi gastrektomi, yakni pengangkatan sebagian atau seluruh
lambung
- Memastikan keamanan operasi dan mengurangi risiko pneumonia aspirasi
- Mengambil sampel asam lambung atau cairan lambung agar bisa dianalisis lebih lanjut
- Mengurangi tekanan dalam usus bila terjadi penyumbatan usus
- Mengempiskan lambung selama pemasangan ventilator
c. Cairan Yang Digunakan
Pada umumnya digunakan air hangat atau cairan isotonis seperti Nacl 0,9 %. Pada orang
dewasa menggunakan 100-300 cc sekali memasukkan, sedangkan untuk anak-anak 10 cc/kg
dalam sekali memasukkan ke lambung.
d. Persiapan Tindakan
Tidak ada persiapan khusus yang dilakukan, tetapi biasanya dokter akan menyarankan pasien
puasa terlebih dahulu atau berhenti dalam minum obat sementara.
e. Indikasi
- Keracunan obat oral kurang dari 1 jam
- Over dosis obat/narkotik
- Terjadinya perdarahan lama (hematemesis melena) pada saluran pencernaan atas
- Mengambil contoh asam lambung untuk dianalisis lebih lanjut
- Dekompresi lambuung
- Sebelum operasi perut/biasanya sebelum dilakukan endoskopi
f. Kontraindikasi
- Abnormalitas kraniofasial
- Cedera kepala
- Airway tidak baik atau pasien berisiko aspirasi, seperti pada kasus penurunan kesadaran dan
tidak menggunakan endotracheal tube (ETT)
- Pasien berisiko perdarahan atau perforasi gaster, seperti pada pasien yang baru melakukan
operasi
- Keracunan oleh suatu benda korosif asam atau basa
- Penolakan dan ketidakmauan pasien untuk berkooperasi merupakan kontraindikasi relatif
g. Komplikasi
- Pneumonia aspirasi, yakni adanya sebagian isi lambung masuk ke paru. Kondisi ini dapat
menyebabkan pembengkakan dan edema pada jaringan paru, abses paru, atau pneumonia
bakterialis.
- Spasme atau kejang pada pita suara. Komplikasi ini bisa mengganggu fungsi pernapasan
pasien untuk sementara.
- Selang yang salah masuk ke dalam saluran napas.
- Selang menembus dan merobek kerongkongan.
- Perdarahan.
h. Prosedur Bilas Lambung/SOP
1). Persiapan Pasien
- Sapa pasien dan keluarga,perkenalkan bahwa anda petugas yang akan melakukan tindakan
- Jelaskan maksud dan tujuan tindakan
- Pastikan bahwa pasien dan keluarga mengerti penjelasan anda
- Beri kesempatan pasien dan keluarga untuk bertanya.
2). Persiapan Alat
- Sarung Tangan
- Selang NGT (dws : 14-20 Fr, Anak-anak : 8-16 Fr)
- 2 buah baskom
- Perlak dan handuk pengalas
- Stetoskop
- Spuit 10 cc
- Nierbeken /bengkok
- Air hangat
- Kassa/tissue
- Jelly
- Pinset
- Tongue spatel
- Corong
- Gelas ukur
3). Cara Kerja
- Cuci tangan
- Menyiapkan alat-alat
- Gunakan sarung tangan
- Bantu pasien untuk posisi semi Fowler (jika mungkin)
- Berdiri disisi kanan tempat tidur pasien, bila anda bertangan dominan kanan (atau sisi kiri
bila anda bertangan dominan kiri)
- Bersihkan mucus dan sekresi dari hidung dengan tissue lembab atau lidi kapas.
- Tempat handuk mandi diatas dada pasien. pertahankan tissue wajah dalam jangkauan
pasien.
- Tentukan panjang selang yang akan dimasukkan dan ditandai dengan plester.
- Ukur jarak dari lubang hidung ke daun telinga, dengan menempatkan ujung melingkar slang
pada daun telinga; Lanjutkan pengukuran dari daun telinga ke tonjolan sternum; tandai
lokasi tonjolan sternum di sepanjang slang dengan plester kecil (tanda angka yang ada di
selang).
- Ujung atas NGT diolesi jelly, dan bagian ujung bawah di klem.
- Masukkan selang ke dalam lubang hidung yang paling bersih
- Pada saat anda memasukkan slang lebih dalam ke hidung, minta pasien menahan kepala dan
leher lurus dan membuka mulut (bila pasien dalam keadaan sadar).
- Ketika selang terlihat danpasien bisa merasakan selang dalam faring, minta pasien untuk
menekuk kepala ke depan dan menelan (bila pasien dalam keadaan sadar).
- Masukkan selang lebih dalam ke esofagus dengan memberikan tekanan lembut tanpa
memaksa saat pasien menelan (jika pasien batuk atau selang menggulung di tenggorokan,
tarik selang ke faring dan ulangi langkah-langkahnya), diantara upaya tersebut dorong pasien
untuk bernapas dalam.
- Ketika tanda plester pada selang mencapai jalan masuk ke lubang hidung, hentikan insersi
selang dan periksa penempatannya:minta klien membuka mulut untuk melihat slang,
Aspirasi dengan spuit dan pantau drainase lambung, tarik udara ke dalam spuit sebanyak 10-
20 ml masukkan ke selang dan dorong udara sambil mendengarkan lambung dengan
stetoskop jika terdengar gemuruh, fiksasi selang.
- Untuk mengamankan selang: gunting bagian tengah plester sepanjang 2 inchi, sisakan 1 inci
tetap utuh, tempelkan 1 inchi plester pada lubang hidung, lilitkan salah satu ujung,
kemudian yang lain, satu sisi plester lilitan mengitari selang .
- Setelah NGT masuk pasien diatur dengan posisi miring tanpa bantal atau kepala lebih rendah
selanjutnya klem dibuka.
- Corong dipasang diujung bawah NGT, air hangat dituangkan ke dalam corong jumlah cairan
sesuai kebutuhan (±500 cc). Cairan yang masuk tadi dikeluarkan dan ditampung dalam
baskom.
- Pembilasan lambung dilakukan berulang kali sampai air yang keluar dari lambung sudah
jernih.
- Jika air yang keluar sudah jernih selang NGT dicabut secara pelan-pelan dan diletakkan
dalam baki.
- Setelah selesai pasien di rapikan, mulut dan sekitarnya dibersihkan dengan tissue.
- Bereskan peralatan
- Perawat mencuci tangan
- Evaluasi hasil tindakan dan terminasi dengan pasien.
- Pendokumentasian
3. Perawatan Kolostomi
a. Pengertian
Perawatan Kolostomi adalah sebuah tindakan keperawatan dalam hal membersihkan stoma
kolostomi, kulit sekitar stoma , dan mengganti kantong kolostomi secara berkala sesuai
kebutuhan.
Kolostomi adalah pembedahan untuk membuat lubang pada dinding perut sebagai tempat
bukaan (stoma) usus besar. Dengan ini, pasien tetap dapat membuang feses melalui lubang
tersebut. Bukaan kolostomi dapat dipertahankan sementara atau dibuat secara permanen,
tergantung dari penyakit yang diidap oleh pasien.
Prosedur kolostomi dilakukan bila usus besar (kolon), rektum, atau anus tidak mampu
berfungsi secara normal akibat penyakit, cedera, atau harus diistirahatkan untuk sementara.
Dengan adanya lubang bukaan, tubuh pasien masih dapat membuang limbah dalam bentuk tinja
serta gas (kentut) dari dalam tubuh.
b. Tujuan
- Menjaga kebersihan pasien
- Mencegah terjadinya infeksi.
- Mencegah terjadinya iritasi kulit sekitar stoma.
- Mempertahankan akan kenyamanan pasien dan lingkungannya.
c. Indikasi
- Dekompresi Usus pada obstruktif
- Stoma sementara untuk bedah reseksi usus pada radang atau pervorasi
- Sebagai anus setelah reseksi usus distal untuk melindungi anastomosis distal
d. Kontra indikasi
- Irritable bowel syndrom
- Stoma dengan kolon asenden dan transversum
- Stoma prolaps dan hernia peristoma
- Pasien dengan urostomi, ileostomi
e. Persiapan pasien sebelum dilaksanakannya perawatan kolostomi
- Memberitahu pasien.
- Menyiapkan lingkungan pasien.
- Mengatur posisi tidur pasien.
f. Prosedur/SOP Perawatan kolostomi
1). Persiapan Pasien
- Sapa pasien dan keluarga,perkenalkan bahwa anda petugas yang akan melakukan tindakan
- Jelaskan maksud dan tujuan tindakan
- Pastikan bahwa pasien dan keluarga mengerti penjelasan anda
- Beri kesempatan pasien dan keluarga untuk bertanya.
2). Persiapan Alat
- Sarung Tangan
- Bed Pan
- Tissue, Handuk/Waslap
- Sabun
- Lidi Kapas
- Air Hangat
- Pelembab Kulit
- Bengkok/Piala Ginjal
- Colostomy Bag
- Pengalas
- Pulpen/Pensil
- Gunting
- Stoma Guidestripe
- Sampiran
- Kassa
- Waskom.
3). Cara Kerja
- Menyiapkan alat-alat
- Cuci tangan sebelum mengerjakan prasat.
- Pasang Sarung Tangan
- Pasang Pengalas
- Tempatkan Bed Pan dan Bengkok di dekat Klien
- Angkat Colostomy Bag dengan hati-hati, observasi respon Klien, letakkan Colostomy bag
tersebut pada bed pan .
- Observasi karakteristik isi colostomy bag
- Observasi area kulit sekitar stoma
- Bersihkan kotoran yang tertinggal dim sekitar stoma dengan tissue dan lidi kapas
- Bersihkan area kulit sekitar stoma dengan waslap yang di basahi air hangat
- Bersihkan area kulit sekitar stoma dengan waslap yang di beri sabun
- Keringkan area kulit dengan tissue/Waslap Kering
- Obeservasi kondisi kulit sekitar stoma, gunkan pelembab kulit
- Ukur besarnya lingkaran stoma, tandai ukuran tersebut pada colostomy bag dengan pulpen
- Ukur besarnya lingkaran stoma, tandai ukuran tersebut pada colostomy bag dengan pulpen
- Gunting lingkaran pada colostomy bag sesuai ukuran.
- Pasang colostomy bag pada stoma dengan merekatkan bagian mulut colostomy bag,
upayakan ukuran lingkaran sesuai dengan ukuran stoma
- Kaji kembali ketepatan colostomy bag
- Lepaskan sarung tangan
- Rapikan peralatan
- Cuci tangan
- Dokumentasi

4. Irigasi Bladder
a. Pengertian
Suatu sistem aliran irigasi yang tertutup yang dialirkan kedalam kandung kemih secara kontinu
dengan menggunakan larutan irigasi yang steril pada pasien post operasi pembedahan
genitourinarius
b. Tujuan
Untuk mempertahankan patensi kateter ureter
c. Indikasi
Klien post operasi genitourinaria
d. Prosedur/SOP Irigasi Bladder
1). Persiapan
- kaji program dokter untuk tipe irigasi dan larutan irigasi yang digunakan
- kaji warna urine dan adanya lendir atau sedimen
- tentukan kateter yang akan dipasang (3lumen atau dua lumen)
- menentukan kepatenan selang drainase
- Sapa pasien dan keluarga,perkenalkan bahwa anda petugas yang akan melakukan tindakan
- Jelaskan maksud dan tujuan tindakan
- Pastikan bahwa pasien dan keluarga mengerti penjelasan anda
- Beri kesempatan pasien dan keluarga untuk bertanya
2). Persiapan Alat
- sarung tangan bersih,
- larutan irigasi steril,
- selang irigasi,
- klem,
- tiang infus,
- swab antiseptic,
- alas
- spuit 20 cc.
3). Cara Kerja
- cuci tangan dan kenakan sarung tangan
- pasang sampiran dan atur pencahayaan
- kaji abdomen bagian bawah untuk melihat adanya distensi
- atur posisi klien , misal dorsal recumbent untuk wanita bila mampu, jika tidak posisi supine
- pasang alas dibawah kateter
- keluarkan urin dari urin bag ke dalam wadah
- dengan menggunakan teknik a septic masukan ujung selang irigasi ke dalam larutan irigasi
- tutup klem pada selang dan gantung larutan irigasi pada tiang infus
- buka klem dan biarkan larutan mengalir melalui selang, pertahankan ujung selang tetap
steril,tutup klem
- disinfeksi porta irigasi pada kateter berlumen tiga dan sambungkan ke selang irigasi
- pastikan kantung drainase dan selang terhubung kuat ke pintu masuk drainase pada
kateter berlumen tiga
- -kateter tertutup continues intermitten : buka klem irigasi dan biarkan cairan yang di
programkan mengalir memasuki kandung kemih (100ml adalah jumlah yang normal pada
orang dewasa) . tutup selang irigasi selama 20-30 menit dan kemudian buka klem selang
drainase
- kateter tertutup continues :
hitung kecepatan tetesan larutan irigasi (slow rate 10-20 tetes/menit, fast rate 20-
40rate/menit) dan periksa volume drainase di dalam kantung drainase. pastikan bahwa
selang drainase paten dan hindari lekukan selang
- spooling
- Masukkan cairan steril dimasukkan ke kateter dengan membuka salah satu kateter dengan
prinsip septik antiseptik
- buka sarung tangan dan atur posisi nyaman klien
- bereskan semua perlatan dan
- cuci tangan id air mengalir
- kaji respon pasien terhadap prosedur
- jumlah dan kualitas drainase
- catat jumlah irigasi yang digunakan intake dan output
- catat tanggal dan waktu pemberian irigasi
- catat jumlah intake dan output drainase
- catat keluhan pasien jika ada
- nama perawat dan tanda tangan

5. Bladder Training
a. Pengertian
Bladder training adalah salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi kandung kemih yang
mengalami gangguan ke keadaan normal atau ke fungsi optimal neurogenik (potter & perry,
2005). Bladder training merupakan salah satu terapi yang efektif di antara terapi nonfarmakologi.
Terdapat tiga macam metode bladder training, yaitu kegel exercises (latihan pengencangan atau
penguatan otot-otot dasar panggul), Delay urination (menunda berkemih), dan scheduled
bathroom trips (jadwal berkemih) Suhariyanto (2008). Latihan kegel (kegel exercises) merupakan
aktifitas fisik yang tersusun dalam suatu program yang dilakukan secara berulang-ulang guna
meningkatkan kebugaran tubuh. Latihan kegel dapat meningkatkan mobilitas kandung kemih dan
bermanfaat dalam menurunkan gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi urin. Latihan otot
dasar panggul dapat membantu memperkuat otot dasar panggul untuk memperkuat penutupan
uretra dan secara refleks menghambat kontraksi kandung kemih. (Kane, 1996 dalam Nursalam
2006).
Bladder training dapat dilakukan dengan latihan menahan kencing (menunda untuk berkemih).
Pada pasien yang terpasang kateter, Bladder training dapat dilakukan dengan mengklem aliran
urin ke urin bag (Hariyati, 2000). Bladder training dilakukan sebelum kateterisasi diberhentikan.
Tindakan ini dapat dilakukan dengan menjepit kateter urin dengan klem kemudian jepitannya
dilepas setiap beberapa jam sekali. Kateter di klem selama 20 menit dan kemudian dilepas.
Tindakan menjepit kateter ini memungkinkan kandung kemih terisi urin dan otot destrusor
berkontraksi sedangkan pelepasan klem memungkinkan kandung kemih untuk mengosongkan
isinya. (Smeltzer, 2001).
b. Tujuan
Tujuan dari bladder training adalah untuk melatih kandung kemih dan mengembalikan pola
normal perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi pengeluaran air kemih
(potter&perry, 2005). Terapi ini bertujuan memperpanjang interval berkemih yang normal
dengan berbagai teknik distraksi atau teknik relaksasi sehingga frekuensi berkemih dapat
berkurang, hanya 6-7 kali per hari atau 3-4 jam sekali. Melalui latihan, penderita diharapkan
dapat menahan sensasi berkemih. Latihan ini dilakukan pada pasien anak pasca bedah yang di
pasang kateter (Suharyanto, 2008).
Karon (2005) menyatakan tujuan dilakukan bladder training yaitu Membantu anak mendapat
pola berkemih yang rutin, Mengembangkan tonus otot kandung kemih, Memperpanjang interval
waktu berkemih, Meningkatkan kapasitas kandung kemih.
Tujuan Khusus:
- Melatih klien untuk melakukan BAK secara mandiri.
- Mempersiapkan pelepasan kateter yang sudah terpasang lama.
- Mengembalikan tonus otot dari kandung kemih yang sementara waktu tidak ada karena
pemasangan kateter.
- Klien dapat mengontrol berkemih
- Klien dapat mengontrol buang air besar
- Menghindari kelembaban dan iritasi pada kulit lansia
- Menghindari isolasi sosial bagi klien
c. Indikasi dan Kontraindikasi
- Indikasi
 Klien yang dilakukan pemasangan kateter cukup lama.
 Klien yang akan di lakukan pelepasan dower kateter.
 Klien yang mengalami inkontinensia urin
 Klien post operasi.
 Orang yang mengalami masalah dalam hal perkemihan
 Klien dengan kesulitan memulai atau menghentikan aliran urin.
- Kontraindikasi
 Tidak boleh dilakukan pada pasien gagal ginjal, karena akan terdapat batu ginjal,

 yang di observasi hanya kencingnya. Jadi tidak boleh di bladder training

d. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan, antara lain:
a). Pola berkemih
Info ini memungkinkan perawat merencanakan sebuah program yang sering
memakan waktu 2 minggu atau lebih untuk dipelajari.
b). Ada tidaknya ISK atau penyakit penyebab
Bila terdapat ISK atau penyakit yang lainnya maka harus diobati dalam waktu yang
sama.
c). Kebutuhan klien akan bladder training
Pastikan bahwa pasien benar-benar membutuhkan bladder trainning
e. Prosedur
1). Persiapan Pasien
- Sampaikan salam
- Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
- persiapan alat
- Jam
- Klem
- Air minum dalam tempatnya
- Obat deuritik jika diperlukan
2). Pelaksanaan
a). Scheduled Bathroom Trips
- Beritahu klien untuk memulai jadwal berkemih pada bangun tidur, setiap 2-3
jam
- sepanjang siang dan sore hari, sebelum tidur dan 4 jam sekali pada malam hari.
- Beritahu klien minum yang banyak sekitar 30 menit sebelum waktu jadwal untuk
- berkemih.
- Beritahu klien untuk menahan berkemih dan memberitahu perawat jika
rangsangan
- berkemihnya tidak dapat di tahan.
- Klien di suruh menunggu atau menahan berkemih dalam rentang waktu yang
telah
- ditentukan 2-3 jam sekali
- 30 menit kemudian, tepat pada jadwal berkemih yang telah ditentukan,
mintalah klien
- untuk memulai berkemih dengan teknik latihan dasar panggul.
b). Kegel Exercise
- Minta kllien untuk mengembil posisi duduk atau berdiri
- Instruksikan klien untuk mengencangkan otot-otot di sekitar anus
- Minta klien mengencangkan otot bagian posterior dan kemudian kontraksikan otot
- anterior secara perlahan sampai hitungan ke empat
- Kemudian minta klien untuk merelaksasikan otot secara keseluruhan
- Ulangi latihan 4 jam sekali, saat bangun tidur sealam 3 bulan
- Apabila memungkinkan, anjurkan Sit-Up yang dimodifikasi (lutut di tekuk) kepada
Klien
c). Delay Urination
- Instruksikan klien untuk berkonsentrasi pada otot panggul
- Minta klien berupaya menghentikan aliran urine selama berkemih kemudian
memulainya kembali.
- Praktikan setiap kali berkemih
Pasien dengan kateter
Masih dalam kateter
 Prosedur 1 jam
- Cuci tangan.
- Klien diberi minum setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari jam 07.00 s.d. jam 19.00.
Setiap kali habis diberi minum, catheter di klem.
- Kemudian setiap jam kandung kemih dikosongkan mulai jam 08.00 s.d. jam 20.00
dengan cara klem catheter dibuka.
- Pada malam hari (setelah jam 20.00) catheter dibuka (tidak diklem) dan klien boleh
minum tanpa ketentuan seperti pada siang hari.
- Prosedur tersebut diulang untuk hari berikutnya sampai program tersebut berjalan
lancar dan berhasil.
 Prosedur 2 jam
- Cuci tangan.
- Klien diberi minum setiap 2 jam sebanyak 200 cc dari jam 07.00 s.d. jam 19.00.
Setiap kali habis diberi minum, catheter di klem.
- Kemudian setiap jam kandung kemih dikosongkan mulai jam 09.00 s.d jam 21.00
dengan cara klem catheter dibuka.
- Pada malam hari (setelah jam 20.00) catheter dibuka (tidak diklem) dan klien boleh
minum tanpa ketentuan seperti padasiang hari.
- Prosedur tersebut diulang untuk hari berikutnya sampai program tersebut berjalan
lancar dan berhasil.
Bebas Kateter
Prosedur ini dilakukan setelah prosedur masih dengan kateter sudah dilakukan:
- Cuci tangan.
- Klien diberi minum setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari jam 07.00 s.d. jam 19.00, lalu
kandung kemih dikosongkan.
- Kemudian catheter dilepas.
- Atur posisi yang nyaman untuk klien, bantu klien untuk konsentrasi BAK, kemudian
lakukan penekanan pada area kandung kemih dan lakukan pengosongan kandung
kemih setiap 2 jam dengan menggunakan urinal.
- Berikan minum terakhir jam 19.00, selanjutnya klien tidak boleh diberi minum
sampai jam 07.00 pagi untuk menghindari klien dari basahnya urine pada
malam hari.
- Beritahu klien bahwa pengosongan kandung kemih selanjutnya dijadwalkan
setiap 2 jam sekali, apabila ada rangsangan BAK sebelum 2 jam klien
diharuskan menahannya
- Buatlah sebuah jadwal bagi pasien untuk mencoba mengosongkan kandung
kemih dengan menggunakan urinal.
f. Evaluasi
a) Klien dapat menahan berkemih dalam 6-7 kali perhari atau 3-4 jam sekali
b) Bila tindakan dirasakan belum optimal atau terdapat gangguan:
- Maka metode diatas dapat di tunjang dengan metode rangsangan dari eksternal
misalnya dengan suara aliran air dan menepuk paha bagian dalam
- Menggunakan metode untuk relaksasi guna membantu pengosongan kandung
kemih secara total, misalnya dengan membaca dan menarik napas dalam.
- Menghindari minuman yang mengandung kafein.
- Minum obat diuretik yang telah diprogramkan atau cairan untuk meningkatkan
diuretic.

c) Sikap

- Jaga privasi klien


- Lakukan prosedur dengan teliti
g. Penatalaksanaan
- Pengaturan diet dan menghidari makanan / minuman yang mempengaruhi pola
berkemih (seperti kafein, alkohol)
- Program latihan berkemih yaitu latihan penguatan otot dasar panggul (pelvic floor
exercise) latihan fungsi kandung kemih (bladder training) dan program kateterisasi
intermitten.
- Latihan otot dasar panggul menggunakan bio feed back
- Latihan otot dasar panggul menggunakan vaginal weight cone therapy. Selain
behavioral therapies, dikenal pula intervensi lain, yaitu perawatan dan pemanfaatan
berbagai alat bantu terapi.

Anda mungkin juga menyukai