Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MAKALAH AIK IV

PUBLIC SPEAKING

Nama Mahasiswa : Rahma Dhita Fitriani


NIM : 702018026

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2019/2020
1.1 Pengertian Public Speaking
Public Speaking adalah kegiatan penyampaian pesan berupa ide/ gagasan secara oral atau
lisan. Pengertian lain yaitu bentuk komunikasi dimana seseorang pembicara menghadapi
pendengar dalam jumlah yang relative besar dan pembicara yang relative kontinu. Istilah
Bahasa Indonesia yang paling sering digunakan untuk mengartikan public speaking
adalah berbicara di depan umum atau berbicara di depan public atau sering pula disebut
pidato.

1.2 Metode Public Speaking


1.2.1 Impromtu/ Ad Libitum
Metode ini sering disebut metode spontanitas yakni tidak dilakukan
persiapan/pembuatan naskah tertulis terlebih dahulu. Biasanya dilakukan hanya
oleh orang yang akan tampil mendadak. Dalam dunia siaran, Ad Libitum artinya
berbicara tanpa naskah (script).
1. Kelebihan
 Dapat mengungkapkan perasaan sebenarnya
 Pendapat dan gagasan datang secara spontan
 Memungkinkan pembicara terus berpikir
2. Kekurangan
 Dapat menimbulkan kesimpulan yang mentah karena terbatasnya
pengetahuan pembicara
 Penyampaian tidak lancar, terutama bagi orang yang belum
berpengalaman
 Gagasan yang disampaikan kurang sistematis
 Mudah terkena demam panggung

1.2.2 Manuscript/ Reading Complete Text/ Naskah


Metode ini yakni penyampaian pidato dengan cara membaca naskah yang sudah
disiapkan. Metode ini biasanya dilakukan oleh pejabat negara atau mereka yang
memberi sambutan di acara resmi/formal. Metode ini dilakukan agar tidak terjadi
kesalahan, karena setiap kata yang diucapkan dalam acara resmi/formal akan
dijadikan figur oleh masyarakat luas dan dikutip oleh media massa.
1. Kelebihan
 Kata-katanya dapat dipilih sebaik-baiknya
 Pernyataan dapat dihemat
 Lebih fasih dalam berbicara
 Hal-hal yang menyimpang dapat dihindari
 Naskah dapat diterbitkan atau diperbanyak
2. Kekurangan
 Interaksi dengan pendengar menjadi kurang
 Pembicara terlihat kaku
 Tanggapan pendengar tidak dapat mempengaruhi pesan  Persiapannya
lebih lama

1.2.3 Memoriter/ Memorizing/ Hapalan


Metode ini kelebihan dan kekurangannya hampir sama dengan metode
manuscript, ditambah resiko yang lebih besar. Artinya naskah sudah dibuat
sebelumnya. Pada saat pembicara hendak menyampaikan pidatonya, dia tidak
lagi menggunakan naskah karena semua yang tertera dalam naskah tersebut sudah
dihapalkan. Ketika tampil pembicara mengingat kembali semua yang sudah
dihapalkan. Metode ini mengandalkan kemampuan mengingat. Pembicara harus
menguasai susunan bahasa, ide dan gagasan yang terdapat dalam naskah. Metode
ini cocok untuk mereka yang memiliki daya ingat tinggi, topik pidatonya menarik
dan sederhana serta waktu penyampaiannya tidak terlalu lama. Oleh karena itu
bagi pembicara yang tidak memiliki kapasitas daya ingat yang tinggi sebaiknya
menghindari metode ini. Jika dilakukan maka pidato tidak akan menarik lagi
karena pembicara hanya berkutat dengan kesalahan pembicara sendiri.

1.2.4 Extempore/ Using Note


Metode ini merupakan metode terbaik. Metode ini metode yang sangat
dianjurkan dalam berpidato karena naskah pidato hanya berupa outline (garis
besar) dan pokok penunjang. Garis besar inilah yang akan menjadi pedoman
untuk mengatur gagasan yang ada dalam pikiran. Jadi metode ini disebut metode
penjabaran kerangka yakni teknik berpidato dengan menjabarkan materi pidato
yang terpola secara lengkap. Metode ini hanya bisa dipakai oleh orang yang
sudah berpengalaman, membutuhkan kecakapan dalam berbicara. Apabila tidak
cakap maka akan menjadi tidak teratur lagi, ide dan gagasan yang sudah tersusun
bisa menjadi kacau atau tak terarah lagi.
1. Kelebihan
 Komunikasi dengan pendengar lebih baik
 Pesan atau materi dapat diubah sesuai kebutuhan
 Penyajiannya lebih spontan
2. Kekurangan
 Persiapan kurang baik jika dibuat terburu-buru
 Pemilihan bahasa yang jelek
 Kefasihan kurang
 Kemungkinan menyimpang dari outline/kerangka  Tidak dapat
diterbitkan

1.3 Unsur dalam Public Speaking


Public Speaking atau berbicara di depan public seperti pidato dan presentasi
membutuhkan unsur utama yang menunjang keberhasilan atau efektivitas public
speaking. Ada empat unsur utama dalam public speaking yaitu:
1. Teknik Vokal
Teknik Vokal adalah teknik mengeluarkan suara dengan baik dan benar. Unsur teknik
vokal terpenting dalam Public Speaking antara lain:
 Intonasi (intonation) –nada suara, irama bicara, atau alunan nada dalam
melafalkan kata-kata. Intonasi yang berbeda akan mengandung makna yang
berbeda pula.
 Aksentuasi (accentuation) atau logat, dialek. Lakukan stressing pada kata-kata
tertentu yang dianggap penting.
 Kecepatan (speed). Disebut juga tempo. Jangan bicara terlalu cepat, juga jangan
terlalu lambat.
 Artikulasi (articulation), yaitu kejelasan pengucapan kata-kata; pelafalan kata
(pronounciation).
 Infleksi – lagu kalimat, perubahan nada suara; hindari pengucapan yang sama
bagi setiap kata. Infleksi naik (go up) menunjukkan adanya lanjutan, menurun
(go down) tunjukkan akhir kalimat.

2. Kontak Mata
Kontak mata (Eye Contact) dalam public speaking termasuk elemen penting karena
akan membangun "hubungan batin" dengan audiens. Ada istilah "dari mata turun ke
hati". Demikian pula dalam public speaking.
Teknik Kontak Mata antara lain:
 Pandang audience; sapukan pandangan ke seluruh audience.
 Pandang tepat pada matanya
 Jangan melihat ke atas, ke dinding, ke bawah (nunduk), atau ke arah lain selain
audiens.

3. Gesture
Gesture yaitu gerakan anggota badan. Ia bagian dari bahasa tubuh (body languange).
Lakukan gesture dengan baik, spontan, dan alami. Jangan dibuat-buat, apalagi
bertentangan dengan perkataan. Teknik  gesture dalam dalam public Speaking antara
lain:
 Alami, spontan, wajar, tidak dibuat-buat.
 Penuh, tidak sepotong-sepotong, tidak ragu.
 Sesuai dengan kata-kata.
 Gunakan untuk penekanan pada poin penting,
 Tidak berlebihan
 Gerakan tubuh meliputi: ekspresi wajah, gerakan tangan, lengan, bahu, mulut
atau bibir, gerakan hidung, kepala, badan, kaki.
 Setiap gerakan mengandung tiga bagian: Pendekatan (The Approach) – Tubuh
siap untuk bergerak; Gerakan (The Stroke) – gerakan tubuh itu sendiri; dan
Kembali (The Return) – kembali ke posisi semula atau keadaan normal.
 Variatif, jangan monoton. Misalnya terus-menerus mengepalkan jari tangan di
atas.
 Tidak melalukan gerakan tubuh yang tidak bermakna atau tidak mendukung
pembicaraan seperti: memegang kerah baju, mempermainkan mike, meremas-
remas jari, dan menggaruk-garuk kepala.
 Makin besar jumlah hadirin, kian besar dan lambat gerakan tubuh yang kita
lakukan. Jika kita berbicara di depan hadirin dalam jumlah kecil, atau di
videoconferencing, atau di televisi, lakukan gerakan tubuh alakadarnya (smaller
gestures).
4. Humor
Humor sering diibaratkan garam dalam masakan. Betapa hambar dan tidak enaknya
makanan tanpa garam. Demikian juga betapa hambar, membosankan, dan bikin
ngantuknya sebuah public speaking tanpa humor, candaan, atau lelucon. Humor
adalah bumbu penyedap dalam Public Speaking.
Teknik Humor antara lain:
 Gunakan humor alamiah.
 Gunakan hentian (pause) sekadar memberikan kesempatan kepada pendengar
untuk tertawa.
 Gunakan teka-teki, kata-kata lucu, atau kejadian lucu yang pernah Anda atau
orang lain alami.

1.4 Langkah-Langkah dalam Public Speaking


Berbicara di depan umum merupakan keterampilan yang sangat berguna untuk dimiliki.
Tidak semua orang mampu dan terampil berbicara di depan umum, karena sering kita
jumpai masih banyak orang demam panggung yang ketika menyampaikan gagasannya
gemetar, keringat dingin keluar, dan bicaranya gugup. Untuk itu, perlu belajar dan adanya
latihan agar dapat memiliki keterampilan dalam public speaking. Public speaking
memerlukan latihan, apalagi di hadapan massa. Persiapan yang matang dan latihan yang
intensif akan sangat membantu kelancaran berbicara.
1. Concern-Audiens
Komunikator sepatutnya berhasil menimbulkan perhatian atas usahanya sendiri. Di
antara caranya adalah menambatkan pembicaraan dengan peristiwa mutakhir atau
kejadian yang tengah menjadi pusat perhatian khalayak. Setelah perhatian terpusat,
pendengar harus dirangsang untuk memperhatikan pokok pembicaraan itu sendiri.
Kemudian barulah memperinci dan menyampaikan gagasan utama.

2. Keep it Smile
3. Antisipasi Pikiran Audiens
Pada saat anda menyampaikan salah satu sudut pandang, sangat mungkin jika audiens
malah memikirkan hal lain yang tidak anda sebutkan dalam topik pidato anda. Sebuah
pidato yang tidak memperhatikan kemungkinan pikiran audiens, maka akan
kehilangan perhatian dari audiens karena gagal menjawab apa yang menjadi concern
audience. Jadi, bertindaklah antisipatif.
4. Belajar Membuat Jeda
Rate atau kecepatan bicara dipengaruhi oleh isi pesan, tingkat emosionalitas, dan
intelektualitas pesan. Secara singkat, rate membantu dalam hal menyampaikan
pengertian, mengungkapkan perasaan, dan memberikan terhadap gagasan yang perlu
ditegaskan. Rate dikontrol oleh pause (hentian). Seorang komunikator berhenti untuk
memberikan kesempatan kepada audiens untuk mencernaa dan memahami apa yang
dikatakannya. Bagi pembicara, hentian memberinya peluang untuk berfikir, mencari
kata yang paling tepat, dan merencanakan gagasan yang akan disampaikan.
5. Menguasai Bahasa Tubuh

DAFTAR PUSTAKA

Adha, Kholifatul. 2014. Panduan Mudah Public Speaking. Yogyakarta: Penerbit Notebook
Aziz, Ali. Moh. 2015. Ilmu Pidato. Surabaya: PT. Duta Aksara Mulia

Balqis, Khayyirah. 2013. Cara Pintar Berbicara Cerdas di depan Publik. Jogjakarta: Diva
Press

Utami Dewi. Fitriana. 2013. Public Speaking Kunci Sukses Bicara di Depan Publik.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai