Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN TUTORIAL

SGD 7 MODUL 3.1 LBM 2


“IMUNOGLOBULIN ITU APA SIH?”

ANGGOTA KELOMPOK :

1. ALYA PRASETYANING BUDI 31101900007


2. ALYA SHOFIA 31101900008
3. ANNISA SAWIKA RAMADHANI 31101900011
4. DEWI UTAMI HANDAYANI 31101900027
5. GEMILANG LINTANG SAMUDERA S 31101900034
6. HERLYSA CHAESAREA YUWANDA 31101900039
7. INDAH WIDYANING TYAS 31101900042
8. MEDINA ZAHRA AYU PURNAMA 31101900051
9. TIKO UMAROH 31101900094
10. WIDIA DWI NURAZIZAH 31101900098
11. YUNIAR IZKA SUSILOWATI 31101900100

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2020

1
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN TUTORIAL
SGD 7 LBM 2
Modul 3.1 IMUNOLOGI
“IMUNOGLOBULIN ITU APA SIH?”

Telah Disetujui oleh :

Tutor Tanggal

20 September 2020
drg. Rochman Mujayanto, Sp.PM .....................................

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4
I.1. Latar Belakang ........................................................................................................................... 4
I.2. Skenario....................................................................................................................................... 5
............................................................................................................................................................ 5
I.3. Identifikasi Masalah ..................................................................................................................... 5
BAB II..................................................................................................................................................... 6
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................................................... 6
II.1. Landasan Teori ............................................................................................................................ 6
Proses terbentuknya Immunoglobulin ........................................................................................... 6
Struktur pembentuk Immunoglobulin dan bentuk dari jenis dari Immunoglobulin G .................... 6
Fungsi Immunoglobulin .................................................................................................................. 8
Klasifikasi Immunoglobulin dan perbedaan Jenis-Jenis Immunoglobulin ................................... 10
Cara kerja Immunoglobulin .......................................................................................................... 12
Unsur yang berperan dalam reaksi immunoglobulin .................................................................... 13
Ciri Imunoglobulin pada kondisi patologis ................................................................................... 16
Mengapa Immunoglobulin dpt mendiagnosis kondisi patologis? ................................................. 16
II.2. Kerangka Konsep ................................................................................................................... 19
BAB III ................................................................................................................................................. 20
KESIMPULAN ..................................................................................................................................... 20
BAB IV ................................................................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 21

3
BAB I

PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Imunoglobulin atau antibodi adalah sekelompok glikoprotein yang terdapat dalam serum
atau cairan tubuh. Imunoglobulin termasuk dalam famili glikoprotein yang mempunyai
struktur dasar sama, terdiri dari 82-96% polipeptida dan 4-18% karbohidrat. Komponen
polipeptida membawa sifat biologik molekul antibodi tersebut. Immunoglobulin merupakan
sistem pertahanan tubuh lapis ketiga yang bersifat spesifik yang merupakan bagian dari
antibodi hurmoral. Fungsinya adalah merespon antigen yang dihasilkan oleh mikroorganisme
parasit yang masuk ke dalam tubuh mahluk hidup.
Pada tahun 1939, Tiselius dan Kabat menemukan secara elektroforesis bahwa antibodi
terletak dalam spektrum globulin gama yang kemudian dinamakan imunoglobulin (Ig). Peneliti
tersebut menunjukan bahwa fraksi fraksi protein serum, gamaglobulin , yang bergerak lebih
lambat pada pengujian elektroforesis mengandung sebagian besar antibodi antibodi serum.
Dengan cara imunoelektroforesis diketahui bahwa imunoglobulin terdiri atas 5 kelas yang
diberi nama IgA, IgG, IgM, IgD dan IgE (WHO, 1964), dan kemudian diketahui bahwa
masing-masing kelas tersebut mempunyai subkelas. Pada tahun 1959 Poster dan Edelman
menemukan struktur imunoglobulin, dan tahun 1969 Edelman pertama kali melaporkan urutan
asam amino molekul imunoglobulin yang lengkap. Putnam dan titani serta Hilscmann dan craig
menuai penelitian pada rangkaian asam amino immunoglobulin dengan menggunakan protein
benee jones yang dieksresikan melalui urin pada penderita multiple myeloma
Reagin merupakan faktor yang dianggap berperan pada penyakit alergi, struktur ini
ditemukan oleh Kimishige dan Teneko Ishizaka pada tahun 1967 dan merupakan kelas
imunoglobulin E (IgE). Sekarang banyak penelitian yang dilakukan mengenai regulasi sintesis
IgE, dengan harapan dapat menerapkannya dalam mengendalikan penyakit atopi.

4
I.2. Skenario

I.3. Identifikasi Masalah


1. Proses terbentuknya Immunoglobulin?
2. Struktur pembentuk Immunoglobulin dan bentuk dari jenis dari Immunoglobulin G ?
3. Fungsi Immunoglobulin?
4. Klasifikasi Immunoglobulin dan perbedaan Jenis-Jenis Immunoglobulin?
5. Cara kerja Immunoglobulin?
6. Unsur apa saja yang berperan dalam reaksi immunoglobulin?
7. Ciri Imunoglobulin pada kondisi patologis?
8. Mengapa Immunoglobulin dpt mendiagnosis kondisi patologis?

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Landasan Teori

Proses terbentuknya Immunoglobulin

Maturasi afinitas: proses dimana afinitas antibodi yang diproduksi dan suatu
antigen protein meningkat dengan pemaparan yang berulang atau terrhadap antigen
tersebut

Antibodi terdiri dari 2 rantai berat identik dan 2 rantai ringan identik. Setiap
rantai terdiri dari regio variabel (V), yang merupakan bagian untuk mengenali antigen,
dan regio konstan (C) yang memberikan stabilitas struktural dan pada rantai berat
melakukan fungsi efektor antibody. Regio V satu rantai berat dan satu rantai ringan
membentuk pengikatan antigen, dengan demikian struktur utama antibodi mempunyai
dua tempat pengikatan antigen yang identik.
Maturasi afinitas adalah proses dimana afinitas antibodi untuk antigen protein
meningkat dengan paparan antigen yang lama atau berulang. Proses ini diawali oleh
sinyal dari sel Tfh, mengakitbatkan migrasi sel B ke dalam folikel dan pembentukan
pusat germinal. Di sini sel B berproliferasi dengan cepat dan gen Ig V mereka
mengalami mutasi somatik besar-besaran. Antigen kemungkin disajikan oleh FDC
dalam pusat germinal. Sel B yang mengenali antigen dengan afinitas tinggi dipilih
untuk bertahan hidup, menimbulkan maturasi afinitas respons antibodi.
Antibodi yang disekresikan membentuk kompleks imun dengan antigen yang tersisa
dan menghentikan aktivasi sel B dengan mengikat reseptor penghambat Fc pada sel B.

Struktur pembentuk Immunoglobulin dan bentuk dari jenis dari Immunoglobulin G

Imunoglobulin dibentuk oleh sel pasma yang berasal dari proliferasi sel B yang
terjadi setelah kontak dengan antigen. Antibodi yang dibentuk akan mengikat antigen baru
lainnya yang sejenis. Bila serum protein tsb dipisahkan dengan cara elektroforesis, maka

6
imunoglobulin ditemukan terbanyak dalam fraksi globulin gama. Meskipun ada beberapa
imunoglobulin yang juga ditemukan dalam fraksi globulin alfa dan beta.

Enzim papain memecah molekul antibodi (dengan berat molekul 150.000 dalton)
dalam fragmen masing masing dari 45k dalton. Dua fragmen tetap memiliki sifat antibodi
yang dapat mengikat antigen secara spesifik, bereaksi dengan determinan antigen serta
hapten disebut Fab(Fragmen Antigen Binding) dan dianggap univalen. Fragmen ke 3 dapat
dikristalkan dari larutan dan disebut Fc, dan tidak dapat mengikat antigen. Fc
menunjukkan fungsi biologis sesudah antigen diikat oleh Fab.
Semua molekul imunoglobulin memiliki 4 rantai polipeptida dasar yang terdiri dari 2 rantai
berat dan 2 rantai ringan.
Ada 2 jenis rantai ringan yang terdiri atas 230 asam amino serta 5 jenis rantai berat yang
tergantung pada kelima jenis imunoglobulin yaitu IgM, IgG,IgA,IgE,dan IgD.

Struktur dasar antibodi dapat dipelajari dengan cara kimiawi dan enzimatik. Fragmen
yang diprduksi oleh pencernaan enzimatik (pepsin atau papain atau yang diikat oleh ikatan
disulfida dengan merkapto etanol terlihat pada gbr. Unit dasar antibodi terdiri atas 2 rantai
berat dan 2 rantai ringan yang identik, diikat menjadi satu oleh ikatan disulfida yang dapat
dipisah-pisah dalam berbagai fragmen.

7
Struktur dasar imunoglobulin terdiri atas 2 macam rantai polipeptida yang
tersusun dari rangkaian asam amino yang dikenal sebagai rantai H (rantai berat) dengan
berat molekul 55.000 dan rantai L (rantai ringan) dengan berat molekul 22.000. Tiap
rantai dasar imunoglobulin (satu unit) terdiri dari 2 rantai H dan 2 rantai L. Kedua rantai
ini diikat oleh suatu ikatan disulfida sedemikian rupa sehingga membentuk struktur
yang simetris. sedangkan ikatan antara 2 rantai dihubungkan oleh ikatan
disulfid interchain. Rantai L mempunyai 2 tipe yaitu kappa dan lambda, sedangkan
rantai H terdiri dari 5 kelas, yaitu rantai G (γ), rantai A (α), rantai M (μ), rantai E (ε)
dan rantai D (δ).

Imunoglobulin G
Imunoglobulin G terdiri dari 4 subkelas, masing-masing mempunyai perbedaan
yang tidak banyak, dengan perbandingan jumlahnya sebagai berikut: IgG1 40-70%,
IgG2 4-20%, IgG3 4-8%, dan IgG4 2-6%.
Masa paruh IgG adalah 3 minggu, kecuali subkelas IgG3 yang hanya
mempunyai masa paruh l minggu. Kemampuan mengikat komplemen setiap subkelas
IgG juga tidak sama, seperti IgG3 > IgGl > IgG2 > IgG4. Sedangkan IgG4 tidak dapat
mengikat komplemen dari jalur klasik (ikatan C1q) tetapi melalui jalur alternatif.
Lokasi ikatan C1q pada molekul IgG adalah pada domain CH2.
IgG terbentuk 2-3 bulan setelah infeksi, kemudian kadarnya meninggi dalam
satu bulan, menurun perlahan-lahan, dan terdapat selama bertahun-tahun dengan kadar
yang rendah.

Fungsi Immunoglobulin

FUNGSI UMUM
Peran yang dimainkan imunoglobulin dalam sistem kekebalan sangat penting untuk
pertahanan organisme. Mereka memberikan cara pertahanan yang efektif, efektif, spesifik
dan sistematis, yang bernilai tinggi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Adapun
fungsinya yaitu :
Ikatan antigen-antibodi. Imunoglobulin memiliki fungsi pengikatan spesifik dan selektif
terhadap agen antigenik. Pembentukan kompleks antigen-antibodi adalah fungsi utama dari

8
imunoglobulin dan, oleh karena itu, adalah respon imun yang dapat menghentikan aksi
antigen. Setiap antibodi dapat mengikat dua atau lebih antigen secara bersamaan.
Fungsi efektor. Sebagian besar waktu, kompleks antigen-antibodi berfungsi sebagai awal untuk
mengaktifkan respons seluler spesifik atau untuk memulai serangkaian peristiwa yang menentukan
penghapusan antigen. Dua respons efektor yang paling umum adalah pengikatan sel dan aktivasi
komplemen. Fungsi efektor tersebut meliputi:

1. Fiksasi komplemen – Ini menghasilkan lisis sel dan melepaskan molekul aktif secara biologis;

2. Mengikat berbagai jenis sel – Sel fagosit, limfosit, trombosit, sel mast, dan basofil memiliki
reseptor yang mengikat imunoglobulin. Ikatan ini dapat mengaktifkan sel untuk melakukan beberapa
fungsi. Beberapa imunoglobulin juga berikatan dengan reseptor pada trofoblas plasenta, yang
menghasilkan transfer imunoglobulin melintasi plasenta. Akibatnya, antibodi ibu yang ditransfer
memberikan kekebalan pada janin dan bayi baru lahir.

Fungsi Khusus Imunoglobulin


Fungsi IgA
IgA terletak di saluran pernapasan dan pencernaan, hidung, telinga, mata, dan vagina.
IgA bertanggung jawab untuk melindungi tubuh dari penyerbu luar.
Ini bertindak sebagai penghalang pertahanan terhadap patogen, yang terletak di permukaan
mukosa.
Ada di mukosa pernapasan, sistem pencernaan, saluran kemih dan juga di sekresi seperti air
liur, lendir hidung dan air mata.
Meskipun aktivasi komplemennya rendah, dapat dikaitkan dengan lisozim untuk
menghilangkan bakteri.
Kehadiran imunoglobulin D dalam ASI dan kolostrum memungkinkan bayi baru lahir untuk
memperolehnya selama menyusui.
Fungsi IgG
IgG adalah bentuk terkecil dari imunoglobulin, dan terletak di semua cairan tubuh.
Hal ini bertanggung jawab untuk memerangi infeksi bakteri dan virus, dan satu-satunya
antibodi yang melintasi plasenta untuk melindungi janin selama kehamilan.
Imunoglobulin G menyediakan sebagian besar pertahanan terhadap agen antigenik, termasuk
bakteri dan virus.
IgG mengaktifkan mekanisme seperti komplemen dan fagositosis.
Konstitusi IgG spesifik untuk antigen tahan lama.
Satu-satunya antibodi yang dapat ditransfer ibu kepada anak-anak selama kehamilan adalah
IgG.
Fungsi IgM

9
IgM adalah antibodi terbesar. Ini adalah responden pertama terhadap infeksi, dan terletak
dalam darah dan cairan getah bening. Seiring dengan respon awal terhadap benda asing, IgM
juga mendorong sel-sel sistem kekebalan lain untuk melawan infeksi. IgD terletak di jaringan
batang tubuh dan dada, dan peneliti belum menentukan fungsinya.
IgM adalah antibodi respon cepat terhadap agen berbahaya dan infeksius, karena memberikan
tindakan segera sampai digantikan oleh IgG.
Antibodi ini mengaktifkan respons seluler yang dimasukkan ke dalam membran limfosit dan
respons humoral seperti komplemen.
Ini adalah imunoglobulin pertama yang disintesis oleh manusia.
Fungsi IgE
IgE terletak di berbagai selaput lendir, di kulit, dan paru-paru. IgE bertanggung jawab untuk
reaksi tubuh terhadap alergen seperti serbuk sari, jamur, bulu, dan spora. Hal ini juga dapat
memicu reaksi alergi bila terkena susu, obat-obatan, dan racun. Orang-orang yang menderita
alergi sering memiliki tingkat tinggi IgE.
Imunoglobulin E menyediakan mekanisme pertahanan yang kuat terhadap antigen penghasil
alergi.
Interaksi antara IgE dan alergen akan menyebabkan zat peradangan muncul yang
bertanggung jawab untuk gejala alergi, seperti bersin, batuk, gatal-gatal, peningkatan air mata
dan lendir hidung.
IgE juga dapat digabungkan ke permukaan parasit melalui segmen Fc-nya, menghasilkan
reaksi yang menyebabkan kematian mereka.
Fungsi IgD
Struktur monomerik IgD terkait dengan limfosit B yang belum berinteraksi dengan antigen,
oleh karena itu mereka memainkan peran reseptor.
Fungsi IgD tidak jelas.

Klasifikasi Immunoglobulin dan perbedaan Jenis-Jenis Immunoglobulin

KELAS IMMUNOGLOBULIN

o immunoglobulin A (IgA) – dimer dengan rantai berat α (alpha)


o immunoglobulin D (IgD) – monomer dengan rantai berat δ (delta)
o immunoglobulin E (IgE) – monomer dengan rantai berat ε (epsilon)
o immunoglobulin G (IgG) – monomer dengan rantai berat γ (gamma)
o immunoglobulin M (IgM) – pentamer dengan rantai berat μ (mu)

Jenis-Jenis Imunoglobulin
1. Imunoglobulin G

10
IgG merupakan komponen utama Imunoglobulin serum dengan berat molekul 160000
dalton Kadarnya dalam Serrum sekitar 13 mg per ml merupakan 75% dari semua Ig. IgG
ditemukan dalam berbagai cairan seperti darah CSS ( cerebrospinal) dan juga urin
* IgG dapat menembus plasenta masuk ke janin dan berperan dalam imunitas bayi sampai
umur 6-9 bulan
* IgG dan komplemen bekerja saling membantu sebagai opsonin (molekul yang dapat
mengenali patogen Patogen memiliki reseptor pengenalan patogen(Opsonin mengikat
epitop patogen) Selain itu, opsonin hadir dalam fagosit dan berpartisipasi dalam mengenali
reseptor pengenalan patogen.) pada pemusnahan antigen, igG memiliki sifat opsonin yang
efektif karna sel sel fagosit monosit dan makrofag mempunyai reseptor untuk fraksi
Fc(salah satu opsonin) dari igG sehingga dapat mempererat hubungan antara fagosit
dengan sel sasaran
* IgG memiliki 4 kelas yang berbeda dalam sifat dan aktivitas
2. Imunoglobulin A
Berat molekul 165000 dalton ditemukan dalam serum dengan jumlah sedikit . Kadarnya
terbanyak ditemukan dalam cairan sekresi saluran napas cerna dan kemih, air mata
keringat ludah dan dalam air susu ibu yang lebih berupa igA fungsinya yaitu sbb:
* Melindungi tubuh dari patogen oleh karna dapat bereaksi dengan molekul adhesi dari
patogen potensial sehingga mencegah adherens dan kolonisasi patogen tersebut dalam sel
penjamu
* Dapat bekerja sebagai opsonin
* Baik igA dalam serum atau dalam sekresi dapat menetralkan toksin atau virus dan
mencegah terjadinya kontak antara toksin atau virus
* IgA dalam serum dapat mengaglutinasikan (menyatukan mengumpulkan)kuman
mengganggu motilitasnya sehingga memudahkan fagositosis
* Dapat mengaktifkan komplemen melalui jalur alternatif kalo igG igM pake jalur klasik
* Didalam lambung terdapat 80% igA
* Pada mukosa kaya akan igA
3. Imunoglobulin M
M berasal dari makroglobulin beratnya 900.000 dalton (ig terbesar)
Kadar igM yang tinggi dalam darah umbilikus merupakan petunjuk adanya infeksi
intrauterin, bayi yg baru lahir hanya mengandung igM 10% dari kadar igM dewasa karna
igM ibu tidak dapat menembus plasenta. Kadar igM pada anak akan mencapai kadar igM
dewasa pada usia 1 tahun,janis umur 12 minggu akan menghasilkan igM apabila sel b
dirangsang oleh infeksi intrauterin
4. Imunoglobulin D
Ditemukan didalam serum dengan jumlah yang rendah mungkin disebabkan karna igD
tidak dilepas oleh sel plasma dan sangat rentan terhadap degradasi (menurunan) oleh
proses proteolitik . IGD JUGA MERUPAKAN KOMPONEN PERMUKAAN UTAMA
sel b dan petanda dari diferensiasi sel b yyg sudah matang. IgD merupakan 1% dari seluruh
total ig dan ditemukan banyak pd membran sel b bersama igM yang dpt brfungsi sbg
reseptor antigen pada aktivasi sel b
5. Imunoglobulin E

11
IgE mudah diikat sel mast basofil dan eusinofil igE dibentuk oleh sel plasma dalam
selaput lendir saluran nafas dan cerna. Selain pada alergi kadar igE yang tinggi ditemukan
pada infeksi cacing, penyakit hidatid(infeksi cacing pita yg mempengaruhi hati paru otak
dan organ lain) ,trikinosis (infeksi cacing parasit nematoda yg hidup pada usus babi dan
hewan lain spt daging bruang) dan diduga berperan dalam imunitas parasit

Cara kerja Immunoglobulin


 Saat antigen menempel pada reseptor sel B. Reseptor tiap sel-sel B ini berbeda satu sama
lain. Setelah mengenali antigen dan dibantu oleh sel T Helper 2, sel B menjadi aktif dan
segera memperbanyak diri dan berdiferensiasi menjadi sel plasma dan sel memori. Sel
plasma akan membentuk antibodi dan sel memori akan merekam antigen apa saja yang
sudah pernah masuk ke dalam tubuh (Janeway, CA, J, 2001). Pada sel plasma ini lah di
produksinya antibodi.

Cara antibody membantu eliminasi mikroba penginvasi :


1. Netralisasi  antibodi akan menetralkan suatu virus dengan cara melekat pada
molekul yang digunakan oleh virus untuk menginfeksi sel inang. mekanisme ini akan
menetralkan racun dari mikroorganisme sehingga akan mudah difagositosis oleh
makrofag.
2. Aglutinasi (penggumpalan)  proses penggumpalan bakteri atau virus yang
diperantarai oleh antibody yang akan bekerja menetralkan mikrorganisme tersebut.
Terjadi karena setiap molekul antibody memiliki paling tidak dua tempat pengikatan
antigen. Kompleks besar yang terbentuk melalui proses aglutinasi yang akan
memudahkan fagositosis makrofag.
Contohnya : TRANSFUSI DARAH. Misalkan tubuh kita bergolongan darah B kemudian
gol.darah A masuk (di donor) antibody pada tubuh kita akan segera menyerang sel
darah dg antigen B. meskipun sama-sama darah tetapi memiliki antigen yg berbeda
maka tetap di anggap asing oleh tubuh. Dengan cara mengikat/ menyatukan molekul2
antigen menjadi aglutinasi. Jika terllau banyak aglutinasi bisa terjadi pengendapan
atau presipitasi

12
3. Presipitasi (pengendapan)  proses dimana molekul-molekul antigen yang terlarut
dalam cairan tubuh akan diendapkan oleh antibody. Proses ini akan memudahkan
proses pengeluaran dan pembuangan antigen oleh fagositosis.

Cara antibody memperkuat sistem imun

1. Pengaktifan sistem komplemen  mengaktivasikan komplemen dengan adanya


kompleks antigen-antibody. Apabila ada infeksi maka protein yang pertama
dalam rangkaian protein komplemen akan diaktifkan, reaksi komplemen ini akan
mengakibatkan lisisnya banyak jenis virus dan sel - sel pathogen
2. Penguatan fagosit  antibodi, khususnya IgG, bekerja sebagai opsonin
(perangsang serangan leukosit terhadap antigen). Maksudnya disini ketika ada
dua bakteri dan makrofag, salah satu bakteri ini akan di lapisi oleh antibody
sehingga si makrofag (fagosit) dia akan tertarik untuk memakan bakteri yang
ditempeli antibody. (OPSOSINASI)
3. Stimulasi sel pemusnah  sel NK memiliki reseptor untuk bagian ekor konstan
antibodi. Dalam hal ini, ketika sel sasaran dilapisi oleh antibodi, bagian ekor
antibodi menghubungkan sel target dengan sel NK, yang menghancurkan sel
sasaran dengan melisiskan membran plasmanya sehingga sel sasaran mati

Unsur yang berperan dalam reaksi immunoglobulin

Unsur – unsur yang Berperan dalam Reaksi Imunoglobulin.Proteinprotein yang berfungsi untuk
melindungi tubuh lewat proses kekebalan ini dinamakan “Imunoglobulin”, disingkat “Ig”.Protein
paling khas pada sistem
pertahanan, molekul imunoglobulin mengikatkan diri pada antigen untuk menginformasikan
kepada sel-sel kekebalan lainnya tentang keberadaan antigen tersebut atau untuk memulai reaksi
berantai perang penghancuran.
1) Sel B
Sel B adalah limfosit yang memainkan peran penting pada respon imun humoral yang berbalik
pada imunitas selular yang diperintah oleh sel T. Fungsi utama sel B adalah untuk membuat
13
antibodi melawan antigen. Sel B adalah komponen sistem kekebalan tiruan. Pencerap antigen pada
sel B, biasa disebut pencerap sel B,
merupakan imunoglobulin. Pada saat sel B teraktivasi oleh antigen, sel B terdiferensiasi menjadi
sel plasmayang memproduksi molekul antibodidari antigen yang terikat pada pencerapnya.
Sel B terbagi menjadi dua jenis:
 Sel B-1 atau sel B CD5, merupakan sel B yang ditemukan pada ruang peritoneal dan pleural
dan memiliki kemampuan untuk berkembangbiak.
 ·Sel B-2 atau sel B konvensional, merupakan sel B hasil sintesis sumsum tulang yang
memenuhi plasma darah dan jaringan sistem limfatik dan tidak memiliki kemampuan
untuk berkembangbiak.
Sel B berasal dari sel punca yang berada pada jaringan hemopoietik di dalam sumsum tulang.

2) Sel T
Sel T adalah sel di dalam salah satu grup sel darah putih yang diketahui sebagai limfosit dan
memainkan peran utama padakekebalan selular. Sel T mampu membedakan jenis patogen dengan
kemampuan berevolusi sepanjang waktu demi peningkatan kekebalan setiap kali tubuh terpapar
patogen. Hal ini dimungkinkan karena sejumlah sel T teraktivasi menjadi sel T memori dengan
kemampuan untuk berkembangbiak dengan cepat untuk melawan infeksi yang mungkin terulang
kembali. Kemampuan sel T untuk mengingat infeksi tertentu
dan sistematika perlawanannya, dieksploitasi sepanjang prosesvaksinasi, yang dipelajari
padasistem kekebalan tiruan. Respon yang dilakukan oleh sel T adalah interaksi yang terjadi antara
reseptor sel
T (bahasa Inggris: T cell receptor, TCR) danpeptida MHC pada permukaan sel sehingga
menimbulkan antarmukaantara sel T dan sel target yang diikat lebih lanjut oleh molekul co-
receptor dan co-binding. Ikatanpolivalen yang terjadi memungkinkan pengiriman sinyal antar
kedua sel. Sebuah fragmen peptida kecil
yang melambangkan seluruh isi selular, dikirimkan oleh sel target ke antarmuka sebagai MHC
untuk dipindai oleh TCR yang mencari sinyal asing dengan lintasan pengenalan antigen. Aktivasi
sel T memberikan respon kekebalan yang berlainan seperti produksi antibodi, aktivasi sel fagosit
atau penghancuran sel target dalam
seketika. Dengan demikian responkekebalan tiruan terhadap berbagai macam penyakit diterapkan.
Sel T memiliki prekursor berupasel punca hematopoietik yang bermigrasi dari sumsum
tulangmenuju kelenjar timus, tempat sel punca tersebut mengalami rekombinasi VDJ pada rantai-
beta pencerapnya, guna membentukprotein TCR yang disebut pre-TCR, pencerap spesial pada
permukaan sel yang
disebut pencerap sel T (bahasa Inggris: T cell receptor, TCR). "T" pada kata sel T adalah singkatan
dari kata timus yang merupakanorgan penting tempat sel T tumbuh dan menjadi matang. Beberapa
jenis sel T telah ditemukan dan diketahui mempunyai fungsi yang berbeda-beda.
Sel T terbagi menjadi tiga jenis, masing-masing dari ketiga jenis tersebut mempunyai tugas / fungsi
yang berbeda-beda :

14
 Sel T sitotoksik (killer), berfungsi membunuh sel-sel yang terinfekasi, sel ini dapat
membunuh berbagai bibit penyakit, dan sel kanker.
 Sel T supressor (penekan), mempunyai efek menstabilkan jumlah sel killer agar sel killer
tidak membunuh sel-sel tubuh yang sehat.
 Sel T penolong (helper), berfungsi membantu zat antibodi dan sel B penghasil antibodi.
Sel ini mengatur respons, kekebalan tubuh dengan cara mengenali dan mengaktifkan
limfosit yang lain.

3) Imunoglobulin G (IgG)
Imunoglobulin G adalah divalen antigen. Antibodi ini adalah imunoglobulin yang paling
sering/banyak ditemukan dalam sumsum tulang belakang, darah, lymfe dan cairan peritoneal. Ia
mempunyai waktu paroh biologik selama 23 hari dan merupakan imunitas yang baik (sebagai
serum transfer). Ia dapat mengaglutinasi antigen yang tidak larut. IgG adalah satu-satunya
imunoglobulin yang dapat melewati plasenta.
4) Imunoglobulin A (IgA)
Imunoglobulin A adalah antibodi sekretori, ditemukan dalam saliva, keringat, air mata, cairan
mukosa, susu, cairan lambung dan sebgainya. Yang aktiv adalah bentuk dimer (yy), sedangkan
yang monomer (y) tidak aktif. Jaringan yang mensekresi bentuk bentuk dimer ini ialah sel epithel
yang bertindak sebagai reseptor IgA, yang kemudian sel tersebut bersama IgA masuk kedalam
lumen.
Fungsi dari IgA ini ialah:
Mencegah kuman patogen menyerang permukaan sel mukosa
Tidak efektif dlam mengikat komplemen
Bersifat bakterisida dengan kondisinya sebagai lysozim yang ada dalam cairan
sekretori yang mengandung IgA
Bersifat antiviral dan glutinin yang efektif

5) Imunoglobulin M (IgM)
Imunoglobulin M ditemukan pada permukaan sel B yang matang. IgM mempunyai waktu paroh
biologi 5 hari, mempunyai bentuk pentamer dengan lima valensi. Imunoglobulin ini hanya
dibentuk oleh faetus. Peningkatan jumlah IgM
mencerminkan adanya infeksi baru atai adanya antigen (imunisasi/vaksinasi). IgM adalah
merupakan aglutinin yang efisien dan merupakan isohem- agglutinin alamiah. IgM sngat efisien
dalam mengaktifkan komplemen. IgM dibentuk setelah terbentuk T-independen antigen, dan
setelah imunisasi dengan T-dependent
antigen.
6) Imunoglobulin D (IgD)
Imunoglobulin D ini berjumlah sedikit dalam serum. IgD adalah penenda permukaan pada sel B
yang matang. IgD dibentuk bersama dengan IgM oleh sel B normal. Sel B membentuk IgD dan
IgM karena untuk membedakan unit dari RNA.

15
7) Imunoglobulin E (IgE)
Imunoglobulin E ditemukan sedikit dalam serum, terutama kalau berikatan dengan mast sel dan
basophil secara efektif, tetapi kurang efektif dengan eosinpphil. IgE berikatan pada reseptor Fc
pada sel-sel tersebut. Dengan adanya antigen yang spesifik untuk IgE, imunoglobulin ini menjadi
bereaksi silang untuk memacu degranulasi dan membebaskan histamin dan komponen lainnya
sehingga menyebabkan reaksi anaphylaksis. IgE sangat berguna untuk melawan parasit.

Ciri Imunoglobulin pada kondisi patologis


Kadar total dalam serum biasanya dilakukan dengan nefelometer (suatu alat ukur
keruhan). imunoglobulin yang meningkat ditemukan pada berbagai penyakit. Setiap laboratorium
menentukan batasan referens sendiri untuk setiap protein hal itu akan bervariasi tergantung dari
cara ,antisera yang digunakan dan golongan etnik, batas referensi untuk kebanyakan protein
bervariasi dengan usia terutama anak tetapi 95% populasi normal akan menunjukkan nilai dalam
batasan normal penilaian IgG igM igA dan protein Serrum adalah Esensial bila ada dugaan
Defisiensi imun dan penyakit Limfoproliferatif.

Mengapa Immunoglobulin dpt mendiagnosis kondisi patologis?


Upaya pencegahan penyakit salah satunya dengan meningkatkan efektivitas sistem imunitas
tubuh agar sel-sel imun dapat terus melawan penyebab penyakit dan tubuh dapat terhindar dari berbagai
penyakit (Tjokronegoro A, 1990). Ketika penyakit menyerang, maka sistem imunitas tubuh akan
membunuh penyebab penyakit tersebut dengan mekanisme tidak langsung yaitu dengan cara
meningkatkan ketahanan sel. Ini merupakan salah satu alasan untuk meningkatkan sistem imun
(Winarno, 2000).
Sistem imun mengacu pada kemampuan tubuh untuk mengidentifikasi dan menolak
mikroorganisme yang berpotensi berbahaya. Kemampuan ini memungkinkan tubuh untuk melawan

16
atau mencegah infeksi penyakit dan menghambat kerusakan jaringan dan organ (Arya dkk, 2011).
Sistem imun juga harus mampu memberikan respon terhadap sejumlah besar antigen asing yang masuk
ke dalam tubuh. Sistem kekebalan tubuh tidak terbatas pada satu bagian tubuh (Soeroso, 2007).
Antibodi adalah protein globulin (imunoglobulin) yang bereaksi secara spesifik dengan antigen
yang menstimulasi produksinya. Tergantung dari jenis antigennya, imunoglobulin utama dalam serum
darah manusia adalah IgG yang mencakup 70 hingga 75 persen dari imunuglobulin. IgM adalah
antibodi pertama yang dibentuk dalam respon imun. IgM dibentuk paling dahulu pada respon imun
primer dibanding IgG, karena itu kadar IgM yang tinggi merupakan petunjuk adanya infeksi dini.
Bilamana antigen asing dikenalkan ke dalam hospes untuk pertama kalinya, sintesis antibodi IgM
mendahului IgG (Bratawidjaja, 2006).
Antibodi berperan dalam mengikat dan menghalangi atau menetralkan aktivitas infeksi mikroba
dan interaksi toksin mikroba dengan sel sel inang. Setelah mikroba memasuki inang, mereka akan
menggunakan molekul pada ammplopnya atau dinding sel untuk berikatan dan mendapatkan jalan
masuk ke dalam sel inang. Antibodi dapat menempel pada permukaan molekul mikroba ini, sehingga
dapat mencegah mikroba menempel pada permukaan molekul mikroba ini, sehingga dapat mencegah
mikroba menempel dan memasuki sel inang berkembang biak di dalam sel yang terinfeksi lalu dapat
dilepaskan keluar dari sel sehingga daapat menginfeksi sel sel lain yang berdekatan. Antibodi dapat
menetralkan mikroba selama perpindahan mereka dari sel satu ke sel yang lain sehingga dapat
membatasi penyebaran infeksi.
1. Immunoglobulin A (IgA)
Pemeriksaan antibodi IgA juga biasanya dilakukan oleh dokter untuk mendiagnosis gangguan pada
sistem imunitas, misalnya penyakit celiac
2. Immunoglobulin E (IgE)
Jumlah antibody IgE akan meningkat ketika tubuh mengalami reaksi peradangan akibat alergi. Secara
medis, pemeriksaan antibodi IgE dilakukan untuk mendeteksi penyakit alergi dan infeksi parasit.
3. Immunoglobulin M (IgM)
Hasil pemeriksaan IgM dengan nilai yang tinggi, sering kali dianggap sebagai tanda adanya infeksi
yang masih aktif. Dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan antibodi IgM bersamaan dengan tes
antibodi IgA dan IgG untuk memantau kondisi dan fungsi sistem kekebalan tubuh serta mendiagnosis
apakah terdapat penyakit tertentu, seperti infeksi atau penyakit autoimun.
Contoh kasus :
1. Dilakukan penelitian pada penderita demam tifoid salmonella tiphi
Demam tifoid merupakan penyakit infeksius yang disebabkan oleh bakteri Salmonella tiphi.
Diagnosis demam tifoid dapat dilakukan untuk mendeteksi infeksi melalui pemeriksaan antibodi IgM
dan IgG, dimana antibodi ini mempunyai makna dalam diagnosa yaitu agar mengetahui fase infeksi
pada penderita demam tifoid dengan menggunakan tes imunokromatografi. Selain memiliki spesifitas
dan sensitivitas yang tinggi tes imunokromatografi juga mudah dilakukan dan tidak memerlukan
peralatan khusus untuk interpretasi hasil. Respon imunnya yang khas biasanya dimulai dengan adanya
peningkatan antibodi IgM terhadap antigen yang menstimulasi (imunogen). Fase ini diikuti dengan
produksi antibodi IgG terhadap antigen tersebut. Stimulasi berulang dengan antigen tersebut
mengakibatkan produksi IgG yang lebih besar tetapi dengan waktu yang lebih pendek setelah stimulus
antigenik yang berhasil
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran antibodi IgM dan IgG pada penderita
demam tifoid yang terdiagnosis oleh klinisi. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling

17
dengan jumlah 30 sampel. Analisa data dilakukan dengan mengumpulkan hasil pemeriksaan antibodi
IgM dan IgG pada sampel penderita demam. Setelah dilakukan analisa data, didapatkan hasil
pemeriksaan positif IgM sebanyak 2 sampel (6,7%) menunjukkan fase awal infeksi, positif IgG
sebanyak 2 sampel (6,7%) menunjukkan infeksi ulang sebelumnya, positif IgM dan IgG sebanyak 14
sampel (44,6%) menunjukkan fase tengah infeksi dan 12 sampel (40%) menunjukkan tidak adanya
antibodi IgM dan IgG.
2. Pada penyakit Dengue Fever
Dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Virus dengue
berkembang biak dalam tubuh nyamuk yang ditularkan pada manusia. Pemeriksaan imunologi IgG/IgM
dengue merupakan salah satu parameter penting dalam diagnosis dengue. Antibodi yang terbentuk
pada Dengue adalah antibody netralisasi, anti hemaglutinin, Dan anti komplemen untuk
mengelompokkan infeksi DBD primer dan sekunder. Antibodi IgG merupakan substansi yang
diidentifikasi sebagai molekul serum yang mampu menetralkan sejumlah mikroorganisme penyebab
infeksi sehingga dapat memberikan imunitas yang tinggi. Selain itu, IgG paling mudah menembus
saluran darah dan berdifusi ke dalam jaringan ekstravaskuler dan melakukan aktivitas antibodi
dijaringan. Oleh karena itu, IgG dapat ditemukan dalam berbagai cairan, antara lain dalam cairan
serebrospinal (CSS) dan urine.

18
II.2. Kerangka Konsep

jenis

unsur
struktur

fungsi
imunoglobulin

netralisasi

mekanisme
opsonisasi

sitotoksitas

19
BAB III

KESIMPULAN
Immunoglobulin atau Antibodi merupakan sistem pertahanan tubuh lapis ketiga yang
bersifat spesifik. Fungsinya adalah merespon antigen yang dihasilkan oleh mikroorganisme parasit
yang masuk ke dalam tubuh mahluk hidup. Fungsinya sangat spesifik dan hanya merespon
terhadap antigen-antigen tertentu saja. Fungsi sistem imun : Penangkal benda asing yang masuk
kedalam tubuh, Untuk keseimbangan fungsi tubuh terutama menjaga keseimbangan komponen tubuh .
Unsur – unsur yang berperan dalam reaksi imunoglobulin : Sel B,Sel T,Imunoglobulin G (IgG),
Imunoglobulin A (IgA),Imuno globulin M (IgM), Imunoglobulin D (IgD),dan Imuno globulin E (IgE).
jika immunoglobulin ada didalam darah seseorang atau hasilnya positif ketika melakukan tes
imunokromatografi berarti sudah terbentuk antibody, adanya antibody itu kan untuk melawan suatu
antigen (baik virus/bakteri) yang dapat menimbulkan suatu kondisi patologis

20
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Abbas AK, Litchma AH, Pillia S. 2020. Immunologi Dasar Abbas Fungsi dan Kelainan Imun. Indonesia.
Singapore: Elsevier Inc
Kresno SB. 2010. Imunologi : Diagnosis dan Prosedur Laboratorium 5th Ed. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI
Handono, Kuswandi, dkk. 2018. Vitamin D dan Autoimunitas. Malang : UB Press
P,R, Alberta, dkk. 2020. Pangan Untuk Sistem Imun. Semarang
Rengganis, I. 2018. Imunologi Dasar Edisi 12. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
Singh I, Weston A, Kundur A, Dobie G. 2017. Hematology Case Studies with Blood Cell Morphology
and Pathophysiology, 1st Edition. Elsevier Inc
Karnen Garna Bratawidjaja, Iris Rengganis.2018.IMUNOLOGI DASAR.jakarta.Badan Penerbit
FKUI
Murphy K , Weaver C. 2016. Janeway’s Immunology Ed 9. New York : Garland Science
Lauralee Sherwood. 2018. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 9. EGC
Ipin Aripin. Pendidikan Nilai Pada Materi Konsep Sistem Imun. Jurnal Bio Educatio, Volume
4, Nomor 1, April 2019, hlm. 01-11
Nurdin dan Andi Tendry Julianti. Deteksi Imunoglobulin Miu (Igm) dan Imunoglobulin
Gamma (IgG) pada Penderita Demam Tifoid. Jurnal Media Analis Kesehatan, Vol. 9, No.2,
November 2018
Acivrida Mega Charisma, dkk. Diagnosis Dengue melalui Deteksi Antibodi Imunoglobulin G
Spesifik dalam Sampel Urine dengan Teknik ELISA. ASPIRATOR, 12(1), 2020
Murray, Robert K, Darly K. Granner, & Victor W. Rodwell. 2012. Biokimia Happer edisi 27.
Jakarta : Buku Kedokteran EGC

21

Anda mungkin juga menyukai