Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KORELASI USUL FIQIH TERHADAP HASIL ISTINBATH FIQIH

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Usul Fiqih


Dosen Pengampu : KH. Muhsin Salim Nasution, S.HI., M.Sy

Disusun Oleh :
Kelompok 2
1. Lukman Nulhakim
2. Ega Ramdhani
3. Kartini
4. Diki A. P.

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) IMAM SYAFI’I


PROGRAM STUDY S1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
KARAWANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-

Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Korelasi Usul

Fiqih Terhadap Istinbat Dalam Fiqih ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas

Dosen pada mata kuliah Usul Fiqih. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk

menambah wawasan tentang Usul Fiqih bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak KH. Muhsin Salim Nasution,

S.HI, M.Sy, selaku dosen mata kuliah Usul Fiqih yang telah memberikan tugas ini

sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan mata kuliah yang

saya pelajari.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi

sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Namun demikian, apa yang dapat dikemukakan dalam makalah ini tentunya

belum sempurna jika ditinjau dari sudut luasnya kajian Ushul Fikih. Sadar akan

keterbatasan penulis, sumbang saran yang konstruktif akan sangat penulis hargai.

Demikian, semoga bermanfaat.

Subang, September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah............................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................1

C. Tujuan.......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................3

A. Ushul Fiqh................................................................................................3

1. Pengertian Ushul Fiqh Secara Etimologi...........................................3

2. Pengertian Ushul Fiqh Secara Terminologi.......................................4

B. Istinbath....................................................................................................4

C. Perbedaan Antara Fiqh dan Ushul Fiqh....................................................5

1. Objeknya...........................................................................................5

2. Tujuannya..........................................................................................6

D. Sejarah Singkat Ilmu Ushul Fiqh..............................................................7

1. Masa Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam.........................................7

2. Masa Sahabat radhiyallaahu ‘anhum................................................8

3. Masa Tabi’in radhiyallaahu ‘anhum.................................................9

4. Masa Imam Madzhab rahimahumullah...........................................10

E. Hubungan Ushul Fiqih dan Fiqih............................................................11

BAB III PENUTUP.....................................................................................................13

A. Kesimpulan................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad

SAW, yang mengatur hubungan manusia dengan Khaliq-nya, dengan dirinya dan

dengan manusia sesamanya. Hubungan manusia dengan Khaliq-nya tercakup

dalam perkara akidah dan ibadah. Hubungan manusia dengan dirinya tercakup

dalam perkara akhlak, makanan, dan pakaian. Hubungan manusia dengan

sesamanya tercakup dalam perkara mu’amalah dan uqubat (sanksi).1

Umat islam diseluruh dunia memiliki sumber hukum yang utama yaitu Al

Quran dan Sunah. Sumber hukum tersebut menjadi pedoman kita dalam

melakukan segala aktivitas.

Peraturan yang terkandung dalam Al Quran dan As Sunah baru bisa

dipakai setelah melalui penggalian hukum untuk masalah atau keadaan tertentu

oleh seorang mujtahid. Dengan tingkatan pemahaman seorang mujtahid bisa

menghasilkan produk hukum yang mungkin berbeda dengan mujtahid lainnya.

Oleh karena itu akan sangat penting membahas Korelasi Ushul Fiqih

dengan Hasil istinbath hukum Fiqih.

B. Rumusan Masalah

Dari pemaparan diatas maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa Pengertian Ushul Fiqih ?

2. Apa Pengertian Istinbath ?

3. Apa Perbedaan Ushul Fiqih dan Fiqih ?

1
Wahyu Nurudin, “Islam menurut Syaikh Taqiyuddin An-nabhani”,
https://subhalaqah.wordpress.com/2017/06/25/islam-menurut-syaikh-taqiyuddin-an-
nabhani/ (diakses pada 11 September 2020, pukul 14.45)

1
4. Bagaimana Sejarah Perkembangan Ushul Fiqih ?

5. Bagaimana Hubungan Ushul Fiqih dan Fiqih ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian Ushul Fiqih

2. Untuk Mengetahui Istinbath

3. Untuk Mengetahui Perbedaan Ushul Fiqih dan Fiqih

4. Untuk Mengetahui Sejarah Perkembangan Ushul Fiqih

5. Untuk Mengetahui Hubungan Ushul Fiqih dan Fiqih

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ushul Fiqh

1. Pengertian Ushul Fiqh Secara Etimologi

ُ ُ‫ )أ‬secara etimologi terdiri dari dua suku kata


Ushul Fiqh (‫ص ْو ُل ا ْلفِ ْق ِه‬

yaitu ushul dan fiqh. Berikut ini pengertian dari masing-masing kedua suku

kata tersebut :

a. Pengertian Ushul

ُ ُ‫ )أ‬secara etimologi adalah bentuk jamak dari kata ash-


Ushul (‫ص ْو ٌل‬

ْ َ‫ )أ‬yang berarti asal, pokok, atau pondasi; yakni sesuatu yang


lun (‫ص ٌل‬

menjadi pondasi suatu bangunan baik itu yang bersifat fisik maupun

nonfisik.

Contohnya akar pohon yang mana ia merupakan pondasi dari

pohon itu sendiri. Sebagaimana firman Allah ta’ala :

﴾ ‫ت َّوفَرْ ُعهَا فِى ال َّس َم ۤا ۙ ِء‬ ْ َ‫ب هّٰللا ُ َمثَاًل َكلِ َمةً طَيِّبَةً َك َش َج َر ٍة طَيِّبَ ٍة ا‬
ٌ ِ‫صلُ َها ثَاب‬ َ َ‫﴿اَلَ ْم تَ َر َك ْيف‬
َ ‫ض َر‬
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat

perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh

dan cabangnya (menjulang) ke langit (QS. Ibrahim : 24)

b. Pengertian Fiqh

Adapun fiqh (ٌ‫ه‬rrr‫ )فِ ْق‬secara bahasa bermakna fah-mun (‫ )فَ ْه ٌم‬yang

artinya pemahaman mendalam yang memerlukan pengerahan akal

pikiran.

Pengertian ini ditunjukkan dalam firman Allah ta’ala :

﴾ ۖ ‫﴿واحْ لُلْ ُع ْق َدةً ِّم ْن لِّ َسانِ ْي ۙ يَ ْفقَ ُه ْوا قَوْ لِ ْي‬
َ

3
dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, sepaya mereka memahami

perkataanku, (QS. Thaha : 27 – 28)

Menurut Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, fiqh secara terminologi

adalah :

ِ ‫ْرفَةُ اأْل َحْ َك ِام ال َّشرْ ِعيَّ ِة ْال َع َملِيَّ ِة بِأ َ ِدلَّتِهَا التَّ ْف‬
‫ص ْيلِيَّ ِة‬ ِ ‫َمع‬
Mengenal hukum-hukum syar’i yang bersifat amaliyyah dengan dalil-

dalilnya yang terperinci.

Jadi Bahasa sederhananya Fiqih adalah Kumpulan-kumpulan

hukum Syara yang berkaitan dengan perbuatan mukalaf.

2. Pengertian Ushul Fiqh Secara Terminologi

Adapun pengertian ushul fiqh secara terminologi adalah :

‫ث ع َْن أَ ِدلَّ ِة ْالفِ ْق ِه اإْل ِ جْ َمالِيَّ ِة َو َك ْيفِيَّ ِة ااْل ِ ْستِفَا َد ِة ِم ْنهَا َو َحا ِل ْال ُم ْستَفِ ْي ِد‬
ُ ‫ِع ْل ٌم يَب َْح‬
Ilmu yang membahas dalil-dalil fiqh yang umum dan cara mengambil faedah

dari dalil tersebut serta membahas keadaan orang yang mengambil faedah.

Ushul fiqh adalah kaidah-kaidah atau metode-metode yang digunakan

untuk menetapkan status hukum persoalan.

B. Istinbath

Secara bahasa istinbath memiliki arti menciptakan, mengeluarkan, atau

menarik sebuah kesimpulan. Sedangkan menurut istilah, istinbath memiliki arti

suatu kegiatan yang dilakukan oleh pakar fikih atau hukum untuk

mengungkapkan suatu dalil yang dijadikan dasar dalam menarik sebuah

kesimpulan untuk menjawab sebuah persoalan atau menyelesaikan

permasalahan.2

Definisi ijtihad menurut fuqaha adalah menghabiskan kemampuan dan

mencurahkan daya upaya untuk menemukan hukum syara. Sementara menurut


2
https://makfufin.id/pengertian-istinbath/

4
ulama Ushul Fiqh, ijtihad adalah mencurahkan daya upaya untuk sampai pada

menemukan hukum syari yang amali yang diambil dari dalil-dalil yang terperinci

(asy-Syaerazi, 1995; 258)

Secara sepintas memang nampak ada persamaan antara pengertian

istinbaṭh dan ijtihad. Namun pada hakekatnya antara istinbāṭ dan ijtihad terdapat

perbedaan. Ijtihad mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dibandingkan

Istinbaṭ, karena Istinbaṭh merupakan kerangka kerja dari ijtihad. Fokus istinbāṭ

adalah nash al-Qur‟an dan as-Sunnah. Oleh karena itu, usaha pemahaman,

penggalian dan perumusan hukum dari kedua sumber tersebut disebut istinbāṭ.

Sedangkan pemahaman, penggalian dan perumusan hukum yang dilakukan

melalui metode qiyas, istiṣhab, dan istiṣlah dan dalil rasional lainnya disebut

ijtihad (ar-Ruki, 1994; 71)

C. Perbedaan Antara Fiqh dan Ushul Fiqh

1. Objeknya

Objek kajian atau pembahasan dalam ilmu ushul fiqh secara umum

mencakup 3 hal :

a. Sumber dan dalil hukum syar’i secara global

b. Hukum syar’i yang terkandung dalam dalil secara global

c. Kaidah ushuliyyah dan metode istinbath hukum syar’i

Perbedaannya dengan fiqh adalah :

Pertama : Bahwa ushul fiqh hanya membahas sumber dan dalil

hukum syar’i secara global, seperti ijma’ dapat dijadikan dalil,

penunjukkan lafadz umum itu bersifat persangkaan, istihsan itu dapat

dijadikan hujjah, dan semacamnya.

5
Sedangkan fiqh yang dibahas dalilnya bersifat rinci, seperti dalil

wajibnya niat dalam suatu amalan adalah “Sesungguhnya amalan itu

tergantung niatnya.” dan sebagainya.

Kedua : Bahwa ushul fiqh hanya membahas hukum syar’i secara

global yang terkandung dalam sebuah dalil; seperti: apa hukum yang

terkandung dalam dalil ini? Wajibkah? Atau haramkah? Atau selainnya?

Sementara fiqh membahas hukum syar’i secara terperinci; seperti :

niat dalam shalat itu hukumnya wajib, takbiratul ihram itu hukumnya wajib,

berbicara dalam shalat itu hukumnya haram, dan sebagainya.

Ketiga : Bahwa ushul fiqh membahas kaidah dan

metode istinbath hukum, sementara fiqh membahas hukum

perbuatan mukallaf.

2. Tujuannya

Dari segi tujuannya, ushul fiqh adalah ilmu yang mempelajari kaidah

dalam rangka menghasilkan hukum syar’i. Sehingga dengan ilmu inilah

seseorang bisa mengambil kesimpulan hukum syar’i dari dalil-dalil yang ada.

Sementara ilmu fiqh itu adalah ilmu yang mempelajari status

hukum mukallaf atau menetapkan hukum pada setiap perbuatan mukallaf.

Dengan ilmu ini maka kita bisa mengetahui status hukum yang diperbuat

oleh mukallaf.

Dari perbedaan tersebut dapat kita ringkas sebagai berikut :

Fiqh Ushul Fiqh


Dalilnya rinci Dalilnya global
Pembahasan hukum syar’i secara rinci Pembahasan hukum syar’i secara

6
global
Tujuannya mengetahui hukum Tujuannya mengetahui kaidah

perbuatan mukallaf istinbath dalil

D. Sejarah Singkat Ilmu Ushul Fiqh

Berikut ini sejarah singkat perkembangan ilmu ushul fiqh sejak zaman

Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam hingga penyusunannya secara

sistematis dalam sebuah kitab berjudul “Ar-Risalah” yang disusun oleh ulama

yang sangat berilmu Al-Imam Asy-Syafi’I rahimahullah.

1. Masa Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam

Pada hakikatnya ilmu ushul fiqh ini sudah ada sejak zaman Nabi.

Namun, ilmu ini masih berupa praktek dan belum berupa teori yang di susun

dalam kitab-kitab. Bahkan ilmu ini lahir sebelum ilmu fiqh. Karena

mustahil fiqh ada tanpa adanya ushul fiqh.

Sebagaimana ilmu bahasa Arab, tentunya ilmu bahasa Arab sudah ada

sejak dahulu. Namun, baru berupa praktek, belum berupa teori yang

dibukukan secara sistematis.

Bukti keberadaan ilmu ushul fiqh ini dapat kita ketahui dari kisah

Rasul saat mengirimkan pasukannya untuk mengepung perkampungan bani

Quraidhah.

Sebelum pasukan itu berangkat beliau shallallaahu ‘alaihi

wasallam berpesan pada pasukannya :

َ‫ُصلِّيَ َّن أَ َح ٌد ال َعصْ َر إِاَّل فِي بَنِي قُ َر ْيظَة‬


َ ‫الَ ي‬
“Janganlah salah seorang kalian shalat Ashar kecuali di perkampungan Bani

Quraidahah.”

Namun, ditengah perjalanan, waktu Ashar pun tiba. Ketika waktu

Ashar hampir berlalu sementara perjalanan masih jauh maka sebagian sahabat

justru malah melaksanakan shalat Ashar.

7
Sementara sebagian sahabat lainnya tetap melanjutkan perjalanan dan

baru melaksanakan shalat Ashar pada malam hari sesampainya di

perkampungan Bani Quraidhah.

Dari kisah ini terjadi perbedaan pemahaman antara sebagian sahabat

dengan sebagian lainnya.

Pemahaman yang pertama memahami pesan Nabi secara tekstual,

yakni “Tidak akan melaksanakan shalat Ashar apapun yang terjadi hingga

sampai di tempat tujuan, yakni perkampungan Bani Quraidhah.”

Sementara pemahaman yang kedua, memahami pesan Nabi secara

kontekstual, yakni “Bercepatlah agar bisa sampai bani Quraidhah sebelum

waktu Ashar tiba sehingga kalian bisa shalat Ashar di sana.”

Perbedaan pemahaman ini tidaklah tercela. Karena kedua kelompok

ini memiliki dasar masing-masing dalam memahami pesan Nabi. Bahkan,

ketika kasus tersebut dilaporkan pada Nabi pun beliau tidak mencelanya.

2. Masa Sahabat radhiyallaahu ‘anhum

Pada masa ini permasalahan baru yang tidak pernah dikenal

sebelumnya mulai bermunculan. Tentu permasalahan-permasalahan tersebut

perlu diketahui status hukumnya.

Terputusnya wahyu dan wafatnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi

wasallam menjadikan permasalahan tersebut tidak bisa ditanyakan langsung

kepada beliau.

Oleh karena itu, para sahabat berusaha keras mengerahkan segenap

pikirannya (berijtihad) untuk menjawab status hukum pada permasalahan

tersebut. Karena tuntutan tersebutlah ilmu ushul fiqh semakin berkembang.

8
Mereka (para sahabat) memperoleh kemampuan berijtihad melalui

pengalaman mereka dan pengamatan mereka terhadap cara Nabi dalam

menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.

Selain itu, kemampuan mereka terhadap bahasa Arab dan kaidah-

kaidahnya membuat mereka semakin mudah dalam menyingkap status hukum

pada permasalahan baru yang dihadapi.

Sahabat yang terkenal dengan kemampuannya dalam berijtihad saat

itu, diantaranya :

 Empat Khulafa’ur Rasyidin

 Ibnu Mas’ud

 Ibnu Abbas

 Aisyah binti Abu Bakar

 Ibnu Umar

3. Masa Tabi’in radhiyallaahu ‘anhum

Pada masa ini lapangan istinbath hukum semakin meluas, seiring

semakin banyaknya persoalan yang mereka hadapi sehingga memerlukan

kejelasan status hukum pada persoalan tersebut.

Dalam menetapkan suatu hukum mereka menggunakan metode yang

berbeda-beda; ada yang dengan metode qiyas, maslahah, amal ahli madinah,

dan lain-lain. Pada masa inilah mulai muncul corak fikih yang berbeda

diantara dua kota yaitu Madinah dan Irak.

Beberapa tabi’in yang tampil sebagai mujtahid saat itu, diantaranya :

 Sa’id Ibnu Musayyab

 Ibrahim An-Nakha’i

 Alqamah

9
4. Masa Imam Madzhab rahimahumullah

Perbedaan aliran fikih tersebut semakin tampak pada masa Imam Abu

Hanifah dan Imam Malik. Aliran tersebut diantaranya :

 Madzhab Ahlir Ra’yi (Aliran Fiqh Rasional)

 Madzhab Ahlil Hadits (Aliran Fiqh Tradisional)

Madzhab ahlir ra’yi atau disebut juga madrasah ahlir ra’yi berdiri di Irak

yang diprakarsai oleh Imam Abu Hanifah. Sedangkan madzhab ahlil

hadits atau disebut juga madrasah alhlil hadits berdiri di Madinah yang

diprakarsai oleh Imam Malik.

Perbedaan tersebut disebabkan beberapa faktor diantaranya :

 Letak geografis Irak yang jauh dari sumber hadits yakni Madinah

 Banyak pemalsuan hadits di Irak sehingga sangat berhati-hati dalam

menerima riwayat hadits

 Di Madinah apabila terjadi pemalsuan hadits lebih mudah diketahui

mengingat banyaknya ulama hadits di sana.

 Kebutuhan hukum di Irak sangat kompleks, mengingat di sana adalah

kota metropolitan

 Kondisi Madinah masih homogen dan kebutuhan terhadap hukum tidak

begitu kompleks

Pada masa Imam Syafi’i perkembangan ilmu fikih menjadi lebih pesat

lagi. Adanya perbedaan corak fikih antara Irak dan Madinah menjadikan

perdebatan antara ke dua kubu tersebut semakin sengit.

Pada masa ini Imam Syafi’i menyaksikan langsung perdedebatan

antara kedua kubu madzhab fikih yang berkembang saat itu. Dan saat itu,

beliau juga belajar langsung dari kedua aliran fikih tersebut, yakni belajar

10
langsung kepada Imam Malik, dan kepada salah satu muridnya Imam Abu

Hanifah, yakni Muhammad bin Al-Hasan Asy-Syaibani.

Dengan pengetahuannya yang luas itulah beliau menyusun secara

sistematis metode kerangka berpikir yang harus ditempuh oleh

seorang mujtahid dalam menyimpulkan hukum dalam kitabnya yang terkenal

“Ar-Risalah”.

E. Hubungan Ushul Fiqih dan Fiqih

Hubungan ushul fiqih dengan fiqih adalah seperti hubungan ilmu nahwu

dengan bahasa arab; ilmu nahwu sebagai gramatika yang menghindarkan

kesalahan seseorang didalam menulis dan mengucapkan bahasa arab, sehingga

ilmu ushul fiqih berfungsi menjaga agar tidak terjadi kesalahan dalam

mengistinbatkan hukum.

Objek fiqih adalah hukum yang berhubungan dengan perbuatan mausia

beserta dalil-dalilnya yang terperinci. Adapun objek ushul fiqih adalah mengenai

metodologi penetapan hukum-hukum tersebut. Kedua disiplin ilmu tersebut sama-

sama membahas dalil-dalil syara’, tetapi tinjauannya berbeda. Fiqih membahas

dalil-dalil tersebut untuk menetapkan hukum-hukum cabang yang berhubungan

dengan perbuatan manusia, sedangkan ushul fiqih meninjau dari segi metode

penetapan, klasifikasi argumetasi, serta situasi dan kondisi yang melatar belakangi

dalil-dalil tersebut.

Ushul fiqih merupakan ilmu yang secara garis besar mengkaji cara-cara

menginstinbath (menggali hukum). Sekalipun ushul fiqh muncul setelah fiqih,

tetapi secara teknis, terlebih dahulu para ulama menggunakan ushul fiqh untuk

menghasilkan fiqh. Artinya sebelum ulama menetapkan suatu perkara itu haram,

ia telah mengkaji dasar-dasar yang menjadi alasan perkara itu diharamkan.

11
Hukum haramnya disebut fiqih, dan dasar-dasar sebagai alasannya disebut ushul

fiqh.

Kemudian tujuan dari pada ushul fiqih itu sendiri adalah untuk

mengetahui jalan dalam mendapatkan hukum syara’ dan cara-cara untuk

menginstinbatkan suatu hukum dari dalil-dalilnya. Dengan menggunakan ushul

fiqih itu, seseorang dapat terhindar dari jurang taklid. Ushul fiqih itu juga sebagai

pemberi pegangan pokok atau sebagai pengantar dan sebagai cabang ilmu fiqih

itu.Dapat dikatakan bahwa ushul fiqih sebagai pengantar dari fiqih, memberikan

alat atau sarana kepada fiqih dalam merumuskan, menemukan penilaian-penilaian

syari’at dan peraturan-peraturannya dengan tepat.

Hukum yang digali dari dalil atau sumber hukum itulah yang kemudian

dikenal dengan nama fiqih. Jadi fiqih adalah produk operasional ushul fiqih.

Sebuah hukum fiqih tidak dapat dikeluarkan dari dalil atau sumbernya (nash al-

Qur’an dan as-Sunnah) tanpa melalui ushul fiqih. Ini sejalan dengan pengertian

harfiah ushul fiqih, yaitu dasar-dasar (landasan) fiqih. 3

3
http://neyshaafahza.blogspot.com/2015/09/hubungan-ushul-fiqih-qawaid-fiqih-dan.html

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan dari rumusan masalah diatas maka

kesimpulannya adalah adanya Korelasi Ushul Fiqih dengan hasil istinbath

hukum dalam Fiqih. Hal ini bisa dianalogikan Ushul Fiqih seperti sebuah pabrik

yang menghasilkan produk, setiap pabrik bisa memproduksi hasil produk yang

berbeda.

13
DAFTAR PUSTAKA

Rizkala, Adam. 2019. Pengertian Ushul Fiqh Secara Etimologi dan Terminologi dan

Sejarahnya. https://www.nasehatquran.com/2019/05/pengertian-ushul-

fiqh.html (diakses tanggal 11 September 2020)

Wahyu Nurudin, “Islam menurut Syaikh Taqiyuddin An-nabhani”,

https://subhalaqah.wordpress.com/2017/06/25/islam-menurut-syaikh-

taqiyuddin-an-nabhani/ (diakses pada 11 September 2020, pukul 14.45)

Nurul Hidayatun Ni’mah, 2015. Hubungan Ushul Fiqih, Qawa'id Fiqih Dan Fiqih

Khusunya Dalam Muamalah (diakses pada 16 September 2020, pukul 20:45)

http://neyshaafahza.blogspot.com/2015/09/hubungan-ushul-fiqih-qawaid-

fiqih-dan.html

14

Anda mungkin juga menyukai