Berbagai implikasi dari pengertian diatas ini adalah bahwa kebijakan publik
memiliki karakteristik sebagai berikut
Ketertiban
Kebijakan publik dibuat agar terjadinya ketertiban. Pembangunan di berbagai
bidang dapat terlaksana dengan baik. Pihak-pihak yang ingin berinvestasi juga akan
percaya dengan kondisi Indonesia. Semua dapat berjalan dengan adanya kebijakan
publik.
Revolusi Industri
Pada zaman kuno dan pertengahan pertumbuhan pengetahuan yang rel-evan
dengan kebijakan mengikuti evolusi peradaban. Namun ketika terjadi revolusi industri
pertumbuhan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan menjadi aktivitas yang
relatif otonom dengan ciri khasnya sendiri dan dipi sahkan dengan kepentingan politik
sehari-hari. Mulai pada masa ini muncul pengetahuan yang rel-evan dengan kebijakan
menurut ukuran empirisme dan metode ilmiah.
Pada abad 19 di Eropa mulai muncul generasi baru yang menghasilkan
pengetahuan tentang kebijakan mulai mendasarkan efektivitas mereka pada dokumen
data empiris yang sistematis. Pada masa itu mulai bermunculan lembaga-lembaga
yang memperhati-kan secara khusus pada pengetahuan yang relevan dengan
kebijakan. Lem-baga-lembaga tersebut diorganisir oleh para
bankir, ilmuwan, industrialis yang berusaha mengganti cara berfikir lama dalam
menghadapi masalah sosial dengan metode baru yang lebih sistematis. Latar belakang
analisis abad ke-19 dari analisis kebijakan kontemporer melanjutkan bagimana ilmu
sosial terapan ditumpangi oleh tujuan kelom pok sosial yang dominan. Pengunaan
ilmu untuk menemukan dan menguji hukum-hukum alam dan masyarakat dipandang
sebagai satu-satunya jalan untuk mencapai pengetahuan yang obyektif.
Sejak tahun 1816, ada dua instansi yang membantu pekerjaan Pemerin-tahan
Agung di Batavia ini, yaitu Generale Secretarie un-tuk membantu Commisaris
General dan Gouvernement Secretarie untuk membantu Gubernur
Jenderal. Kedudukannya ke-mudian digantikan oleh Algemene Secretarie, yang
bertugas membantu gu-bernur jenderal . Adapun perbedaan yang cukup mencolok di
antara keduanya berkaitan dengan kewenangan gubernur jenderal. Apabila pada masa
VOC tidak ada aturan khusus yang mengatur ke-wenangan gubernur
jenderal, sehingga dia dapat berimprovisasi sendiri da-lam menjalankan
pemerintahannya, maka pada masa Hindia Belanda terda-pat peraturan yang mengatur
kewenangan gubernur jenderal yang tertuang dalam RR.
Seperti yang telah dikemukakan di atas, kepala desa tidak termasuk kat-egori
priyayi karena tidak termasuk ke dalam barisan BB. Mereka dipilih langsung oleh
rakyat dan digaji oleh rakyat pula, yaitu melalui tanah desa yang diserahkan
kepadanya selama dia menjadi kepala desa. Ketika wilayah Hindia Belanda menjadi
lebih luas akibat kebijakan poli-tik pasifikasi dan pemantapan , kebutuhan tenaga
kerja untuk mengelola administrasi negara semakin meningkat.
Pemerintahan Kolonial Belanda
Setelah kembali ke tangan Belanda, tanah Hindia diperintah oleh badan baru yang
diberi nama Komisaris Jenderal. Berbekal ketentuan dalam undang-undang tersebut
ketiga anggota Komisaris Jenderal itu berangkat ke Hindia Belanda. Ketiganya
sepakat un tuk mengadopsi beberapa kebijakan yang pernah diterapkan oleh
Raffles. Ketika melihat kenyataan di lapangan, Ketiga Komisaris Jenderal itu
bimbang untuk menerapkan prinsip prinsip liberalisme dalam mengelola tanah jajahan
di Nusantara.
Hindia da-lam keadaan terus merosot dan pemerintah mengalami kerugian. Kas
negara di Belanda dalam keadaan menipis. Kaum liberal berkeyakinan bahwa
pengelolaan negeri jajahan akan mendatangkan keuntungan yang besar bila
diserahkan kepada swasta, dan rakyat diberi kebebasan dalam menanam. Sedang
kelompok konservatif ber-pendapat pengelolaan tanah jajahan akan menghasilkan
keuntungan apabila langsung ditangani pemerintah dengan pengawasan yang ketat.
Yang terjadi justru impor lebih besar dibanding ekspor. Tentu ini sangat
merugikan bagi pemerintah Belanda. Kondisi tanah jajahan dalam kondisi krisis, kas
Negara di negeri induk pun kosong. Sebagai contoh Perang Diponegoro yang baru
berjalan satu tahun sudah menguras dana yang luar biasa, sehingga pemerintahan
Hindia Belanda dan pemerintah negeri induk mengalami kesulitan ekonomi.Kesulitan
ekonomi Belanda ini semakin diperberat dengan adanya pemi-sahan antara Belanda
dan Belgia pada tahun 1830. Dengan pemisahan ini Belanda banyak kehilangan lahan
industri sehingga pemasukan negara juga semakin berkurang.
Tanam Paksa
Salah satunya pada tahun 1829 seorang tokoh bernama Johannes Van den Bosch
mengajukan kepada raja Belanda usulan yang berkaitan dengan cara melaksanakan
politik kolonial Belanda di Hindia. Van den Bosch berpendapat untuk memperbaiki
ekonomi, di tanah jajahan harus dilakukan penanaman tanaman yang dapat laku dijual
di pasar dunia. Konsep Bosch itulah yang kemudian dikenal dengan
Cultuurstelsel . Van den Bosch menyatakan bahwa cara paksaan seperti yang pernah
dilakukan VOC adalah cara yang terbaik untuk memperoleh tanaman ekspor untuk
pasaran Eropa. Dengan membawa dan memperdagangkan hasil tanaman
sebanyak-ban-yaknya ke Eropa, maka akan mendatangkan keuntungan yang sangat
besar.
Penyusunan Agenda
Agenda setting adalah sebuah fase dan proses yang sangat strategis dalam realitas
kebijakan publik. Dalam proses inilah memiliki ruang untuk memaknai apa yang
disebut sebagai masalah publik dan prioritas dalam agenda publik
dipertarungkan. Jika sebuah isu berhasil mendapatkan status sebagai masalah
publik, dan mendapatkan prioritas dalam agenda publik, maka isu tersebut berhak
mendapatkan alokasi sumber daya publik yang lebih daripada isu lain. Dalam agenda
setting juga sangat penting untuk menentukan suatu isu publik yang akan diangkat
dalam suatu agenda pemerintah.
Policy issues biasanya muncul karena telah terjadi silang pendapat di antara para
aktor mengenai arah tindakan yang telah atau akan ditempuh, atau pertentangan
pandangan mengenai karakter permasalahan tersebut.
Penilaian/ Evaluasi Kebijakan
Dengan demikian, evaluasi kebijakan bisa meliputi tahap perumusan
masalah-masalah kebijakan, program-program yang diusulkan untuk menyelesaikan
masalah kebijakan, implementasi, maupun tahap dampak kebijakan.