Disusun oleh :
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan limpahan taufik, karunia dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul Memahami Komponen Strategi dan Metode Pencarian Kerja
Yang Terorganisir Untuk Mencari Pekerjaan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas semester ganjil tahun 2020/2021
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta.Dalam penyusunan makalah
ini, penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, makalah ini tidak
akan tersusun dengan baik. Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna
oleh karena itu penulis berharap adanya kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi adalah hal yang tak bisa dielakkan.Berbagai aspek
kehidupan bisa dengan mudah dikelola dan diakses tanpa batas.Hal inilah yang
biasa disebut sebagai digitalisasi, era dimana jaringan internet menjamah semua
perangkat dan media-media baru bermunculan.
Disadari atau tidak, era digital juga akan membuat pergeseran dan perubahan
di berbagai lini kehidupan, tak terkecuali bagi Human Resource di perusahaan.
Divisi Human Resource (HR) yang berhubungan langsung dengan karyawan,
„dipaksa‟ untuk mengubah berbagai sistem yang dimilikinya agar bisa lebih
efektif dan bersaing dengan perusahaan lain.
Kehadiran teknologi telah mengubah semua sendi kehidupan.Teknologi telah
membantu manusia, tak terkecuali untuk mendapatkan pekerjaan.Sekitar satu
dekade yang lalu, ketika akses terhadap internet masih terbatas dan media sosial
belum begitu menjamur seperti sekarang, perusahaan masih menempuh cara
manual untuk bisa menjangkau talenta-talenta bersinar. Saat ini, teknologi telah
berhasil merevolusi sistem perekrutan dengan mengubah cara perusahaan dalam
menemukan kandidat yang sesuai dan profesional. Mulai dari lembaran surat
lamaran menjadi aplikasi lamaran online, hingga proses wawancara yang bisa
dilakukan jarak jauh.
Menurut data BPS per Agustus 2019, terdapat total 7,05 juta jiwa yang tidak
memiliki pekerjaan di Indonesia. Hal ini berarti, sejumlah 7,05 juta jiwa sedang
berkompetisi untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan sesuai.
Berbagai tools diciptakan untuk bisa membantu mempermudah proses
perekrutan karyawan, mulai dari platform job aggregator hingga memanfaatkan
media sosial untuk bisa mengakuisisi talenta. Tidak hanya untuk penyedia
lapangan kerja, hal ini juga berdampak pada para talenta.Di sini, proses
1
kreativitas bekerja tatkala mereka menggunakan berbagai platform untuk
“menjajakan” kemampuan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana perkembangan industry dalam menawarkan job posting ?
2. Bagaimana job search melalui digital ?
3. Bagaimana job search melalui sosial media ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penulis memiliki tujuan penelitian
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui perkembangan industry dalam menawarkan job posting
2. Untuk mengetahui job search melalui digital
3. Untuk mengetahui job search melalui sosial media
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
menginformasikan kepada karyawan mengenai adanya Job Opening yang belum
terisi serta kualifikasinya. Pengumuman tersebut mengundang karyawan memiliki
kualitas yang dibutuhkan untuk mendaftar. Kualifikasi dan berbagai persyaratan
yang dicantumkan biasanya diturunkan dari informasi analisis jabatan. Dan
melalui nominasi diri sendiri atau rekomendasi dari atasan, karyawan yang
tertarik dengan kesempatan tersebut melaporkan diri kepada departemen SDM
dan mendaftarkan diri.
Tujuan dari Job Posting adalah mendorong karyawan untuk mencari
kesempatan promosi dan transfer yang akan membantu departemen SDM
memenuhi kebutuhan internal organisasi. Dari sisi karyawan, akan memberikan
kesempatan bagi mereka untuk mencari pekerjaan yang lebih memberikan
kepuasan atau lebih dapat memenuhi tujuan pribadi mereka.
Dalam pelaksanaannya, rekrutmen internal ini memiliki unsur-unsur positif
bagi organisasi, tetapi juga dapat menimbulkan dampak negatif. Oleh karena itu,
biasanya penggunaan rekrutmen internal digabungkan dengan rekrutmen
eksternal. Melalui rekrutmen internal, organisasi mendapatkan keuntungan karena
memiliki pengetahuan yang luas mengenai kekuatan dan kelemahan kandidat.
Dengan menggunakan pengetahuan tersebut, organisasi akan memiliki keyakinan
yang lebih besar terhadap kemampuan karyawan dalam mendukung tercapainya
sukses di masa mendatang. Kandidat memiliki pengetahuan yang cukup tentang
kegiatan dan budaya organisasi sehingga proses orientasinya relatif lebih mudah
dan lebih cepat dijalankan. Moral dan motivasi karyawan akan meningkat karena
mereka melihat bahwa organisasi/perusahaan memberikan perhatian “lebih”,
terutama dalam kaitannya pada peningkatan karier. Disamping itu,hubungan
antara employer dan employee akan lebih didasarkan pada trust.
Dari segi ekonomi, rekrutmen internal akan menghemat biaya rekrutmen dan
dapat meningkatkan return on investment organisasi dengan adanya pemamfaatan
kemampuan SDM yang dimiliki secara optimal. Sisi negatif dari rekrutmen
internal adalah karyawan dapat saja dipromosikan pada posisi yang sebenarnya
melebihi kemampuan yang dimilikinya, sehingga kinerja yang diharapkan
4
meningkat tidak terjadi. Selain itu, karyawan yang gagal dalam rekrutmen internal
ini bisa saja menurun motivasinya dalam kerjanya.
Tidak dapat dipungkiri, berbagai aspek kehidupan manusia akan terus berubah
seiring dengan revolusi dan perkembangan teknologi yang terjadi. Memang
perubahan seringkali diiringi banyak dampak negatif dan menimbulkan masalah-
masalah baru. Namun, perubahan juga selalu bisa membawa masyarakat ke arah
yang lebih baik. Maka dari itu, revolusi industri 4.0 bukanlah suatu kejadian yang
menakutkan, justru membuka peluang yang semakin luas bagi anak bangsa untuk
berkontribusi terhadap perekonomian nasional.
5
sosial dan kultural yang mendorong partisipasi masyarakat untuk menyelesaikan
isu kesenjangan digital, termasuk masalah pengangguran yang disebabkan oleh
ketidaksetaraan tersebut.
6
2) Teknologi Digital sebagai Media Pencarian Lowongan Pekerjaan
Dalam Jurnal Ikhirma, Annindito dkk., (2016) Survei yang
dilaksanakan oleh Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII)
menemukan bahwa 132,7 juta orang Indonesia memiliki akses ke internet.
Angka tersebut cukup signifikan mengingat total penduduk Indonesia
sebanyak 256.2 juta orang (Kompas, 2016). Artinya lebih dari setengah
penduduk Indonesia terhubung ke internet. Sementara itu, pengguna internet
Indonesia juga didominasi oleh usia produktif.Selain usia produktif, pengguna
internet Indonesia juga didominasi kelompok yang berlatarbelakang
pendidikan siap bekerja/siap melanjutkan pendidikan. Sebanyak 64,70%
pengguna internet tergolong lulusan Sekolah Menengah Atas/sederajat,
sedangkan 16.90% dari sarjana/S1 (Kementerian Kominfo, 2014). Dari sini,
dapat dilihat bahwa seluruh penduduk memiliki kesempatan yang setara untuk
mencari informasi di internet.Namun, sangat disayangkan dalam mencari
pekerjaan, pemanfaatan internet masih didominasi kelompok berpendidikan
tinggi.
Dari seluruh pengguna internet, sekitar 4 juta orang memanfaatkan
keterhubungan tersebut untuk mencari kesempatan pekerjaan. Sebagaimana
dilansir oleh CNN Indonesia, LinkedIn yang awalnya baru memiliki sekitar
2.8 juta pelanggan di Indonesia, mengalami peningkatan pengguna sebanyak
40% hingga mencapai 4 juta (CNN Indonesia, 2015).Berdasarkan data dari
Managing Director LinkedIn untuk Asia Tenggara, Australia, dan Selandia
Baru Cliff Rosenberg, 90% anggota LinkedIn di Indonesia ingin mencapai
puncak kariernya dan 71% memandang LinkedIn sebagai alat penting
yangmembantu percepatan karier mereka (CNN Indonesia, 2015). Hal lain
yang menjadi indikator peningkatan pemakaian internet untuk mencari
pekerjaan juga dapat ditemukan dalam riset yang dilansir oleh JobsDB. Sejak
Januari 2011 hingga Januari 2013, jumlah pengakses situs lowongan kerja
JobsDB meningkat 266%.1 Rata-rata yang mengakses JobsDB berusia antara
18-40 tahun (Suara Pembaruan, 2013).
7
Meskipun demikian, hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana
pengguna internet untuk peningkatan karier didominasi oleh kelompok yang
berketerampilan tinggi. Rosenberg mencatat bahwa 71% pengguna LinkedIn
Indonesia menyandang jabatan manajer atau lebih senior, sedangkan 22%
bertanggung jawab membuat keputusan di dalam organisasi mereka (CNN
Indonesia, 2015). Di sisi lain, hasil survei JobsDB menemukan 25% pencari
pekerjaan di Indonesia belum pernah bekerja atau fresh graduate, dan 41%
telah bekerja namun menginginkan pekerjaan baru yang lebih baik. Sisanya,
34% adalah orang-orang yang sudah betah dengan pekerjaan lama dan tidak
mau mencari pekerjaan baru (Suara Pembaruan, 2013).
Kesenjangan penggunaan internet sebagai media pencarian kerja ini
tentu menjadi suatu masalah.Memang terjadi peningkatan jumlah pengguna
internet untuk mencari kerja, namun kelompok berpendidikan tinggi masih
mendominasi.Hal ini menunjukkan kesenjangan perkembangan
teknologi.Bagaimana mereka yang berpendidikan rendah dapat menemukan
lowongan pekerjaan melalui internet menjadi tantangan tersendiri dalam
upaya pengurangan jumlah pengangguran di Indonesia.
3) Teknologi Digital sebagai Pencipta Lapangan Pekerjaan
Dalam Jurnal Ikhirma, Annindito dkk., (2016)menemukan adanya
usaha pemerintah memanfaatkan teknologi untuk memperluas lapangan
pekerjaan. Sebagai contoh adalah peluncuran Gerakan Nasional 1000 Startup
Digital.dengan bertujuan pembentukan 1000 startup pada tahun 2020.Inisiator
dari program ini adalah Kementerian Komunikasi dan Informasi serta Kibar,
sebuah organisasi yang menamakan diri sebagai wadah ekosistem pembangun
startup.Usaha pemerintah ini perlu diapresiasi.Akan tetapi, masih terdapat
sejumlah tantangan yang menghambat tujuan mulia program ini.Pertama,
terdapat keterbatasan pendanaan program. Pemerintah Indonesia sama sekali
tidak memberikan dana dan hanya berperan sebagai pemberi rekomendasi.
Hambatan kedua adalah overestimasi pelaku startup dalam pembuatan
usaha.Hal yang paling penting adalah membangun usaha yang berkelanjutan,
8
jika ingin tujuan gerakan 1000 startup tercapai.Hanya saja, pebisnis kerap kali
menunjukkan pesimisme terhadap startup yang muncul sebagai entitas yang
menghasilkan keuntungan dalam jangka panjang.Ratarata tingkat kegagalan
startup adalah 90% (Forbes, 2015).Bagaimanapun, kita telah menyaksikan
startup-startup di Indonesia membuka peluang pekerjaan bagi
masyarakat.Seiring dengan melemahnya ekonomi global, gelombang
pemutusan hubungan kerja mulai menghampiri Indonesia.Pada tahun 2015,
43,085 karyawan mengalami PHK (Sindonews, 2015).Pada Februari 2016,
sudah 12,680 pekerja mengalami PHK (Rafki Hidayat, BBC, 2016).BPS
diwakili oleh Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, Sasmito Hadi
Wibowo, menilai bahwa kehadiran startup seperti Gojek (penyedia jasa
transportasi berbasis aplikasi daring) dapat menekan angka pengangguran di
saat krisis (Merah Putih, 2015).
9
serta bertukar bertukar fakta dan ide dalam sebuah jejaring dan populasi
virtual. Contoh sosial media yang popular di Indonesia antara lain Facebook,
Twitter, Instagram, Youtube, Whatsapp dan lain sebagainya. Sosial media
berfungsi untuk berkomunikasi, mencari dan membagikan informasi.
(hipwee.com). Perkembangan teknologi membuat sosial media ini menjadi
salah satu media yang paling diminati oleh semua masyarakat dalam mencari
pekerjaan. Dengan sosial media informasi yang didapatkan mengenai
lowongan kerja dapat dijangkau tergolong lebih mudah karena penggunaan
sosial media dapat dilakukan kapanpun.
Sosial media dapat mempengaruhi proses pencarian kerja. Berikut
adalah alasan mengapa sosial media dapat mempengaruhi proses pencarian
kerja:
a. Rekruter Menggunakan Facebook dan Linkedin untuk Mencari Kandidat
Berdasarkan artikel pada urbanhire.com mengatakan bahwa survey
menyatakan rekruter tertarik pada LinkedIn sebanyak 94%, Facebook 66%
dan Twitter sebesar 52% dalam proses prekrutan. Dengan begitu pencari
kerja harus menjaga dan menyadari brand image yang dimiliki di sosial
media. Pencari kerja harus menyadari bahwa apa yang dibagikan pada
akun sosial media bersifat terbuka sehingga rekruter dapat menilai calon
karyawan yang akan direkrut.
b. Perhatikan Apa yang Telah Dibagikan di Sosial Media
Jika seseorang ingin membagikan sesuatu di sosial media harus difikirkan
ulang kembali karena ini sangat berpengaruh jika ada rekruter yang
sedang mencari kandidat. Pada saat ini, rekruter tidak hanya mencari
seorang yang memiliki keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan
perusahaan tetapi rekruter akan mempertimbangkan kecocokan budaya
dan culture yang ada diperusahaan dan mencari kandidat yang tepat dan
dapat mengkomunikasikan nilai-nilai perusahaan.
10
c. Penerimaan Pekerjaan Semakin Kompetitif
Pengguna sosial media yang sudah menjadi hal yang umum oleh
masyarakat khususnya dalam pencarian kerja. Benyak lowongan
pekerjaan yang tersebar di sosial media tetapi tidak semua pencari kerja
sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan oleh perusahaan. Oleh karena itu,
dengan adanya sosial media, pencarian kandidat menjadi lebih kompetitif
dan mendapatkan kandidat yang relevan.
d. Sosial Media Memiliki Fungsi yang Berbeda
Seorang pencari kerja biasanya memiliki lebih dari satu akun sosial media
karena setiap sosial media memiliki fungsinya masing-masing. Biasanya
rekruter menggunakan LinkedIn untuk mencari dan menghubungi
kandidat sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan menggunakan
Facebook untuk melihat brand image yang dimiliki oleh kandidat.
2) Peran Sosial Media dalam Proses Rekrutment
Perkembangan teknologi telah membawa banyak perubahan salah satunya
adalah proses rekrutmen karyawan dalam sebuah perusahaan. Adapun peran
sosial media dalam proses rekrutment:
a. Branding
Sebuah perusahaan harus memiliki image yang baik dimata calon
karyawan untuk menarik minat pelamar. Hal ini dapat dilakukan dengan
membuat akun atau channel perusahaan. Perusahaan membagikan
informasi yang menggambarkan nilai dari perusahaan. Selain itu
perusahaan juga bisa melibatkan karyawan untuk meningkatkan
popularitas dan image perusahaan.
b. Advertising
Perusahaan membagikan lowongan pekerjaan di berbagai sosial media
mulai dari Fcebook, LinkedIn, Whatsapp, Twitter, Instagram ataupun
portal perekrutan milik perusahaan. Lowongan pekerjaan yang dibagikan
pada sosial media diharapkan oleh perusahaan untuk memperoleh
11
kandidat sesuai dengan persyaratan yang telah diinformasikan dalam
lowongan kerja tersebut.
c. Screening
Sosial media juga bisa digunakan untuk membantu proses sreening data
calon karyawan. Tim rekrutment dapat melakukan penilaian serta dapat
menjadi salah satu pengambilan keputusan dengan menentukan terlebih
dahulu parameter apa saja yang akan dinilai dari akun sosial media calon
karyawan.
3) Peran Sosial Media dalam Dunia Kerja
Sosial media memiliki peran penting dalam dunia kerja. Penggunaan sosial
media lebih dapat dilihat oleh pihak rekruter dan menjadi pertimbangan dalam
merekrut calon pekerja. Adapun peran-peran sosial media dalam dunia kerja:
a. Sebagai Sarana Personal Branding.
Sosial media digunakan sebaga sarana personal branding dari sesorang.
Segala aktivitas yang diposting oleh sesorang akan terekam dalam akun
sosial media yang dimiliki. Ini menjadi cerminan karakter seseorang
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dimanfaatkan oleh rekruter dalam
merekrut karyawan. Human resource dapat melakukan background
checking akun sosial media untuk mendapatkan gambaran mengenai pola
piker, keseharian dan karakter dari calon pekerja. Oleh karena itu, setiap
orang perlu membangun personal branding dengan cara memilah konten
yang dibagikan dan berkomentar di sosial media agar menjadi pribadi
yang bijak demi kebaikan karir calon pekerja.
b. Sebagai Sarana Komunikasi yang Praktis
Sosial media memiliki fungsi untuk mendapatkan dan menyebarkan
informasi. Perusahaan menggunakan sosial media sosial untuk
berkomunikasi baik antar individu maupun kelompok. Dengan berbagai
macam sosial media yang ada dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan dan
menyebarkan informasi seputar pekerjaan secara real-time sehingga dapat
meningkatkan produktivitas kerja. (Line Today: 2019)
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada akhirnya, kita dapat menarik kesimpulan bahwa telah terjadi revolusi
digital dalam masyarakat Indonesia. Terjadi pergeseran kebiasaan dalam
melakukan berbagai aktivitas dengan semakin mudah dan murahnya akses
internet. Revolusi ini memengaruhi beberapa aspek ketenagakerjaan. Dalam hal
ini, perkembangan teknologi digital mampu membantu masyarakat Indonesia
mencari pekerjaan dan membuka lapangan pekerjaan itu sendiri. Di sisi lain, kita
tidak bisa memungkiri bahwa terdapat kesenjangan yang ada dalam kemampuan
memanfaatkan teknologi digital: teknologi ini sangat menguntungkan mereka
yang memiliki akses sumber daya yang lebih luas. Perusahaan-perusahaan yang
melakukan perekrutan secara daring, misalnya, jarang melakukan perekrutan itu
untuk mengambil pekerja keterampilan rendah. Startup-startup yang tumbuh juga
memerlukan pendidikan yang tinggi dan keahlian spesifik, yang harus diperoleh
dengan bertahun-tahun pendidikan dan keahlian. Selain itu, dalam menumbuhkan
startup, masyarakat masih memerlukan sumbangan dana dari masyarakat
lainnya––baik itu swasta maupun komunitas.
B. Saran
Berdasarkan simpulan dari hasil analisis, penulis dapat merekomendasikan saran
sebagai berikut:
1. Diperlukan kolaborasi antar aktor-aktor yang berperan dalam ketenagakerjaan
Indonesia, yakni pemerintah, perusahaan (employer), media, dan pencari
pekerjaan itu sendiri. Para aktor ini diharapkan dapat merumuskan solusi yang
akan memudahkan dan meningkatkan penyerapan tenaga kerja yang
berkeadilan. Berkeadilan di sini dalam artian memberikan kesempatan bagi
semua kalangan, dengan cara pemberian informasi seluasluasnya, penyediaan
layanan khusus bagi yang masih tertinggal dalam akses (masyarakat yang
13
masih belum memiliki teknologi, perempuan-perempuan miskin di daerah
tertinggal, dan masyarakat yang putus sekolah), maupun peningkatan
lapangan kerja dari pemerintah sendiri
2. Harapannya, revolusi digital dapat mengentaskan pengangguran dan
meningkatkan produktivitas masyarakat Indonesia secara keseluruhan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Kajanová, H., Sedláček, M., Soósová, V. 2017. “Attitudes of Young People To Job
Searching Through Social Media : Case of Slovakia - Vol. 10, No. 1, pp. 152-
168. ”. Economics and Sociology , University of Trenčín – Trenčín.
https://www.economicssociology.eu/files/ES_10_1_Kajanova_Sedlacek_Sooso
va.pdf. Diakses pada tanggal 24 September 2020
http://administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jab/article/viewFile/2187/2
585
https://tekno.kompas.com/read/2018/02/22/16453177/berapa-jumlah-pengguna-
internet-indonesia?page=all
https://today.line.me/id/v2/article/Pentingnya+Media+Sosial+dalam+Dunia+Kerja-
BwZo7n
https://www.hipwee.com/narasi/peran-media-sosial-yang-menjadi-lahan-pekerjaan-
masa-kini-bagi-kaum-milenial/
https://www.wartaekonomi.co.id/read226785/mengenal-revolusi-industri-dari-10-
hingga-40
15