Muhammadiyah Sebagai Gerakan Keagamaan
Muhammadiyah Sebagai Gerakan Keagamaan
Keagamaan
Secara harfiah ada perbedaan antara kata “gerak, “gerakan”, maupun “pergerakan”.
Gerak adalah perubahan sesuatu materi dari tempat yang satu ke tempat lainnya[2], gerakan
adalah perbuatan atau keadaan bergerak, sedangkan pergerakan adalah usaha atau kegiatan.
Pergerakan identik dengan kegiatan dalam ranah sosial. Dengan demikian, kata gerakan atau
pergerakan mengandung arti, unsur, dan esensi yang dinamis tidak statis.
Dalam teori perubahan sosial (sosial movement theory) sebuah pergerakan atau
gerakan selalu lahir memiliki makna “perubahan/change”, yakni kehadirannya untuk
melakukan perubahan tertentu baik yang evolusiner maupun revolusioner. Gerakan sosial
kemasyarakatan adalah suatu bentuk kolektif berkelanjutan yang mendorong atau
menghambat perubahan dalam masyarakat atau organisasi yang merupakan bagian dari
masyarakat tersebut (Turner dan Killian, 2000).
Menurut David A. Locher (2000) terdapat tiga hal yang membedakan gerakan sosial
(sosial movement) dari bentuk perilaku kolektif lainnya, yaitu: (1) Organized, bahwa gerakan
sosial itu terorganisasi, sedangkan kebanyakan perilaku kolektif tidak terorganisasi baik
pemimpin, pengikut, maupun proses pergerakannya; (2) Delibrate, gerakan sosial itu
direncanakan dengan penuh pertimbangan dan perencanaan; (3) Enduring, gerakan sosial itu
keberadaanya untuk jangka waktu yang panjang hingga beberapa decade. Artinya sebuah
gerakan sosial, terlebih gerakan keagamaan memiliki karakter yang kuat untuk bergerak
secara terorganisir, terencana dan berkelanjutan sehingga tidak mudah tertelan zaman
maupun badai tantangan zaman berikutnya.
Dalam bangsa Indonesia terdapat berbagai gerakan keagamaan (Islam) seperti yang di
lakukan oleh petani Banten tahun 1988 yang sempat menimbulkan kecemasan pemerintah
Kolonial Belanda sebagaimana di teliti oleh Sartono Kartodirjo, merupakan contoh dari
gerakan militan walaupun berumur singkat. Di abad ke-20 muncullah Muhammadiyah.
Kebangkitan atau lahirnya Muhammadiyah merupakan bentuk dari revitalisasi Islam
Indonesia untuk perubahan yang bercorak pembaharuan yang disebut “revitalisme,
“moderenisme” dan “reformisme”. Semangat dasarnya adalah pergerakan untuk perubahan.
Muhammadiyah bukanlah gerakan sosial-keagamaan yang biasa, tetapi sebagai
gerakan islam. Selain terkena hukum pergerakan, Muhammadiyah dalam gerakannya terkait
dengan islam. Bergerak bukan asal bergerak, harus dilandasi, dibingkai, dan di arahkan
dengan Islam. Islam bukan sebagai asas formal (teks), tetapi menjiwai, melandasi, mendasari,
mengkerangkai, memengaruhi, menggerakan dan menjadi pusat orientasi dan tujuan. Bukan
sekadar islam KTP, slogan dan simbolik belaka. Itulah Islam yang berkemajuan sebagaimana
yang menjadi semangat dasar gerakan Muhammadiyah dalam mengarungi perjalanan zaman.
Segolongan pelaku gerakan dakwah wajib untuk berorganisasi dan terorganisir agar
memiliki power yang lebih dalam menyebar nilai-nilai ke islaman yang bersumber dari Al-
Qur’an dan Al-Hadist. Para pendahulu Muhammadiyah memaknainya dengan kaidah
fiqhiyah “ma layatim al-wajib Illa bihi da huma wajib”. Artinya organisasi itu menjadi wajib
adanya karena keniscayaan dakwah memerlukan alat organisasi tersebut. Sisi lain, tujuan
Muhammadiyah adalah untuk mencetak ummat terbaik atau ummat yang unggul.
Sebagaimana pokok pikiran keenam Anggaran Dasar Muhammadiyah disebutkan, bahwa
“organisasi adalah satu-satunya alat atau cara perjuangan yang sebaik-baiknya”. Ciri-cirinya
adalah: a) Muhammadiyah adalah subjek atau pemimpin, dan masyarakat semuanya adalah
objek atau yang dipimpinnya; b) Lincah (dinamis), maju (progresif), selalu dimuka dan
militant; c) Revolusioner; d0 mempunyai pemimpin yang kuat, cakap, tegas dan berwibawa;
dan e) Mempunyai organisasi yang susunannya lengkap dan selalu tepat atau up to date (PP
Muhammadiyah, Manhaj Gerakan Muhammadiyah, 200; 19-30).
Beberapa dekade yang lalu, telah di rumuskan pembinaan Jamaah, keluarga sakinah, dan
qaryah thoyyibah untuk memperkuat basis.
1. Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah (GDJD)
Esensi GDJD adalah penguatan kesadaran jamaah dan kepedulian mereka terhadap
lingkungan sosialnya. Definisi sederhana tentang jamaah adalah kumpulan keluarga muslim
yang berada dalam suatu lingkungan tempat tinggal. Ajakan warga aktif merupakan landasan
gerakan Muhammadiyah yang menuntut adanya komunitas yang solid dan terorganisir untuk
memperjuangkan tegaknya kebaikan menentang segala macam keburukan. Orientasi dari
gerakan ini adalah membangun basis kehidupan dakwah bil halal di bidang pendidikan,
sosial, ekonomi dan kesehatan.
KH. Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah dan beberapa sahabatnya sangat
peduli terhadap pembinaan jamaah. Beliau melakukan perjalanan keliling Jawa untuk
melakukan pembinaan hingga ke Banyuwangi, Jakarta dan Jawa Tengah. Itu artinya,
penguatan jamaah sudah menjadi platform dari berdiri dan pengembangan gerakan
Muhamaadiyah.
Catatan Kaki
1. Muhammadiyah Sebagai Gerakan Keagamaan Disampaikan pada presentase mata kuliah
AIKA III Universitas Muhammadiyah Malang pada 28 November 2013
2. Mahasiswa aktif Univeritas Muhammadiyah Malang Jurusan Ekonomi Manajemen dan
Bisnis yang belum juga sarjana.
3. Pengertian gerak di kutip dari Wikipedia pada 21 November 2013 pukul 09.29.
Selengkapnya lihat di http://id.wikipedia.org/wiki/Gerak
4. http://haryo-prasodjo.blogspot.com/2011/11/muhammadiyah-sebagai-gerakan-
keagamaan.html
5. MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN ISLAM
http://sdmuhammadiyah2solo.wordpress.com/2012/07/19/muhammadiyah-sebagai-gerakan-
islam/
Daftar Pustaka
Buku
AIKA al-Islam – Kemuhammadiyahan 3 Umm Press Oktober 2012 halaman 101 – 108
Sumber Link URL oleh Riqar Manaba[2]
http://www.riqarmanaba.com/2013/11/muhammadiyah-sebagai-gerakan-keagamaan.html
Diakses tanggal 9/16/2014 06:30 PM