Anda di halaman 1dari 84

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRESS DENGAN KEJADIAN INSOMNIA


PADA LANJUT USIA DI DESA KERSANA KECAMATAN KERSANA
KABUPATEN BREBES

Disusun Oleh :

M. AZKY DIAR RIZALDI


C1015052

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI MANDALA HUSADA
2020
SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRESS DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA


LANJUT USIA DI DESA KERSANA KECAMATAN KERSANA KABUPATEN
BREBES

Disusun Oleh
M. AZKY DIAR RIZALDI
C1015052

Disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar


Sarjana Keperawatan pada Program Studi Sarjana Keperawatan dan
Ners Di STIKes BHAMADA Slawi
2020

i
HALAMAN
STIKES BHAMADA SLAWI
PERNYATAAN
PROGRAM STUDI SARJANA
KEASLIAN KARYA
KEPERAWATAN DAN NERS
ILMIAH

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : M. AZKY DIAR RIZALDI
NIM : C1015052

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:


1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggung jawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naska karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.
Jika kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui
pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang ditemukan
bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenakan
sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di STIKes Bhakti Mandala Husada
Slawi. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

PENGESAHAN SKRIPSI

ii
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRESS DENGAN KEJADIAN
INSOMNIA PADA LANJUT USIA DI DESA KERSANA KECAMATAN
KERSANA KABUPATEN BREBES

Dipersiapkan dan disusun oleh :


M. AZKY DIAR RIZALDI
C1015052

Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal Agustus 2020 dan
dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima.

Pembimbing I, Pembimbing II,

Khodijah, S.Kep.Ns.,M.Kep Deni Irawan, S.Kep.Ns.,M.Kep


NIPY : 1980.03.10.06.040 NIPY : 1985.03.08.09.050

iii
HUBUNGAN TINGKAT STRESS DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA
LANJUT USIA DI DESA KERSANA KECAMATAN KERSANA KABUPATEN
BREBES

M. Azky Diar Rizaldi1), Wisnu Widyantoro2), Ratna Widhiastuti3)


1) Program Studi Sarjana Keperawatan dan Ners, STIKes Bhakti Mandala
Husada Slawi 52416,
Tegal Indonesia
3)
2) Dosen STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi 52416, Tegal
Indonesia

Email: rizalazky1@gmail.com

Abstrak

Stres dapat menimbulkan dampak bagi lansia baik fisik, sosial, intelektual,
psikologis, dan spiritual. Dampak fisik pada lansia seperti pandangan kabur,
gerakan lamban, dan mudah lelah. Dampak sosial yang dihadapai yaitu seperti
menurunnya aktifitas soaial dimasyarakat. Dampak intelektual seperti
berkurangnya kemampuan untuk mengingat. Dampak psikologis seperti sering
cemas dan stress. Dampak spiritual seperti lebih sering mengingat kematian.
Dampak yang terjadi tersebut sehingga dapat menyebabkan penurunan kualitas
hidup pada lansia. Tidur merupakan proses penting bagi manusia karena terjadi
suatu proses pemulihan tubuh. Kualitas tidur di tentukan dengan bagaimana
seseorang dapat mempersiapkan pola tidurnya di malam hari serperti kedalaman
tidur, kemampuan tidur dan kemudahan untuk tidur. Insomsia merupakan
dampak yang disebabkan oleh kesehatan fisik, psikis, finansial, maupun dalam
kehidupan bermasyarakat. Dampak fisik diantaranya dapat terjadi kegemukan,
gangguan jantung dan diabetes. Dampak psikis diantaranya seperti dapat
menyebabkan amygdala (bagian otak yang bertugas memproses emosi) menjadi
lebih aktif dan prefrontal cortex (bagian otak depan) menjadi kurang aktif.
Dampak hidup didalam masyarakat yaitu berpengaruh pengobatan. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian menggunakan
pendekatan Cross sectional Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu
non probability sampling dengan jenis accidental sampling dan besar sampel
yang diambil yaitu 70 orang. Hasil analisis data menggunakan uji statistik
Spearman Rank menunjukkan nilai P value 0,000 < 0,05 yang menandakan Ho
ditolak dan Ha diterima atau terdapat hubungan antara tingkat stress dengan
kejadian insomnia pada lansia di desa Kersana. Perawat diharapkan dapat
melakukan penyuluhan terhadap lansia tentang pentingnya kualitas tidur bagi
lansia.

Kata Kunci : Tingkat Stress, Kejadian Insomnia, Lansia

iv
RELATIONSHIP OF STRESS LEVELS WITH INSOMNIA EVENTS IN
ADVANCED AGE IN DESA KERSANA KECAMATAN KERSANA KABUPATEN
BREBES

M. Azky Diar Rizaldi1), Wisnu Widyantoro2), Ratna Widhiastuti3)


2) Nursing and Nurse Undergraduate Study Program, STIKes Bhakti Mandala
Husada Slawi 52416,
Tegal Indonesia
3)
2) Lecturer at STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi 52416, Tegal
Indonesia

Email: rizalazky1@gmail.com

Abstract

Stress can have an impact on the elderly physically, socially, intellectually,


psychologically and spiritually. Physical effects on the elderly such as blurred
vision, sluggish movements, and fatigue. The social impact that is faced is such
as a decrease in social activity in the community. Intellectual impact such as
reduced ability to remember. Psychological impact such as frequent anxiety and
stress. Spiritual effects such as remembering death more often. The impact that
occurs can cause a decrease in the quality of life in the elderly. Sleep is an
important process for humans because there is a process for the body's recovery.
The quality of sleep is determined by how a person can prepare his sleep
patterns at night such as the depth of sleep, sleep ability and ease of sleep.
Insomsia is an impact caused by physical, psychological, financial health, as
well as in social life. Physical effects include obesity, heart problems and
diabetes. Psychological effects include such as causing the amygdala (the part of
the brain responsible for processing emotions) to become more active and the
prefrontal cortex (part of the forebrain) to become less active. The impact of life
in society is that it affects treatment. This research is a quantitative research
design using a cross sectional approach. The sampling technique used is non-
probability sampling with accidental sampling type and the sample size taken is
70 people. The results of data analysis using the Spearman Rank statistical test
showed a P value of 0.000 <0, 05 which indicates that Ho is rejected and Ha is
accepted or there is a relationship between stress levels and the incidence of
insomnia in the elderly in Kersana village. It is hoped that nurses can provide
counseling for the elderly about the importance of sleep quality for the elderly.

Keywords : Stress Level, Incidence of Insomnia, Elderly

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil’Alamiin, segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam atas
segala nikmat karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Hubungan antara Tingkat Stress dengan Kejadian Insomnia pada Lanjut Usia di Desa
Kersana Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi
syarat memperoleh gelar Sarjana Keperawatan di Program Studi STIKes Bhakti
Mandala Husada Slawi. Dalam proses penyusunan skripsi ini peneliti banyak
mendapatkan bimbingan dan pengarahan dari pembimbing. Oleh karena itu peneliti
mengucapkan terimakasih kepada Ibu Khodijah S.Kep.,Ns M.Kep selaku pembimbing
I dan Bapak Deni Irawan S.Kep., M.Kep. selaku pembimbing II yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing dalam penulisan
skripsi, sehingga dapat tersusun dengan baik. Peneliti menyadari bahwa selama proses
penulisan bukan hanya karena upaya sendiri melainkan berkat bantuan dan dukungan
dari segala pihak. Dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. Risnanto, M.Kes. selaku Ketua STIKes Bhamada Slawi yang telah
memberikan izin untuk melakukan penelitian.
2. Dwi Budi Prastiani, M.Kep.Ns.Sp.Kep.Kom. selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan dan Ners STIKes Bhamada Slawi.
3. Seluruh Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan dan Ners STIKes Bhamada
Slawi, yang telah mendidik dan membimbing selama ini.
4. Kedua orangtua Bapak Hadi Pujadi dan Ibu Siti Farhatun, yang telah membantu
membiayai kuliah sampai tingkat akhir.
5. Kakak saya Rizka Ayu Faradhina, Ikhwan Setiawan yang telah memberikan doa,
semangat, dan dukungan.
6. Sahabat-sahabat seperjuangan Indah Tri Wulandari, Lina Agustina, Uyun Lare
Sanju, Nurhidayanti, M. Syafik, Uli Andriyani yang selama ini susah senang
bersama dalam proses pengajuan Judul sampai akhir dari pembuatan penelitian
ini.
7. Teman-teman S1 Ilmu Keperawatan Angkatan 2016 yang sedang berjuang
bersama dalam proses pembuatan penelitian ini.

vi
8. Dan semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan serta semangat
dalam proses pembuatan penelitian ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan penelitian ini masih banyak


kekurangan. Untuk itu peneliti mengharap kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya
pada bidang yang sama yaitu calon-calon penerus kesehatan.

Slawi, Agustus 2020

Peneliti

vii
DAFTAR ISI

COVER DALAM......................................................................................................... i
HALAMAN PERTANYAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH.............................ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI................................................................... iii
ABSTRAK.................................................................................................................... iv
ABSTRACT.................................................................................................................. v
KATA PENGANTAR................................................................................................. vi
DAFTAR ISI............................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL........................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................... xii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................... . 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................... . 1
1.2 Tujuan Penelitian....................................................................................... . 6
1.3 Manfaat Penelitian..................................................................................... . 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... . 7
2.1 Tingkat Stress............................................................................................. . 7
2.2 Kejadian Insomnia Pada Lansia............................................................... . 12
2.3 Kerangka Teori........................................................................................... . 23
2.4 Kerangka Konsep....................................................................................... . 24
BAB 3 METODE PENELITIAN............................................................................. . 25
3.1 Jenis dan Desain Penelitian....................................................................... . 25
3.2 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data........................................... 26
3.3 Populasi dan Sampel.................................................................................. . 27
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian................................................................... . 29
3.5 Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran.......... 29
3.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data.............................................. 30
3.7 Etika Penelitian.......................................................................................... . 31

viii
BAB 4 PEMBAHASAN DAN HASIL
4.1 Hasil Penelitian............................................................................................ 32
4.2 Pembahasan.................................................................................................33
4.3 Keterbatasan Penelitian.............................................................................. 34
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan.................................................................................................. 43
5.2 Saran............................................................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA

ix
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
3.1 Definisi operasional, Variabel, Hasil Ukur, Skala Ukur.................................29

4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Tingkat Stress......................34

4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Kejadian Insomnia ..................35

4.3 Hubungan Tingkat Stress dengan Kejadian Insomnia ...................................36

x
DAFTAR GAMBAR

2.1 Kerangka Teori Penelitian.................................................................................. 22


2.2 Kerangka Konsep Penelitian.............................................................................. 23

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 (LEMBAR INFORMASI PENELITIAN)


Lampiran 2 (LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN)
Lampiran 3 (LEMBAR PERIJINAN PENELITIAN)
Lampiran 4 (LEMBAR KUESIONER)
Lampiran 5 (LEMBAR STATISTIK PENELITIAN)
Lampiran 6 (LEMBAR DOKUMENTASI)
Lampiran 7 (LEMBAR BIMBINGAN KONSULTASI)
Lampiran 8 (JADWAL PENELITIAN)
Lampiran 9 (LEMBAR CURRICULUMVITAE)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap manusia pasti mengalami serangkaian proses di dalam kehidupannya. Salah satu
proses tersebut adalah proses menua. Proses menua dialami oleh setiap individu baik laki-
laki maupun perempuan. Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya yang dialami oleh setiap lansia. Hal ini
terjadi karena setiap manusia memiliki perubahan fisiologis di dalam hidupnya (Darmojo,
2011).

Berdasarkan World Population Foundation (2012), kelompok lansia cenderung mengalami


pertumbuhan yang sangat cepat dibandingkan usia lainnya. Jumlah lansia (60+tahun) di
Dunia dan di Indonesia dapat diproyeksikan akan mengalami peningkatan presentase pada
tahun 2013 hingga 2050. Pada tahun 2013 (8,9% di Indonesia dan 13,4% di dunia) dan pada
tahun 2050 (21,4% di Indonesia dan 25,3% di Dunia). Presentase jumlah lansia yang berusia
lebih dari 60 tahun paling banyak di antara semua Provinsi. Di Daerah Istimewa Yogyakarta
jumlah lansia tercatat cukup besar dibandingkan dengan daerah lainnya, pada tahun 1990
sampai tahun 2025 mencapai 13,72 %.

Penduduk lanjut usia di Indonesia 2 tahun terakhir mengalami peningkatan yang signifikan
xii
pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta jiwa dan meningkat
menjadi 20.547.541 pada tahun 2009 jumlah ini terbesar keempat setelah China, India dan
Jepang. Usia harapan hidup perempuan lebih panjang dibandingkan laki-laki maka jumlah
penduduk lanjut usia perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki (11,29 juta jiwa
berbanding 9,26 juta jiwa). Permasalahan lanjut usia secara umum di Indonesia tidak lain
adalah permasalahan yang lebih didominasi oleh perempuan.

Menurut World Health Organization (WHO), penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020
mendatang sudah mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang, balitanya tinggal
6,9% yang menyebabkan jumlah penduduk lansia yang terbesar di Dunia (International Data
Base, 2009).

Data Badan Pusat Statistik Nasional mencatat angka harapan hidup Indonesia pada kisaran
tahun 2010-2015 berada pada angka 70,1 tahun. Kendali tersebut membawa dampak
terhadap peningkatan jumlah populasi lanjut usia (lansia) dunia. Badan Pusat Statistik
mencatat pada tahun 2010 data lansia di Kalimantan Timur sebanyak 142.805 orang atau
4,02% dari keseluruhan penduduk (3.553.000 jiwa), dengan jumlah lansia perempuan
sebanyak 67.886 orang lebih sedikit dibandingkan jumlah penduduk lansia pada laki-laki
yaitu 74.939 orang (Badan Pusat Statistik Nasional, 2015).

Peningkatan jumlah lansia terjadi di berbagai negara termasuk negara maju dan negara
berkembang. Negara berkembang memiliki jumlah lansia yang lebih banyak dibandingkan di
Negara maju. Negara Indonesia yang berada di peringkat empat dunia dengan jumlah lansia
yang terbanyak. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa, penduduk lansia di
Indonesia tahun 2010 berjumlah 23.992.553 jiwa (9,77%). Tahun 2020 jumlah lansia
diprediksi akan mencapai 28.822.879 jiwa (11,34%). Daerah yang memiliki lansia terbanyak
di Indonesia, yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta dengan jumlah persen 12,48%. Provinsi
Jawa Timur dengan hitungan 9,36%. Provinsi Jawa Tengah yang memiliki jumlah lansia
9,26%. Jumlah lansia masih bersifat tentatif atau belum pasti, bisa saja di tahun ke depan akan
mengalami peningkatan dan tidak menutup kemungkinan akan mengalami penurunan
(Kemenkes RI, 2013).

Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 yaitu tentang kesejahteraan lanjut usia
pada Bab 1 pasal 1 Ayat 2 menyebutkan usia 60 tahun adalah usia permulaan tua. Banyak
xiii
sekali perubahan yang dialami oleh usia lanjut, salah satunya adalah gangguan mental
seperti stres, depresi, dimensia dan kecemasan. Perubahan fungsi fisiologis yang akan
berdampak pada kondisi fisik dan psikologis mengakibatkan stres pada lansia ( Nugroho,
2008).

Stres dapat menimbulkan dampak bagi lansia baik fisik, sosial, intelektual, psikologis, dan
spiritual. Dampak fisik pada lansia seperti pandangan kabur, gerakan lamban, dan mudah
lelah. Dampak sosial yang dihadapai yaitu seperti menurunnya aktifitas soaial dimasyarakat.
Dampak intelektual seperti berkurangnya kemampuan untuk mengingat. Dampak psikologis
seperti sering cemas dan stress. Dampak spiritual seperti lebih sering mengingat kematian.
Dampak yang terjadi tersebut sehingga dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup pada
lansia (Dewi, 2014).

Stress merupakan ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik,
emosional dan spriritual yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia
tersebut. Stress normal merupakan reaksi alamiah yang berguna, karena stress akan
mendorong kemampuan seseornag untuk mengatasi kesulitan kehidupan. Tekanan stres
yang besar hingga melampaui daya tahan individu, maka akan menimbulkan gejala-gejala
seperti sakit kepala, mudah marah dan kesulitan untuk tidur ( National Safety Counsil,
2014 )

Stres merupakan kejadian eksternal serta situasi lingkungan yang dapat membebani
kemampuan individu dapat berupa beban emosional dan kejiwaan. Adaptasi lansia terhadap
stres sangat dipengaruhi oleh tipe kepribadian serta mekanisme koping terhadap stres itu
sendiri. Tidur merupakan proses penting bagi manusia karena terjadi suatu proses
pemulihan tubuh. Kualitas tidur di tentukan dengan bagaimana seseorang dapat
mempersiapkan pola tidurnya di malam hari serperti kedalaman tidur, kemampuan tidur dan
kemudahan untuk tidur (Hidayat, 2006).

Stres hampir dirasakan oleh setiap orang. Stress merupakan reaksi yang tidak diharapkan
yang muncul disebabkan oleh tingginya tuntutan lingkungan kepada seseorang, antara
harmoni atau keseimbanagn antara kekuatan dan dalam tubuh yang terganggu karena
tekanan psikologis (Dewi, 2014).

xiv
Menurut Sohat (2014) menyatakan bahwa di Amerika mengabarkan bahwa terdapat 25%-
30% dari jumlah penduduk yang ada mengalami insomnia. Di Indonesia terdapat sekitar
10% dari jumlah penduduk yang yang ada mengalami insomnia atau sekitar 283 juta
penduduk Indonesia yang mengalami insomnia. Di Yogyakarta prevalansi penduduk yang
mengalami insomnia berjumlah 10% (Sumedi, 2010).

Insomsia merupakan dampak yang disebabkan oleh kesehatan fisik, psikis, finansial,
maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Dampak fisik diantaranya dapat terjadi
kegemukan, gangguan jantung dan diabetes.Dampak psikis diantaranya seperti dapat
menyebabkan amygdala (bagian otak yang bertugas memproses emosi) menjadi lebih aktif
dan prefrontal cortex (bagian otak depan) menjadi kurang aktif. Dampak hidup didalam
masyarakat yaitu berpengaruh pengobatan (Widya, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Nelwin (2006) di Makassar tentang dampak perubahan
finansial dan status sosial terhadap tingkat stres pada lansia pensiunan menunjukkan bahwa
laki-laki mengalami stres sedang (28,6%) dibandingkan perempuan (20%), wanita dengan
status perkawinan janda mengalami stres lebih tinggi (50%) di bandingkan dengan wanita
yang masih mempunyai pasangan (22%). Faktor jenis kelamin dan status perkawinan dapat
mempengaruhi tingkat stres pada lansia pensiunan.

Pada studi pendahuluan di Desa Kersana Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes jumlah total
lanjut usia di observasi 228 responden. Peneliti menemukan terdapat 40 lansia, jumlah
tersebut terdiri dari 22 lansia berjenis kelamin laki-laki dan 18 lansia berjenis klamin
perempuan. Berdasarakan dari 10 orang lansia yang sudah diwawancarai terdapat 8 orang
lansia yang mengatakan insomnia. Wawancara yang dilakukan peneliti pada 10 responden,
peneliti mendapatkan bahwa 7 orang lansia mengalami insomnia, dimana 4 dari lansia
mengatakan sering terbangun pada dini hari dan sulit untuk tidur kembali, 2 dari lansia
sering merasa kurang bertenaga saat bangun di pagi hari dan 1 lansia mengatakan sulit untuk
memulai tidur walaupun sudah mengantuk. Beberapa lansia mengaku bahwa mereka sulit
untuk tidur dikarenakan bahwa mereka tidak mengetahui secara pasti apa yang
menyebabkan mereka sulit tidur.

1.2 Tujuan Penelitian


1.2.1 Tujuan Umum
xv
Mengidentifikasi hubungan antara tingkat stress dengan kejadian insomnia pada lansia

1.2.2 Tujuan Khusus


1.2.2.1 Mengidentifikasi tingkat stress pada lansia.
1.2.2.2 Mengidentifikasi adanya kejadian insomnia pada lansia.
1.2.2.3 Mengidentifikasi adanya hubungan antara tingkat stress dengan kejadian insomnia
pada lansia.

1.3 Manfaat Penelitian


1.3.1 Manfaat Aplikatif
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan peningkatan terhadap kualitas asuhan
keperawatan khususnya pada keperawatan gerontik mengenai hubungan tingkat stress dengan
insomnia.

1.3.2 Manfaat Keilmuan


Manfaat yang bisa diperoleh untuk keilmuan adalah data dan hasil yang diperoleh dapat di
jadikan sumber informasi dari hasil penelitian dan masukan untuk mengetahui hubungan
tingkat stress dengan insomnia pada lanjut usia.

1.3.3 Manfaat Metodelogis


Hasil penelitian ini dijadikan dasar pengembangan peneliti lain dan sebagai tambahan
referensi tentang Hubungan antara Tingkat Stress dengan Kejadian Insomnia, dan
memperoleh pengalaman riset dalam keperawatan gerontik.

xvi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tingkat Stress


2.1.1 Pengertian
Stres adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh atau
kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali atau
melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya. Stress berhubungan dengan perubahan
suasana hati yang khas seperti kesedihan, kesepian, konsep diri negatif, keinginan yang
regresif dan menghukum diri, perubahan-perubahan vegetatif seperti anoreksia, insomnia,
penurunan nafasu makan, perubahan aktivitas seperti retardasi dan agitatif (gelisah)
(Ricenasution, 2015).

Stress pada lanjut usia adalah masalah besar yang mempunyai konsekuensi medis, sosial dan
ekonomi. Hal ini menyebabkan penderitaan bagi lanjut usia dan keluarganya, memperburuk
kondisi medis dan membutuhkan sistem pendukung yang mahal. Stress pada geriatri sulit
untuk di identifikasi, sehingga terlambat untuk di terapi, karena perbedaan pola gejala tiap
xvii
kelompok umur. Stress pada geriatri sering tidak diakui oleh pasien dan tidak dikenali
dokter karena gejalanya yang tumpang tindih (Setyohadi, 2016)

2.1.2 Tanda dan Gejala


2.1.2.1 Gejala fisik
Beberapa gejala stres yang di utarakan oleh Rice (dalam Safaria 2009) yaitu : 1) Gejala
fisiologis pada stres berupa sakit kepala, sembelit, diare, sakit pinggang, urat tegang pada
tengkuk, tekanan darah tinggi, kelelahan, sakit perut, maag, perubahan selera makan,
sulittidur, dan pikiran kacau; 2) Gejala emosional pada stres berupa gelisah, cemas, mudah
marah, gugup, takut mudah tersinggung, sedih dan depresi; 3) Gejala kognitif pada stres
berupa kesulitan konsentrasi, kesulitan membuat keputusan mudah lupa, melamun secara
berlebihan, serta pikiran kacau; 4) Gejala interpersonal pada stres berupa sikap acuh takacuh
pada lingkungan, apatis, agresif, minder, kehilangan kepercayaan pada orang lain, dan
mudah
mempersalahkan orang lain; 5) Gejala organisasional pada stres berupa peningkatan absen
kerja/kuliah, menurunnya produktivitas, ketegangan dengan rekan kerja, ketidakpuasan kerja
dan menurunya dorongan untuk berprestasi.

2.1.2.2 Gejala Psikis


Stres muncul dalam beberapa kondisi psikologis seperti ketegangan, kecemasan,
kejengkelan, kejenuhan, dan sikap menunda-nunda. Terdiri dari gejala kognisi, gejala emosi,
dan gejala tingkah laku. Masing-masing gejala tersebut mempengaruhi kondisi psikologis
seseorang dan membuat kondisi psikologisnya menjadi negatif, seperti menurunnya daya
ingat, merasa sedih dan menunda pekerjaan. Hal ini dipengaruhi oleh berat atau ringannya
stres. Berat atau ringannya stres yang dialami seseorang dapat dilihat dari dalam dan luar
diri mereka yang menjalani kegiatan akademik di kampus (Evanjeli, 2012).

2.1.2.3 Gejala Sosial


Hubungan antar anggota keluarga yang tidak harmonis (broken home), perceraian, suami
atau istri selingkuh, suami atau istri meninggal, anak yang nakal (suka melawan kepada
orang tua, sering membolos dari sekolah, mengkonsumsi minuman keras, dan
menyalahgunakan obat-obatan terlarang). Sikap dan perlakuan orang tua yang keras, salah
seorang anggota mengidap gangguan jiwa dan tingkat ekonomi keluarga yang rendah, lalu
ada faktor pekerjaan seperti kesulitan mencari pekerjaan, pengangguran, kena PHK
(Pemutusan Hubungan Kerja), perselisihan dengan atasan, jenis pekerjaan yang tidak sesuai
dengan minat dan kemampuan dan penghasilan tidak sesuai dengan tuntutan kebutuhan

xviii
sehari-hari, kemudian yang terakhir ada iklim lingkungan seperti maraknya kriminalitas
(pencurian, perampokan dan pembunuhan), tawuran antar kelompok (pelajar, mahasiswa,
atau warga masyarakat), harga kebutuhan pokok yang mahal, kurang tersedia fasilitas air
bersih yang memadai, kemarau panjang, udara yang sangat panas atau dingin, suara bising,
polusi udara, lingkungan yang kotor (bau sampah dimana-mana), atau kondisi perumahan
yang buruk, kemacetan lalu lintas bertempat tinggal di daerah banjir atau rentan longsor, dan
kehidupan politik dan ekonomi yang tidak stabil (Yusuf, 2014).

2.1.3 Penybab Stress


Faktor-faktor penyebab stres diutarakan oleh Kuntjojo (2017), antara lain:
2.1.3.1 Variabel dalam individu yang menyebabkan stress diantaranya umur, tahap
kehidupan, jenis kelamin, temperamen, faktor genetik, inteligensi, pendidikan, suku,
kebudayaan, status ekonomi.
2.1.3.2 Karakteristik kepribadian yang menyebabkan stress diantaranya introvert-ekstrovert,
stabilitas emosi secara umum, kepribadian ketabahan, locus ofcontrol, kekebalan, ketahanan.
2.1.3.3 Variabel sosial-kognitif yang menyebabkan stress diantaranya dukungan sosial
yangdirasakan, jaringan sosial, dan kontrol pribadi yang dirasakan.
2.1.3.4 Hubungan dengan lingkungan sosial adalah dukungan sosial yang diterima dan
integrasi dalam hubungan interpersonal. Strategi koping merupakan rangkaian respon yang
melibatkan unsur-unsur pemikiran untuk mengatasi permasalahan sehari-hari dan sumber
stres yang menyangkut tuntutan dan ancaman yang berasal dari lingkungan.

2.1.4 Sumber Stress


Menurut Hidayat (2014), sumber stres terdiri dari tiga (3) aspek antara lain :
2.1.4.1 Diri sendiri, yaitu umumnya dikarenakan konflik yang terjadi antara keinginan dan
kenyatan yang berbeda, dalam hal ini adalah berbagai permasalahan yang tidak sesuai
dengan dirinya dan tidak mampu diatasi maka akan dapat menimbulkan stres.
2.1.4.2 Keluarga, stres ini bersumber dari masalah keluarga yang ditandai dengan adanya
perselisihan antara keluarga, serta adanya tujuan yang berbeda diantara keluarga.
2.1.4.3 Masyarakat dan lingkungan, sumber stres ini dapat terjadi di masyarakat dan
lingkungan seperti lingkungan pekerjaan, secara umum sebagai stres pekerja karena
kurangnya hubungan interpersonal serta kurang adanya pengakuan di masyarakat sehingga
tidak berkembang.

xix
2.1.5 Tingkat Stress
Menurut Potter dan Perry (2005) stres terbagi menjadi 3 tingkat, yakni:
2.4.2.1 Stres ringan
Situasi pada tingkat ini yakni stressor yang dihadapi secara teratur seperti terlalu banyak
tidur, kemacetan lalu lintas dan kritikan dari atasan.Situasi seperti ini bisaanya berlangsung
beberapa menit atau jam.
2.4.2.2 Stres sedang
Berlangsung lebih lama, dari beberapa jam sampai beberapa hari seperti perselisihan yang
tida terselesaikan dengan rekan kerja.
2.4.2.3 Stres berat
Situasi kronis yang dapat berlangsung beberapa minggu sampai beberapa tahun, seperti
perselisihan perkawinan terus menerus dan kesulitan finansial yang berkepanjangan.

2.1.6 Jenis Stress


Menurut Potter dan Perry (2015), ditinjau dari penyebabnya, stres dapat dibagi dalam
beberapa jenis sebagai berikut:
2.1.6.1 Stres fisik, merupakan stres yang disebabkan oleh keadaan fisik, seperti suhu yang
terlalu tinggi atau terlalu rendah, suara bising.
2.1.6.2 Stres kimiawi, merupakan stres yang disebabkan oleh pengaruh senyawa kimia yang
terdapat pada obat-obatan, zat beracun asam dan basa.
2.1.6.3 Stres mikrobiologis, merupakan stres yang disebabkan oleh kuman, seperti virus,
bakteri dan parasit.
2.1.6.4 Stres fisiolgis, merupakan stres yang disebabkan oleh gangguan fungsi organ tubuh,
antara lain gangguan striktur tubuh, fungsi jaringan, organ.
2.1.6.5 Stres proses tumbuh kembang, merupakan stres yang disebabkan oleh proses tumbuh
kembang seperti pada masa pubertas, pernikahan dan pertambahan usia.
2.1.6.6 Stres psikologis dan emosional, merupakan stres yang disebabkan oleh gangguan
situasi psikologis atau ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuakan diri,
misalnya dalam hubungan interpersonal, sosial budaya, atau keagamaan.

2.1.7 Dampak Stress


Beberapa dampak stress menurut (Prawono, 2018) yang ditimbulkan ketika orang
mengalami stres yakni:
2.1.7.1 Fisik
xx
Fisik yang ditimbulkan ketika mengalami stres berupa tangan berkeringat, muka pucat dan
tangan sangat dingin, sakit kepala, sariawan, asma dan masalah paru-paru lain bisa
diperburuk oleh stres, stres bisa menyebabkan atau memicu gangguan pencernaan, beberapa
orang terkena radang kandung kemih, meningkatnya tekanan darah dan resiko serangan
jantung dan kerontokan rambut.
2.1.7.2 Mental dan emosional
Stres dapat menimbulkan perasaan negatif atau destruktif terhadap diri sendiri dan orang
lain, menyampaikan bahwa gejala-gejala dari reaksi emosional seperti jadi mudah
tersinggung, perubahan pola makan (bisa jadi tidak nafsu makan atau bisa jadi tambah nafsu
makan), serta menurunnya kepercayaan diri.
2.1.7.3 Intelektual
Dampak dari stres berupa stres intelektual yang akan mengganggu persepsi dan kemampuan
seseorang dalam menyelesaikan masalah, terjadi penurunan konsentrasi dan rentang
perhatian, kemunduran memori baik jangka panjang maupun jangka pendek, keadaan ini
akan menyebabkan orang menjadi pelupa, tidak dapat berpikir jernih, lebih banyak
kesalahan dalam aktivitas problem solving dan penurunan kemampun membuat rencana
tindakan.

Stres dapat menimbulkan dampak bagi lansia baik fisik, sosial, intelektual, psikologis, dan
spiritual. Dampak fisik pada lansia seperti pandangar kabur, gerkan lamban, dan mudah
lelah. Dampak sosial yang dihadapai yaitu seperti menurunya aktifitas soaial dimasyarakat.
Dampak intelektual seperti berkurangnya kemampuan untuk mengingat. Dampak psikologis
seperti sering cemas dan stress. Dampak spiritual seperti lebih sering mengingat kematian.
Dampak yang terjadi tersebut sehingga dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup pada
lansia (Dewi, 2014).

Stres yang tidak segera diatasi dapat menimbulkan kecemasan pada diri seorang individu.
Kecemasan dapat menyebabkan munculnya emosi negatif, baik terhadap permasalahan
tertentu ataupun kegiatan sehari-hari seseorang (Setyoadi & Kushariyadi, 2011).

2.2 Insomnia
2.2.1 Pengertian Insomnia
Menurut Susilo dan Wulandari (2011) menjelaskan bahwa insomnia adalah suatu keadaan
dimana seseorang mengalami kesulitan tidur, terutama tidur malam hari dan merasa tidak
xxi
cukup atau meraskan kualitas tidur yang buruk, walaupun mempunyai kesempatan tidur
yang cukup ini akan mengakibatkan perasan tidak bugar setelah bangun dari tidur.

Insomnia dapat berupa kesulitan untuk tidur atau kesulitan untuk tetap tertidur. Bahkan
seseorang yang terbangun dari tidur, tetapi merasa belum cukup tidur dapat disebut
mengalami insomnia. Insomnia merupakan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan
tidur baik secara kualitas maupun kuantitas (Asmadi, 2008).

2.2.2 Etiologi Insomnia


Menurut Maryam (2008), penyebab insomnia pada lansia adalah sebagai berikut: Kurangnya
kegiatan fisik dan mental sepanjang hari sehingga mereka masih semangat sepenjang
malam. Tertidur sebentar-sebentar sepanjang hari. Gangguan cemas dan depresi. Tempat
tidur dan suasana kamar kurang nyaman. Sering berkemih pada waktu malam karena banyak
minum pada malam hari. Menurut Sudarno (2009), resiko yang mungkin terjadi bagi orang
yang mengalami insomnia: Stres yang tingkatannya relatif, kesehatan fisiknya menurun,
sering bicara ngelantur (ngaco).
Menurut Potter & Perry (2016) penyebab insomnia mencakup:
2.2.2.1 Faktor psikologi
Lanjut usia sering mengalami kehilangan yang mengarah pada stress emosional. Stress
emosional menyebabkan seseorang menjadi tegang dan seringkali mengarah frustasi apabila
tidak tidur. Stress juga menyebabkan seseorang mencoba terlalu keras untuk tidur, sering
terbangun selama siklus tidur, atau terlalu banyak tidur. Stress yang berlanjut akan
menyebabkan kebisaaan tidur yang buruk.
2.2.2.2 Penyakit fisik
Sesak nafas pada orang yang terserang asma, hipertensi, penyakit jantung koroner sering
dikarakteristikkan dengan episode nyeri dada yang tiba-tiba dan denyut jantung yang teratur.
Sehingga seringkali mengalami frekuensi terbangun yang sering, nokturia atau berkemih
pada malam hari, dan lansia yang mempunyai sindrom kaki tak berdaya yang terjadi pada
saat sebelum tidur mereka mengalami berulang kali kambuh gerakan berirama pada kaki dan
tungkai.
2.2.2.3 Faktor lingkungan
Lingkungan yang bising, tempat tidur yang kurang nyaman, tingkat cahaya dan suhu yang
terlalu ekstrim dapat menjadi faktor penyebab susah tidur.
2.2.2.4 Gaya hidup
xxii
Alkohol, rokok, kopi, obat penurun berat badan, jam kerja yang tidak teratur, juga dapat
menjadi faktor penyebab sulit tidur.
2.2.2.5 Pengobatan medis
Banyak sekali obat-obat yang membuat susah tidur. Obat-obatan tersebut menyebabkan
insomnia ketika dikonsumsi mendekati waktu tidur atau ketika dosisya ditingkatkan.
Beberapa obat yang dapat menyebabkan insomnia antara lain: antidepresan, dopamine
agonis (beberapa pengobatan pada parkinson), psikostimultan, amfetamin, antikonvulsan,
obat demam, dekongestan, efedrin dan pseudoefedrin, kortison, dan adrenokortikotropin,
beta agonis, teofilin, pengobatan untuk menurunkan tekanan darah, lipid dan agaen penurun
kolestrol, diuretik, kafein, niasin, antibiotik quinolone, dan agen antineoplastik.

2.2.3 Gejala Insomnia


Penderita insomnia bisaanya mengalami gejala-gejala seperti selalu merasa letih dan lelah
sepanjang hari dan secara terus menerus (lebih dari sepuluh hari) mengalami kesulitan untuk
tidur atau selalu terbangun di tengah malam dan tidak dapat kembali tidur. Sering kali
penderita terbangun lebih cepat dari yang diinginkannya dan tidak dapat kembali tidur
(Maksum, 2009).
Menurut Lanywati, (2011), gejala insomnia sering dapat dibedakan sebagai berikut:
2.2.3.1 Kesulitan memulai tidur (initial insomnia), bisaanya disebabkan oleh adanya
ganggua emosional/ketegangan atau gangguan fisik, (misalnya : keletihan yang berlebihan
atau adanya penyakit yang mengganggu fungsi organ tubuh)
2.2.3.2 Bangun terlalu awal, yaitu dapat memulai tidur dengan normal, namun tidur mudah
terputus dan/atau bangun lebih awal dari waktu tidur bisaanya, serta kemudian tidak bisa
tidur lagi. Gejala ini sering muncul seiring dengan bertambanya usia seseorang atau karena
depresi dan sebagainya.

2.2.4 Klarifikasi Insomnia


Menurut bedy talk (2008), pada prinsipnya ada tiga jenis insomnia yakni:
2.2.4.1 Insomnia Sementara pada insomnia sementara, gangguan tidur hanya beberapa
malam saja.Insomnia ini akan berakhir dari beberapa malam sampai paling lama tiga atau
empat minggu. Insomnia ini bisaanya berhubungan langsung dengan peristiwa yang
membuat penderita tertekan, misalnya baru kehilangan orang yang dicintai, masalah
keuangan, dirawat dirumah sakit, menghadapi ujian, wawancara, pengadilan, hendak
bepergian ke luar kota atau pernikahan. Jangan terlalu cemas dengan insomnia jenis ini
xxiii
karena semuanya akan berakhir dengan segera.
2.2.4.2 Insomnia Jangka Panjang
Insomnia jangka pendek bisaanya disebabkan oleh stres mendadak (dari pekerjaan, sekolah,
ataupun masalah keluarga).
2.2.4.3 Insomnia Kronis
Yang lebih berat dan lebih sulit diobati adalah insomnia kronis. Insomnia ini akan berakhir
sampai beberapa minggu, bahkan bisa berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Umumnya
penderita termasuk dalam salah satu kelompok kesulitan tidur saat pergi tidur, tidur sedikit
sekali atau tidak nyeyak, sering terbangun dan melek selama berjam-jam di tengah malam,
terbangun pagi-pagi sekali dan tidak dapat tidur lagi.

2.2.5 Penatalaksanaan Insomnia


2.2.5.1 Nonfarmakologi
Pencegahan insomnia menurut Sudarno (2009) yaitu : Olahraga teratur sampai keluar
keringat, makan secara teratur, menyelesaikan masalahnya secapatnya, kalau masalahnya
berat dan tak terselesaikan, harus bisa cuek/tidak peduli (serahkan pada Allah), perlu sharing
dengan orang yang dapat dipercaya, tidur setelah tubuh benar-benar lelah.

Menurut Sudarno (2009), cara pengobatannya (supaya bisa tidur): Pijat kaki kanan dan kiri
secara bergantian, mulai dari lutut sampai telapak kaki, terutama celah-celah tulang kering
dan tulang betis kurang lebih 10 menit. Berdiri dengan posisi tegak dan kaki setengah
dilipat. Lakukan sampai seseorang mengeluarkan banyak keringat. Kemudian minum 1
gelas air putih hangat.
2.2.5.2 Farmakologi
Dalam usaha mengatasi insomnia, pertama-tama penyebab utamanya ditanggulangi dengan
obat yang layak serta tepat dan bukan ditangani dengan obat tidur. Misalnya dengan obat
batuk, analgetika (obat rema atau encok), relaksasi otot, vasodilator, antidepresiva atau
tranquillizer. Obat tidur baru dapat digunakan bila semua tindakan itu tidak berhasil dan
lazimnya suatu benzodiazepin dengan masa-paruh singkat dan dengan dosis serendah
mungkin. Obat tidur juga dapat dibenarkan penggunaannya pada insomnia yang selewat,
misalnya pada keadaan stres ringan, seperti perubahan status kerja dan meninggalnya
anggota keluarga. penggunaannya hendaknya dibatasi sampai 1-3 malam dan tidak lebih
lama dari 1-2 minggu untuk memperkecil risiko toleransi dan ketegantungan. Pemberian
obat secara bertahap dihentikan setelah pasien dapat tidur kembali dengan nyenyak. Sering
xxiv
kali penggunaan yang intermittent (tidak lebih sering di tiap malam ketiga) sudah
mencukupi. Obat tidur non-benzodiazepin (zopiclon, zolpidem) yang juga bekerja terhadap
reseptor benzodiazepin, tetapi diperkirakan tidak menimbulkan toleransi dan ketagihan.
Beberapa jenis anthistamin (mis. Prometazin) dan obat anti-depresif (mis. Amitriptilin,
inipramin, trazodon) tidak mengakibatkan ketagihan dan dalam dosis rendah dapat

2.3 Lanjut Usia


2.3.1 Pengertian
Lanjut usia adalah tahap akhir dari siklus kehidupan manusia (Syamsudin, 2010). Proses
menua adalah proses yang di alami oleh lansia menyebabkan mereka mengalami berbagai
macam perasaan sedih, cemas, kesepian dan mudah tersinggung (Maryam dkk, 2012). Lanjut
usia bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu masa atau tahap hidup manusia yang di mulai
dari bayi, kanak-kanak, dewasa, tua dan lajut usia. Lanjut usia suatu proses berkurangnya daya
tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar (Nugroho 2013).

2.3.2 Masalah-masalah pada lanjut Usia


Masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang dewasa, yang menurut
Kane & Ouslander (2011) sering disebut dengan istilah 14 I, yaitu :
2.3.2.1 Immobility (kurang bergerak)
Kurang bergerak yaitu gangguan fisik, jiwa dan faktor lingkungan dapat menyebabkan lanjut
usia kurang bergerak. Penyebab yang paling sering adalah gangguan tulang, sendi, otot,
gangguan saraf, penyakit jantung dan pembuluh darah.
2.3.2.2 Instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh)
Instabilitas adalah penyebab terjatuh pada lanjut usia dapat berupa fakor intrinsik (hal-hal
yang berkaitan dengan keadaan tubuh penderita) baik karena proses menua, penyakit maupun
faktor ekstrinsik (hal-hal yang berasal dari luar tubuh) seperti obat-obat tertentu dan faktor
lingkungan. Akibat yang paling sering dari terjatuh pada lanjut usia adalah kerusakan bagian
tertentu dari tubuh yang mengakibatkan rasa sakit, patah tulang, cedera pada kepala, luka
bakar karena air panas akibat terjatuh kedalam tempat mandi. Terjatuh menyebabkan lanjut
usia tersebut sangat membatasi pergerakannya.
2.3.2.3 Incontinence (buang air kecil dan buang air besar)
Buang air kecil (BAK) merupakan salah satu masalah yang sering terjadi oada lanjut usia,
dengan keluarnya air seni tanpa disadari, hal ini cukup mengakibatkan masalah kesehatan atau
sosial. BAK merupakan masalah yang sering kali di anggap wajar dan normal pada lanjut usia,
BAK lanjut usia sering pula disertai dengan buang air besar (BAB) yang justru akan
xxv
memperberat keluhan BAK.
2.3.2.4 Intellectual impairment (gangguan intelektual/demensia)
Gangguan intelektual merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi
intelektual dan ingatan yang cukup berat, sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas
kehidupan sehari-hari. Kejadian ini meningkat dengan cepat mulai usia 60 sampai 85 tahun
atau lebih yaitu kurang dari 5% lanjut usia yang berusia 60-75 tahun mengalami demensia
(kepikunan berat), sedangkan pada usia setelah 85 tahun kejadian ini meningkat mendekati
50%. Salah satu hal yang dapat menyebabkan gangguan intelektual adalah stress, sehingga
perlu dibedakan dengan gangguan intelektual lainnya.
2.3.2.5 Infection (infeksi)
Beberapa faktor risiko yang menyebabkan lanjut usiamudah mendapat penyakit infeksi karena
kekurangan gizi, kekebalan tubuh yang menurun, berkurangnya fungsi berbagai organ tubuh,
faktor lingkungan dan keganasan kuman akan mempermudah tubuh mengalami infeksi.
2.3.2.6 Impairment of vision and hearing, taste, smell, communication, convelesscense, skin
integrity (Gangguan panca indra, komunikasi, penyembuhan dan kulit) Gangguan panca
indera, komunikasi, penyembuhan dan kulit akibat dari proses menua yang fungsinya
berkurang, serta gangguan pada otak, saraf dan otot-otot yang digunakan untuk berbicara
dapat menyebabkan terganggunya komunikasi, sedangkan kulit menjadi lebih kering, rapuh
dan mudah rusak dengan trauma yang minimal.
2.3.2.7 Impaction (sulit buang air besar)
Sulit buang air besar beberapa faktor yang mempermudah terjadinya konstipasi, seperti
kurangnya gerakan fisik, asupan makanan yang kurang mengandung serat, kurang minum,
akibat pemberian obat-obat tertentu dan lain-lain. Akibat dari beberapa faktor tersebut
menyebabkan pengosongan isi usus menjadi sulit terjadi atau isi usus menjadi tertahan. Pada
konstipasi, kotoran di dalam usus menjadi keras dan kering.
2.3.2.8 Isolation (Sress)
Stress didefinisikan suatu respon adaptif individu pada berbagai tekanan atau tuntutan
eksternal dan menghasilkan berbagai gangguan meliputi gangguan fisik, tekanan emosional
dan perilaku. Akibat dari beberapa faktor tersebut menyebabkan tidak memiliki pekerjaan,
beban di tempat kerja, akan menjalani wawancara pekerjaan, khawatir tidak bisa merawat
anak, bertengkar dengan pasangan, diusir dari rumah, menderita penyakit yang berat dan sulit
di sembuhkan.
2.3.2.9 Inanition (Kurang gizi)
Kurang gizi pada lanjut usia dapat disebabkan perubahan lingkungan maupun kondisi
kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan untuk memilih makanan yang
xxvi
bergizi, kemiskinan, hidup seorang diri yang terutama terjadi pada pria yang sangat tua dan
baru saja kehilangan pasangan hidup, sedangkan faktor pada kondisi kesehatan berupa
penyakit fisik, mental gangguan tidur, alkohol dan obat-obatan.
2.3.2.10 Impecunity (Tidak memiliki uang)
Tidak memiliki uang dengan semakin bertambahnya usia, maka kemampuan fisik dan mental
akan berkurang secara perlahan-lahan, yang menyebabkan ketidakmampuan tubuh dalam
mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaannya sehingga tidak dapat memberikan penghasilan.
2.3.2.11 Iatrogenesis (Menderita penyakit akibat obat-obatan)
Penyakit akibat obat-obatan merupakan salah satu kejadian yang sering dihadapi pada lansia
adalah menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan obat yang lebih
banyak. Sebagian lanjut usia sering menggunakan obat dalam jangka waktu yang lama tanpa
pengawasan dokter dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat pemakaian obat-obatan
yang di gunakan.
2.3.2.12 Insomnia (Gangguan tidur)
Gangguan tidur merupakan keadaan seseorang tidak bisa tidur dalam waktu yang cukup.
Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh para lanjut usia yakni sangat
sulit untuk masuk dalam proses tidur. Stadium dari tidurnya tidak dalam dan mudah
terbangun, tidurnya memiliki banyak mimpi, jika terbangun sulit untuk tertidur kembali,
terbangun dini hari, lesu setelah bangun dari tidur.

2.3.2.13 Immune deficiency (Daya tahan tubuh yang menurun)


Daya tahan tubuh yang menurun pada lanjut usia merupakan salah satu fungsi tubuh yang
terganggu dengan bertambahnya umur seseorang walaupun tidak selamanya hal ini
disebabkan oleh proses menua, dapat pula karena berbagai keadaan seperti penyakit yang
sudah lama di derita (menahun) maupun penyakit yang baru saja lama di derita (akut) dapat
menyebabkan penurunan daya tahan tubuh seseorang. Penggunaan berbagai obat, keadaan gizi
yang kurang, penurunan fungsi organ-organ tubuh dan lain-lain dapat menyebabkan
penurunan daya tahan tubuh.
2.3.2.14 Impotance (Impotensi)
Impotensi merupakan ketidak mampuan untuk mencapai dan mempertahankan ereksi yang
cukup untuk melakukan hubungan seksual yang memuaskan terjadi paling sedikit tiga bulan.
Menurut Massachusetts Male Aging Study (MMAS), bahwa penelitian yang dilakukan pada
pria usia 40-70 tahun yang di wawancarai ternyata 52% menderita disfungsi ereksi, yang
terdiri dari disfungsi ereksi total 10%, disfungsi ereksi sedang 25% dan minimal 17%.
Penyebab disfungsi ereksi pada lanjut usia adalah hambatan aliran darah kedalam alat kelamin
xxvii
sebagai adanya kekakuan pada dinding pembuluh darah (arteriosklerosis) baik karena proses
menua maupun penyakit dan berkurangnya sel-sel otot polos yang terdapat pada alat kelamin,
serta berkurangnya kepekaan dari alat kelamin pria terdapaaat rangsangan. Masalah kesehatan
utama tersebut diatas yang sering terjadi pada lansia perlu dikenal dan dimengerti oleh siapa
saja yang banyak berhubungan dengan perawatan lanjut usia agar dapat memberikan
perawatan untuk mencapai derajat kesehatan yang seoptimal mungkin (Siburian, 2014).

2.3.3 Perubahan Fisiologi dan Perubahan Psikologi


2.3.3.1 Perubahan Fisiologi
Menurut Poter dan Perry (2015) mengatakan bahwa seiring proses penuaan kuliat akan
kehilangan elastisitas dan kelembabannya, lapisan epitel menipis, serat kolagen elastis juga
mengecil dan menjadi kaku, tampilan wajah lanjut usia akan terlihat menonjol, wajah terlihat
asimetris, susunan gigi yang tidak teratur, perubahan pada suara umum, tterjadi adalah
peningkatan tinggi nada serta hilangnya volume dan jangkauan suara. Perubahan toraks
(rongga dada) terjadi karena adanya perubahan pada sistem musculokeletal. Setelah usia ke 55
tahun ke atas kekuatan otot respirasi mulai berkurang, perubahan tulang belakang akibat
osteoporosis menyebabkan kifosis punggung.

Penurunan kekuatan kontaksi miokardium menyebabkan penurunan curah jantung (cardio


output). Penurunan ini akan lebih berat jika lanjut usia mengalami kegelisahan, iritabilitas,
penyakit atau sulit untuk beraktivitas. Tekanan sistolik dan diastolic pada lanjut usia terkadang
menjadi terlalu tinggi, sensitivitas barorespektor berkurang sehingga kemampuan kompensasi
dalam merespon stimulasi hipotensi atau hipertensi menjadi berkurang lebih dari 50% lanjut
usia memiliki hipertensi (Poter & Perry, 2015).

Payudara mengecil pada lansia disebabkan oleh penurunan massa, tonus dan elastisitas otot,
selain itu payudara kendur. Perubahan gastrointestinal, meliputi perlambatan peristaltic dan
perubahan sekresi, akibatnya lanjut usia akan mengalami intoleransi pada makanan tertentu
dan gangguan akibat pengosongan lambung yang lambat. Perubahan sistem reproduksi
disebabkan oleh perubahan hormononal perubahan pada lanjut usia wanita perempuan
produksi estrogen dan progesterone. Menopause berhubungan dengan menurunnya respon
ovarium. Pada lanjut usia pria perubahan yang terjadi penurunan jumlah sperma, tertis
mengecil, ereksi berkurang dan melambat.

xxviii
Perubahan sistem reproduksi tidak mempengaruhi sistem limbido, penurunan aktivitas seksual
bisaanya disebabkan oleh penyakit, kematian pasangan seksual, berkurangnya sosialisasi atau
hilangnya minat seksual. Hipertrofi kelenjar prostat terkadang timbul pada lanjut usia pria,
pembesaran prostat akan menekan leher kandung kemih menyebabkan kesulitan menahan dan
mengatur aliran urine. Akibatnya terjadi retensi urine, rentensi inkontinesia, infeksi saluran
kemih, BPH (benigen prostatic hypertrophy) (Poter & Perry, 2015).

Kekuatan otot berkurang seiring berkurangnya massa otot, massa tulang juga berkurang, serat
otot akan mengecil. Lanjut usia yang berolahraga teratur tidak mengalami kehilangan yang
sama dengan lanjut usia yang tidak aktif. Wanita pasca menopause mengalami demineralisasi
tulang yang lebih besar dibandingkan pria lanjut usia. Pada pertengahan dekade kedua terjadi
penurunan jumlah dan penurunan neuron pada sistem saraf, fungsi neurotransmitter juga
berkurang. Reflek volunter menjadi lebih lambat dan individu menjadi kurang mampu
merespon stimulis multiple. Lanjut usia sering melaporkan perubahan kualitas dan kuantitas
tidur, kesulitan untuk tetap terjaga, kesulitan untuk kembali tidur setelah terbangun dimalam
hari, terjaga terlalu cepat dan tidur siang yang berlebihan (Poter & Perry, 2015).

2.3.3.2 Perubahan Psikologi


Menurut Poter & Perry (2015) mengatakan bahwa pada masa pensiun merupakan tahap
kehidupan yang di tandai transisi dan perubahan peran. Stress pada psikososisal pada masa
pensiun bisaa berhubungan dengan peran pada pasangan atau didalam keluarga dan hilanhnya
peran kerja. Faktor yang terpenting mempengaruhi kepuasan seseorang lanjut usia yang telah
pensiun adalah status kesehatan adanya pilihan untuk terus bekerja dan pendapatan yang
cukup. Kehilangan peran kerja sering memiliki dampak besar bagi orang yang telah pensiun.
Identitas pribadi bisaanya berasal dari peran kerja, sehingga individu harus membangun
identitas baru pada saat pensiun.

Lanjut usia harus menyusun jadwal yang bermakna dan jaringan sosial yang mendukung.
Isolasi merupakan suatu pilihan yaitu keinginan untuk tidak berhubungan dengan orang lain.
Isolasi juga dapat menjadi respon terhadap kondisi yang menghambat interaksi dengan pihak
lain. Semua lanjut usia baik sehat maupun sakit merasa kebutuhan untuk mengekspresikan
perasan seksual, seksualitas melibatkan cinta, kehangatan, salaing berbagi dan sentuhan.

xxix
Seksualitan dihubungkan dengan identitas dan mengakui anggapan bahwa individu mampu
memberi kepada orang lain dan mendapatkan penghargaan akan pemberian tersebut.
Perubahan sosial, tanggung jawab keluaraga dan status kesehatan akan mempengaruhi
susunan hidup lanjut usia bebrapa dari mereka memilih untuk tinggal dengan keluarga dan
bebebrapa lainya memilih untuk hidup sendiri atau dirumah yang dekat keluarganya.

Lingkungan dapat mendukung atau menghambat fungsi fisik dan sosial. Pengalaman
kehilangan melui kematian kerabat dan teman merupakan bagian dari sejarah kehisdupan yang
di alami lanjut usia, termasuk kehilangan keluarga yang lebih tua dan terkadang kehilangan
anak. Kematian pasasngan merupakan kehilangan yang paling berpengaruh pada lanjut usia.
Lanjut usia memiliki berbagai sikap dan anggapan tentang kematian, tetapi mereka jarang
takut terhadap kematian pada dirinya sendiri. Ketakutan yang utama pada lanjut usia adalah
merasa mwenjadi beban, mengalami penderitaan, merasa kesepian dan harus dilakukannya
tindakan-tindakan untuk memperpanjang hidup.

2.3 Kerangka Teori

Lansia

xxx
Perubahan
Tingkat stress Dampak stress
Fisik
Stress ringan Fisik
Sakit kepala
Stress sedang Mental dan
Perubahan selera makan Intelektual
Sulit tidur
Pikiran kacau Psikologis
Menurun daya ingat
Merasa sedih
Faktor yang mempengaruhi stress
Variabel dalam diri individu
Masalah / gangguan pada
lansia Karakteristik kepribadian
Immobility Variable sosial-kognitif
Instability
Incontinence Hubungan dengan lingkungan sosial
Intellectual impairment
Infection
Impairment of vision and INSOMNIA
hearing, taste, smell,
communication,
convelesscense, skin integrity
Impaction Faktor yang menyebabkan insomnia
Isolation Faktor psikologi
Inantion
Impecunity Penyakit fisik
Latrogenesis Faktor lingkungan
Insomnia
Immune deficiency Gaya hidup
Impotance
Pengobatan medis

Gambar 2.3 Kerangka teori (Potter & Perry, 2005), (Prawono, 2018),
(Potter & Perry, 2016), (Kane & Ouslander, 2011).

2.4 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Insomnia

xxxi
Tingkat Stres

Keterangan :
: diteliti
: hubungan

Gambar 2.4 Kerangka Konsep Penelitian


(Potter & Perry, 2005), (Prawono, 2018), (Potter & Perry, 2016), (Kane & Ouslander, 2011).

2.5 Hepotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah dan pernyataan peneliti.
Hipotesis juga merupakan suatu pernyataan asumsi tentang hubungan dan atau lebih variabel
yang diharapkan bisa menjawab suatu pernyataan dalam suatu penelitian. Setiap hipotesa
terdiri atas suatu unit atau bagian dari permasalahan (Nursalam, 2013).
H0 : Tidak ada hubungan antara tingkat stress dengan kejadian insomnia pada lansia.
Ha : Ada hubungan antara tingkat stress dengan kejadian insomnia pada lansia.

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian ini nerupakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu
metode penelitian yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu. Pengumpulan
data menggunakan instrumen penelitian dan analisis data bersifat kuantitatif atau statistik
dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Rancangan penelitian ini adalah
deskriptif korelatif yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang bertujuan untuk melihat
gambaran atau fenomena yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu (Notoatmojo, 2010).

xxxii
Pendekatan rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional yaitu desain
penelitian yang dilakukan pengukuran hanya satu kali, pada satu saat tertentu untuk
mengetahui hubungan antara tingkat stress dengan kejadian insomnia pada lanjut usia di Desa
Kersana Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes.

3.2. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data


3.2.1 Alat Penelitian
Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini untuk mengukur variabel Tingkat
stress dengan kejadian insomnia pada lanjut usiaadalah kuesioner. Kuesioner adalah dokumen
berisi sejumlah pernyataan tertulis yang dibuat berdasarkan indikator-indikator suatu variabel,
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya
atau hal-hal yang diketahui tentang variabel tertentu (Dharma, 2011).
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 2 bagian, yaitu:
3.2.1.1 Tingkat stress
Pada item pertanyaan ada beberapa kondisi yang digambarkan berupaperasaan dan pikiran,
terdapat lima pilihan jawaban yang telah disediakan untuk setiap pertanyaan, yaitu TP =
Tidak pernah = 1, HTP = Hampir tidak pernah = 2, KK = Kadang-kadang = 3, CK = Cukup
sering = 4, SS = Sangat sering = 5, Instrumen
dalam penelitian ini menggunakan Perceived Stress Scale (PSS) pada penelitian Pin (2008).
Perceived Stress Scale dinyatakan valid dan reliabel dengan nilai koefisien Cronbach Alpha
sebesar 0,85 diuji dengan nilai koefisien Cronbach Alpha sebesar 0,96.
3.2.1.2 Kejadian Insomnia
Pada item pertanyaan digunakan untuk mengetahui tingkat gangguan tidur dengan pilihan
jawaban TP = Tidak ada = 1, S = Sedikit = 2, S = Sedang = 3, P = Parah = 4, SP = Sangat
parah = 5, Instrumen yang digunakan untuk menilai kualitas tidur dalam penelitian ini
adalah Insomnia Severity Index (ISI) pada penelitian Probosiwi (2016). Pada kuesioner
penelitian ini telah dilakukan uji validitas dengan nilai koefisien Cronbach Alpha sebesar
0,90, 0,91 dan nilai sensitivitas spesifisitas 86,1% dan 87,7% menggunakan uji statistik
Cronbach Alpha pada semua pertanyaan dan nilai reliabilitas 0,916 dikatakan valid dengan
tingkat kemaknaan 5% (Probosiwi, 2016).

3.7.3 Cara Pengumpulan Data


Cara pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan 2 tahap, yaitu tahap persiapan dan

xxxiii
tahap pelaksanaan. Tahap persiapan dilakukan peneliti dengan menyusun Proposal dan
melakukan sidang Proposal. Setelah instrument dinyatakan valid kemudian peneliti
mendaptkansurat ijin untuk melakukan penelitian dari Ketua Prodi Sarjana Keperawatan &
Ners STIKes Bhamada Slawi. Surat ijin tersebut digunakan peneliti untuk meminta surat
permohonan ijin penelitian ke Puskesmas Kersana, setelah mendapatkan ijin penelitian
kemudian peneliti melakukan penelitian sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Penelitian akan dilakukan selama 2 hari pada tanggal 29-30 Juni 2020 dengan jumlah
responden 70 orang, proses penelitian dilakukan dengan mengumpulkan responden di dalam
ruangan aula Balai desa kersana kecamatan kersana kabupaten brebes. Penelitian ini
menggunakan kusioner tingkat stress dengan menggunakan 10 item pertanyaan dan kuesioner
kejadian insomnia pada lanjut usiadengan menggunakan 7 item pertanyaan. Skala yang
digunakan yaitu skala likert.
3.3 Populasidan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Populasi dalam
penelitian ini adalah lanjut usia Di desa kersana kecamatan kersana kabupaten brebes yaitu
sebanyak 228 lanjut usia (Arikunto, 2010).

3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi, karakteristik pada
sampel ini merupakan lanjut usia yang sudah berumur 50-70 tahun, teknik pengambilan
sampel menggunakan rumus slovin n = N/( 1+N (e)2) 228 x 0,01+1 = 3,28 228:3,28 = 69,51.
Sampel pada penelitian ini adalah 69,51 sama dengan 70 lanjut usia (Sugiyono, 2012).

3.4 Besar Sampel


Jumlah ukuran sampel sering dinyatakan sebagai besar sampel. Jumlah sampel yang
diharapkan 100% mewakili populasi sehingga tidak terjadi kesalahan generaliasi
(penyemataraan) adalah sama dengan jumlah anggota itu sendiri. Besar sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 70 lanjut usia (Sugiyono, 2018).
3.4.1 Kriteria Inklusi
Kriteria Insklusi merupakan persyartan umum yang harus dipenuhi oleh subjek agar dapat
diikutsertakan dalam penelitian.
3.4.1.1 Lanjut usia yang bersedia menjadi responden
3.4.1.2 Lanjut usia yang mempunyai penyakit kronis
xxxiv
3.4.1.3 Lanjut usia di Desa Kersana Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes

3.4.2. Kriteria Eksklusi


Kriteria eksklusi merupakan keadaan yang menyebabkan subyek yang memenuhi kriteria
inklusi tidak dapat diikut sertakan dalam penelitian.
2.4.2.1 Pasien yang tidak mengumpulkan lembar kuesioner
2.4.2.2 Pasien yang meninggal pada saat pelaksanaan penelitian
2.4.2.3 Pasien yang mempunyai keterbatasan dalam membaca dan mempunyai penyakit
penglihatan

3.5 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kersana Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes pada
bulan Juni-Juli 2020.

3.6 Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran


Definisi operasional merupakan suatu pembatas ruang lingkup atas variabel-variabel yang
diamati atau diteliti. Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri sifat atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep penelitian tertentu
misalnya, umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan dan lain-lain (Notoatmodjo,
2010). Definisi operasional, variabel penelitian dan skala pengukuran pada penelitian ini
dilihat dalam table berikut ini :
Tabel 3.1 Definisi Operasinal, Variabel, Alat Ukur, Hasil Ukur dan Skala
Variabel Definifi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Variabel Keadaan yang diakibatkan Kuesioner 1. Ringan = 10-25 Ordinal
Bebas: oleh perubahan lingkungan 2. Sedang = 26-39
Tingkat yang dianggap menantang, 3. Berat = 40-50
stress mengancam, atau merusak
keseim-bangan dinamis
yang dialami oleh lansia.
Variabel Ketidakpuasan dengan Kuesioner 1. Insomnia sementara Ordinal
Terikat: kualitas tidur dan kesulitan = 7-14
Kejadian untuk memulai tidur, 2. Insomnia jangka
Insomia terjaga saat tidur, bangun panjang = 15-21
lebih awal namun sulit 3. Insomnia kronis =
untuk kembali tidur yang 22-35
dialami oleh lansia.

3.7 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data

xxxv
3.7.1 Teknik Pengolahan Data
Menurut Arikunto, 2010 teknik pengolahan data meliputi berikut ini :
3.7.1.1 Editing
Setelah keusioner selesai diisi, kemudian dikumpulkan langsung oleh peneliti dan selanjutnya
dilakukan pengecekan isian kuesioner untuk memastikan kemungkinan adanya kesalahan
dalam pengisian dan melihat kelengkapan, kejelasan dan konsistensi jawaban.Untuk kuesioner
yang pengisiannya belum lengkap diminta kepada responden untuk melengkapi lembar
kuesioner pada saat itu juga.
3.7.1.2 Coding
Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau
bilangan atau sebaliknya, untuk mempermudah peneliti melakukan proses analisa data,
peneliti memberikan kode pada lembar kuesioner yang telah diisi responden(Dharma, 2011).
3.7.1.3 EntriData
Pada tahap ini, hasil dari pemeriksaan kemudian dimasukan ke dalam program computer
untuk selanjutnya dapat dianalisa menggunakan program komputer SPSS untuk menilai
distribusi dan hubungan antar variabel yang akan diteliti.
3.7.1.4 Analyzing
Data yang telah dimasukan kedalam program komputer dan sudah lengkap kemudian
dianalisis menggunakan analisis univariat dan bivariate.

3.7.2 Analisa Data


3.7.2.1 Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk mendeskripsikan variable bebas dan terikat dengan
menggunakan tabel distribusi yang konfirmasinya dalam bentuk persentase. Data yang
dilakukan analisa dalam penelitian ini adalah kelompok data nominal, data ordinal
(Notoatmodjo, 2010).
3.7.2.2 Analisa Bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk menguji hubungan antara kedua variabel penelitian, variabel
bebas adalah Tingkat stress dengan skala ordinal dan variabel terikat adalah kejadian insomnia
pada lanjut usiadengan skala ordinal. Jadi untuk mencari hubungan antara antara kedua
variabel tersebut dengan menggunakan uji spareman-rank dikarenakan variabel bebas dan
terikat berupa skala ordinal dan ordinal. Untuk menguji apakah ada hubungan atau tidak antar
variabel maka dilakukan cara pembandingan x 2 hitung dengan x 2 tabel. Jika x 2 hitung > x 2
tabel atau p value < 0,05 maka ada hubungan signifikansi hubungan variabel bebas dengan
terikat.

xxxvi
3.8 Etika Penelitian
Secara umum terdapat empat prinsip utama dalam etika penelitian (Dharma, 2011).
3.8.1 Prinsip Menghormati Harkat dan Martabat Manusia (respect for human dignity).
Responden dalam penelitian ini diperlakukan sacara manusiawi. Responden berhak
memutuskan apakah bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian atau tidak tanpa adanya
sangsi atau paksaan. Semua responden dalam penelitian ini mendapat informasi yang terbuka
berkaitan dengan jalannya penelitian. Sebelum melakukan penelitian, peneliti meminta izin
dengan responden untuk melakukan penelitian dan menjadi responden dengan mengisi
informed consent yang sudah peneliti sediakan. Semua informasi dari responden akan dijamin
kerahasiannya.

3.8.2 Prinsip Kemanfaatan (Beneficience)


Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian guna mendapatkan hasil
yang bermanfaat bagi subyek yang diteliti. Apabila hasil penelitian berpotensi mengakibatkan
stress maka responden boleh mencabut hak dan kewajiban dari penelitian. Alat penelitian ini
menggunakan kuesioner yang tidak menimbulkan resiko cidera fisik seperti kelelahan,
kerugian materi dan waktu pada responden karena penelitian ini dilakukan sekitar 45 menit
(penjelasan tujuan, manfaat dan pengisian kuesioner). Penelitian ini memberikan manfaat
secara langsung yaitu responden harus mampu mengelola waktu dengan baik.

3.8.3 Prinsip Keadilan (Right to Justice)


Peneliti bersikap adil pada semua responden. Penelitian dilakukan secara jujur, berhati-hati,
profesional dan berperikemanusiaan. Responden mendapat perlakuan yang sama baik
sebelum, selama maupun setelah penelitian yaitu seperti semua responden mendapatkan
informasi bagaimana cara pengisian kuesioner dan semua responden juga diberikan berupa
bingkisan sebagai ucapan terimakasih tanpa membedakan agama, ras, jenis kelamin dan
sebagainya.

3.8.4 Kerahasiaan (Privacy)


Peneliti menjaga kerahasiaan subjek penelitian dengan tidak mempublikasi dokumen terkait
hasil penelitian dan tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas baik nama maupun
xxxvii
alamat responden dalam kuesioner atau alat ukur. Peneliti menggunakan kode sebagai
pengganti identitas responden.

xxxviii
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Tingkat Stress
Uji statistik univariat pada variabel Tingkat Stress disajikan dalam bentuk tabel
sebagai berikut :
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat stress
Frekuensi Persentase
Tingkat Stress
(%)
Stress Ringan 31 44,3
Stress Sedang 34 48,6
Stress Berat 5 7,1
Total 70 100,0

Berdasarkan tabel 4.1 hasil analisis kinerja perawat pada pasien mayoritas
responden mengalami kategori stress sedang yaitu sebanyak 31 responden
(44,3%). Sebanyak 34 responden (36,6%) mengalami stress ringan, sedangkan 5
responden (7,1%) mengalami stress berat. Jadi rata-rata responden mengalami
stress sedang.
4.1.2 Kejadian Insomnia
Uji statistik univariat pada variabel Kejadian Insmonia Pada Lansia disajikan
dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kejadian insomnia
Persentase
Insomnia Frekuensi
(%)
Insomnia
41 58,5
Sementara
Jangka Panjang 27 36,8
Insomnia Kronis 2 2,9
Total 70 100,0

Berdasarkan tabel 4.2 hasil analisi kejadian insomnia pada lansia mayoritas
responden mengalami insomnia sementara yaitu sebanyak 41 responden (58,5%)
Sebanyak 27 responden (36,8%)mengalami insomnia jangka panjang, sedangkan
2 responden (2,9%) mengalami insomnia kronis. Jadi rata-rata kejadian insmonia
pada lansia di Desa Kersana adalah responden mengalami insomnia sementara.

39
4.1.3 Hubungan Antara Tingkat Stress Dengan Kejadian Insmonia Pada
Lanjut Usia Di Desa Kersana
Analisa bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan antara tingkat stress dengan kejadian insomnia pada
lansia menggunakan uji Spearman Rank yang disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.3 Hubungan antara tingkat stress dengan kejadian insomnia pada
lansia
Tingkat Kejadian Insomnia
Stress
Jangka Panjan P-
Sementara Kronis Total X2
g VALUE

N % N % N % n %

Ringan 26 37.1 5 7.1 0 0 31 44.3

Sedang 13 18.6 19 27.1 2 2.9 34 48.6 0.439 0.000

Berat 2 2.9 3 4.3 0 0 5 7.1

Total 41 58.6 27 38.5 2 2.9 70 100

Berdasarkan tabel 4.3 hasil perhitungan diatas maka dapat diketahui bahwa
responden dengan kejadian insomnia sementara pada lansia yang mengalami
tingkat stress ringan sebanyak 26 orang (31,7%). Berdasarkan hasil uji analisis
korelasi Spearman Rank diperoleh nilai signifikansi Pvalue sebesar 0,000 (Pvalue <
0,05) menunjukkan H0 ditolak dan Ha diterima yang artinya bahwa ada hubungan
antara tingkat stress dengan kejadian insomnia pada lansi di Desa Kersana, nilai
keeratan hubungannya yaitu 0,439 dalam kategori cukup dan searah. Berdasarkan
hasil dari kedua variabel tersebut didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara
tingkat stress dengan kejadian insomnia pada lansia di Desa Kersana.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Tingkat Stress
Hasil penelitian ini menunjukkan responden yang mengalami stress ringan
sebanyak 31 responden (44,3%) sedangkan 34 (48,6%) responden mengalami

40
tingkat stress sedang dan responden yang mengalami stress berat sebanyak 5
responden (7,1%). Hasil ini merujuk pada kuesioner tingkat stres, responden yang
mengalami stres berat rata-rata menjawab sering marah dalam dalam menghadapi
masalah sepele terutama masalah dengan keluarga, responden juga kada-kadang
tersinggung dengan hal menyangkut pribadi yang tidak disukai serta mudah
murung dan gelisah disetiap harinya. Sedangkan bagi responden yang mengalami
stres ringan dan sedang rata-rata responden sering gelisah pada hal yang sedang
dipikirkan olehnya, sulit tidur untuk istirahat dan sulit untuk merasakan hal
positif.

Hasil penelitian dari Vindy, Andi & Vandri (2019) menunjukan bahwa dari 51
lansia dalam penelitian ini, sebanyak 47 lansia (92,2%) mengalami stress fisik
ringan. Berdasarkan penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar lansia
mengalami stress fisik ringan. Hal ini disebabkan karena para lansia kadang
bahkan tidak pernah mengalami kelelahan padahal tidak mengerjakan hal-hal
yang melelahkan, detak jantung meningkat setelah melakukan aktivitas,
cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi misalnya berbicara lebih
cepat dan merasa telah menghabiskan banyak energi.

Hasil penelitian dari Jefri (2017) menunjukan bahwa kurang dari separuh (40,7%)
responden mengalami tingkat stress sedang di dalam Panti Werdha Pengesti
Lawang. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diketahui bahwa lansia yang
tinggal di dalam panti mengalami tingkat stress sedang, dikarenakan tidak tinggal
dengan keluarga sehingga lansia kemungkinan dalam hidupnya merasa sendiri dan
tidak ada yang memberi semangat. Hal ini sesuai dengan teori Karepouwan, dkk
(2018) dimana lanjut usia terjadi penurunan kekuatan sebesar 88%, pendengaran
67%, penglihatan 72%, daya ingat 61%, serta kelenturan yang menurun sebesar
64%. Jadi walaupun tidak atau jarang melakukan aktivitas fisik yang berat lansia
pasti merasakan kelelahan dan menghabiskan banyak energi. Hasil ini sesuai
dengan Rahman (2016) dimana aspek-aspek stres meliputi gejala stres yang
berkaitan dengan kondisi dan fungsi tubuh dari seseorang, seperti; sakit kepala,

41
sulit tidur, banyak melakukan kekeliruan dalam kerja. Gejala-gejala stress fisik
seperti sakit kepala, nyeri otot, sakit punggung, rasa lemah, gangguan pencernaan,
rasa mual atau muntah-muntah, sakit perut, nafsu makan hilang atau selalu ingin
makan, jantung berdebar-debar, sering buang air kecil, tekanan darah tinggi, tidak
dapat tidur atau tidur berlebihan, berkeringat secara berlebihan dan sejumlah
gejala lain.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari Made, M. Ikhsan & Ida (2016) di panti
Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram pada 26 responden didapatkan 10
responden (38,4%) dengan tingkat stres kategori ringan dan 16 responden (61,5%)
dengan tingkat stres kategori sedang. Terlihat bahwa responden penelitian
mengalami stres kadar dengan nilai yang berbeda-beda berarti ada perbedaan
tingkat stres meskipun stimulasinya sama. Keberadaan panti untuk menampung
para lansia merupakan salah satu bentuk perhatian pemerintah pada kelompok
usia ini. Lansia yang tinggal di Panti memiliki latar belakang kehidupan dan
alasan yang berbeda-beda. Latar belakang, alasan, dan kondisi yang saat ini di
panti masingmasing memberikan sumbangan sebagai stresor atau sumber stres
dialami para lansia panti. Tentu sumbangan stres dari masing-masing stresor
tersebut akan berbeda bergantung pada faktor individu itu pula.

Dari Hasil Penelitian dari Yeniar (2013) bahwa lansia di panti Wredha Pucang
Gading Semarang mengalami stres yang tinggi dengan skor yang dihasilkan lebih
dari 150. Kenyataan ini didukung oleh data penelitian yang diperoleh bahwa
sejumlah 26 dari 32 lansia panti atau sebesar 81,25 % subyek mengeluhkan
menghadapi peristiwa-peristiwa kehidupan yang berat. Kategori keluhan berat
tersebut didukung oleh data dari dimana seluruh subjek tergolong dalam kondisi
stres berat. Hal ini dikarenakan Keluarga menjadi salah satu faktor yang berperan
dalam menyebabkan stres bagi lansia panti. Keberadaan keluarga dirasakan sangat
penting bagi mereka. Hal tersebut dapat dilihat dari latar belakang keberadaan
para lansia hingga tinggal di Panti Wredha. Seperti beberapa kasus yang terjadi
pada lansia panti. Beberapa diantara mereka merasa terbuang, menjadi sampah

42
masyarakat, tidak berarti lagi dengan kondisi fisik yang semakin melemah.
Mereka merasa dicampakkan oleh keluarganya, bahkan bagi beberapa lansia yang
semula hidup dengan keluarganya mereka merasa tidak betah lagi berada di dunia
ini dan mempertanyakan keberadaan mereka ini untuk siapa, lain halnya dengan
lansia yang memang dari semula tidak memiliki keluarga sama sekali, mereka
memang menyayangkan hidup mereka yang sebatang kara akan tetapi keberadaan
teman sesama lansia dipanti membuat mereka merasa ada keluarga baru akan
tetapi terkadang mereka pun merindukan keberadaan keluarganya sebelum
mereka hidup sendiri. Kematian pasangan menjadi penyebab stres yang dirasakan
oleh para lansia panti. Mereka merasa hidup sendiri dan tak berarti. Pada beberapa
kasus yang terjadi di panti wredha, hampir semua lansia menceritakan bahwa
pasangan mereka merupakan semangat hidup mereka dan ada beberapa lansia
yang memilih untuk tidak menikah kembali setelah kematian pasangan mereka
ataupun bagi mereka yang tidak memiliki anak mereka memilih untuk
menyibukan diri mereka dengan pekerjaan untuk menghilangkan kesedihan.
Kesendirian di masa lanjut membuat beberapa lansia merasa putus asa dan
mempertanyakan keberadaan mereka di dunia, dan mereka hanya tinggal
menunggu panggilan Sang Ilahi untuk hidup lebih tenang.

Peneliti berpendapat bahwa lansia yang mengalami tingkat stress sedang


responden merasa sulit untuk bersantai dalam artian susah merasa tenang atau
selalu memikirkan beban hidup dan responden merasa sulit untuk beristirahat.
Didapatkan lansia mengalami stress berat dimana lansia sering merasa dirinya
tidak berharga dan merasa bersalah. Lansia tidak mampu memusatkan
pikirannya dan tidak dapat membuat keputusan dimana lansia yang mengalami
stress selalu menyalahkan diri sendiri, merasakan kesedihan yang mendalam dan
rasa putus asa tanpa sebab dan lansia mempersepsikan diri sendiri, sehingga
menciptakan perasaan tanpa harapan dan ketidakberdayaan yang berkelanjutan.
Lansia yang terpisah dari anak serta cucunya, maka muncul perasaan tidak
berguna dan kesepian. Padahal mereka yang sudah tua masih mampu
mengaktualisasikan potensinya secara optimal. Jika lansia dapat mempertahankan

43
pola hidup serta cara dia memandang suatu makna kehidupan, maka sampai ajal
menjemput lansia masih dapat berbuat banyak bagi kepentingan semua orang.

4.2.2 Kejadian Insomnia pada Lansia


Hasil penelitian ini menunjukkan kejadian insomna sementara pada lansia
sebanyak 41 responden (58,5%) sedangkan 27 (38,6%) responden mengalami
insomnia panjang dan responden yang mengalami insomnia kronis sebanyak 2
responden (2,9%). Hasil ini merujuk pada hasil kuesioner bahwa responden yang
mengalami insomnia sementara dan jangka panjang rata-rata responden hanya
mengalami kesulitan tidur pada saat dirinya gelisah atau sedang tertimpa masalah,
hal itu hanya berlangsung satu hari atau lebih dan bersifat sementara, namun
untuk insomnia jangka panjang insomnia bersifat jangka panjang dikarenakan
masalah tersebut sulit diatasi dan menjadi beban hidup responden. Sedangkan
hanya ada 2 responden yang mengalami insomnia kronis, hal ini disebabkan
karena penyakit psikologis seperti halusinasi.

Berdasarkan hasil penelitian dari El-Gilany, Saleh, El-Aziz, & Elsayed (2017)
menunjukkan bahwa masalah tidur pada lansia dapat timbul karena penuaan,
selain itu dapat pula karena faktor psikologis dan biologis. Insomnia dapat
diklasifikasikan menjadi transient insomnia (terjadi dalam waktu lebih kurang
seminggu karena perubahan lingkungan tidur, waktu tidur, depresi berat, atau
stres) , gangguan tidur hanya beberapa malam saja.Insomnia ini akan berakhir dari
beberapa malam sampai paling lama tiga atau empat minggu. Insomnia ini
bisaanya berhubungan langsung dengan peristiwa yang membuat penderita
tertekan, misalnya baru kehilangan orang yang dicintai, masalah keuangan,
dirawat dirumah sakit, menghadapi ujian, wawancara, pengadilan, hendak
bepergian ke luar kota atau pernikahan. Jangan terlalu cemas dengan insomnia
jenis ini karena semuanya akan berakhir dengan segera.; insomnia jangka panjang
(karena penyakit fisik) bisaanya disebabkan oleh stres mendadak (dari pekerjaan,
sekolah, ataupun masalah keluarga); dan insomnia kronik (karena penyakit

44
psikologis seperti halusinasi) Insomnia ini akan berakhir sampai beberapa
minggu, bahkan bisa berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Umumnya penderita
termasuk dalam salah satu kelompok kesulitan tidur saat pergi tidur, tidur sedikit
sekali atau tidak nyeyak, sering terbangun dan melek selama berjam-jam di tengah
malam, terbangun pagi-pagi sekali dan tidak dapat tidur lagi.

Berdasarkan penelitian dari Sumirta & Laraswati (2014) memberikan gambaran


bahwa paling banyak lansia mengalami insomnia kategori tinggi yaitu sebanyak
14 orang (46,7%) dengan skor tertinggi adalah 23 termasuk tingkat insomnia
tinggi, sedangkan skor terendah adalah 4 termasuk kategori insomnia rendah, 14
responden yang mengalami insomnia kategori tinggi paling banyak yaitu 8 orang
(57,1%) berumur 55-74 tahun. Hasil penelitian yang menunjukkan sebagian besar
responden mengalami insomnia kategori tinggi, lansia banyak mengalami
perubahan salah satunya adalah perubahan neurologis. Akibat penurunan jumlah
neuron fungsi neurotransmitter juga berkurang. Lansia sering mengeluh meliputi
kesulitan untuk tidur, kesulitan untuk tetap terjaga, kesulitan untuk tidur kembali
tidur setelah terbangun di malam hari, terjaga terlalu cepat, dan tidur siang yang
berlebihan.Masalah ini diakibatkan oleh perubahan terkait usia dalam siklus tidur-
terjaga

Peneliti berpendapat bahwa pada insomnia jangka pendek dapat berakhir beberapa
minggu dan muncul akibat pengalaman stress yang bersifat sementar seperti
kehilangan orang yang dicintainya, tekanan ditempat kerja, atau takut kehilangan
pekerjaan. Insomnia sementara yaitu pisode malam gelisah yang tidak sering
terjadi yang disebabkan oleh perubahan-perubahan lingkungan seperti jet lag,
konstruksi bangunan yang bising, atau pengalaman yang menimbulkan ansietas.
somnia kronis dapat berlangsung selama 3 minggu bahkan bisa sampai seumur
hidup. Insomnia ini dapat disebabkan oleh karena kebiasaan tidur yang buruk,
masalah psikologis, penggunan obat tidur berlebihan, penggunaan alkohol
berlebihan.

45
4.2.3 Hubungan Tingkat Stress Dengan Kejadian Insomnia Pada Lanjut
Usia Di Desa Kersana
Berdasarkan tabel. 4.3 menunjukan, Berdasarkan hasil uji analisis korelasi
Spearman Rank diperoleh nilai signifikansi Pvalue sebesar 0,000 (Pvalue < 0,05)
menunjukkan H0 ditolak dan Ha diterima yang artinya bahwa ada hubungan
antara tingkat stress dengan kejadian insomnia pada lansi di Desa Kersana.

Responden yang mengalami insomnia sementara dan mengalami tingkat


stress ringan sebanyak 26 responden (37,1%), stress ringan yang terjadi pada
lansia ditandai dengan banyaknya responden menjawab kuesioner yang
menyatakan sering merasa letih, merasa sedih, merasa asing, merasa susah
tidur jika malam hari, merasa mudah terjaga dan sulit untuk tidur kembali,
stress pada lansia dapat didefinisikan sebagai tekanan yang diakibatkan oleh
stresor berupa perubahan-perubahan yang menuntut adanya penyesuaian dari
lansia. Tingkat stres pada lansia berarti pula tinggi rendahnya tekanan yang
dirasakan atau dialami oleh lansia sebagai akibat dari stresor berupa
perubahan-perubahan baik fisik, mental, maupun sosial dalam kehidupan
yang dialami lansia.

Berdasarkan penelitian dari Indah dan Pepin (2015) menunjukkan bahwa dari
31 responden tingkat stress sedang hampir seluruhnya mempengaruhi
insomnia pada lansia sejumlah 19 orang (82,6%) dan yang mengalami tingkat
stress berat yang mempengaruhi insomnia pada lansia sejumlah 1 responden
(100%). Dari hasil uji statistik spearman rank diperoleh angka signifikan atau
nilai probabilitas (0,000) jauh lebih rendah standart signifikan dari 0,05 maka
data Ho ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan stress dengan
insomnia pada lansia di Desa Gambiran Kecamatan Mojoagung Kabupaten
Jombang. Sebagian besar 19 responden (61,3%) berumur 60-74 tahun dengan
terjadi insomnia, banyak responden yang mengalami insomnia disebabkan

46
insomnia yang mereka alami terlalu mengganggu kualitas tidur mereka dan
hanya berlangsung beberapa hari saja. Bentuk gejala insomnia yang jarang
dialami responden tersebut seperti jarang bermimpi buruk, waktu yang
dibutuhkan untuk jatuh tidur tidak terlalu lama, dan tidak merasa segar
setelah bangun pagi dalam waktu 2 – 7 hari. Terjadinya insomnia tersebut
karena responden memiliki kebiasaan buruk tidur siang hari dalam waktu
yang lama, sehingga pada malam hari mereka sulit untuk memejamkan mata
dan tidur. Rasa gelisah sebelum tidur dan rasa tidak segar setelah bangun
tidur terjadi karena adanya penyakit fisik yang diderita seperti rasa pusing
karena darah tinggi, sering berkemih di malam hari, rasa gatal pada salah satu
bagian tubuh.

Responden yang mengalami insomnia sementara dengan tingkat stress berat


sebanyak 2 responden (2,9%) , secara garis besar faktor yang menyebabkan
insomnia yaitu stres, depresi, kelainan kronis, lingkungan, efek samping,
pengobatan, pola makan yang buruk, dan kurang berolahraga. Sebagian besar
lanjut usia yang mengalami stres mengalami insomnia. Semakin tinggi
tingkat stres maka semakin berkurang waktu tidur lanjut usia. Stres psikologis
yang dirasakan oleh lanjut usia dapat mengakibatkan insomnia,
mempengaruhi konsentrasi dan meningkatkan resiko kesehatan serta bisa
merusak sistem imun. Kekurangan tidur dapat berpengaruh terhadap fisik,
kognitif, dan kualitas hidup.

Hal ini sejalan dengan penelitian dari Rafiqah & Tiwi (2018) Hasil
perhitungan dengan metode uji statistik Chi Square yaitu hasil =25,155
dengan ρ value=0,00 (ρ<0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya
ada hubungan antara tingkat stres dengan kejadian insomnia di Dusun Depok
Ambarketawang Gamping Sleman Yogyakarta Tahun 2018. Berdasarkan
hasil perhitungan dari koefisiensi kontingensi dengan hasil 0,579 yang artinya
keeratan antara dua variabel tingkat stres dengan kejadian insomnia
mempunyai tingkat hubungan yang sedang. Secara garis besar faktor yang

47
menyebabkan insomnia yaitu stres, depresi, kelainan kronis, lingkungan, efek
samping, pengobatan, pola makan yang buruk, dan kurang berolahraga.
Sebagian besar lanjut usia yang mengalami stres mengalami insomnia.
Semakin tinggi tingkat stres maka semakin berkurang waktu tidur lanjut usia.
Stres psikologis yang dirasakan oleh lanjut usia dapat mengakibatkan
insomnia, mempengaruhi konsentrasi, dan meningkatkan resiko kesehatan
serta bisa merusak sistem imun. Kekurangan tidur dapat berpengaruh
terhadap fisik, kognitif, dan kualitas hidup.

Responden yang mengalami insomnia jangka panjang dengan tingkat stress


berat yaitu sebanyak 3 responden (4,3%), Usia lanjut mempengaruhi stress,
hal ini dikarenakan pada lansia terjadi penurunan kemampuan
mempertahankan hidup, menyesuaikan diri terhadap lingkungan, fungsi
badan dan kejiwaan secara alami. Selain itu pada usia lanjut kondisi tubuh
tidak seimbang terjadi menyeluruh pada tubuh yang tercipta bila orang yang
bersangkutan melihat ketidaksamaan antara keadaan dan sistem sumber daya
psikologis,biologis dan sosial, dimana terjadi penurunan kemampuan
mempertahankan hidup.

Berdasarkan hasil penelitin dari Napitupulu dkk (2017) hasil analisis uji
statistik koefisien korelasi program komputer diperoleh hasil Spearman’s Rho
tentang hubungan tingkat stres dengan insomnia pada lansia di Seksi
Penyantunan Lanjut Usia “Wana Seraya” Denpasar UPT Pelayanan Sosial
Dinas Sosial Provinsi Bali di peroleh nilai koefisien korelasi (𝑟 = 0.492)
dengan taraf signifikan yaitu p = 0.001. Ini berarti bahwa hipotesis diterima,
berarti terdapat hubungan antara tingkat stres dengan insomnia dengan
korelasi tingkat hubungan sedang. Hal ini membuktikan bahwa semakin bisa
lansia mengatasi stres yang diterimah maka semakin berkurang tingkat
insomnia. Dalam penelitian ini dari 40 responden sebagian besar (7,5%)
responden yang tidak mengalami stres mengalami insomnia ringan, (10%)
responden dengan stres ringan mengalami insomnia ringan, sebagian besar

48
lagi (32.5%) responden dengan stres sedang mengalami insomnia ringan, dan
ada pula (32.5%) responden dengan stres berat mengalami insomnia sedang.
Stres yang terjadi pada lansia berhubungan dengan kematian pasangan, status
sosial, ekonomi rendah, penyakit fisik yang menyertai, isolasi sosial dan
spiritual. Perubahan kedudukan, pensiun, serta menurunnya kondisi fisik dan
mental juga dapat mengakibatkan stres pada lansia .

Menurut asumsi peneliti, banyak responden yang mengalami insomnia


disebabkan insomnia yang mereka alami terlalu mengganggu kualitas tidur
mereka dan hanya berlangsung beberapa hari saja. Bentuk gejala insomnia
yang jarang dialami responden tersebut seperti jarang bermimpi buruk, waktu
yang dibutuhkan untuk jatuh tidur tidak terlalu lama, dan tidak merasa segar
setelah bangun pagi dalam waktu 2 – 7 hari. Terjadinya insomnia tersebut
karena responden memiliki kebiasaan buruk tidur siang hari dalam waktu
yang lama, sehingga pada malam hari mereka sulit untuk memejamkan mata
dan tidur. Rasa gelisah sebelum tidur dan rasa tidak segar setelah bangun
tidur terjadi karena adanya penyakit fisik yang diderita seperti rasa pusing
karena darah tinggi, sering berkemih di malam hari, rasa gatal pada salah satu
bagian tubuh.

4.3 Keterbatasan Penelitian


Keterbatasan dalam penelitian yaitu : Hambatan pada saat penelitian yaitu
menunggu jawaban surat dari Dinas Kesehatan selama 1 minggu lebih
dikarenakan dimasa pandemi covid 19 sehingga tidak sesuai dengan
perencanaan penelitian yang seharusnya 2 minggu menjadi 1 minggu.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner dimana kebenaran tergantung dari
responden dikarenakan data kuesioner mempunyai dampak yang sangat
subjektif serta kemungkinan responden menjawab tidak sesuai dengan
intruksi yang diberikan.

49
BAB 5
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Tingkat Stress pada Lansia mayoritasnya dalam kategori stress sedang
5.1.2 Kejadian Insomnia pada Lansia sebagian besar adalah insomnia sementara
5.1.3 Ada hubungan yang antara tingkat stress dengan kejadian insomnia

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang terangkum pada kesimpulan
diatas, maka dapat disimpulkan saran sebagaiberikut :
5.1.1 Keilmuan
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi ilmiah tentang
hubungan antara tingkat stress dengan kejadian insomnia di Desa Kersana
Kabupaten Brebes
5.1.2 Aplikatif
Dapat menambah wawasan tentang tingkat stress dan kejadian insomnia pada lansia
guna lebih memperhatikan kualitas tidur bagi lansia
5.1.3 Metodologi
Untuk Peneliti selanjunya yang tertarik mengenai judul yang sama dengan peneliti
hendaknya menggunakan alat penelitian dan sampel yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

Academia. (2014). Stres lansia.http://www.academia.stres.lansia.pdf. diakses 2


februari 2016 Suwahadi, (2004), Insomnia,

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Renika Cipta.
Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Badan Pusat Statistik. (2013). Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. (2017). Statistik Penduduk Lanjut Usia. Jakarta.

50
Bedytalk, seri. 2008. Yoga Insomnia : 29 gerakan yoga insomnia untuk
menyembuhkan susah tidur secara alami.Jakarta: gramedia.

Darmojo. (2011). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta. Balai


penerbitan FKUI.

Darmojo. (2011). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta. Balai


penerbitan FKUI.

Dewi, Shofia Rosma. (2014). Buku Ajar Keperawatam Gerontik. Jakarta:EGC.

Dewi,S.R. (2014). Buku ajar keperawatan gerontik. Jakarta : pustaka belajar.

Dharma, K.K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan (Pedoman


Melaksanakan Dan Menerapkan Hasil Penelitian). Jakarta: Trans Info
Media

El-Gilany, A.-H., Saleh, N. M. H., El-Aziz, H. N. A., & Elsayed, E. B. M. (2017).


Prevalence of insomnia and its associated factors among rural elderly: a
community based study. International Journal of Advanced Nursing
Studies, 6(1), 56. https://doi.org/10.14419/ijans.v6i1.7415

Hidayat Aziz Alimul. (2006). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah
Edisi 2. Jakarta:Salemba Medika. Hal:34

Selo, J., Candrawati, E., & Putri, R. M. (2017). Perbedaan Tingkat Stres pada
Lansia di Dalam dan di Luar Panti Werdha Pangesti Lawang. Nursing
News: Jurnal Ilmiah Keperawatan, 2(3).

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Gambaran Kesehatan Lanjut


Usia di Indonesia. Jakarta.

Karepowan, S. R., Wowor, Man Katuuk,M. 2018. Hubungan Kemunduran


Fisiologis dengan Tingkat Stres Pada Lanjut Usia di Puskesmas
Kakaskasen Kecamatan Tomohon Utara. Jurnal keperawatan 6 (1): 1-7.

Lanywati, Endang. 2011. Insomnia Gangguan Sulit Tidur. Yogyakarta: Kanisius

LAILI, R. (2018). PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP STRES PADA

51
MAHASISWA DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA (Doctoral
dissertation, UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA).

Maryam et all (2008). Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya . Jakarta:


Salemba Medika.

Made Eka Santosa, M. Ikhsan & Ida Bagus (2016). PENGARUH TEKNIK
MANAJEMEN STRESS TERHADAP PENURUNAN TINGKAT
STRESS PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA
PUSPAKARMA MATARAM. Jurnal. STIKES Mataram

National Safety Counsil, 2014. The Sleep Disorders. Diakses 11 Juni 2020, dari
http://sleepdisorders.sleepfoundation.org/chapter-2-insomnia/risk-
factors/

Napitupulu, dkk (2017). HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN


INSOMNIA PADA LANSIA DI SEKSI PENYANTUNAN LANJUT
USIA “WANA SERAYA” DENPASAR UPT PELAYANAN SOSIAL
DINAS SOSIAL PROVINSI BALI. Jurnal. Akper Kesdam
IX/Udayana. Universitas Udayana

Nugroho W, H (2008), Keperawatan gerontik, ed.2, EGC, Jakarta.

Nugroho, Wahjudi H. 2009. Komunikasi Dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta:


EGC

Nursalam. 2013. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian ilmu Keperawatan


Jilid 2. Jakarta: Salemba Medika.

Nurmalasari, Devi Indah, and Pepin Nahariani. "PENGARUH PIJAT BAYI


DENGAN KUALITAS TIDUR BAYI USIA 3-6 BULAN DI DESA
BANDUNG KECAMATAN DIWEK KABUPATEN JOMBANG: The
Effect Of Baby’s Massage With The Sleep Quality Of Baby As Old As
E 3-6 Months At Bandung Village, Diwek Sub District, In Jombang
District Year 2016." Jurnal Ilmiah Kebidanan (Scientific Journal of
Midwifery) 3.1 (2017): 77-83.

Potter, P.A., Perry, A.G., Stockert, P.A., & Hall, A.M. (2014). Fundamentals of
nursing (8th ed.). Missouri: Mosby.

52
Potter, Perry. 2015. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
PraktikEdisi 4. Jakarta: EGC

Rahman, S. 2016. Faktor-faktor yang Mendasari Stres pada Lansia. Jurnal


Pendiidkan Indonesia 16 (1): 1-7.

Setyohadi, B. (2016). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI.

Sudarno, Paulus. 2009. Manajemen Terapi Motivasi. Jakarta: gramedia

Sugiyono. (2018). Metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.CV.

Sumirta, I.N & Laraswati, A.I. (2014) Faktor yang menyebabkan gangguan tidur
(insomnia) pada lansia : Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan.

Susilo, Y & Wulandari, A. 2011. Cara Mengatasi InsomniaYogyakarta : ANDI

Tamher. S. & Noorkasiani (2009). Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan

Kaunang, V. D., Buanasari, A., & Kallo, V. (2019). GAMBARAN TINGKAT


STRES PADA LANSIA. JURNAL KEPERAWATAN, 7(2).

Widya. (2010). Mengatasi Insomnia ; Cara Mudah Mendapatkan


Kembali Tidur Nyenyak Anda. Yogyakarta. Kata Hati

Widya. (2010). Mengatasi Insomnia ; Cara Mudah Mendapatkan Kembali Tidur


Nyenyak Anda. Yogyakarta. Kata Hati.

World Health Organization (WHO). (2016). World report on ageing and health:
Global strategy and action plan on ageing and health (2016-2020).
Geneva, Switzerland.

Yeniar., Kristiana, I. F., Sonda, A., & Intanirian, A. (2010). Tingkat stres lansia di
panti wredha “pucang gading” semarang. Jurnal Psikologi Undip, 8(2).

53
Lampiran 1

STIKES BHAMADA SLAWI LEMBAR


PROGRAM STUDI SARJANA INFORMASI
KEPERAWATAN DAN NERS PENELITIAN

LEMBAR INFORMASI PENELITIAN

Saya Azki Diar Rizaldi, mahasiswa Sarjana Keperawatan dan Ners angkatan tahun 2020,
akan melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Stress dengan
Kejadian Insomnia pada Lansia di Desa Kersana Kabupaten Brebes” saya
meminta dengan hormat kepada saudara/i sebagai responden dalam penelitian ini
dan terimakasih untuk partisipasinya dalam penelitian yang akan saya lakukan.
Saya akan menjelaskan beberapa tahap dari penelitian ini :
1. Tujuan Penelitian dan Manfaat
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kinerja perawat dengan
tingkat kepuasan pasien. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
tentang pentingnya Tingkat Stress dengan Kejadian Insomnia pada Lansia
2. Pengisian Kuesioner
Saudara/i yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini akan diminta untuk mengisi
kuesioner penelitian yang terdiri dari nama (inisial), umur, pendidikan,
pekerjaan, dan memilih jawaban yang sudah tersedia dalam lembar kuesioner.
Saudara/i dalam pengisian kuesioner ini wajib menjawab dengan jujur untuk
kebenaran data.
3. Etika Penelitian
a. Penelitian ini tidak membebankan biaya apapun kepada saudara/i.
b. Seluruh informasi saudara/i dalam penelitian ini adalah rahasia dan
anonim, baik berupa identitas, gambar berupa foto dan lainnya.
c. Penelitian ini tidak menimbulkan kerusakan fisik karena menggunakan
lembar kuesioner.
Jika ada pertanyaan atau saran tentang penelitian ini bisa hubungi saya pada
nomor: 089617314161. Jika saudara/i setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian
ini, mohon untuk mengisi surat persetujuan yang disediakan.
Atas perhatian dan kerjasamanya saya ucapkan terimakasih.

Slawi, 2020
Peneliti

Azki Diar Rizaldi


Lampiran 2

STIKES BHAMADA SLAWI


LEMBAR
PROGRAM STUDI SARJANA
PERMOHONAN
KEPERAWATAN DAN NERS

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada
Yth. Calon Responden Penelitian
Di tempat

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini mahasiswa Program Studi Sarjana
Keperawatan dan Ners STIKes Bhamada Slawi.
Nama : Azki Diar Rizaldi
NIM : C101603
Saya bermaksud melaksanakan penelitian dengan judul “Tingkat Stress dengan
Kejadian Insomnia pada Lansia”. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu
kegiatan dalam mengambil data untuk menyelesaikan tugas akhir Program Studi
Sarjana Keperawatan dan Ners STIKes Bhamada Slawi.

Saya mengharap tanggapan atau jawaban yang saudara/i berikan sesuai dengan
pendapat saudara sendiri tanpa dipengaruhi oleh orang lain, kami menjamin
kerahasiaan pendapat dan identitas saudara. Informasi yang saudara berikan hanya
akan dipergunakan untuk mengembangkan ilmu keperawatan dan tidak akan
digunakan untuk maksud lain.
Atas perhatian dan kesediannya saya ucapkan terimakasih.

Slawi,…................2020
Peneliti

Azki Diar Rizaldi


Lampiran 3

STIKES BHAMADA SLAWI


LEMBAR
PROGRAM STUDI SARJANA
PERSETUJUAN
KEPERAWATAN DAN NERS

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
Alamat :
Umur :
Menyatakan bahwa saya bersedia untuk berpartisipasi dalam pengambilan data
atau sebagai responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi
Sarjana Keperawatan dan Ners STIKes Bhamada Slawi yang bernama Azki Diar
Rizaldi dengan judul penelitian “ Hubungan Tingkat Stress dengan Kejadian
Insomnia pada Lansia”.
Saya mengetahui bahwa informasi yang akan saya berikan ini besar manfaatnya
bagi peningkatan ilmu keperawatan dan akan dijamin kerahasiaannya.

Slawi,…....................2020
Responden

………………………..
Lampiran 4
2

STIKES BHAMADA SLAWI


LEMBAR
PROGRAM STUDI SARJANA
KUESIONER
KEPERAWATAN DAN NERS

KUESIONER PENELITIAN

Petunjuk Pengisian
Kuesioner ini terdiri dari
pertanyaan tentang perasaan dan pikiran bapak/ibu selama sebulan terakhir. Terdapat lima 
Pilihan jawaban yang telah disediakan untuk setiap pertanyaan, yaitu: Tidak pernah,
Hampir tidak pernah, Kadang-kadang, Cukup sering, Sangat sering.

Bapak/Ibu diminta untuk menjawab pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda 
centang (√) di salah satu jawaban yang sesuai dengan perasaan dan pikiran Bapak/Ibu.

ALTERNATIF JAWABAN
No. PERTANYAAN
Tidak Hampir
pernah tidak Kadang- Cuku Sangat
pernah kadang p sering
sering
1. Dalam satu bulan terakhir ini,
seberapa sering anda merasa sedih
atau terganggukarena hal-hal yang
terjadi tanpa diduga?

2. Dalam satu bulan terakhir ini,


seberapa sering anda merasa
tidak dapat mengontrol hal-hal
yang penting dalamkehidupan
anda?

3. Dalam satu bulan terakhir ini,


seberapa sering anda merasa
gelisah dan tertekan?
4. Dalam satu bulan terakhir ini,
seberapa sering anda merasa
yakin terhadap kemampuan diri
untuk menangani
masalahpribadi?

5. Dalam satu bulan terakhir ini,


seberapa sering anda merasa
bahwa hal-hal yang terjadi sesuai
dengan kehendak anda?

6. Dalam satu bulan terakhir ini,


seberapa sering anda tidak dapat
menyelesaikan hal-hal yang harus
anda kerjakan?

7. Dalam satu bulan terakhir ini,


seberapa sering anda dapat
mengontrol rasa mudah
tersinggung dalam kehidupan
anda?

8. Dalam satu bulan terakhir ini,


seberapa sering anda merasa
seperti pecundang dan murung
yang disebabkan karena anda
tidak mampu melakukan sesuatu?

9. Dalam satu bulan terakhir ini,


seberapa sering anda marah
karena hal-hal terjadi di luar
kendalianda?

10. Dalam satu bulan terakhir ini,


seberapa sering anda merasa
banyak kesulitan yang
menumpuk sehingga anda tidak
dapatmengatasinya?
STIKES BHAMADA SLAWI
LEMBAR
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
KUESIONER
DAN NERS

LEMBAR KUESIONER INSOMNIA

Petunjukpengisiankuesioner
1. Bacalahpertanyaandibawahinidenganseksama.
2. Pilihsalahsatujawabandenganmemberikantandaceklis (√) padakolomjawaban yang telah di
sediakansesuaidengankeadaanandasebenarnya.
3. Setiappertanyaanhanyaberlakuuntuksatujawaban.
4. Bilaada yang kurangdimengertidapatditanyakanpadapeneliti.
5. Kuesionerinidigunakanuntukmengetahuitingkatgangguantidur yang
bapak/ibualamiselamasatubulanterakhir.
6. Disalahsatupilihanjawabsesuaidenganmasalahtidur yang dialamiselamasatubulanterakhir.
Tidakada, Sedikit, Sedang, Parah, Sangatparah

A. Identitas
1. Nama (Inisial) :
2. JenisKelamin :
3. Umur :
4. PendidikanTerakhir :
a. SD
b. SMP
c. SMA/SMK
d. PerguruanTinggi
e. TidakSekolah
5. Hubungandenganklien :

B. Kuesioner Insomnia
Tidak Sangat
No. Masalah Tidur Sedikit Sedang Parah
ada parah

1. Kesulitan untuk tidur

Sulit untuk
2.
mempertahankantidur
Terbangun lebih cepat
3.
dari biasanya
Apakahadamasalahdengan
4. kebiasaan tidur saat ini ?

Seberapa pengaruh
5. masalah tidur pada
kualitas hidup anda?
Apakahandakhawatir
6. dengan masalah tidur saat
ini?
Menurut andaapakahada
7. masalah tidur anda saat ini
pada kegiatan hidup
sehari-hari ?
Lampiran 5

STIKES BHAMADA SLAWI


PROGRAM STUDI SARJANA STATISTIK
KEPERAWATAN DAN NERS PENILAIAN

Jenis Kelamin
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Laki - Laki 35 50.0 50.0 50.0
Perempuan 35 50.0 50.0 100.0
Total 70 100.0 100.0

Pendidikan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid SD 32 45.7 45.7 45.7
SMP 10 14.3 14.3 60.0
SMK 4 5.7 5.7 65.7
Tidak Sekolah 24 34.3 34.3 100.0
Total 70 100.0 100.0

Stress
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Stress Ringan 31 44.3 44.3 44.3
Stress Sedang 34 48.6 48.6 92.9
Stress Berat 5 7.1 7.1 100.0
Total 70 100.0 100.0

Insomnia
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Insomnia Sementara 41 58.6 58.6 58.6
Insomnia Jangka
27 38.6 38.6 97.1
Panjang
Insomnia Kronis 2 2.9 2.9 100.0
Total 70 100.0 100.0
Correlations
Stress Insomnia
Spearman's rho Stress Correlation
1.000 .439**
Coefficient
Sig. (2-tailed) . .000
N 70 70
Insomnia Correlation
.439** 1.000
Coefficient
Sig. (2-tailed) .000 .
N 70 70
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Stress * Insomnia 70 100.0% 0 .0% 70 100.0%

Stress * Insomnia Crosstabulation


Insomnia
Insomnia Insomnia Jangka Insomnia
Sementara Panjang Kronis Total
Stres Stress Count 26 5 0 31
s Ringan % within 100.0
83.9% 16.1% .0%
Stress %
% within
63.4% 18.5% .0% 44.3%
Insomnia
% of Total 37.1% 7.1% .0% 44.3%
Stress Count 13 19 2 34
Sedang % within 100.0
38.2% 55.9% 5.9%
Stress %
% within
31.7% 70.4% 100.0% 48.6%
Insomnia
% of Total 18.6% 27.1% 2.9% 48.6%
Stress Count 2 3 0 5
Berat % within 100.0
40.0% 60.0% .0%
Stress %
% within 4.9% 11.1% .0% 7.1%
Insomnia
% of Total 2.9% 4.3% .0% 7.1%
Total Count 41 27 2 70
% within 100.0
58.6% 38.6% 2.9%
Stress %
% within 100.0
100.0% 100.0% 100.0%
Insomnia %
% of Total 100.0
58.6% 38.6% 2.9%
%
Data Kuesioner Tingkat Stress

Nomer item
no
res 1 tot
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 al ket
seda
1 2 1 3 5 4 4 1 1 4 4 29 ng
seda
2 3 1 4 5 4 5 1 1 4 4 32 ng
ringa
3 3 3 2 4 1 1 4 1 2 2 23 n
seda
4 5 1 1 5 4 4 1 1 1 5 28 ng
seda
5 3 4 1 5 1 3 5 2 4 3 31 ng
seda
6 3 2 4 3 5 4 5 3 4 4 37 ng
seda
7 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 34 ng
seda
8 3 3 2 4 4 3 5 1 3 2 30 ng
seda
9 1 2 3 1 4 3 5 3 5 5 32 ng
ringa
10 4 1 2 1 1 1 1 1 1 1 14 n
ringa
11 1 3 1 3 1 3 4 3 3 3 25 n
ringa
12 2 2 1 1 5 1 1 3 2 2 20 n
ringa
13 2 1 1 1 1 3 4 1 1 1 16 n
14 4 4 4 4 3 3 5 4 5 5 41 berat
ringa
15 2 2 2 3 3 4 4 1 1 1 23 n
ringa
16 1 2 2 1 1 2 3 3 1 2 18 n
seda
17 1 5 4 3 4 2 1 5 1 4 30 ng
seda
18 3 3 3 2 4 4 2 3 3 3 30 ng
ringa
19 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 14 n
seda
20 4 3 3 2 3 4 3 3 2 2 29 ng
seda
21 4 4 5 4 3 2 3 2 1 1 29 ng
ringa
22 3 3 2 2 1 1 2 3 2 2 21 n
ringa
23 1 1 1 1 2 2 3 1 2 2 16 n
ringa
24 3 2 2 2 2 1 1 2 1 1 17 n
ringa
25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 n
ringa
26 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 18 n
ringa
27 2 2 2 1 1 3 3 3 1 2 20 n
ringa
28 2 1 1 2 2 3 3 3 3 3 23 n
ringa
29 2 2 3 3 1 3 2 2 1 2 21 n
30 4 4 3 5 3 4 5 5 4 5 42 berat
seda
31 2 3 3 3 4 3 3 5 4 5 35 ng
32 3 3 4 5 5 5 4 4 4 4 41 berat
33 3 4 5 3 3 5 4 5 4 5 41 berat
seda
34 2 2 4 3 2 2 5 4 4 3 31 ng
seda
35 3 4 3 3 2 4 3 5 5 3 35 ng
seda
36 2 2 4 4 3 4 5 4 4 4 36 ng
seda
37 3 2 2 3 4 5 4 5 2 3 33 ng
seda
38 1 2 2 3 3 4 4 4 4 4 31 ng
39 3 4 4 4 4 4 4 4 5 5 41 berat
ringa
40 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 22 n
seda
41 5 5 5 5 5 5 2 2 1 1 36 ng
ringa
42 1 1 1 1 1 1 3 3 3 5 20 n
seda
43 2 2 2 2 2 2 4 4 4 5 29 ng
seda
44 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 28 ng
seda
45 3 3 3 3 5 5 5 3 3 3 36 ng
ringa
46 1 1 1 1 1 3 3 3 5 5 24 n
seda
47 1 1 1 1 3 3 3 5 5 5 28 ng
seda
48 1 1 1 1 3 3 3 3 5 5 26 ng
ringa
49 1 2 3 4 5 1 1 1 2 2 22 n
seda
50 3 3 3 3 3 4 4 4 5 5 37 ng
seda
51 1 2 3 4 5 1 1 1 4 4 26 ng
ringa
52 2 2 2 2 1 1 1 3 3 3 20 n
seda
53 1 3 3 3 3 3 3 3 4 4 30 ng
ringa
54 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 17 n
ringa
55 3 3 3 3 1 1 1 1 2 2 20 n
seda
56 1 4 4 4 4 4 3 3 3 1 31 ng
ringa
57 1 1 1 1 1 2 2 2 3 3 17 n
seda
58 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 28 ng
ringa
59 1 1 1 1 2 2 2 4 4 4 22 n
seda
60 4 4 4 4 4 3 3 3 1 1 31 ng
seda
61 1 2 2 2 2 4 4 5 5 5 32 ng
seda
62 5 5 5 5 2 2 2 1 1 1 29 ng
ringa
63 2 2 2 2 2 3 3 3 2 1 22 n
ringa
64 1 1 1 1 1 3 3 3 4 4 22 n
seda
65 3 3 3 3 4 4 4 5 5 5 39 ng
ringa
66 1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 18 n
ringa
67 2 2 2 2 1 1 1 4 4 4 23 n
seda
68 3 3 3 4 4 4 5 5 5 2 38 ng
ringa
69 2 2 2 2 1 1 1 4 4 4 23 n
ringa
70 1 1 1 1 3 3 3 4 4 4 25 n

Data Kuesioner Kejadian Insomnia


no Nomer item
tot
res
1 2 3 4 5 6 7 al Keterangan
insomnia jangka
1 3 2 3 4 3 1 2 18 panjang
insomnia jangka
2 3 2 3 5 3 2 2 20 panjang
3 2 1 1 1 1 1 1 8 insomnia sementara
4 5 5 5 5 5 5 5 35 insomnia kronis
5 1 1 1 1 1 1 1 7 insomnia sementara
6 4 4 3 3 3 4 5 26 insomnia kronis
insomnia jangka
7 2 3 2 1 2 2 3 15 panjang
insomnia jangka
8 2 3 2 3 2 1 3 16 panjang
9 1 3 5 4 4 4 3 24 insomnia kronis
10 2 1 3 1 1 1 1 10 insomnia sementara
11 1 1 1 1 1 1 1 7 insomnia sementara
12 2 2 2 2 2 2 2 14 insomnia sementara
13 1 1 1 1 1 1 1 7 insomnia sementara
14 2 2 2 2 2 1 1 12 insomnia sementara
insomnia jangka
15 3 3 3 3 3 3 3 21 panjang
16 1 1 1 1 1 1 1 7 insomnia sementara
17 2 2 2 2 2 2 2 14 insomnia sementara
insomnia jangka
18 3 3 3 3 1 1 1 15 panjang
19 1 1 1 1 2 2 2 10 insomnia sementara
insomnia jangka
20 2 2 2 2 2 3 3 16 panjang
21 1 1 1 1 3 3 3 13 insomnia sementara
22 2 2 2 2 2 1 1 12 insomnia sementara
23 1 1 1 2 2 3 3 13 insomnia sementara
24 1 1 1 2 2 2 3 12 insomnia sementara
insomnia jangka
25 1 1 1 3 3 3 4 16 panjang
insomnia jangka
26 1 1 2 2 3 3 3 15 panjang
27 2 2 2 2 2 2 2 14 insomnia sementara
28 1 1 2 2 2 2 2 12 insomnia sementara
29 1 2 3 3 3 1 1 14 insomnia sementara
insomnia jangka
30 1 2 3 3 3 3 3 18 panjang
31 1 3 1 3 1 3 1 13 insomnia sementara
32 1 1 1 1 2 2 2 10 insomnia sementara
insomnia jangka
33 3 3 3 3 2 2 2 18 panjang
insomnia jangka
34 2 2 2 2 2 3 3 16 panjang
35 1 2 2 2 2 2 2 13 insomnia sementara
insomnia jangka
36 2 2 2 2 1 3 3 15 panjang
insomnia jangka
37 2 2 2 2 3 3 3 17 panjang
insomnia jangka
38 1 1 1 3 3 3 4 16 panjang
insomnia jangka
39 2 2 2 2 3 3 2 16 panjang
40 2 2 2 2 1 1 1 11 insomnia sementara
41 1 1 1 1 1 1 1 7 insomnia sementara
42 2 2 2 2 2 2 2 14 insomnia sementara
insomnia jangka
43 3 2 3 2 3 2 3 18 panjang
44 3 1 1 1 1 1 1 9 insomnia sementara
insomnia jangka
45 3 2 2 2 2 2 2 15 panjang
46 2 2 2 2 1 1 1 11 insomnia sementara
47 2 2 2 2 2 2 2 14 insomnia sementara
48 1 1 1 1 1 1 1 7 insomnia sementara
49 2 2 2 2 2 2 2 14 insomnia sementara
insomnia jangka
50 3 3 3 3 3 3 3 21 panjang
51 1 2 2 2 2 2 2 13 insomnia sementara
52 1 1 1 1 3 3 3 13 insomnia sementara
53 3 3 3 1 1 1 2 14 insomnia sementara
54 1 1 1 2 2 2 2 11 insomnia sementara
55 1 1 1 1 1 1 1 7 insomnia sementara
56 2 2 2 2 2 2 2 14 insomnia sementara
insomnia jangka
57 3 3 3 3 3 3 3 21 panjang
58 2 1 2 1 2 1 2 11 insomnia sementara
59 2 2 2 2 2 2 2 14 insomnia sementara
60 1 1 1 1 1 1 1 7 insomnia sementara
insomnia jangka
61 3 3 3 3 3 3 3 21 panjang
62 2 2 2 2 2 2 2 14 insomnia sementara
63 1 1 1 3 3 2 2 13 insomnia sementara
64 1 1 1 2 2 2 3 12 insomnia sementara
65 1 1 1 1 1 3 3 11 insomnia sementara
66 1 2 2 2 2 2 2 13 insomnia sementara
67 1 2 2 2 2 2 2 13 insomnia sementara
insomnia jangka
68 3 3 2 2 2 2 2 16 panjang
69 1 1 1 1 2 2 2 10 insomnia sementara
insomnia jangka
70 1 2 2 2 3 3 3 16 panjang
Lampiran

STIKES BHAMADA SLAWI SURAT IJIN


PROGRAM STUDI SARJANA PENELITIAN
KEPERAWATAN DAN NERS
Lampiran

PROGRAM STUDI SARJANA


KEPERAWATAN DAN NERS STIKES DOKUMENTASI
BHAMADA SLAWI
STIKES BHAMADA SLAWI LEMBAR
PROGRAM STUDI SARJANA BIMBINGAN
KEPERAWATAN DAN NERS KONSULTASI
Lampiran

STIKES BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI PROGRAM


JADWAL PENELITIAN
STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN NERS

Septem
Maret April Mei Juni Juli Agustus ber
No Jenis Kegiatan 1 2 3
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengumpulan Judul Skripsi
2 Bimbingan skripsi
3 BAB 1 Pendahuluan
4 BAB 2 Tinjauan Pustaka
5 BAB 3 Metodologi Penelitian
6 Sidang skripsi
7 Revisi Skripsi
8 Penelitian
9 Penulisan laporan penelitian
10 Bimbingan Skripsi
11 BAB 4 Hasil dan pembahasan
12 BAB 5 Penutup
13 Sidang Skripsi
14 Revisi Skripsi
15 Pengumpulan Skripsi
Lampiran
STIKES BHAKTI MANDALA HUSADA LEMBAR
SLAWI PROGRAM STUDI SARJANA CURRICULUM
KEPERAWATAN DAN NERS VITAE

CURRICULUM VITAE

Nama : M. Azky Diar Rizaldi


Tempat, Tanggal lahir : Brebes, 19 Maret 1997
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Slatri RT 005/001 Kec. Larangan Kab. Brebes
Nama Orang Tua : Hadi Pujadi, S.Pd
Siti Farhatun, S.Pd
Pekerjaan Orang Tua :
Bapak : PNS
Ibu : PNS
Riwayat Pendidikan : SD N 1 Slatri 2003-2009
MTS N Ketanggungan 2012-2009
SMA N 1 Larangan 2012-2015

Anda mungkin juga menyukai