Disusun Oleh :
Disusun Oleh
M. AZKY DIAR RIZALDI
C1015052
i
HALAMAN
STIKES BHAMADA SLAWI
PERNYATAAN
PROGRAM STUDI SARJANA
KEASLIAN KARYA
KEPERAWATAN DAN NERS
ILMIAH
PENGESAHAN SKRIPSI
ii
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRESS DENGAN KEJADIAN
INSOMNIA PADA LANJUT USIA DI DESA KERSANA KECAMATAN
KERSANA KABUPATEN BREBES
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal Agustus 2020 dan
dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima.
iii
HUBUNGAN TINGKAT STRESS DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA
LANJUT USIA DI DESA KERSANA KECAMATAN KERSANA KABUPATEN
BREBES
Email: rizalazky1@gmail.com
Abstrak
Stres dapat menimbulkan dampak bagi lansia baik fisik, sosial, intelektual,
psikologis, dan spiritual. Dampak fisik pada lansia seperti pandangan kabur,
gerakan lamban, dan mudah lelah. Dampak sosial yang dihadapai yaitu seperti
menurunnya aktifitas soaial dimasyarakat. Dampak intelektual seperti
berkurangnya kemampuan untuk mengingat. Dampak psikologis seperti sering
cemas dan stress. Dampak spiritual seperti lebih sering mengingat kematian.
Dampak yang terjadi tersebut sehingga dapat menyebabkan penurunan kualitas
hidup pada lansia. Tidur merupakan proses penting bagi manusia karena terjadi
suatu proses pemulihan tubuh. Kualitas tidur di tentukan dengan bagaimana
seseorang dapat mempersiapkan pola tidurnya di malam hari serperti kedalaman
tidur, kemampuan tidur dan kemudahan untuk tidur. Insomsia merupakan
dampak yang disebabkan oleh kesehatan fisik, psikis, finansial, maupun dalam
kehidupan bermasyarakat. Dampak fisik diantaranya dapat terjadi kegemukan,
gangguan jantung dan diabetes. Dampak psikis diantaranya seperti dapat
menyebabkan amygdala (bagian otak yang bertugas memproses emosi) menjadi
lebih aktif dan prefrontal cortex (bagian otak depan) menjadi kurang aktif.
Dampak hidup didalam masyarakat yaitu berpengaruh pengobatan. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian menggunakan
pendekatan Cross sectional Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu
non probability sampling dengan jenis accidental sampling dan besar sampel
yang diambil yaitu 70 orang. Hasil analisis data menggunakan uji statistik
Spearman Rank menunjukkan nilai P value 0,000 < 0,05 yang menandakan Ho
ditolak dan Ha diterima atau terdapat hubungan antara tingkat stress dengan
kejadian insomnia pada lansia di desa Kersana. Perawat diharapkan dapat
melakukan penyuluhan terhadap lansia tentang pentingnya kualitas tidur bagi
lansia.
iv
RELATIONSHIP OF STRESS LEVELS WITH INSOMNIA EVENTS IN
ADVANCED AGE IN DESA KERSANA KECAMATAN KERSANA KABUPATEN
BREBES
Email: rizalazky1@gmail.com
Abstract
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil’Alamiin, segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam atas
segala nikmat karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Hubungan antara Tingkat Stress dengan Kejadian Insomnia pada Lanjut Usia di Desa
Kersana Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi
syarat memperoleh gelar Sarjana Keperawatan di Program Studi STIKes Bhakti
Mandala Husada Slawi. Dalam proses penyusunan skripsi ini peneliti banyak
mendapatkan bimbingan dan pengarahan dari pembimbing. Oleh karena itu peneliti
mengucapkan terimakasih kepada Ibu Khodijah S.Kep.,Ns M.Kep selaku pembimbing
I dan Bapak Deni Irawan S.Kep., M.Kep. selaku pembimbing II yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing dalam penulisan
skripsi, sehingga dapat tersusun dengan baik. Peneliti menyadari bahwa selama proses
penulisan bukan hanya karena upaya sendiri melainkan berkat bantuan dan dukungan
dari segala pihak. Dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. Risnanto, M.Kes. selaku Ketua STIKes Bhamada Slawi yang telah
memberikan izin untuk melakukan penelitian.
2. Dwi Budi Prastiani, M.Kep.Ns.Sp.Kep.Kom. selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan dan Ners STIKes Bhamada Slawi.
3. Seluruh Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan dan Ners STIKes Bhamada
Slawi, yang telah mendidik dan membimbing selama ini.
4. Kedua orangtua Bapak Hadi Pujadi dan Ibu Siti Farhatun, yang telah membantu
membiayai kuliah sampai tingkat akhir.
5. Kakak saya Rizka Ayu Faradhina, Ikhwan Setiawan yang telah memberikan doa,
semangat, dan dukungan.
6. Sahabat-sahabat seperjuangan Indah Tri Wulandari, Lina Agustina, Uyun Lare
Sanju, Nurhidayanti, M. Syafik, Uli Andriyani yang selama ini susah senang
bersama dalam proses pengajuan Judul sampai akhir dari pembuatan penelitian
ini.
7. Teman-teman S1 Ilmu Keperawatan Angkatan 2016 yang sedang berjuang
bersama dalam proses pembuatan penelitian ini.
vi
8. Dan semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan serta semangat
dalam proses pembuatan penelitian ini.
Peneliti
vii
DAFTAR ISI
COVER DALAM......................................................................................................... i
HALAMAN PERTANYAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH.............................ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI................................................................... iii
ABSTRAK.................................................................................................................... iv
ABSTRACT.................................................................................................................. v
KATA PENGANTAR................................................................................................. vi
DAFTAR ISI............................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL........................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................... xii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................... . 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................... . 1
1.2 Tujuan Penelitian....................................................................................... . 6
1.3 Manfaat Penelitian..................................................................................... . 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... . 7
2.1 Tingkat Stress............................................................................................. . 7
2.2 Kejadian Insomnia Pada Lansia............................................................... . 12
2.3 Kerangka Teori........................................................................................... . 23
2.4 Kerangka Konsep....................................................................................... . 24
BAB 3 METODE PENELITIAN............................................................................. . 25
3.1 Jenis dan Desain Penelitian....................................................................... . 25
3.2 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data........................................... 26
3.3 Populasi dan Sampel.................................................................................. . 27
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian................................................................... . 29
3.5 Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran.......... 29
3.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data.............................................. 30
3.7 Etika Penelitian.......................................................................................... . 31
viii
BAB 4 PEMBAHASAN DAN HASIL
4.1 Hasil Penelitian............................................................................................ 32
4.2 Pembahasan.................................................................................................33
4.3 Keterbatasan Penelitian.............................................................................. 34
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan.................................................................................................. 43
5.2 Saran............................................................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Definisi operasional, Variabel, Hasil Ukur, Skala Ukur.................................29
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Penduduk lanjut usia di Indonesia 2 tahun terakhir mengalami peningkatan yang signifikan
xii
pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta jiwa dan meningkat
menjadi 20.547.541 pada tahun 2009 jumlah ini terbesar keempat setelah China, India dan
Jepang. Usia harapan hidup perempuan lebih panjang dibandingkan laki-laki maka jumlah
penduduk lanjut usia perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki (11,29 juta jiwa
berbanding 9,26 juta jiwa). Permasalahan lanjut usia secara umum di Indonesia tidak lain
adalah permasalahan yang lebih didominasi oleh perempuan.
Menurut World Health Organization (WHO), penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020
mendatang sudah mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang, balitanya tinggal
6,9% yang menyebabkan jumlah penduduk lansia yang terbesar di Dunia (International Data
Base, 2009).
Data Badan Pusat Statistik Nasional mencatat angka harapan hidup Indonesia pada kisaran
tahun 2010-2015 berada pada angka 70,1 tahun. Kendali tersebut membawa dampak
terhadap peningkatan jumlah populasi lanjut usia (lansia) dunia. Badan Pusat Statistik
mencatat pada tahun 2010 data lansia di Kalimantan Timur sebanyak 142.805 orang atau
4,02% dari keseluruhan penduduk (3.553.000 jiwa), dengan jumlah lansia perempuan
sebanyak 67.886 orang lebih sedikit dibandingkan jumlah penduduk lansia pada laki-laki
yaitu 74.939 orang (Badan Pusat Statistik Nasional, 2015).
Peningkatan jumlah lansia terjadi di berbagai negara termasuk negara maju dan negara
berkembang. Negara berkembang memiliki jumlah lansia yang lebih banyak dibandingkan di
Negara maju. Negara Indonesia yang berada di peringkat empat dunia dengan jumlah lansia
yang terbanyak. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa, penduduk lansia di
Indonesia tahun 2010 berjumlah 23.992.553 jiwa (9,77%). Tahun 2020 jumlah lansia
diprediksi akan mencapai 28.822.879 jiwa (11,34%). Daerah yang memiliki lansia terbanyak
di Indonesia, yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta dengan jumlah persen 12,48%. Provinsi
Jawa Timur dengan hitungan 9,36%. Provinsi Jawa Tengah yang memiliki jumlah lansia
9,26%. Jumlah lansia masih bersifat tentatif atau belum pasti, bisa saja di tahun ke depan akan
mengalami peningkatan dan tidak menutup kemungkinan akan mengalami penurunan
(Kemenkes RI, 2013).
Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 yaitu tentang kesejahteraan lanjut usia
pada Bab 1 pasal 1 Ayat 2 menyebutkan usia 60 tahun adalah usia permulaan tua. Banyak
xiii
sekali perubahan yang dialami oleh usia lanjut, salah satunya adalah gangguan mental
seperti stres, depresi, dimensia dan kecemasan. Perubahan fungsi fisiologis yang akan
berdampak pada kondisi fisik dan psikologis mengakibatkan stres pada lansia ( Nugroho,
2008).
Stres dapat menimbulkan dampak bagi lansia baik fisik, sosial, intelektual, psikologis, dan
spiritual. Dampak fisik pada lansia seperti pandangan kabur, gerakan lamban, dan mudah
lelah. Dampak sosial yang dihadapai yaitu seperti menurunnya aktifitas soaial dimasyarakat.
Dampak intelektual seperti berkurangnya kemampuan untuk mengingat. Dampak psikologis
seperti sering cemas dan stress. Dampak spiritual seperti lebih sering mengingat kematian.
Dampak yang terjadi tersebut sehingga dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup pada
lansia (Dewi, 2014).
Stress merupakan ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik,
emosional dan spriritual yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia
tersebut. Stress normal merupakan reaksi alamiah yang berguna, karena stress akan
mendorong kemampuan seseornag untuk mengatasi kesulitan kehidupan. Tekanan stres
yang besar hingga melampaui daya tahan individu, maka akan menimbulkan gejala-gejala
seperti sakit kepala, mudah marah dan kesulitan untuk tidur ( National Safety Counsil,
2014 )
Stres merupakan kejadian eksternal serta situasi lingkungan yang dapat membebani
kemampuan individu dapat berupa beban emosional dan kejiwaan. Adaptasi lansia terhadap
stres sangat dipengaruhi oleh tipe kepribadian serta mekanisme koping terhadap stres itu
sendiri. Tidur merupakan proses penting bagi manusia karena terjadi suatu proses
pemulihan tubuh. Kualitas tidur di tentukan dengan bagaimana seseorang dapat
mempersiapkan pola tidurnya di malam hari serperti kedalaman tidur, kemampuan tidur dan
kemudahan untuk tidur (Hidayat, 2006).
Stres hampir dirasakan oleh setiap orang. Stress merupakan reaksi yang tidak diharapkan
yang muncul disebabkan oleh tingginya tuntutan lingkungan kepada seseorang, antara
harmoni atau keseimbanagn antara kekuatan dan dalam tubuh yang terganggu karena
tekanan psikologis (Dewi, 2014).
xiv
Menurut Sohat (2014) menyatakan bahwa di Amerika mengabarkan bahwa terdapat 25%-
30% dari jumlah penduduk yang ada mengalami insomnia. Di Indonesia terdapat sekitar
10% dari jumlah penduduk yang yang ada mengalami insomnia atau sekitar 283 juta
penduduk Indonesia yang mengalami insomnia. Di Yogyakarta prevalansi penduduk yang
mengalami insomnia berjumlah 10% (Sumedi, 2010).
Insomsia merupakan dampak yang disebabkan oleh kesehatan fisik, psikis, finansial,
maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Dampak fisik diantaranya dapat terjadi
kegemukan, gangguan jantung dan diabetes.Dampak psikis diantaranya seperti dapat
menyebabkan amygdala (bagian otak yang bertugas memproses emosi) menjadi lebih aktif
dan prefrontal cortex (bagian otak depan) menjadi kurang aktif. Dampak hidup didalam
masyarakat yaitu berpengaruh pengobatan (Widya, 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Nelwin (2006) di Makassar tentang dampak perubahan
finansial dan status sosial terhadap tingkat stres pada lansia pensiunan menunjukkan bahwa
laki-laki mengalami stres sedang (28,6%) dibandingkan perempuan (20%), wanita dengan
status perkawinan janda mengalami stres lebih tinggi (50%) di bandingkan dengan wanita
yang masih mempunyai pasangan (22%). Faktor jenis kelamin dan status perkawinan dapat
mempengaruhi tingkat stres pada lansia pensiunan.
Pada studi pendahuluan di Desa Kersana Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes jumlah total
lanjut usia di observasi 228 responden. Peneliti menemukan terdapat 40 lansia, jumlah
tersebut terdiri dari 22 lansia berjenis kelamin laki-laki dan 18 lansia berjenis klamin
perempuan. Berdasarakan dari 10 orang lansia yang sudah diwawancarai terdapat 8 orang
lansia yang mengatakan insomnia. Wawancara yang dilakukan peneliti pada 10 responden,
peneliti mendapatkan bahwa 7 orang lansia mengalami insomnia, dimana 4 dari lansia
mengatakan sering terbangun pada dini hari dan sulit untuk tidur kembali, 2 dari lansia
sering merasa kurang bertenaga saat bangun di pagi hari dan 1 lansia mengatakan sulit untuk
memulai tidur walaupun sudah mengantuk. Beberapa lansia mengaku bahwa mereka sulit
untuk tidur dikarenakan bahwa mereka tidak mengetahui secara pasti apa yang
menyebabkan mereka sulit tidur.
xvi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Stress pada lanjut usia adalah masalah besar yang mempunyai konsekuensi medis, sosial dan
ekonomi. Hal ini menyebabkan penderitaan bagi lanjut usia dan keluarganya, memperburuk
kondisi medis dan membutuhkan sistem pendukung yang mahal. Stress pada geriatri sulit
untuk di identifikasi, sehingga terlambat untuk di terapi, karena perbedaan pola gejala tiap
xvii
kelompok umur. Stress pada geriatri sering tidak diakui oleh pasien dan tidak dikenali
dokter karena gejalanya yang tumpang tindih (Setyohadi, 2016)
xviii
sehari-hari, kemudian yang terakhir ada iklim lingkungan seperti maraknya kriminalitas
(pencurian, perampokan dan pembunuhan), tawuran antar kelompok (pelajar, mahasiswa,
atau warga masyarakat), harga kebutuhan pokok yang mahal, kurang tersedia fasilitas air
bersih yang memadai, kemarau panjang, udara yang sangat panas atau dingin, suara bising,
polusi udara, lingkungan yang kotor (bau sampah dimana-mana), atau kondisi perumahan
yang buruk, kemacetan lalu lintas bertempat tinggal di daerah banjir atau rentan longsor, dan
kehidupan politik dan ekonomi yang tidak stabil (Yusuf, 2014).
xix
2.1.5 Tingkat Stress
Menurut Potter dan Perry (2005) stres terbagi menjadi 3 tingkat, yakni:
2.4.2.1 Stres ringan
Situasi pada tingkat ini yakni stressor yang dihadapi secara teratur seperti terlalu banyak
tidur, kemacetan lalu lintas dan kritikan dari atasan.Situasi seperti ini bisaanya berlangsung
beberapa menit atau jam.
2.4.2.2 Stres sedang
Berlangsung lebih lama, dari beberapa jam sampai beberapa hari seperti perselisihan yang
tida terselesaikan dengan rekan kerja.
2.4.2.3 Stres berat
Situasi kronis yang dapat berlangsung beberapa minggu sampai beberapa tahun, seperti
perselisihan perkawinan terus menerus dan kesulitan finansial yang berkepanjangan.
Stres dapat menimbulkan dampak bagi lansia baik fisik, sosial, intelektual, psikologis, dan
spiritual. Dampak fisik pada lansia seperti pandangar kabur, gerkan lamban, dan mudah
lelah. Dampak sosial yang dihadapai yaitu seperti menurunya aktifitas soaial dimasyarakat.
Dampak intelektual seperti berkurangnya kemampuan untuk mengingat. Dampak psikologis
seperti sering cemas dan stress. Dampak spiritual seperti lebih sering mengingat kematian.
Dampak yang terjadi tersebut sehingga dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup pada
lansia (Dewi, 2014).
Stres yang tidak segera diatasi dapat menimbulkan kecemasan pada diri seorang individu.
Kecemasan dapat menyebabkan munculnya emosi negatif, baik terhadap permasalahan
tertentu ataupun kegiatan sehari-hari seseorang (Setyoadi & Kushariyadi, 2011).
2.2 Insomnia
2.2.1 Pengertian Insomnia
Menurut Susilo dan Wulandari (2011) menjelaskan bahwa insomnia adalah suatu keadaan
dimana seseorang mengalami kesulitan tidur, terutama tidur malam hari dan merasa tidak
xxi
cukup atau meraskan kualitas tidur yang buruk, walaupun mempunyai kesempatan tidur
yang cukup ini akan mengakibatkan perasan tidak bugar setelah bangun dari tidur.
Insomnia dapat berupa kesulitan untuk tidur atau kesulitan untuk tetap tertidur. Bahkan
seseorang yang terbangun dari tidur, tetapi merasa belum cukup tidur dapat disebut
mengalami insomnia. Insomnia merupakan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan
tidur baik secara kualitas maupun kuantitas (Asmadi, 2008).
Menurut Sudarno (2009), cara pengobatannya (supaya bisa tidur): Pijat kaki kanan dan kiri
secara bergantian, mulai dari lutut sampai telapak kaki, terutama celah-celah tulang kering
dan tulang betis kurang lebih 10 menit. Berdiri dengan posisi tegak dan kaki setengah
dilipat. Lakukan sampai seseorang mengeluarkan banyak keringat. Kemudian minum 1
gelas air putih hangat.
2.2.5.2 Farmakologi
Dalam usaha mengatasi insomnia, pertama-tama penyebab utamanya ditanggulangi dengan
obat yang layak serta tepat dan bukan ditangani dengan obat tidur. Misalnya dengan obat
batuk, analgetika (obat rema atau encok), relaksasi otot, vasodilator, antidepresiva atau
tranquillizer. Obat tidur baru dapat digunakan bila semua tindakan itu tidak berhasil dan
lazimnya suatu benzodiazepin dengan masa-paruh singkat dan dengan dosis serendah
mungkin. Obat tidur juga dapat dibenarkan penggunaannya pada insomnia yang selewat,
misalnya pada keadaan stres ringan, seperti perubahan status kerja dan meninggalnya
anggota keluarga. penggunaannya hendaknya dibatasi sampai 1-3 malam dan tidak lebih
lama dari 1-2 minggu untuk memperkecil risiko toleransi dan ketegantungan. Pemberian
obat secara bertahap dihentikan setelah pasien dapat tidur kembali dengan nyenyak. Sering
xxiv
kali penggunaan yang intermittent (tidak lebih sering di tiap malam ketiga) sudah
mencukupi. Obat tidur non-benzodiazepin (zopiclon, zolpidem) yang juga bekerja terhadap
reseptor benzodiazepin, tetapi diperkirakan tidak menimbulkan toleransi dan ketagihan.
Beberapa jenis anthistamin (mis. Prometazin) dan obat anti-depresif (mis. Amitriptilin,
inipramin, trazodon) tidak mengakibatkan ketagihan dan dalam dosis rendah dapat
Payudara mengecil pada lansia disebabkan oleh penurunan massa, tonus dan elastisitas otot,
selain itu payudara kendur. Perubahan gastrointestinal, meliputi perlambatan peristaltic dan
perubahan sekresi, akibatnya lanjut usia akan mengalami intoleransi pada makanan tertentu
dan gangguan akibat pengosongan lambung yang lambat. Perubahan sistem reproduksi
disebabkan oleh perubahan hormononal perubahan pada lanjut usia wanita perempuan
produksi estrogen dan progesterone. Menopause berhubungan dengan menurunnya respon
ovarium. Pada lanjut usia pria perubahan yang terjadi penurunan jumlah sperma, tertis
mengecil, ereksi berkurang dan melambat.
xxviii
Perubahan sistem reproduksi tidak mempengaruhi sistem limbido, penurunan aktivitas seksual
bisaanya disebabkan oleh penyakit, kematian pasangan seksual, berkurangnya sosialisasi atau
hilangnya minat seksual. Hipertrofi kelenjar prostat terkadang timbul pada lanjut usia pria,
pembesaran prostat akan menekan leher kandung kemih menyebabkan kesulitan menahan dan
mengatur aliran urine. Akibatnya terjadi retensi urine, rentensi inkontinesia, infeksi saluran
kemih, BPH (benigen prostatic hypertrophy) (Poter & Perry, 2015).
Kekuatan otot berkurang seiring berkurangnya massa otot, massa tulang juga berkurang, serat
otot akan mengecil. Lanjut usia yang berolahraga teratur tidak mengalami kehilangan yang
sama dengan lanjut usia yang tidak aktif. Wanita pasca menopause mengalami demineralisasi
tulang yang lebih besar dibandingkan pria lanjut usia. Pada pertengahan dekade kedua terjadi
penurunan jumlah dan penurunan neuron pada sistem saraf, fungsi neurotransmitter juga
berkurang. Reflek volunter menjadi lebih lambat dan individu menjadi kurang mampu
merespon stimulis multiple. Lanjut usia sering melaporkan perubahan kualitas dan kuantitas
tidur, kesulitan untuk tetap terjaga, kesulitan untuk kembali tidur setelah terbangun dimalam
hari, terjaga terlalu cepat dan tidur siang yang berlebihan (Poter & Perry, 2015).
Lanjut usia harus menyusun jadwal yang bermakna dan jaringan sosial yang mendukung.
Isolasi merupakan suatu pilihan yaitu keinginan untuk tidak berhubungan dengan orang lain.
Isolasi juga dapat menjadi respon terhadap kondisi yang menghambat interaksi dengan pihak
lain. Semua lanjut usia baik sehat maupun sakit merasa kebutuhan untuk mengekspresikan
perasan seksual, seksualitas melibatkan cinta, kehangatan, salaing berbagi dan sentuhan.
xxix
Seksualitan dihubungkan dengan identitas dan mengakui anggapan bahwa individu mampu
memberi kepada orang lain dan mendapatkan penghargaan akan pemberian tersebut.
Perubahan sosial, tanggung jawab keluaraga dan status kesehatan akan mempengaruhi
susunan hidup lanjut usia bebrapa dari mereka memilih untuk tinggal dengan keluarga dan
bebebrapa lainya memilih untuk hidup sendiri atau dirumah yang dekat keluarganya.
Lingkungan dapat mendukung atau menghambat fungsi fisik dan sosial. Pengalaman
kehilangan melui kematian kerabat dan teman merupakan bagian dari sejarah kehisdupan yang
di alami lanjut usia, termasuk kehilangan keluarga yang lebih tua dan terkadang kehilangan
anak. Kematian pasasngan merupakan kehilangan yang paling berpengaruh pada lanjut usia.
Lanjut usia memiliki berbagai sikap dan anggapan tentang kematian, tetapi mereka jarang
takut terhadap kematian pada dirinya sendiri. Ketakutan yang utama pada lanjut usia adalah
merasa mwenjadi beban, mengalami penderitaan, merasa kesepian dan harus dilakukannya
tindakan-tindakan untuk memperpanjang hidup.
Lansia
xxx
Perubahan
Tingkat stress Dampak stress
Fisik
Stress ringan Fisik
Sakit kepala
Stress sedang Mental dan
Perubahan selera makan Intelektual
Sulit tidur
Pikiran kacau Psikologis
Menurun daya ingat
Merasa sedih
Faktor yang mempengaruhi stress
Variabel dalam diri individu
Masalah / gangguan pada
lansia Karakteristik kepribadian
Immobility Variable sosial-kognitif
Instability
Incontinence Hubungan dengan lingkungan sosial
Intellectual impairment
Infection
Impairment of vision and INSOMNIA
hearing, taste, smell,
communication,
convelesscense, skin integrity
Impaction Faktor yang menyebabkan insomnia
Isolation Faktor psikologi
Inantion
Impecunity Penyakit fisik
Latrogenesis Faktor lingkungan
Insomnia
Immune deficiency Gaya hidup
Impotance
Pengobatan medis
Gambar 2.3 Kerangka teori (Potter & Perry, 2005), (Prawono, 2018),
(Potter & Perry, 2016), (Kane & Ouslander, 2011).
Insomnia
xxxi
Tingkat Stres
Keterangan :
: diteliti
: hubungan
2.5 Hepotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah dan pernyataan peneliti.
Hipotesis juga merupakan suatu pernyataan asumsi tentang hubungan dan atau lebih variabel
yang diharapkan bisa menjawab suatu pernyataan dalam suatu penelitian. Setiap hipotesa
terdiri atas suatu unit atau bagian dari permasalahan (Nursalam, 2013).
H0 : Tidak ada hubungan antara tingkat stress dengan kejadian insomnia pada lansia.
Ha : Ada hubungan antara tingkat stress dengan kejadian insomnia pada lansia.
BAB 3
METODE PENELITIAN
xxxii
Pendekatan rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional yaitu desain
penelitian yang dilakukan pengukuran hanya satu kali, pada satu saat tertentu untuk
mengetahui hubungan antara tingkat stress dengan kejadian insomnia pada lanjut usia di Desa
Kersana Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes.
xxxiii
tahap pelaksanaan. Tahap persiapan dilakukan peneliti dengan menyusun Proposal dan
melakukan sidang Proposal. Setelah instrument dinyatakan valid kemudian peneliti
mendaptkansurat ijin untuk melakukan penelitian dari Ketua Prodi Sarjana Keperawatan &
Ners STIKes Bhamada Slawi. Surat ijin tersebut digunakan peneliti untuk meminta surat
permohonan ijin penelitian ke Puskesmas Kersana, setelah mendapatkan ijin penelitian
kemudian peneliti melakukan penelitian sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Penelitian akan dilakukan selama 2 hari pada tanggal 29-30 Juni 2020 dengan jumlah
responden 70 orang, proses penelitian dilakukan dengan mengumpulkan responden di dalam
ruangan aula Balai desa kersana kecamatan kersana kabupaten brebes. Penelitian ini
menggunakan kusioner tingkat stress dengan menggunakan 10 item pertanyaan dan kuesioner
kejadian insomnia pada lanjut usiadengan menggunakan 7 item pertanyaan. Skala yang
digunakan yaitu skala likert.
3.3 Populasidan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Populasi dalam
penelitian ini adalah lanjut usia Di desa kersana kecamatan kersana kabupaten brebes yaitu
sebanyak 228 lanjut usia (Arikunto, 2010).
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi, karakteristik pada
sampel ini merupakan lanjut usia yang sudah berumur 50-70 tahun, teknik pengambilan
sampel menggunakan rumus slovin n = N/( 1+N (e)2) 228 x 0,01+1 = 3,28 228:3,28 = 69,51.
Sampel pada penelitian ini adalah 69,51 sama dengan 70 lanjut usia (Sugiyono, 2012).
xxxv
3.7.1 Teknik Pengolahan Data
Menurut Arikunto, 2010 teknik pengolahan data meliputi berikut ini :
3.7.1.1 Editing
Setelah keusioner selesai diisi, kemudian dikumpulkan langsung oleh peneliti dan selanjutnya
dilakukan pengecekan isian kuesioner untuk memastikan kemungkinan adanya kesalahan
dalam pengisian dan melihat kelengkapan, kejelasan dan konsistensi jawaban.Untuk kuesioner
yang pengisiannya belum lengkap diminta kepada responden untuk melengkapi lembar
kuesioner pada saat itu juga.
3.7.1.2 Coding
Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau
bilangan atau sebaliknya, untuk mempermudah peneliti melakukan proses analisa data,
peneliti memberikan kode pada lembar kuesioner yang telah diisi responden(Dharma, 2011).
3.7.1.3 EntriData
Pada tahap ini, hasil dari pemeriksaan kemudian dimasukan ke dalam program computer
untuk selanjutnya dapat dianalisa menggunakan program komputer SPSS untuk menilai
distribusi dan hubungan antar variabel yang akan diteliti.
3.7.1.4 Analyzing
Data yang telah dimasukan kedalam program komputer dan sudah lengkap kemudian
dianalisis menggunakan analisis univariat dan bivariate.
xxxvi
3.8 Etika Penelitian
Secara umum terdapat empat prinsip utama dalam etika penelitian (Dharma, 2011).
3.8.1 Prinsip Menghormati Harkat dan Martabat Manusia (respect for human dignity).
Responden dalam penelitian ini diperlakukan sacara manusiawi. Responden berhak
memutuskan apakah bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian atau tidak tanpa adanya
sangsi atau paksaan. Semua responden dalam penelitian ini mendapat informasi yang terbuka
berkaitan dengan jalannya penelitian. Sebelum melakukan penelitian, peneliti meminta izin
dengan responden untuk melakukan penelitian dan menjadi responden dengan mengisi
informed consent yang sudah peneliti sediakan. Semua informasi dari responden akan dijamin
kerahasiannya.
xxxviii
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan tabel 4.1 hasil analisis kinerja perawat pada pasien mayoritas
responden mengalami kategori stress sedang yaitu sebanyak 31 responden
(44,3%). Sebanyak 34 responden (36,6%) mengalami stress ringan, sedangkan 5
responden (7,1%) mengalami stress berat. Jadi rata-rata responden mengalami
stress sedang.
4.1.2 Kejadian Insomnia
Uji statistik univariat pada variabel Kejadian Insmonia Pada Lansia disajikan
dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kejadian insomnia
Persentase
Insomnia Frekuensi
(%)
Insomnia
41 58,5
Sementara
Jangka Panjang 27 36,8
Insomnia Kronis 2 2,9
Total 70 100,0
Berdasarkan tabel 4.2 hasil analisi kejadian insomnia pada lansia mayoritas
responden mengalami insomnia sementara yaitu sebanyak 41 responden (58,5%)
Sebanyak 27 responden (36,8%)mengalami insomnia jangka panjang, sedangkan
2 responden (2,9%) mengalami insomnia kronis. Jadi rata-rata kejadian insmonia
pada lansia di Desa Kersana adalah responden mengalami insomnia sementara.
39
4.1.3 Hubungan Antara Tingkat Stress Dengan Kejadian Insmonia Pada
Lanjut Usia Di Desa Kersana
Analisa bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan antara tingkat stress dengan kejadian insomnia pada
lansia menggunakan uji Spearman Rank yang disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.3 Hubungan antara tingkat stress dengan kejadian insomnia pada
lansia
Tingkat Kejadian Insomnia
Stress
Jangka Panjan P-
Sementara Kronis Total X2
g VALUE
N % N % N % n %
Berdasarkan tabel 4.3 hasil perhitungan diatas maka dapat diketahui bahwa
responden dengan kejadian insomnia sementara pada lansia yang mengalami
tingkat stress ringan sebanyak 26 orang (31,7%). Berdasarkan hasil uji analisis
korelasi Spearman Rank diperoleh nilai signifikansi Pvalue sebesar 0,000 (Pvalue <
0,05) menunjukkan H0 ditolak dan Ha diterima yang artinya bahwa ada hubungan
antara tingkat stress dengan kejadian insomnia pada lansi di Desa Kersana, nilai
keeratan hubungannya yaitu 0,439 dalam kategori cukup dan searah. Berdasarkan
hasil dari kedua variabel tersebut didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara
tingkat stress dengan kejadian insomnia pada lansia di Desa Kersana.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Tingkat Stress
Hasil penelitian ini menunjukkan responden yang mengalami stress ringan
sebanyak 31 responden (44,3%) sedangkan 34 (48,6%) responden mengalami
40
tingkat stress sedang dan responden yang mengalami stress berat sebanyak 5
responden (7,1%). Hasil ini merujuk pada kuesioner tingkat stres, responden yang
mengalami stres berat rata-rata menjawab sering marah dalam dalam menghadapi
masalah sepele terutama masalah dengan keluarga, responden juga kada-kadang
tersinggung dengan hal menyangkut pribadi yang tidak disukai serta mudah
murung dan gelisah disetiap harinya. Sedangkan bagi responden yang mengalami
stres ringan dan sedang rata-rata responden sering gelisah pada hal yang sedang
dipikirkan olehnya, sulit tidur untuk istirahat dan sulit untuk merasakan hal
positif.
Hasil penelitian dari Vindy, Andi & Vandri (2019) menunjukan bahwa dari 51
lansia dalam penelitian ini, sebanyak 47 lansia (92,2%) mengalami stress fisik
ringan. Berdasarkan penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar lansia
mengalami stress fisik ringan. Hal ini disebabkan karena para lansia kadang
bahkan tidak pernah mengalami kelelahan padahal tidak mengerjakan hal-hal
yang melelahkan, detak jantung meningkat setelah melakukan aktivitas,
cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi misalnya berbicara lebih
cepat dan merasa telah menghabiskan banyak energi.
Hasil penelitian dari Jefri (2017) menunjukan bahwa kurang dari separuh (40,7%)
responden mengalami tingkat stress sedang di dalam Panti Werdha Pengesti
Lawang. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diketahui bahwa lansia yang
tinggal di dalam panti mengalami tingkat stress sedang, dikarenakan tidak tinggal
dengan keluarga sehingga lansia kemungkinan dalam hidupnya merasa sendiri dan
tidak ada yang memberi semangat. Hal ini sesuai dengan teori Karepouwan, dkk
(2018) dimana lanjut usia terjadi penurunan kekuatan sebesar 88%, pendengaran
67%, penglihatan 72%, daya ingat 61%, serta kelenturan yang menurun sebesar
64%. Jadi walaupun tidak atau jarang melakukan aktivitas fisik yang berat lansia
pasti merasakan kelelahan dan menghabiskan banyak energi. Hasil ini sesuai
dengan Rahman (2016) dimana aspek-aspek stres meliputi gejala stres yang
berkaitan dengan kondisi dan fungsi tubuh dari seseorang, seperti; sakit kepala,
41
sulit tidur, banyak melakukan kekeliruan dalam kerja. Gejala-gejala stress fisik
seperti sakit kepala, nyeri otot, sakit punggung, rasa lemah, gangguan pencernaan,
rasa mual atau muntah-muntah, sakit perut, nafsu makan hilang atau selalu ingin
makan, jantung berdebar-debar, sering buang air kecil, tekanan darah tinggi, tidak
dapat tidur atau tidur berlebihan, berkeringat secara berlebihan dan sejumlah
gejala lain.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari Made, M. Ikhsan & Ida (2016) di panti
Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram pada 26 responden didapatkan 10
responden (38,4%) dengan tingkat stres kategori ringan dan 16 responden (61,5%)
dengan tingkat stres kategori sedang. Terlihat bahwa responden penelitian
mengalami stres kadar dengan nilai yang berbeda-beda berarti ada perbedaan
tingkat stres meskipun stimulasinya sama. Keberadaan panti untuk menampung
para lansia merupakan salah satu bentuk perhatian pemerintah pada kelompok
usia ini. Lansia yang tinggal di Panti memiliki latar belakang kehidupan dan
alasan yang berbeda-beda. Latar belakang, alasan, dan kondisi yang saat ini di
panti masingmasing memberikan sumbangan sebagai stresor atau sumber stres
dialami para lansia panti. Tentu sumbangan stres dari masing-masing stresor
tersebut akan berbeda bergantung pada faktor individu itu pula.
Dari Hasil Penelitian dari Yeniar (2013) bahwa lansia di panti Wredha Pucang
Gading Semarang mengalami stres yang tinggi dengan skor yang dihasilkan lebih
dari 150. Kenyataan ini didukung oleh data penelitian yang diperoleh bahwa
sejumlah 26 dari 32 lansia panti atau sebesar 81,25 % subyek mengeluhkan
menghadapi peristiwa-peristiwa kehidupan yang berat. Kategori keluhan berat
tersebut didukung oleh data dari dimana seluruh subjek tergolong dalam kondisi
stres berat. Hal ini dikarenakan Keluarga menjadi salah satu faktor yang berperan
dalam menyebabkan stres bagi lansia panti. Keberadaan keluarga dirasakan sangat
penting bagi mereka. Hal tersebut dapat dilihat dari latar belakang keberadaan
para lansia hingga tinggal di Panti Wredha. Seperti beberapa kasus yang terjadi
pada lansia panti. Beberapa diantara mereka merasa terbuang, menjadi sampah
42
masyarakat, tidak berarti lagi dengan kondisi fisik yang semakin melemah.
Mereka merasa dicampakkan oleh keluarganya, bahkan bagi beberapa lansia yang
semula hidup dengan keluarganya mereka merasa tidak betah lagi berada di dunia
ini dan mempertanyakan keberadaan mereka ini untuk siapa, lain halnya dengan
lansia yang memang dari semula tidak memiliki keluarga sama sekali, mereka
memang menyayangkan hidup mereka yang sebatang kara akan tetapi keberadaan
teman sesama lansia dipanti membuat mereka merasa ada keluarga baru akan
tetapi terkadang mereka pun merindukan keberadaan keluarganya sebelum
mereka hidup sendiri. Kematian pasangan menjadi penyebab stres yang dirasakan
oleh para lansia panti. Mereka merasa hidup sendiri dan tak berarti. Pada beberapa
kasus yang terjadi di panti wredha, hampir semua lansia menceritakan bahwa
pasangan mereka merupakan semangat hidup mereka dan ada beberapa lansia
yang memilih untuk tidak menikah kembali setelah kematian pasangan mereka
ataupun bagi mereka yang tidak memiliki anak mereka memilih untuk
menyibukan diri mereka dengan pekerjaan untuk menghilangkan kesedihan.
Kesendirian di masa lanjut membuat beberapa lansia merasa putus asa dan
mempertanyakan keberadaan mereka di dunia, dan mereka hanya tinggal
menunggu panggilan Sang Ilahi untuk hidup lebih tenang.
43
pola hidup serta cara dia memandang suatu makna kehidupan, maka sampai ajal
menjemput lansia masih dapat berbuat banyak bagi kepentingan semua orang.
Berdasarkan hasil penelitian dari El-Gilany, Saleh, El-Aziz, & Elsayed (2017)
menunjukkan bahwa masalah tidur pada lansia dapat timbul karena penuaan,
selain itu dapat pula karena faktor psikologis dan biologis. Insomnia dapat
diklasifikasikan menjadi transient insomnia (terjadi dalam waktu lebih kurang
seminggu karena perubahan lingkungan tidur, waktu tidur, depresi berat, atau
stres) , gangguan tidur hanya beberapa malam saja.Insomnia ini akan berakhir dari
beberapa malam sampai paling lama tiga atau empat minggu. Insomnia ini
bisaanya berhubungan langsung dengan peristiwa yang membuat penderita
tertekan, misalnya baru kehilangan orang yang dicintai, masalah keuangan,
dirawat dirumah sakit, menghadapi ujian, wawancara, pengadilan, hendak
bepergian ke luar kota atau pernikahan. Jangan terlalu cemas dengan insomnia
jenis ini karena semuanya akan berakhir dengan segera.; insomnia jangka panjang
(karena penyakit fisik) bisaanya disebabkan oleh stres mendadak (dari pekerjaan,
sekolah, ataupun masalah keluarga); dan insomnia kronik (karena penyakit
44
psikologis seperti halusinasi) Insomnia ini akan berakhir sampai beberapa
minggu, bahkan bisa berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Umumnya penderita
termasuk dalam salah satu kelompok kesulitan tidur saat pergi tidur, tidur sedikit
sekali atau tidak nyeyak, sering terbangun dan melek selama berjam-jam di tengah
malam, terbangun pagi-pagi sekali dan tidak dapat tidur lagi.
Peneliti berpendapat bahwa pada insomnia jangka pendek dapat berakhir beberapa
minggu dan muncul akibat pengalaman stress yang bersifat sementar seperti
kehilangan orang yang dicintainya, tekanan ditempat kerja, atau takut kehilangan
pekerjaan. Insomnia sementara yaitu pisode malam gelisah yang tidak sering
terjadi yang disebabkan oleh perubahan-perubahan lingkungan seperti jet lag,
konstruksi bangunan yang bising, atau pengalaman yang menimbulkan ansietas.
somnia kronis dapat berlangsung selama 3 minggu bahkan bisa sampai seumur
hidup. Insomnia ini dapat disebabkan oleh karena kebiasaan tidur yang buruk,
masalah psikologis, penggunan obat tidur berlebihan, penggunaan alkohol
berlebihan.
45
4.2.3 Hubungan Tingkat Stress Dengan Kejadian Insomnia Pada Lanjut
Usia Di Desa Kersana
Berdasarkan tabel. 4.3 menunjukan, Berdasarkan hasil uji analisis korelasi
Spearman Rank diperoleh nilai signifikansi Pvalue sebesar 0,000 (Pvalue < 0,05)
menunjukkan H0 ditolak dan Ha diterima yang artinya bahwa ada hubungan
antara tingkat stress dengan kejadian insomnia pada lansi di Desa Kersana.
Berdasarkan penelitian dari Indah dan Pepin (2015) menunjukkan bahwa dari
31 responden tingkat stress sedang hampir seluruhnya mempengaruhi
insomnia pada lansia sejumlah 19 orang (82,6%) dan yang mengalami tingkat
stress berat yang mempengaruhi insomnia pada lansia sejumlah 1 responden
(100%). Dari hasil uji statistik spearman rank diperoleh angka signifikan atau
nilai probabilitas (0,000) jauh lebih rendah standart signifikan dari 0,05 maka
data Ho ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan stress dengan
insomnia pada lansia di Desa Gambiran Kecamatan Mojoagung Kabupaten
Jombang. Sebagian besar 19 responden (61,3%) berumur 60-74 tahun dengan
terjadi insomnia, banyak responden yang mengalami insomnia disebabkan
46
insomnia yang mereka alami terlalu mengganggu kualitas tidur mereka dan
hanya berlangsung beberapa hari saja. Bentuk gejala insomnia yang jarang
dialami responden tersebut seperti jarang bermimpi buruk, waktu yang
dibutuhkan untuk jatuh tidur tidak terlalu lama, dan tidak merasa segar
setelah bangun pagi dalam waktu 2 – 7 hari. Terjadinya insomnia tersebut
karena responden memiliki kebiasaan buruk tidur siang hari dalam waktu
yang lama, sehingga pada malam hari mereka sulit untuk memejamkan mata
dan tidur. Rasa gelisah sebelum tidur dan rasa tidak segar setelah bangun
tidur terjadi karena adanya penyakit fisik yang diderita seperti rasa pusing
karena darah tinggi, sering berkemih di malam hari, rasa gatal pada salah satu
bagian tubuh.
Hal ini sejalan dengan penelitian dari Rafiqah & Tiwi (2018) Hasil
perhitungan dengan metode uji statistik Chi Square yaitu hasil =25,155
dengan ρ value=0,00 (ρ<0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya
ada hubungan antara tingkat stres dengan kejadian insomnia di Dusun Depok
Ambarketawang Gamping Sleman Yogyakarta Tahun 2018. Berdasarkan
hasil perhitungan dari koefisiensi kontingensi dengan hasil 0,579 yang artinya
keeratan antara dua variabel tingkat stres dengan kejadian insomnia
mempunyai tingkat hubungan yang sedang. Secara garis besar faktor yang
47
menyebabkan insomnia yaitu stres, depresi, kelainan kronis, lingkungan, efek
samping, pengobatan, pola makan yang buruk, dan kurang berolahraga.
Sebagian besar lanjut usia yang mengalami stres mengalami insomnia.
Semakin tinggi tingkat stres maka semakin berkurang waktu tidur lanjut usia.
Stres psikologis yang dirasakan oleh lanjut usia dapat mengakibatkan
insomnia, mempengaruhi konsentrasi, dan meningkatkan resiko kesehatan
serta bisa merusak sistem imun. Kekurangan tidur dapat berpengaruh
terhadap fisik, kognitif, dan kualitas hidup.
Berdasarkan hasil penelitin dari Napitupulu dkk (2017) hasil analisis uji
statistik koefisien korelasi program komputer diperoleh hasil Spearman’s Rho
tentang hubungan tingkat stres dengan insomnia pada lansia di Seksi
Penyantunan Lanjut Usia “Wana Seraya” Denpasar UPT Pelayanan Sosial
Dinas Sosial Provinsi Bali di peroleh nilai koefisien korelasi (𝑟 = 0.492)
dengan taraf signifikan yaitu p = 0.001. Ini berarti bahwa hipotesis diterima,
berarti terdapat hubungan antara tingkat stres dengan insomnia dengan
korelasi tingkat hubungan sedang. Hal ini membuktikan bahwa semakin bisa
lansia mengatasi stres yang diterimah maka semakin berkurang tingkat
insomnia. Dalam penelitian ini dari 40 responden sebagian besar (7,5%)
responden yang tidak mengalami stres mengalami insomnia ringan, (10%)
responden dengan stres ringan mengalami insomnia ringan, sebagian besar
48
lagi (32.5%) responden dengan stres sedang mengalami insomnia ringan, dan
ada pula (32.5%) responden dengan stres berat mengalami insomnia sedang.
Stres yang terjadi pada lansia berhubungan dengan kematian pasangan, status
sosial, ekonomi rendah, penyakit fisik yang menyertai, isolasi sosial dan
spiritual. Perubahan kedudukan, pensiun, serta menurunnya kondisi fisik dan
mental juga dapat mengakibatkan stres pada lansia .
49
BAB 5
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Tingkat Stress pada Lansia mayoritasnya dalam kategori stress sedang
5.1.2 Kejadian Insomnia pada Lansia sebagian besar adalah insomnia sementara
5.1.3 Ada hubungan yang antara tingkat stress dengan kejadian insomnia
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang terangkum pada kesimpulan
diatas, maka dapat disimpulkan saran sebagaiberikut :
5.1.1 Keilmuan
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi ilmiah tentang
hubungan antara tingkat stress dengan kejadian insomnia di Desa Kersana
Kabupaten Brebes
5.1.2 Aplikatif
Dapat menambah wawasan tentang tingkat stress dan kejadian insomnia pada lansia
guna lebih memperhatikan kualitas tidur bagi lansia
5.1.3 Metodologi
Untuk Peneliti selanjunya yang tertarik mengenai judul yang sama dengan peneliti
hendaknya menggunakan alat penelitian dan sampel yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
50
Bedytalk, seri. 2008. Yoga Insomnia : 29 gerakan yoga insomnia untuk
menyembuhkan susah tidur secara alami.Jakarta: gramedia.
Hidayat Aziz Alimul. (2006). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah
Edisi 2. Jakarta:Salemba Medika. Hal:34
Selo, J., Candrawati, E., & Putri, R. M. (2017). Perbedaan Tingkat Stres pada
Lansia di Dalam dan di Luar Panti Werdha Pangesti Lawang. Nursing
News: Jurnal Ilmiah Keperawatan, 2(3).
51
MAHASISWA DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA (Doctoral
dissertation, UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA).
Made Eka Santosa, M. Ikhsan & Ida Bagus (2016). PENGARUH TEKNIK
MANAJEMEN STRESS TERHADAP PENURUNAN TINGKAT
STRESS PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA
PUSPAKARMA MATARAM. Jurnal. STIKES Mataram
National Safety Counsil, 2014. The Sleep Disorders. Diakses 11 Juni 2020, dari
http://sleepdisorders.sleepfoundation.org/chapter-2-insomnia/risk-
factors/
Potter, P.A., Perry, A.G., Stockert, P.A., & Hall, A.M. (2014). Fundamentals of
nursing (8th ed.). Missouri: Mosby.
52
Potter, Perry. 2015. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
PraktikEdisi 4. Jakarta: EGC
Sumirta, I.N & Laraswati, A.I. (2014) Faktor yang menyebabkan gangguan tidur
(insomnia) pada lansia : Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan.
World Health Organization (WHO). (2016). World report on ageing and health:
Global strategy and action plan on ageing and health (2016-2020).
Geneva, Switzerland.
Yeniar., Kristiana, I. F., Sonda, A., & Intanirian, A. (2010). Tingkat stres lansia di
panti wredha “pucang gading” semarang. Jurnal Psikologi Undip, 8(2).
53
Lampiran 1
Saya Azki Diar Rizaldi, mahasiswa Sarjana Keperawatan dan Ners angkatan tahun 2020,
akan melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Stress dengan
Kejadian Insomnia pada Lansia di Desa Kersana Kabupaten Brebes” saya
meminta dengan hormat kepada saudara/i sebagai responden dalam penelitian ini
dan terimakasih untuk partisipasinya dalam penelitian yang akan saya lakukan.
Saya akan menjelaskan beberapa tahap dari penelitian ini :
1. Tujuan Penelitian dan Manfaat
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kinerja perawat dengan
tingkat kepuasan pasien. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
tentang pentingnya Tingkat Stress dengan Kejadian Insomnia pada Lansia
2. Pengisian Kuesioner
Saudara/i yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini akan diminta untuk mengisi
kuesioner penelitian yang terdiri dari nama (inisial), umur, pendidikan,
pekerjaan, dan memilih jawaban yang sudah tersedia dalam lembar kuesioner.
Saudara/i dalam pengisian kuesioner ini wajib menjawab dengan jujur untuk
kebenaran data.
3. Etika Penelitian
a. Penelitian ini tidak membebankan biaya apapun kepada saudara/i.
b. Seluruh informasi saudara/i dalam penelitian ini adalah rahasia dan
anonim, baik berupa identitas, gambar berupa foto dan lainnya.
c. Penelitian ini tidak menimbulkan kerusakan fisik karena menggunakan
lembar kuesioner.
Jika ada pertanyaan atau saran tentang penelitian ini bisa hubungi saya pada
nomor: 089617314161. Jika saudara/i setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian
ini, mohon untuk mengisi surat persetujuan yang disediakan.
Atas perhatian dan kerjasamanya saya ucapkan terimakasih.
Slawi, 2020
Peneliti
Kepada
Yth. Calon Responden Penelitian
Di tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini mahasiswa Program Studi Sarjana
Keperawatan dan Ners STIKes Bhamada Slawi.
Nama : Azki Diar Rizaldi
NIM : C101603
Saya bermaksud melaksanakan penelitian dengan judul “Tingkat Stress dengan
Kejadian Insomnia pada Lansia”. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu
kegiatan dalam mengambil data untuk menyelesaikan tugas akhir Program Studi
Sarjana Keperawatan dan Ners STIKes Bhamada Slawi.
Saya mengharap tanggapan atau jawaban yang saudara/i berikan sesuai dengan
pendapat saudara sendiri tanpa dipengaruhi oleh orang lain, kami menjamin
kerahasiaan pendapat dan identitas saudara. Informasi yang saudara berikan hanya
akan dipergunakan untuk mengembangkan ilmu keperawatan dan tidak akan
digunakan untuk maksud lain.
Atas perhatian dan kesediannya saya ucapkan terimakasih.
Slawi,…................2020
Peneliti
Slawi,…....................2020
Responden
………………………..
Lampiran 4
2
KUESIONER PENELITIAN
Petunjuk Pengisian
Kuesioner ini terdiri dari
pertanyaan tentang perasaan dan pikiran bapak/ibu selama sebulan terakhir. Terdapat lima
Pilihan jawaban yang telah disediakan untuk setiap pertanyaan, yaitu: Tidak pernah,
Hampir tidak pernah, Kadang-kadang, Cukup sering, Sangat sering.
Bapak/Ibu diminta untuk menjawab pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda
centang (√) di salah satu jawaban yang sesuai dengan perasaan dan pikiran Bapak/Ibu.
ALTERNATIF JAWABAN
No. PERTANYAAN
Tidak Hampir
pernah tidak Kadang- Cuku Sangat
pernah kadang p sering
sering
1. Dalam satu bulan terakhir ini,
seberapa sering anda merasa sedih
atau terganggukarena hal-hal yang
terjadi tanpa diduga?
Petunjukpengisiankuesioner
1. Bacalahpertanyaandibawahinidenganseksama.
2. Pilihsalahsatujawabandenganmemberikantandaceklis (√) padakolomjawaban yang telah di
sediakansesuaidengankeadaanandasebenarnya.
3. Setiappertanyaanhanyaberlakuuntuksatujawaban.
4. Bilaada yang kurangdimengertidapatditanyakanpadapeneliti.
5. Kuesionerinidigunakanuntukmengetahuitingkatgangguantidur yang
bapak/ibualamiselamasatubulanterakhir.
6. Disalahsatupilihanjawabsesuaidenganmasalahtidur yang dialamiselamasatubulanterakhir.
Tidakada, Sedikit, Sedang, Parah, Sangatparah
A. Identitas
1. Nama (Inisial) :
2. JenisKelamin :
3. Umur :
4. PendidikanTerakhir :
a. SD
b. SMP
c. SMA/SMK
d. PerguruanTinggi
e. TidakSekolah
5. Hubungandenganklien :
B. Kuesioner Insomnia
Tidak Sangat
No. Masalah Tidur Sedikit Sedang Parah
ada parah
Sulit untuk
2.
mempertahankantidur
Terbangun lebih cepat
3.
dari biasanya
Apakahadamasalahdengan
4. kebiasaan tidur saat ini ?
Seberapa pengaruh
5. masalah tidur pada
kualitas hidup anda?
Apakahandakhawatir
6. dengan masalah tidur saat
ini?
Menurut andaapakahada
7. masalah tidur anda saat ini
pada kegiatan hidup
sehari-hari ?
Lampiran 5
Jenis Kelamin
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Laki - Laki 35 50.0 50.0 50.0
Perempuan 35 50.0 50.0 100.0
Total 70 100.0 100.0
Pendidikan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid SD 32 45.7 45.7 45.7
SMP 10 14.3 14.3 60.0
SMK 4 5.7 5.7 65.7
Tidak Sekolah 24 34.3 34.3 100.0
Total 70 100.0 100.0
Stress
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Stress Ringan 31 44.3 44.3 44.3
Stress Sedang 34 48.6 48.6 92.9
Stress Berat 5 7.1 7.1 100.0
Total 70 100.0 100.0
Insomnia
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Insomnia Sementara 41 58.6 58.6 58.6
Insomnia Jangka
27 38.6 38.6 97.1
Panjang
Insomnia Kronis 2 2.9 2.9 100.0
Total 70 100.0 100.0
Correlations
Stress Insomnia
Spearman's rho Stress Correlation
1.000 .439**
Coefficient
Sig. (2-tailed) . .000
N 70 70
Insomnia Correlation
.439** 1.000
Coefficient
Sig. (2-tailed) .000 .
N 70 70
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Nomer item
no
res 1 tot
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 al ket
seda
1 2 1 3 5 4 4 1 1 4 4 29 ng
seda
2 3 1 4 5 4 5 1 1 4 4 32 ng
ringa
3 3 3 2 4 1 1 4 1 2 2 23 n
seda
4 5 1 1 5 4 4 1 1 1 5 28 ng
seda
5 3 4 1 5 1 3 5 2 4 3 31 ng
seda
6 3 2 4 3 5 4 5 3 4 4 37 ng
seda
7 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 34 ng
seda
8 3 3 2 4 4 3 5 1 3 2 30 ng
seda
9 1 2 3 1 4 3 5 3 5 5 32 ng
ringa
10 4 1 2 1 1 1 1 1 1 1 14 n
ringa
11 1 3 1 3 1 3 4 3 3 3 25 n
ringa
12 2 2 1 1 5 1 1 3 2 2 20 n
ringa
13 2 1 1 1 1 3 4 1 1 1 16 n
14 4 4 4 4 3 3 5 4 5 5 41 berat
ringa
15 2 2 2 3 3 4 4 1 1 1 23 n
ringa
16 1 2 2 1 1 2 3 3 1 2 18 n
seda
17 1 5 4 3 4 2 1 5 1 4 30 ng
seda
18 3 3 3 2 4 4 2 3 3 3 30 ng
ringa
19 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 14 n
seda
20 4 3 3 2 3 4 3 3 2 2 29 ng
seda
21 4 4 5 4 3 2 3 2 1 1 29 ng
ringa
22 3 3 2 2 1 1 2 3 2 2 21 n
ringa
23 1 1 1 1 2 2 3 1 2 2 16 n
ringa
24 3 2 2 2 2 1 1 2 1 1 17 n
ringa
25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 n
ringa
26 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 18 n
ringa
27 2 2 2 1 1 3 3 3 1 2 20 n
ringa
28 2 1 1 2 2 3 3 3 3 3 23 n
ringa
29 2 2 3 3 1 3 2 2 1 2 21 n
30 4 4 3 5 3 4 5 5 4 5 42 berat
seda
31 2 3 3 3 4 3 3 5 4 5 35 ng
32 3 3 4 5 5 5 4 4 4 4 41 berat
33 3 4 5 3 3 5 4 5 4 5 41 berat
seda
34 2 2 4 3 2 2 5 4 4 3 31 ng
seda
35 3 4 3 3 2 4 3 5 5 3 35 ng
seda
36 2 2 4 4 3 4 5 4 4 4 36 ng
seda
37 3 2 2 3 4 5 4 5 2 3 33 ng
seda
38 1 2 2 3 3 4 4 4 4 4 31 ng
39 3 4 4 4 4 4 4 4 5 5 41 berat
ringa
40 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 22 n
seda
41 5 5 5 5 5 5 2 2 1 1 36 ng
ringa
42 1 1 1 1 1 1 3 3 3 5 20 n
seda
43 2 2 2 2 2 2 4 4 4 5 29 ng
seda
44 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 28 ng
seda
45 3 3 3 3 5 5 5 3 3 3 36 ng
ringa
46 1 1 1 1 1 3 3 3 5 5 24 n
seda
47 1 1 1 1 3 3 3 5 5 5 28 ng
seda
48 1 1 1 1 3 3 3 3 5 5 26 ng
ringa
49 1 2 3 4 5 1 1 1 2 2 22 n
seda
50 3 3 3 3 3 4 4 4 5 5 37 ng
seda
51 1 2 3 4 5 1 1 1 4 4 26 ng
ringa
52 2 2 2 2 1 1 1 3 3 3 20 n
seda
53 1 3 3 3 3 3 3 3 4 4 30 ng
ringa
54 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 17 n
ringa
55 3 3 3 3 1 1 1 1 2 2 20 n
seda
56 1 4 4 4 4 4 3 3 3 1 31 ng
ringa
57 1 1 1 1 1 2 2 2 3 3 17 n
seda
58 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 28 ng
ringa
59 1 1 1 1 2 2 2 4 4 4 22 n
seda
60 4 4 4 4 4 3 3 3 1 1 31 ng
seda
61 1 2 2 2 2 4 4 5 5 5 32 ng
seda
62 5 5 5 5 2 2 2 1 1 1 29 ng
ringa
63 2 2 2 2 2 3 3 3 2 1 22 n
ringa
64 1 1 1 1 1 3 3 3 4 4 22 n
seda
65 3 3 3 3 4 4 4 5 5 5 39 ng
ringa
66 1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 18 n
ringa
67 2 2 2 2 1 1 1 4 4 4 23 n
seda
68 3 3 3 4 4 4 5 5 5 2 38 ng
ringa
69 2 2 2 2 1 1 1 4 4 4 23 n
ringa
70 1 1 1 1 3 3 3 4 4 4 25 n
Septem
Maret April Mei Juni Juli Agustus ber
No Jenis Kegiatan 1 2 3
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengumpulan Judul Skripsi
2 Bimbingan skripsi
3 BAB 1 Pendahuluan
4 BAB 2 Tinjauan Pustaka
5 BAB 3 Metodologi Penelitian
6 Sidang skripsi
7 Revisi Skripsi
8 Penelitian
9 Penulisan laporan penelitian
10 Bimbingan Skripsi
11 BAB 4 Hasil dan pembahasan
12 BAB 5 Penutup
13 Sidang Skripsi
14 Revisi Skripsi
15 Pengumpulan Skripsi
Lampiran
STIKES BHAKTI MANDALA HUSADA LEMBAR
SLAWI PROGRAM STUDI SARJANA CURRICULUM
KEPERAWATAN DAN NERS VITAE
CURRICULUM VITAE