Resume Jurnal Kothari Capital Market Research in Accounting TRANSLATED BY AJENG TITA NAWANGSARI
Resume Jurnal Kothari Capital Market Research in Accounting TRANSLATED BY AJENG TITA NAWANGSARI
Penulis menyebutkan bahwa tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk
melakukan review terhadap hubungan antara pasar modal dan laporan
keuangan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
survei literature berbasis kerangka pengetahuan ekonomi (economic-based
framework). Penulis mengawali review atas penelitian pasar modal dengan
melakukan diskusi terkait dengan permintaan-penawaran yang mempengaruhi
penelitian tentang pasar modal.
Fokus utama dan yang paling penting dalam analisis fundamental berkaitan
dengan penilaian mispriced securities. Topik penelitian tersebut telah popular
sejak Graham dan Dodd melakukan publikasi atas penelitiannya tentang
analisis surat berharga (securities analysis) pada tahun 1934. Analisis
fundamental sendiri melibatkan penggunaan informasi saat ini dan masa lalu
yang ada dalam laporan keuangan bersamaan dengan penggunaan data yang
berkaitan dengan informasi industri dan makroekonomi untuk mengetahui nilai
intrinsik sebuah perusahaan.
Selanjutnya peneliti juga melakukan review terhadap model penilaian yang ada
dalam penelitian:
- Dechow et al (1999)
- Frankel and Lee (1998)
Efisiensi pasar modal mempunyai implikasi penting bagi profesi akuntansi. Hal
ini misalnya saja ketika perusahaan mengubah metode akuntansi tanpa adanya
pengaruh arus kas secara langsung, pengaruh pensinyalan (signaling effect) atau
konsekuensi dari perubahan metode akuntansi tersebut tidak akan
mempengaruhi harga saham dalam pasar efisien. Pemilihan pengungkapan yang
dilakukan pada catatan kaki dibandingkan dengan pengakuan dalam dalam
laporan keuangan misalnya untuk masalah akuntansi untuk ESO efeknya akan
jelas terlihat pada harga saham di pasar yang efisien dibandingkan perubahan
metode akuntansi tersebut diatas.
- Ball (1972)
- Kaplan dan Roll (1972)
- Dharan dan Lev (1993)
- Hand (1990)
- Ball dan Kothari (1991)
- Teoh et al (1998a)
- Dechow et al (1999)
- Kothari et al (1999b)
- Sloan (1996)
- Xie (1997)
- Collin dan Hribar (2000)
- LaPorta (1996)
- Dechow dan Sloan (1997)
Ball dan Brown (1968) dan Beaver (1968) melakukan penelitian pasar modal
seperti yang diketahui sekarang. Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai
beberapa penelitian yang berkaitan dengan teori akuntansi dan pemikiran-
pemikiran yang mendasari positive-economic-based empirical capital market
research.
3.1 Teori Akuntansi Pada Awal Tahun 1960 (The State of Accounting
Theory in the Early 1960s)
Sampai dengan pertengahan tahun 1960, teori akuntansi secara umum lebih
bersifat normatif. Para pemikir akuntansi (Accounting theorist) lebih banyak
memberikan rekomendasi kebijakan akuntansi yang didasarkan pada
pemenuhan tujuan akuntansi. Hendriksen (1965 p. 2) mendefinisikan bahwa
teori akuntansi yang paling sesuai adalah teori yang mendukung perkembangan
prosedur-prosedur dan teknik yang bisa memenuhi tujuan akuntansi. Dengan
demikian, perkembangan teori sebenarnya ditentukan oleh tujuan yang dimiliki
oleh peneliti sedangkan evaluasi atas teori yang dikemukakan oleh peneliti
didasarkan pada logika dan bersifat deductive reasoning.
Karena teori yang dihasilkan bersifat konsisten, dasar untuk memilih salah satu
kebijakan akuntansi dibatasi karena adanya pembatasan tujuan akuntansi.
Tetapi mengingat individu-individu sebenarnya belum menemukan kesepakatan
atas tujuan akuntansi maka tidak ada satu kesepakatan (consensus) mengenai
satu set kebijakan akuntansi yang paling sesuai. Hal ini menyebabkan
munculnya skeptisme terhadap laba akuntansi yang dilaporkan dalam laporan
keuangan.
Friedman (1953) merupakan salah satu penggagas teori positivis yang paling
menonjol. Mengikuti jejak Keynes (1891) yang menyatakan bahwa pengertian
positive science sebagai sebuah ilmu pengetahuan sistemasis yang ditujukan
untuk menjawab bertanyaan “what is”, Friedman (1953 hal.7) menggambarkan
positive science sebagai perkembangan dari sebuah teori atau sebuah hipotesis
yang menghasilkan prediksi yang bermakna (meaningful not truistic) tentang
fenomena yang sedang diobservasi. Banyak dari penelitian akuntansi setelah
penelitian akuntansi yang dilakukan oleh Ball dan Brown (1968) dan Beaver
(1968) mengarah pada akuntansi positif dan hal tersebut membawa perubahan
dalam peran akuntansi yang bergeser dari arah normatif menjadi positif. Watts
dan Zimmerman (1968 hal.2) menyatakan bahwa tujuan dari adanya teori
akuntansi adalah untuk dapat menjelaskan dan memprediksi praktik akuntansi.
Ball dan Brown (1968 hal 160) menyatakan bahwa efisiensi pasar modal
menyediakan justifikasi untuk dapat mengamati harga sekuritas yang digunakan
untuk melakukan pengujian pengaruh informasi terhadap perilaku harga
sekuritas. Tidak seperti pada penelitian-penelitian akuntansi normatif,
penelitian akuntansi positif mulai menggunakan data perubahan harga sekuritas
sebagai sebuah tujuan (objective) apakah informasi akuntansi dapat
memberikan manfaat bagi para investor di pasar modal.
Sementara itu, Sharpe (1964) dan Litner (1965) melakukan penelitian tentang
Capital Asset Pricing Models (CAPM). CAPM memprediksi bahwa tingkat
imbal hasil (rate of return) akan meningkat sejalan dengan maningkatnya risiko
arus kas sekuritas. Oleh karena itu, variasi dari imbal hasil sekuritas (rate of
return) bergantung pada kovarian risiko dari sebuah sekuritas. CAPM dan
hipotesis pasar modal menyediakan estimasi mengenai komponen firm-specific
return.
Penelitian mengenai teori akuntansi pertama kali dicetuskan oleh Jesen dan
Meckling (1976) yang mengartikulasi dampak masalah keagenan antara
principal yaitu pemegang saham perusahaan (firm shareholders) dan
manajemen perusahan (corporate management) dan antara manajemen dengan
kreditur dalam pasar modal efisien. Masalah keagenan muncul karena adanya
keterbatasan dalam pengamatan kinerja manajemen yang memunculkan adanya
biaya kontrak. Pandangan bahwa perusahaan sebenarnya merupakan kumpulan
dari kontrak (nexus of contract) menjadikan Watts dan Zimmerman dapat
mengembangkan hipotesis seperti pertanyaan mengapa harus ada variasi yang
dapat diprediksi mengenai bagaimana perusahaan mempertanggungjelaskan
kegiatan ekonomi dan mengapa kebijakan akuntansi akan berpangaruh terhadap
pasar modal walaupun pasar modal tersebut telah efisien secara informasi.
Ball dan Brown (1968) dan Beaver (1968) merupakan pioneer dalam penelitian
akuntansi pasar modal. Keduanya melakukan penelitian event studies dan
association study. Kedua tipe pengujian tersebut saat ini sudah menjadi hal
yang popular.
Dalam event study, kesimpulan yang diyakini adalah bahwa ketika sebuah
kejadian (event) seperti pengumuman laba (earnings announcement)terjadi hal
tersebut akan membawa informasi baru kepada partisipan pasar modal yang
diantaranya adalah pemegang saham dan akan terefleksi dalam perubahan
dalam tingkat atau variabilitas harga saham atau volume perdagangan selama
periode pendek (short period) selama kejadian (event) tersebut (lihat Collins
dan Kothari 1989, p 144Watts dan Zimmerman 1986, p 3). Jika tingkat atau
variabilitas harga saham berubah disekitar tanggal kejadian (around the event
date) artinya kejadian akuntansi tersebut membawa informasi baru tentang
jumlah, waktu, dan atau ketidakpastian dari arus kas masa depan.
Seperti yang disebutkan diatas bahwa hipotesis yang ada dalam event studies
menyatakan bahwa pasar modal dikatakan efisien jika harga sekuritas dengan
cepat dapat merefleksikan informasi baru yang ada dalam pasar modal. Karena
pengujian informasi yang ada didalam event studies tersebut berkaitan dengan
kejadian akuntansi (accounting event) hal tersebut juga bisa disebut sebagai
pengujian konten informasi (information content) dalam literatur akuntansi dan
pasar modal. Selain Ball dan Brown (1968) dan Beaver (1968) contoh lain
tentang event studies diantaranya adalah Foster (1977), Wilson (1986), Ball dan
Kothari (1991), Amir dan Lev (1996) dan Vincent (1999).
Ball dan Brown (1968) memberikan bukti yang cukup meyakinkan bahwa
terdapat konten informasi yang ada dalam pengumuman laba (earnings
announcement). Hipotesis yang ada dalam penelitian Ball dan Brown adalah
bahwa model laba ekspektasian (earnings expectation model) merupakan salah
satu model yang digunakan untuk mengukur earning surprise. Dimana
setidaknya sebagian dari kenaikan laba yang dialami oleh perusahaan
diklasifikasikan sebagai kabar baik sehingga hal tersebut merupakan surprise
yang menaikkan harga saham. Dengan demikian hubungan atau asosiasi antara
abnormal return dan earnings surprise merupakan fungsi dari konten informasi
laba dan kualitas model laba ekspektasian (earning expectation model) yang
digunakan. Hasil penelitian Ball dan Brown yang berkaitan dengan pembahasan
tersebut didasarkan pada penggunaan dua model laba ekspektasian (earnings
expectation model) yaitu random walk model dan market model in earnings.
Hasil penelitian Ball dan Brown menjelaskan bahwa laba akuntansi secara
terus menerus menangkap porsi informasi yang terefleksi dalam imbal hasil
sekuritas. Bukti selanjutnya juga menyatakan bahwa sumber informasi lain
termasuk laba kwartalan (quarterly earnings) memberikan informasi yang
lebih dini dibandingkan dengan laba dalam laporan tahunan sekitar 85%
sehingga angka akuntansi tahunan bukan merupakan informasi yang benar-
benar akurat untuk pasar modal.
Ball dan Brown juga membandingkan keinformativan laba dan arus kas yang
digunakan untuk menguji apakah akrual akuntansi menjadikan laba (earnings)
menjadi lebih informative dibandingkan dengan arus kas (cash flow). Bukti
yang mereka temukan menunjukan bahwa penyesuaian abnormal return lebih
besar terletak pada perubahan laba (earning changes) dibandingkan pada
perubahan arus kas (cashflow changes). Hal tersebut konsisten dengan proses
pembuatan akrual yang membuat laba menjadi semakin informatif.
3.5 Setelah Bukti Awal (Beyond the Early Evidence)
Ball dan Brown (1968) dan Beaver (1968), mereka telah melahirkan industri
penelitian tentang pasar modal. Banyak peneliti setelah Ball dan Brown (1968)
dan Beaver (1968) mereplikasi penelitian Ball dan Brown tersebut.
Adanya bukti awal tentang asosiasi laba dengan imbal hasil sekuritas (security
return) dan bukti tentang pasar modal efisien dalam ranah ilmu keuangan
(finance) dan ilmu ekonomi (economics) mendorong beberapa peneliti
akuntansi untuk meneliti implikasi dari standar akuntansi. Sebagai contoh
penelitian Beaver (1972) dalam American Accounting Association Committee
yang menunjukan bahwa hubungan (association) antara angka akuntansi
dengan imbal hasil sekuritas (security return) bisa digunakan merangking
metode akuntansi alternatif sebagai alat untuk menentukan metode akuntansi
apa yang bisa dijadikan standar. Hasil penelitian tersebut kemudian
menunjukan bahwa metode yang lebih terasosiasi dengan harga sekuritas
(security price) harus dilaporkan dalam laporan keuangan.
Ekspektasi awal yang tinggi mengenai manfaat penelitian pasar modal sebagai
acuan bagi badan pembuat standar akuntansi terhadap metode akuntansi yang
banyak diinginkan oleh berbagai pihak ternyata hanya berlangsung sebentar
saja. Gonedes and Dopuch (1974) dan para peneliti lainnya dengan cepat
menemukan beberapa kelemahan (misalnya adalah adanya free rider problem
of non-purchaser terhadap akses informasi akuntansi perusahaan) dalam
menggunakan kekuatan hubungan antara imbal hasil sekuritas (security return)
sebagai kriteria penentu (determination criterion) standar akuntansi yang
diinginkan oleh orang-orang.
Banyak orang mengakui perubahan dalam standar akuntansi terjadi karena
adanya persepsi bahwa hubungan laba GAAP dan harga sekuritas mempunyai
korelasi yang rendah. Mereka kemudian mengusulkan metode akuntansi
alternatif yang dapat meningkatkan hubungan atau korelasi terhadap imbal hasil
saham (misalnya Lev dan Zarrowin 1999). Pihak lainnya berpendapat bahwa
hubungan atau korelasi antara angka-angka kuntansi dan imbal hasil sekuritas
(security returns) merupakan sebuah fungsi dari tujuan pelaporan keuangan
sehingga muncul permintaan untuk metapkan tujuan sehingga laporan keuangan
dapat menghasilkan informasi yang handal (verifiable information) yang dapat
untuk tujuan pemenuhan kontrak dan evaluasi kinerja (Watts dan Zimmerman,
1986). Permintaan tersebut kemudian mengarahkan proses akuntansi untuk
dapat menyajikan informasi historis yang dapat merangkum efek dari transaksi
aktual (transaksi yang sedang terjadi) dibandingkan dengan transaksi yang akan
terjadi di masa yang akan datang misalnya adalah masalah mengenai aplikasi
prinsip pengakuan pendapatan. Sebaliknya, perubahan harga sekuritas
sebenarnya merefleksikan harapan koreksian dari profitabilitas masa depan.
Sebagai konsekuensinya, hubungan (association) yang searah dari imbal hasil
dan laba (return-earnings) diharapkan atau diekspektasikan menjadi lebih kecil
(Kothari, 1992). Penelitian-penelitian yang meneliti mengenai hubungan antara
imbal hasil sekuritas (security retun) dengan informasi keuangan (financial
information),Mengomentari proses penyusunan standar dan penelitian
mengenai hubungan antara imbal hasil sekuritas dengan informasi keuangan
Lee (1999, p 13) menyimpulkan bahwa sampai dengan badan regulasi
akuntansi memutuskan bahwa laba yang dilaporkan harus juga memasukan laba
antisipasian (anticipated earning) dari perubahan masa depan, akan sangat sulit
untuk melihat seberapa tinggi korelasinya (correlation) antara adanya implikasi
penyusunan standar dengan imbal hasil (contemporaneous return).
Hipotesis yang digunakan untuk menguji hubungan imbal hasil saham (stock
return) sebagai sebuah kriteria untuk mengevaluasi metode akuntansi adalah
bahwa pasar modal itu efisien. Dalam beberapa tahun terakhir, penelitian
mengenai pasar modal itu sendiri merupakan subjek penelitian yang paling
digemari. Banyak bukti yang menyatakan adanya anomali pasar modal
sehingga mengarah pada kesimpulan atau asumsi bahwa pasar modal
sebenarnya tidak efeisien (inefficient capital market).
Tujuan komen saya dalam penelitian ini terletak pada implikasi atas penelitian-
penelitian pasar modal yang mengasumsikan bahwa pasar modal inefisien.
Jika hipotesis yang digunakan dalam penelitian adalah bahwa pasar tidak
efisien (inefficient capital market) dan hubungan harga sekuritas (security
price) dan informasi keuangan diposisikan sebagai hipotesis nol maka akan
sangat sulit untuk menentukan sebuah hipotesis awal/apriori mengenai efisiensi
pasar modal. Tantangan yang dihadapi oleh para peneliti adalah untuk dapat
menstrukturkan bentuk hubungan yang ada dalam ketidakefisienan pasar modal
(Fama,1988). Penting untuk dapat mengembangkan hipotesis yang dapat
dibantah dalam basis teori perilaku dari pasar modal tidak efisien dan untuk
dapat melakukan pengujian yang dapat membedakan antara hipotesis pasar
modal efisien dan inefisien. Hal tersebut sebenarnya adalah esensi dari teori
akuntansi positif yang telah banyak dijadikan dasar dalam penelitian pasar
modal selama 3 dekade kebelakang.
Penelitian tentang even studies dan penelitian tentang studi asosiasi (association
studies) yang dilakukan oleh Ball dan Brown merupakan penelitian yang
bersifat seminal. Hal tersebut memberikan kontribusi bagi penelitian
selanjutnya karena merekalah yang pertama melakukan bantahan atas
kehawatiran bahwa laba kos historis (historical cost earnings) menghasilkan
angka yang tidak bermakna (produces meaningless numbers). Kedua,
penelitian-penelitian tersebut menyediakan metodologi empiris positif dan
bentuk penelitian event studies yang berkontribusi bagi literatur akuntansi dan
yang terakhir penelitian ini juga memberikan kontribusi terhadap pandangan
bahwa akuntansi merupakan satu-satunya sumber informasi keuangan yang ada
dalam pasar modal. Bukti-bukti penelitian masa lalu tersebut menyimpulkan
bahwa akuntansi bukanlah satu-satunya sumber informasi yang tepat waktu
yang dapat mempengaruhi harga saham karena sebenarnya ada banyak
informasi yang ada dalam pasar modal yang juga berpengaruh terhadap harga
saham. Hal tersebut kemudian memberikan implikasi terhadap proses
penyusunan standar.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Kormendi dan Lipe (1987), Easton
dan Zmijewski (1989) dan penelitian yang dilakukan oleh Collins dan Kothari
(1989) ditemukan 4 determinan ekonomi (economic determinant) yang
diantaranya adalah:
- Persistensi (persistence)
- Risiko (Risk)
- Growth (pertumbuhan)
- Interest Rate (tingkat bunga)
Hasil penelitian Kormendi dan Lipe (1987), Easton dan Zmijewski (1989),
Collins dan Kothari (1989) mengindikasikan adanya efek yang signifikan
secara statistik dari determinan crosssectional (cross-sectional determinant)
dan determinan temporal (temporal determinant) dalam earning response
coefficient yang diestimasi. Namun disisi lain banyak juga yang mengkritisi
penelitian mengenai determinan ekonomi dari earning response coefficient.
Terdapat kurang lebih tiga kritik yang diantaranya adalah:
Ukuran koefisien respon laba (earnings response coefficient) yang relatif kecil
dibandingkan dengan nilai yang diprediksi memotivasi para peneliti untuk
menambah hipotesis dan penjelasan lainnya dalam penelitian yang membahas
mengenai earnings response coefficient. Beaver et al. (1980) dalam
penelitiannya mencoba untuk menjelaskan perbedaan antara nilai prediksi dan
nilai estimasi dari earnings response coefficient dengan cara memperkenalkan 3
ide yang saling berkaitan yaitu:
Dengan mengasumsikan bahwa nilai buku dari ekuitas merupakan proksi dari
gangguan nilai buku ekuitas dan mengasumsikan adanya surplus bersih (clean
surplus) mereka berargumen bahwa laba (earnings) dapat digunakan untuk
mengukur perubahan dalam nilai pasar ekuitas. Oleh karena itu, mereka
berpendapat bahwa earnings deflated by price harus digunakan sebagai variabel
tambahan untuk mengukur laba.
Pendapat lain dikemukakan oleh Easton dan Harris (1991) yang menyatakan
bahwa Koefisien yang diprediksi dalam laba hanya satu. Easton dan Harris
(1991) menyatakan bahwa laba (earnings) seluruhnya bersifat sementara
(entirely transitory). Kothari menyebutkan bahwa karena laba sendiri bersifat
persisten (persistence), maka ia berpendapat bahwa penjelasan yang
dikemukakan oleh Eston dan Harris (1991) kurang memuaskan.
Jika pasar ternyata gagal mengkoreksi implikasi dari adanya kejutan laba
(current earnings surprise) maka perubahan harga yang yang terasosiasi dengan
perubahan laba akan menjadi terlalu kecil. Ada banyak sekali bukti yang
menyatakan bahwa pasar modal sebenarnya kurang bereaksi terhadap informasi
laba karena pasar sebenarnya mengakui dampak dari informasi laba tersebut
secara bertahap.
Nilai dari earnings response coefficient yang terlalu kecil sejalan dengan
argumen bahwa pasar modal sebenarnya tidak efisien. Interpretasi tersebut bisa
disanggah kecuali terdapat teori ketidakefisienan pasar yang konsisten yang
dapat digunakan untuk memprediksi kurangbereaksinya pasar terhadap
informasi laba.
- Laba sementara bisa saja muncul karena adanya aktivitas bisnis tertentu
seperti penjualan aset atau muncul karena item gain/loss
- Selain itu, laba sementara bisa saja muncul karena adanya asimetri
informasi antara manajer dan pihak luar yaitu misalnya perusahaan yang
sedang menghadapi masalah litigasi yang keterjadiannya bersifat
potensial.
Sedikitnya ada 5 alasan yang mendasari penelitian yang berkaitan dengan time-
series properies of earnings dan properties of time series dan properties of
management and analyst forecast (lihat Watts dan Zimmerman 1968, Chapter
2), Schipper (1991) dan Brown (1993). Pertama dari semua model penilaian
baik secara langsung maupun tidak langsung menggunakan laba peramalan.
Pertama, discounted cashflow valuation model (Fama dan Miller, 1972 Chapter
2) biasanya menggunakan laba peramalan dengan beberapa penyesuaian
sebagai proksi dari arus kas masa depan.
Alasan yang kedua adalah penelitian tentang pasar modal yang menghubungkan
antara informasi laporan keuangan dengan imbal hasil sekuritas biasanya
menggunakan model dari laba ekspektasian untuk memisahkan komponen
kejutan dari laba (surprise component of earnings) dari komponen antisipasian.
Dalam pasar modal yang efisien, komponen antisipasian tidak berhubungan
dengan imbal hasil masa depan (future return) yang diukur selama periode
pengumuman.
Alasan terakhir yang dikemukakan adalah hasil prediksi analis dan peramalan
yang dilakukan oleh manajemen merupakan sumber informasi dalam pasar
modal. Peramalan-peramalan tersebut kemudian akan mempengaruhi
lingkungan informasi dan akan mempengaruhi tingkat dan variabilitas dari
harga sekuritas.
Banyak bukti penelitian yang menyatakan bahwa pola acak atau pola random
walk with drift merupakan deskripsi yang masuk akal untuk menggambarkan
sifat dari laba tahunan. Penelitian terdahulu yang membahas mengenai hal
tersebut adalah penelitian Little (1962), Little dan Rayner (1966), Lintner dan
Glauber (1967) dan referensi tambahan yang ada dalam penelitian Ball dan
Watts (1972). Ball dan Watts (1972) melakukan penelitian sistematis pertama
dan menghasilkan kesimpulan bahwa sifat dari laba tahunan mengikuti pola
yang acak (the random walk time series property for annual earnings).
Penelitian selanjutnya juga menyatakan kesimpulan yang sama diantaranya
adalahWatts (1970), Watts dan Lefwich (1977), Albrecht et al (1977) dengan
melakukan pengujian terhadap kemampuan prediktif dari model Box-Jenkins
yang digunakan untuk melihat pola dari laba tahunan tersebut.
Sifat laba tahunan (properties of annual earnings) ini tidak seperti sifat harga
saham yang merupakan prediksi atas hipotesis pasar efisien, teori ekonomi
tidak memprediksi adanya pola acak (random walk) pada laba. Laba akuntansi
tidak menampilkan adanya kapitalisasi dari arus kas bersih masa depan seperti
halnya pada harga. Oleh karena itu, tidak terdapat alasan ekonomi yang
menyatakan bahwa laba tahunan bersifat mengkuti pola random walk (lihat
Fama dan Miller (1972) Chapter 2, Watts dan Zimmerman (1986) chapter 6.
Ketertarikan dalam memahami sifat laba kwartalan dipicu oleh 4 alasan yang
diantaranya adalah:
Terdapat tiga alasan mengapa para peneliti melakukan penelitian terhadap sifat
dari komponen laba. Pertma adalah untuk melakukan estimasi apakah
komponen laba memang bersifat informative. Alasan kedua adalah akrual dan
arus kas merupakan dua komponen laba yang paling sering diuji dalam
penelitian. Adanya pos akrual operasi (operating accrual) menunjukan adanya
upaya dari akuntan perusahaan untuk mengubah arus kas yang berasal dari
aktivitas operasi kedalam komponen laba yang sebenarnya membuat laba
menjadi lebih informatif dalam menggambarkan kinerja perusahaan sehingga
hal tersebut membuat laba menjadi ukuran yang lebih berguna untuk
kepentingan kontrak dan atau kepentingan analisis fundamental dan penilaian.
Alasan yang terakhir adalah bahwa dengan menjumlahkan hasil dari peramalan
komponen-komponen laba hal tersebut akan menghasilkan peramalan laba yang
lebih akurat.
- Earnings warnings
- Earnings pre-announcement
- Management earnings forecast
- Analis sebenarnya belajar dari kesalahan masa lalu (learning from past
biases) sehingga analis menjadi lebih berhati-hati dan tidak terlalu
optimis
- Dorongan/incentive yang dimiliki oleh analis telah berubah
- Kualitas data yang digunakan sudah lebih baik (data bebas dari survivor
bias maupun selection bias)
Walaupun secara desain penelitian berbeda namun bukti yang ada dalam
penelitian-penelitian tersebut menyatakan adanya optimisme analis.
Kesimpulan mengenai optimism analis itu harus dimaknai secara hati-hati
karena sebenarnya sampel yang diuji pada banyak penelitian tersebut tidaklah
independen. Penelitian yang menyimpulkan adanya bias diantaranya adalah:
- Lim (1998)
- Brown (1998)
- Rhicardson (1999)
Dari hasil penelitian terdahulu yang membahas mengenai bias peramalan analis.
Penulis masih merasa ragu dan bersikap skeptic terhadap bukti yang ada.
Penulis mengemukakan beberapa alasan yang mendasari sikap tersebut yang
diantaranya adalah:
Dan yang terakhir adalah pendapat dari Abarbanell dan Lehavy (2000b) yang
menyatakan bahwa sebenarnya bias peramalan analis disebabkan oleh perilaku
manajemen perusahaan yang melakukan manajemen laba misalnya saja bentuk
take a bath.