H
DENGAN FRAKTUR TIBIA 1/3 PROKSIMAL DEKSTRA
DI RUANG WIJAYA KUSUMA RS SANGLAH
TANGGAL 30/10/2020-31/10/2020
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
PENANGGUNG/ISTRI
Nama : Tn. H Nama : Ny. I
Umur : 49 tahun Umur : 47 tahun
Jenis kelamin : Lali-laki Jenis kelamin: Perempuan
Pendidikan : SMA Pendidikan: SMA
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
Status perkawinan : Kawin Alamat : Jln. Raya Batubulan Gianyar
Agama : Hindu
Suku : Bali
Alamat : Jln. Raya Batubulan Gianyar
No. CM : 147689
Diagnosa medis : Fraktur tibia 1/3 proksimal dextra
Tanggal Pengkajian : 30/10/2020
Sumber informasi : Pasien, Istri pasien, dan rekan medis
2. Keluhan Utama
Nyeri pada tungkai kanan bagian atas
3. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien mengalami patah tulang pada tungkai
kanan dan mengalami nyeri berat, skala nyeri 6. Pasien mengalami kecelakaan sepeda
motor pada hari Selasa tanggal 19 Oktober 2020, ± 10 hari yang lalu sewaktu pulang
dari bekerja jam 19.00 WITA . Pasien mengatakan mengendarai sepeda motor sendiri
untuk menuju ke rumah kemudian terserempet sepeda motor lain dan terjatuh dengan
posisi tengkurap ke kanan. Kemudian tungkainya yang sebelah kanan terkena aspal
jalan karena pasien menggunakan tungkai kanannya sebagai tumpuan. Oleh sebab itu
pasien menderita patah tulang. Saat jatuh pasien tidak pingsan. Beberapa saat setelah
kecelakaan pasien dibawa ke RS Ganesha tidak diberikan pengobatan hanya
dilakukan pembidaian dan diberi perban. Pasien dirawat di RS Ganesha ± 3 hari.
Kemudian atas permintaan keluarga pasien dirujuk ke RS Sanglah ,Denpasar pada
hari kamis tanggal 22 Oktober jam 19.00 WITA . Di IGD pasien mendapatkan terapi
pemasangan infus RL 20 tpm (tetes per menit) pada tangan kiri kemudian pukul 22.00
WITA pasien dipindahkan ke bangsal Wijaya Kusuma. Keesokan harinya pasien
dilakukan pemeriksaan rontgen, laboratorium serta EKG (Elektro Kardio Grafi).
Sekarang pada saat pengkajian yaitu Rabu tanggal 30 Oktober 2020 pasien
mengatakan nyeri pada tungkai kakinya sebelah kanan post operasi hari pertama.
Nyeri timbul jika untuk bergerak, nyeri seperti tertusuk-tusuk, nyeri berlangsung terus
menerus berhenti jika posisi nyaman dan tidak bergerak. Saat ini pasien mendapatkan
terapi injeksi Cefotaxime 2×1 gram per IV (Intra Venous) dan injeksi Ketorolac 3×1
ampul per IV infus. Selain itu pasien juga mendapatkan terapi injeksi Actrapid 4 IU
setiap sebelum makan.
Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah dirawat inap di RS. Bila sakit pasien
langsung dibawa ke Puskesmas/ mantri di daerahnya. Keluarga pasien mengatakan
bahwa sebelumnya pasien tidak pernah mengalami kecelakaan sepeda motor seperti
sekarang ini dan belum pernah dioperasi. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit
asma, jantung dan hipertensi. Tetapi sekarang ini pasien menderita penyakit DM
(Diabetes Mellitus) terbukti dengan kadar GDS (Gula Darah Sewaktu) tanggal 29
April 2008 yaitu 198 mg/dl dan gula darah 2 jam PP (Post Prandial) yaitu 225 mg/dll
Keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami
kecelakaan. Di dalam keluarganya juga tidak ada yang menderita penyakit keturunan
seperti DM, hipertensi, jantung dan penyakit menular seperti TBC, AIDS, Hepatitis.
Pasien juga mengatakan bahwa di dalam keluarganya tidak ada yang mempunyai
alergi baik obat-obatan maupun makanan.
4. Pola Kehidupan Sehari-hari
Selama sakit : Keluarga pasien mengatakan bahwa kesehatan itu mahal harganya jadi
keluarga akan merawat Tn. H dengan baik. Pasien mengatakan jika sudah sembuh nanti akan
lebih memperhatikan kesehatan dan akan berhati-hati jika naik kendaraan.
Sebelum sakit : Pasien mengatakan biasanya makan 3x/ hari dengan menu nasi, sayur
(bayam, buncis, wortel, kangkung), lauk (tempe, telur, tahu, daging). Porsi 1 piring habis. Pasien
tidak suka makanan (sayuran yang bersantan contohnya: sayur nangka, kluwih, dan opor). Pasien
biasa minum 6-7 gelas perhari ± 1400 cc, pasien biasanya minum air putih dan teh.
Selama sakit : Pasien mengatakan makan 3 kali sehari dengan menu yang disediakan RS
yaitu nasi, sayur, lauk, buah, porsi makan sedang tetapi pasien hanya makan dan habis ½ porsi
makanan karena masakan yang disediakan dari RS tidak enak. Pasien minum air putih ± 5-6
gelas setiap harinya ± 1200 cc.
D. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan BAB (Buang Air Besar) 1 kali sehari biasanya saat pagi
hari dengan konsistensi feses lunak, warna kuning kecoklatan, bau khas, tidak ada lendir/ darah,
tidak ada keluhan. Pasien mengatakan sehari BAK (Buang Air Kecil) 7-8 x/ hari dengan
konsistensi jernih, kekuningan dan bau khas.
Selama sakit : Pasien mengatakan semenjak dirawat, BAB tidak ada masalah tetap 1 kali
dalam sehari tetapi waktunya tidak tentu. Warna feses kuning kecoklatan, bau khas dan tidak ada
lendir/ darah. Pasien mengatakan BAK 4-5 x/ hari dengan konsistensi jernih, kekuningan dan
bau khas. Pasien BAB dan BAK dibantu oleh keluarga dengan menggunakan pispot.
Sebelum sakit : Pasien mengatakan sehari-hari bekerja sebagai sopir. Berangkat jam 06.00
pagi dan pulang tidak tentu, tapi rata-rata pulang jam 20.00 WITA. Keseharian pasien hanya
dilakukan untuk bekerja mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Pasien tidak
pernah mengikuti kegiatan yang ada di desanya karena pekerjaannya yang selalu pulang malam.
Selama sakit : Pasien mengatakan ijin bekerja selama masih sakit. Pasien mengatakan
aktivitas sehari-harinya dibantu keluarga yang tidak lain adalah istrinya (Ny. I). Untuk makan
disuapi, minum diambilkan, BAK dan BAB dengan pispot. Pasien dibantu keluarga karena tidak
bisa bergerak. Pasien setiap pagi disibin oleh istrinya
Sebelum sakit : Pasien mengatakan tidur malam ± 5-6 jam dimulai pukul 22.00–04.00
WITA, tidurnya tidak ada gangguan. Pasien mengatakan bahwa dirinya tidak pernah tidur siang.
Selama sakit : Pasien mengatakan tidur setelah minum obat. Selama di RS Sanglah pasien
bisa tidur tetapi jika nyeri bekas operasi kambuh pasien terbangun. Pasien tidur malam ± 8 jam
dimulai pukul 21.00–05.00 WITA dan tidur siang ± 2 jam dimulai pukul 12.00–14.00 WITA.
Pasien tidur dengan posisi elevasi tungkai.
G. Pola Kognitif
Sebelum sakit : Pasien mengatakan tidak tahu bahaya dari patah tulang jika tidak segera
diatasi.
Selama sakit : Pasien mengatakan sudah tahu tentang tindakan penangananan dari patah
tulang yang sedang dideritanya, pasien mendapatkan informasi dari dokter dan perawat yang
merawatnya.
H. Pola Konsep Diri
1) Gambaran diri : Pasien mengatakan sedih dengan keadaannya saat ini, tetapi pasien bisa
menerima kondisinya saat ini karena masih banyak orang yang lebih menderita.
2) Harga diri : Pasien mengatakan tidak malu/ rendah diri dengan keadaannya sekarang
ini, keluarga dan sahabat selalu memberi semangat menjalani hidup.
3) Peran : Pasien mengatakan perannya sebagai ayah, kepala keluarga, dan pencari
nafkah. Sekarang ini pasien tidak bisa lagi bekerja karena kondisi pasien yang sedang sakit.
Untuk biaya RS pasien menggunakan uang tabungannya di Bank.
4) Identitas : Pasien mengatakan bahwa dirinya sebagai seorang ayah yang berumur 49
tahun dan beragama Hindu .
5) Ideal diri : Pasien berharap untuk cepat sembuh sehingga dapat beraktivitas seperti
sediakala sebelum sakit dan dapat berkumpul dengan keluarga, saudara, dan sahabat.
Sebelum sakit : Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga, teman, tetangga baik tidak
ada masalah.
Selama sakit : Pasien mengatakan hubungan dengan dokter, perawat di RS Sanglah dan
dengan pasien lain baik. Istri selalu setia menunggu pasien di RS (Rumah Sakit).
Sebelum sakit : Pasien mengatakan tidak ada keluhan dengan alat genetalianya. Pasien
mengatakan masih melakukan hubungan seksual dengan istrinya ± 2 kali dalam seminggu.
Selama sakit : Pasien mengatakan tidak ada keluhan dengan alat genetalianya. Pasien
mengatakan selama dirinya dirawat di RS pasien belum melakukan hubungan seksual dengan
istrinya karena saat ini yang dipikirkan pasien adalah tungkai kakinya bisa cepat sembuh.
K. Pola Toleransi Terhadap Stres-Koping
Sebelum sakit : Bila ada masalah, pasien menceritakan kepada keluarga. Pasien mengatakan
bila ada masalah maka diselesaikan secara musyawarah.
Selama sakit : Pasien mengatakan berusaha sabar, pasrah dan menerima keadaannya serta
menyerahkan kepada Tuhan dengan keadaannya saat ini, serta menyerahkan pengobatannya
kepada tim medis RS Sanglah .
Sebelum sakit : Pasien mengatakan selalu rajin sembahyang ke Merajan setiap 3x dalah
sehari
Selama sakit : Pasien mengatakan tidak bisa menjalankan ibadah karena keadaannya
sekarang ini tetapi pasien selalu berdo’a kepada Tuhan agar cepat diberi kesembuhan.
2) N (Nadi) : 80 x/ menit
3) S (Suhu) : 367 oC
4) RR (Respirasi) : 24 x/ menit
6 Pemeriksaan Fisik
1) Jantung :
d) Auskultasi : Bunyi jantung I dan II normal terdengar lupdup, bising negatif, tidak
ada suara tambahan.
2) Paru-paru :
b) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, gerakan fokal fremitus antara kanan dan kiri
sama.
c) Perkusi : Bunyi paru resonan
d) Auskultasi : Suara dasar paru normal, terdengar vesikuler, tidak ada whezzing.
3)Abdomen :
a) Inspeksi : Tidak ada asites, tidak ada nodul, bentuk simetris, kontur kulit
lentur, tidak ada benjolan/ massa.
c) Perkusi : Tidak ada pembesaran pada hati, tidak ada nyeri tekan, suara
tympani.
5) Ekstremitas : 5 5
2 5
Ekstremitas atas: Tangan kanan dan kiri dapat melawan tahanan pemeriksa dengan kekuatan
maksimal, tangan kiri terpasang infus RL 20 tpm (tetes per menit), tidak ada luka pada
ekstremitas atas, dapat digerakkan dengan bebas, dan tidak ada edema.
Ekstremitas bawah :
a) Kanan : Ada gerakan pada sendi tetapi tidak dapat melawan gravitasi, tungkai kanan
terpasang balutan bekas operasi hari pertama, balutan kering, tidak tambas, tampak pada jari-jari
kaki kanan mengalami pembengkakan, tidak terpasang drain.
S (Scale) : skala nyeri: 6 saat dilakukan pengkajian post operasi hari kedua.
T (Time) : terus menerus berhenti jika posisi enak dan tidak bergerak.
b) Kiri : Pasien dapat melawan tahanan pemeriksa dengan kekuatan maksimal, tampak
pada lutut dan di bawah lutut sebelah kiri luka-luka post trauma, luka sedikit kering dan warna
merah.
6) Kulit : Warna kulit sawo matang, turgor kulit baik (< 2 detik), tidak ada biang
keringat, tidak ada decubitus, pada tungkai kaki kanan yang telah di operasi ORIF tampak
adanya 10 jahitan, daerah luka tampak berwarna kemerahan dan bengkak.
1. Pemeriksaan penunjang
1. LED 6 Mm 0-10
2. Hb
14,9 gr/dl 13-16
3. Leukosit
4. Trombosit
17.300 /mm3 5.000-10.000
5. HCT
6. Masa perdarahan 266.00 /mm3 200.000-500.000
7. Masa pembekuan 0
Vol % 40-48
8. Hitung jenis :Eosinofil
44
9. Basofil
Menit 1-3
10. Batang
2
11. Segmen Menit 2-6
12. Limfosit 4
13. Monosit % 1-3
3 U/L < 37
14 U/L < 42
17 U/L 60-300
47 mg/dl 0,6-1,1
2,4 £ 220
173 £ 150
290 Negatif
Negatif
1. Pemeriksaan GDS (Gula Darah Sewaktu) dan GDP (Gula Darah Puasa) tanggal 29 April
2008
3. Pemeriksaan Rontgen pada tanggal 30 Oktober 2020 (post operasi ORIF dan
debridement).
1. Infus RL 20 tpm
2. Injeksi Cefotaxime 2×1 gram per Intra Venous
3. Injeksi Ketorolac 3×1 ampul per Intra Venous
4. Injeksi Actrapid 4 IU sebelum makan 3×1 di lengan kanan/kiri.
5. Diit RKTP
6. Posisi elevasi tungkai
7. Observasi VS (Vital Sign)/ KU (Kondisi Umum) dan perdarahan
8. Ambulasi dengan menggunakan walker
9. Perawatan luka
10. Fisioterapi
11. Jenis tindakan operasi : ORIF dan dedridement
12. Obat oral :
B . DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Analisis Data
DO :
4. S : Skala nyeri: 6
N : 80 x/ menit
S : 367 oC
RR : 24 x/ menit
DO :
1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisik dibuktikan dengan mengeluh nyeri,
tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, sulit tidur
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler dibuktikan dengan
mengeluh sulit menggerakkan ekstermitas, kekuatan otot menurun dan rentan gerak ( ROM )
menurun
Terapeutik :
Kolaborasi :
Edukasi :
3. Implementasi
31/10/2020 Nyeri akut Mengidentifikasi skala DS: Pasien mengeluh nyeri, pada bagian F
08.45 berhubungan kakinya, skala nyerinya 6 dari 1-10
nyeri
WITA dengan Agen
pencedera fisik DO: pasien tampak meringis dan
dibuktikan menahan rasa nyerinya
dengan
mengeluh nyeri,
tampak DS : pasien mengatakan nyeri pada
meringis, tungkai kakinya yang sebelah F
bersikap kanan setelah dioperasi.
protektif, P : nyeri jika untuk bergerak
gelisah, sulit Q : nyeri seperti tertusuk-tusuk
tidur R : nyeri pada tungkai kakinya yang
Mengidentifikasilokasi, sebelah kanan
T : nyeri terus menerus, berhenti jika
karakteristik, durasi, posisi nyaman dan tidak bergerak
frekuensi, kualitas, itensitas
DO: pasien tampak meringis
nyeri
S : 36°C
Memonitor frekuensi
DS : Pasien mengeluh nyeri pada
jantung dan tekanan darah
bagian pinggang.
sebelum memulai
DO :
mobilisasi
- TD : 130/90 mmHg
- N : 80 x/menit
Memonitor kondisi umum
- S : 36°C
selama melakukan
- RR : 20 x/menit
mobilisasi
F
Memfasilitasi aktivitas DS :
mobilisasi dengan alat Pasien mengatakan bisa sedikit
bantu (mis. pagar tempat melakukan pergerakkan jika
tidur) Menggunakan atau memegang alat
Memfasilitasi melakukan bantu
DO :
pergerakan, jika perlu
- Pasien tampak memegang alat
bantu jalan
- Pasien
tampak lemah
F
Melibatkan keluarga untuk
DS :
membantu pasien dalam
Pasien mengatakan bisa sedikit
meningkatkan pergerakkan
melakukan pergerakan dibantu oleh
keluarga
DO :
Keluarga pasien tampak membantu
pasien
Menganjurkan melakukan
DS :
mobilisasi dini
Pasien mengatakan sedikit bisa
menggerakkan badannya dan masih
terasa nyeri
DO :
Pasien tampak melakukan mobilisasi
4. Evaluasi
Tanggal/ Nomor Evaluasi Paraf
Jam Diagnosa
31/10/20 1 S: pasien mengatakan nyerinya sudah berkurang dan sudah F
09.00 lebih nyaman.
WITA
O: Pasien tampak tidak meringis
TD : 120/90 mmHg
N : 88 x /menit
RR : 20 x/ menit
S : 36°C
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
31/10/20 DS : F
2.
09.15
- Pasien mengatakan sedikit bisa menggerakkan
WITA
badannya dengan memegang alat bantu dan saat
dibantu keluarga
- Pasien mengeluh masih terasa nyeri DO :
- Pasien tampak melakukan mobilisasi dan dibantu
keluarga dalam melakukan pergerakan.
- Pasien tampak meringis
- Didapatkan hasil TTV :
TD : 120/90 mmHg
N : 82 x/menit
S : 37,2°C
RR : 20 x/menit