I. Latar Belakang
III. PEMBAHASAN
ص ْدقًا َو َع ْدال ال ُمبَد َِّل لِ َكلِ َماتِ ِه َوه َُو ال َّس ِمي ُع ْال َعلِي ُم َ ِّت َكلِ َمةُ َرب
ِ ك ْ َوتَ َّم
Yang artinya: ”Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al Quran) sebagai kalimat yang benar
dan adil. Tidak ada yang dapat merubah-rubah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Jelaslah bahwa al Quranadalah ruh dari eksistensi islam, dan merupakan asa bangunanaya,
sedangkan hadits adalah penjelasan terinci tentang isi konstitusi tersebut, baik dalam hal-hal
yang bersifat teoritis ataupun penerapannya secara ptaktis. Itulah tugas Rasulullah SAW. ;
“menjelaskan bagi manusia apa yang diturunkan pada mereka”.
Oleh sebab itu tidaklah mungkin suatu yang merupakan pemberi penjelasan bertentangan
dengan apa yang hendak dijelaskan itu sendiri. Maka penjelasan yang bersumber dari Nabi
SAW selalu dan senantiasa berkisar diseputar al Qurandan tidak mungkin akan
melanggarnya.[7]
Yang artinya: “Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri”.
Hal tersebut menjadi bahan pembicaraan al Quran. Namunhadits yang mulia berbicara
tentangnya (alam gaib) secara lebih luas, dengan menguraikan secara terinciapa yang
disebutkan al Qurandalam garis besarnya saja.[16]Seorang muslim wajib menerima hadist-
hadits shohih yang mengenai alam gaib ini dan tidak dibenarkan menolaknya semata-mata
karena menyimpang dari apa yang biasa dialami, atau tidak sejalan dengan pengetahuan.
Selama hal itu masih dalam batas kemungkinana menurut akal, walaupun dianggap mustahil
menurut kebiasaan. Sikap yang benar yang diharuskan oleh logika keimanan dan tidak
ditolak oleh logika akal adalah mengatakan; “kami beriman dan percaya”, setiap kali
dihadapkan hal-hal gaib yang ditetapkan dalam agama. [17]
Ke-empat pengujian tersebut tidak serta merta dapat diterapkan secara penuh untuk semua
matan hadits sehingga dapat dikategorisasikan menjadi lima, yakni:
(1) Pengujian dengan alQuran, hadits, fakta historis, dan kebenaran ilmiah.
(2) Pengujian dengan alQuran, fakta historis, dan kebenaran ilmiah.
(3) Pengujian dengan hadits dan kebenaran ilmiah.
(4) Pengujian dengan faktahistoris dan kebenaran ilmiah.
(5) Pengujian dengan kebenaran ilmiah[20]
IV. KESIMPULAN
Sejarah pemahaman hadis telah dimulai sejak zaman Nabi muhammad SAW., bahkan
dikalangan sahabat sendiri telah muncul beberapa sahabat yang sangat kritis dalam
menerimahadits diantaranya Abu Bakar al-Shiddiq, Umar bin al-Khattab, Ali bin Abi Tholib dan
lain-lain. Namun seiring perjalanan waktu, dengan wafatnya Nabi, secara otomatis segala
persoalan harus mereka tangani sendiri dan kritik hadits pun mulai dilakukan secara intensif
ketika umat islam bergesekan dengan problem politik.
Dalam memahami hadits Nabi dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni: (1 ) kelompok yang
lebih mementingkan makna lahiriyah teks hadits disebut dengan ahlu al hadits, tekstualis, (2)
kelompok yang mengembangkan penalaran terhadap faktor-faktor yang berada dibelakang teks
disebut ahl al-ra’yi, kontekstualis.
Muhammad al-Ghazali dalam memahami hadits menekankan akan perlunya kerjasama atau
saling sapa antara muhadits dengan berbagai ahli di bidanganyadikarenakan materi hadits yang
juga berkenaan bidang lainnya. Selain itu, beliau juga menawarkan beberapa metode pemahan
hadits yang dapat diterapkan sesuai kategori masing-masing.
Berdasarkan hadits nabi yang memiliki tiga karakteristik untuk menunjang pemahamn hadits
secara utuh, Yusuf al qaradhawi juga memberikan konsep tentang metode pemahaman hadits
guna membangun sikap wasthiyyah agar terhindar dari kelompok ekstrem, kelompok sesat, dan
kelompok bodoh. Diantaranya yaitu, Memahami hadits sesuai dengan petunjuk alQuran,
menghimpun hadits-hadits yang setema, kompromi atau tarjih terhadap hadts-hadits yang
kontrdiktif dan lain sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demikian makalah ini kami susun, yang mana tentunya tak lepas dari kekurangan
baik dalam penyusunan maupun penyajian. Karena kami pun menyadari tak ada gading yang
tak retak. Untuk itu kritik dan saran pembaca sekalian sangat kami harapkan demi perbaikan
dan evaluasi dari apa yang kami usahakan. Harapan kami semoga bermanfaat. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Al Quran Al Karim
‘Abd al-Raziq,Musthafa,Tahmid Li-Tarikh Al-Islamiyyah Kairo: Lajnah Wa Al-Tarjamah Wa
Nashr, 1959
Al Qaradhawi,Yusuf,Kaifa Nata’ammalu Ma’a Al-Sunnah Al-Nabawiyyah, Ma’alim Wa
Dhawabith, USA: Al-Ma’had Al-‘Alami Li Al-Fikr Al-Islami, 1990
Al-Beqir, Muhammad, Bagaimana Memahami Hadist Nabi Saw Terjemahan Kaifa Nata’ammalu
Ma’a Al-Sunnah Al-Nabawiyyah, Bandung: Penerbit Karisma, 1993
al-Ghazali,Muhammad,Al Sunnah Al Nabawiyyah Baina Ahl Al-Fiqh Wa Ahl-Hadits, Kairo:
Dar Al-Syuruq, 1989
Azami, M.M, Studies In Hadith Metodologi And Literatur, USA: American Trust Publication,
1977
Makluf, Louis, Al-Munjid Fi Al—Lughoh Al-A’lam Beirut: Dar Almasyriq, 1986
Poerwodarinto, WJS., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1989
Suryadi , Metode Kontemporer Memahami Hadist Nabi, cet I, Yogyakarta: Teras, 2008