SELULITIS ORBITA
BAB I
LAPORAN KASUS
1.2. ANAMNESA
Anamnesa dilakukan secara auto-anamnesa
Keluhan Utama
Mata kiri merah, bengkak dan nyeri sejak 2 hari yang lalu.
Keluhan Tambahan
Kotoran pada mata kiri berwarna kuning sejak 7 hari yang lalu dan
pandangan mata kiri kabur sejak 2 hari yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan mata kiri merah, bengkak dan nyeri
yang memberat sejak 2 hari yang lalu. Tujuh hari yang lalu mata kiri pasien
mulai dirasakan merah disertai dengan kotoran berwarna kuning. Pasien
menyangkal adanya keluhan bengkak, nyeri, gatal, pandangan kabur,
trauma, gigitan serangga dan terpapar benda asing pada mata kiri. Pasien
juga menyangkal adanya gejala sinusitis dan infeksi pada wajah. Pasien
kemudian berobat ke klinik dan mendapat obat Reco tetes mata,
Ciprofloxacin, Carbidu 0,75 mg, dan Asam mefenamat. Dengan pengobatan
tersebut keluhan pasien tidak berkurang, keluhan justru bertambah berat
disertai dengan bengkak, nyeri, dan pandangan kabur pada mata kiri sejak 2
hari yang lalu.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat diabetes melitus disangkal
Riwayat tuberculosis disangkal
Riwayat alergi disangkal
Riwayat sinusitis disangkal
Riwayat infeksi kulit disekitar wajah disangkal
Riwayat trauma disangkal
Riwayat operasi mata sebelumya disangkal
Riwayat keluhan serupa sebelumnya disangkal
Riwayat Keluarga
Riwayat hipertensi disangkal.
Riwayat diabetes melitus disangkal.
Riwayat keluhan serupa pada keluarga disangkal
Diff Count
Segmen 80 50 – 70 %
Lympho 13 20 – 40 %
Mono 7 2–8%
Kimia Klinik
1.6. RESUME
Laki-laki, usia 32 tahun, datang dengan keluhan mata kiri merah,
bengkak dan nyeri yang memberat sejak 2 hari yang lalu. Tujuh hari yang lalu
mata kiri pasien mulai dirasakan merah disertai dengan kotoran berwarna
kuning, namun bengkak dan nyeri disangkal. Riwayat pengobatan: Reco tetes
mata, Ciprofloxacin, Carbidu 0,75 mg, dan Asam mefenamat.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda vital dalam batas normal
dan pada pemeriksaan oftalmologi OS ditemukan:
Gerakkan bola mata terganggu
Palpebra : eritem (+), edema (+), sekret (+) kuning kehijauan
Sklera : injeksi konjungtiva (+)
Kornea : edema (+)
Visus : 20/400
Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 9 Desember 2017 ditemukan
adanya leukositosis dan diff count shift to the left.
1.7. DIAGNOSA
Laki-laki, usia 32 tahun, dengan Selulitis Orbita Sinistra
1.8. TATALAKSANA
IVF Ringer Laktat 24 tpm
Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr (skin test)
Inj. Ketorolac 1 amp/ 12 jam
Inj. Ranitidin 1 amp/ 12 jam
Cendo floxa eye drop 1 gtt/jam OS (hari ke-1) 1 gtt OS/ 2 jam (hari ke-
2)
1.9. FOLLOW UP
Hari rawat ke-1 tanggal 10 Desember 2017
S Mata bengkak (+), nyeri (+), merah (+), tidak bisa dibuka
• Tanda vital : dalam batas normal
• Status Lokalis
O
• OS: sekret (+) kuning kehijauan, edema palpebral (+),
eritema (+), edema kornea (+), visus: 20/200
A Selulitis Orbita Sinistra
• IVF Ringer Laktat 24 tpm
• Spooling larutan RL: Betadine = 9 : 1 setiap pagi
• Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr (skin test)
• Inj. Ketorolac 1 amp/ 12 jam
P • Inj. Ranitidin 1 amp/ 12 jam
• Inj. Dexamethasone 1 amp/ 8 jam
• Cendo floxa 1 gtt/ 2 jam OS
• Cek laboratorium sebelum pulang
P • Levofloxacin 1 x 1000 mg PO
• Metilprednisolon 3 x 4 mg PO
• Ranitidin 1 x 2 tab PO sebelum makan
• Asam mefenamat 3 x 500 mg PO k/p
• Salep mata fenicol 1x sehari OS
Diff Count
Segmen 86 50 – 70 %
Lympho 9 20 – 40 %
Mono 5 2–8%
1.10. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
BAB II
ANALISIS KASUS
2.1.2. Orbita
Orbita adalah sebuah rongga berbentuk segi empat seperti buah pir yang
berada di antara fossa kranial anterior dan sinus maksilaris. Tiap orbita berukuran
sekitar 40 mm pada ketinggian, kedalaman, dan lebarnya. Orbita dibentuk oleh 7
buah tulang: 1
- Os. Frontalis
- Os. Maxillaris
- Os. Zygomaticum
- Os. Sphenoid
- Os. Palatinum
- Os. Ethmoid
- Os. Lacrimalis
Secara anatomis orbita dibagi menjadi enam sisi, yaitu: 1
1. Dinding medial, terdiri dari os maxillaris, lacrimalis, ethmoid, dan sphenoid.
Dinding medial ini seringkali mengalami fraktur mengikuti sebuah trauma.
Os ethmoid yang menjadi salah satu struktur pembangun dinding medial
merupakan salah satu lokasi terjadinya sinusitis etmoidales yang merupakan
salah satu penyebab tersering selulitis orbita.
2. Dinding lateral, terdiri dari sebagian tulang sphenoid dan zygomaticum.
3. Langit- langit, berbentuk triangular, terdiri dari tulang sphenoid dan frontal.
Defek pada sisi ini menyebabkan proptosis pulsatil.
4. Lantai, terdiri dari os. Palatina, maxillaris, dan zygomaticum. Bagian
posteromedial dari tulang maksilaris relatif lemah dan seringkali terlibat
dalam fraktur blowout.
5. Basis orbita, merupakan bukaan anterior orbita
Vaskularisasi orbita terdiri dari arteri utama, yaitu Arteri Oftalmika yang
bercabang menjadi: 1,2
1. Arteri retina sentralis memperdarahi nervus optikus
2. Arteri lakrimalis memperdarahi glandula lakrimalis dan kelopak mataatas
3. Cabang-cabang muskularis berbagai otot orbita
4. Arteri siliaris posterior brevis memperdarahi koroid dan bagian-bagian
nervus optikus
5. Arteri siliaris posterior longa memperdarahi korpus siliare
Arteri-arteri siliaris posterior longa saling beranastomosis satu dengan yang
lain serta dengan arteri siliaris anterior membentuk circulus arterialis mayor
iris.
6. Arteri siliaris anterior memperdarahi sklera, episklera, limbus, konjungtiva
7. Arteri palpebralis media ke kedua kelopak mata
8. Arteri supraorbitais
9. Arteri supratrokhlearis
Vena utama terdiri dari Vena Oftalmika Superior dan Inferior.Vena
Oftalmika Superior dibentuk dari Vena Supraorbitalis, Vena Supratrokhlearis dan
cabang Vena Angularis. Vena ini membentuk hubungan langsung antara kulit wajah
dengan sinuskavernosus sehingga dapat menimbulkan trombosis sinus kavernosus
yang potensial fatal akibat infeksi superfisial di kulit periorbita.1
2.1.3. Anatomi Bola Mata
Bola mata orang dewasa normal hampir mendekati bulat dengan
diameter anteroposterior sekitar 24,5 mm.
2.2.4. Diagnosis
Diagnosis selulitis orbita ditegakkan berdasarkan gejala yang ditemukan dari
anamnesa, pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan penunjang lainnya. Pada
pemeriksaan fisik dapat ditemukan: 3
Edema, eritema, dan nyeri pada palpebra unilateral
Proptosis
Painful ophthalmoplegia
Gangguan nervus optikus
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah: 2,3
Pemeriksaan darah lengkap
Pembiakan dan tes sensitivitias darah
Pungsi lumbal (pada kasus yang sangat berat)
Rontgen sinus dan orbita
CT scan atau MRI sinus dan orbita
Pembiakan sekret mata
Pembiakan lendir hidung
Pembiakan lendir tenggorokan
2.2.5. Tatalaksana
Penyakit selulitis orbita bisa dicegah melalui imunisasi vaksin HiB untuk
mencegah terjadinya infeksi Haemophilus pada anak-anak. Evaluasi yang tepat dan
pengobatan dini pada infeksi sinus maupun gigi bisa mencegah penyebaran infeksi
ke mata.
Penatalaksanaan yang terbaik pada selulitis orbita adalah sebagai berikut: 3
1. Rawat inap di rumah sakit.
2. Cairan intravena dan antibiotik.
- Ceftazidime 1g IV setiap 8 jam dikombinasikan dengan Metronidazole
500 mg PO setiap 8 jam PO untuk mencakup bakteri anaerob.
- Vankomisin intravena merupakan antibiotik alternatif bila terdapat alergi
penicillin.
- Terapi antibiotik diteruskan hingga pasien tidak demam selama 4 hari.
3. Pemantauan fungsi saraf optik setiap 4 jam dengan memeriksa reaksi pupil,
ketajaman visual, penglihatan warna dan apresiasi cahaya.
4. Investigasi meliputi pemeriksaan:
- White cell count
- Kultur darah
- CT scan orbita, sinus paranasal, dan kepala. CT scan orbita bermanfaat
untuk eksklusi abses subperiosteal.
- Pungsi lumbal bila ditemukan tanda keterlibatan meningeal atau serebral.
5. Intervensi bedah diindikasikan pada pasien yang tidak respon terhadap
antibiotik, abses subperiosteal atau intracranial, dan gambaran atipikal yang
memerlukan biopsi.
2.2.6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain adalah:3
a. Komplikasi okular, meliputi exposure keratopathy, tekanan intraokular
meningkat, oklusi dari arteri atau vena retina sentral, neuropati optik,
dan endophthalmitis.
b. Komplikasi intrakranial termasuk meningitis, abses otak, dan trombosis
sinus kavernosus. Trombosis sinus kavernosus merupakan komplikasi yang
jarang namun sangat serius yang harus dicurigai bila ada bukti-bukti
keterlibatan bilateral, perkembangan proptosis yang sangat cepat dan kongesti
pembuluh darah wajah, konjungtiva dan retina. Gejala tambahan lainnya
meliputi nyeri kepala hebat, mual, dan muntah.
c. Abses subperiosteal adalah yang paling terjadi dan terletak di sepanjang
dinding medial orbita. Abses ini merupakan masalah serius karena potensi
perkembangan yang cepat dan perluasan intrakranial.
d. Abses orbita merupakan komplikasi yang relatif langka pada selulitis orbital
terkait sinusitis, tetapi mungkin terjadi pada kasus paska-trauma atau paska
operasi.