Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS

SELULITIS ORBITA
BAB I
LAPORAN KASUS

1.1. IDENTITAS PASIEN


Nama : Tn. D
Usia : 32 tahun
Status : Sudah menikah
Pekerjaan : Karyawan
Alamat : Kampung Jawa
Tanggal masuk : 9 Desember 2017
Tanggal keluar : 12 Desember 2017

1.2. ANAMNESA
Anamnesa dilakukan secara auto-anamnesa
 Keluhan Utama
Mata kiri merah, bengkak dan nyeri sejak 2 hari yang lalu.
 Keluhan Tambahan
Kotoran pada mata kiri berwarna kuning sejak 7 hari yang lalu dan
pandangan mata kiri kabur sejak 2 hari yang lalu.
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan mata kiri merah, bengkak dan nyeri
yang memberat sejak 2 hari yang lalu. Tujuh hari yang lalu mata kiri pasien
mulai dirasakan merah disertai dengan kotoran berwarna kuning. Pasien
menyangkal adanya keluhan bengkak, nyeri, gatal, pandangan kabur,
trauma, gigitan serangga dan terpapar benda asing pada mata kiri. Pasien
juga menyangkal adanya gejala sinusitis dan infeksi pada wajah. Pasien
kemudian berobat ke klinik dan mendapat obat Reco tetes mata,
Ciprofloxacin, Carbidu 0,75 mg, dan Asam mefenamat. Dengan pengobatan
tersebut keluhan pasien tidak berkurang, keluhan justru bertambah berat
disertai dengan bengkak, nyeri, dan pandangan kabur pada mata kiri sejak 2
hari yang lalu.
 Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat hipertensi disangkal
 Riwayat diabetes melitus disangkal
 Riwayat tuberculosis disangkal
 Riwayat alergi disangkal
 Riwayat sinusitis disangkal
 Riwayat infeksi kulit disekitar wajah disangkal
 Riwayat trauma disangkal
 Riwayat operasi mata sebelumya disangkal
 Riwayat keluhan serupa sebelumnya disangkal
 Riwayat Keluarga
 Riwayat hipertensi disangkal.
 Riwayat diabetes melitus disangkal.
 Riwayat keluhan serupa pada keluarga disangkal

1.3. PEMERIKSAAN FISIK


 Keadaan umum : tampak sakit sedang
 Kesadaran : compos mentis
 Tanda - tanda vital
 Tekanan darah : 120/80 mmHg
 Laju nadi : 80 kali/menit
 Laju napas : 20 kali/menit
 Suhu : 36.8 0C
 Kepala
 Kalvarium : normocephali, deformitas (-)
 Wajah : tampak simetris
 Mata : konjungtiva anemis -/- , sklera ikterik -/-
 Mulut : sianosis (-), mukosa oral basah
 Thoraks
 Cor : Bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-)
 Pulmo : Bunyi napas vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/-
 Axilla : Pembesaran KGB (-)
 Abdomen
 Inspeksi : tampak datar
 Auskultasi : bising usus (+) 7 kali/menit
 Palpasi : supel, nyeri tekan (-)
 Perkusi : timpani di seluruh regio abdomen
 Ekstremitas
 Akral dingin, CRT < 2 detik, edema -/-/-/-

1.4. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI


OD OS
Posisi Bola Mata Ortoforia Ortoforia
Gerakan Bola Mata Baik ke segala arah Gerakkan bola mata
terganggu  nyeri (+)
Lapang Pandang Baik Baik
Palpebra Superior Tenang Edema (+), Eritema (+),
Sekret (+) kuning
kehijauan
Palpebra Inferior Tenang Edema (+), Eritema (+)
Konjungtiva
Tarsal superior Tenang Eritema (+)
Tarsal inferior Tenang Eritema (+)
Bulbi Tenang Eritema (+)
Kornea Jernih Edema (+)
Sklera Injeksi Siliar (-) Injeksi Siliar (-)
Injeksi konjungtiva (-) Injeksi konjungtiva (+)
Bilik Mata Depan Dalam Sulit dinilai
Iris Warna coklat tua Warna coklat tua
Radier (+) Radier (+)
Kripta (+) Kripta (+)
Pupil Bulat, sentral, diameter 3 Bulat, sentral, diameter 3
mm mm
Refleks Cahaya Langsung (+) Langsung (+)
Tidak Langsung (+) Tidak Langsung (+)
Lensa Jernih Sulit dinilai
Vitrus Humor Jernih Sulit dinilai
Fundus Tidak dinilai Tidak dinilai
Visus 20/20 20/400
1.5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium tanggal 9 Desember 2017
Jenis Hasil Nilai Rujukan
Pemeriksaan
Hematologi Rutin

Hemoglobin 16.3 Pria 13.2 – 17.3; Wanita 11.7 – 15.5 g/dl

Hematokrit 48 Pria 42 – 50; Wanita 36 – 45 %

Eritrosit 5.1 4.0 – 6.0 juta/ mm3


Leukosit 13.000 4.000 – 11.000 / mm3
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Trombosit 202.000 150.000 – 450.000
MCV 95 79 – 98 fl
MCH 32 27 – 32 pg
MCHC 34 31 – 36 g/dl

Diff Count

Segmen 80 50 – 70 %

Lympho 13 20 – 40 %

Mono 7 2–8%

Kimia Klinik

Glukosa Sewaktu 107 60 – 200 mg/dl

1.6. RESUME
Laki-laki, usia 32 tahun, datang dengan keluhan mata kiri merah,
bengkak dan nyeri yang memberat sejak 2 hari yang lalu. Tujuh hari yang lalu
mata kiri pasien mulai dirasakan merah disertai dengan kotoran berwarna
kuning, namun bengkak dan nyeri disangkal. Riwayat pengobatan: Reco tetes
mata, Ciprofloxacin, Carbidu 0,75 mg, dan Asam mefenamat.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda vital dalam batas normal
dan pada pemeriksaan oftalmologi OS ditemukan:
Gerakkan bola mata terganggu
Palpebra : eritem (+), edema (+), sekret (+) kuning kehijauan
Sklera : injeksi konjungtiva (+)
Kornea : edema (+)
Visus : 20/400
Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 9 Desember 2017 ditemukan
adanya leukositosis dan diff count shift to the left.

1.7. DIAGNOSA
Laki-laki, usia 32 tahun, dengan Selulitis Orbita Sinistra

1.8. TATALAKSANA
 IVF Ringer Laktat 24 tpm
 Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr (skin test)
 Inj. Ketorolac 1 amp/ 12 jam
 Inj. Ranitidin 1 amp/ 12 jam
 Cendo floxa eye drop 1 gtt/jam OS (hari ke-1)  1 gtt OS/ 2 jam (hari ke-
2)
1.9. FOLLOW UP
Hari rawat ke-1 tanggal 10 Desember 2017
S Mata bengkak (+), nyeri (+), merah (+), tidak bisa dibuka
• Tanda vital : dalam batas normal
• Status Lokalis
O
• OS: sekret (+) kuning kehijauan, edema palpebral (+),
eritema (+), edema kornea (+), visus: 20/200
A Selulitis Orbita Sinistra
• IVF Ringer Laktat 24 tpm
• Spooling larutan RL: Betadine = 9 : 1 setiap pagi
• Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr (skin test)
• Inj. Ketorolac 1 amp/ 12 jam
P • Inj. Ranitidin 1 amp/ 12 jam
• Inj. Dexamethasone 1 amp/ 8 jam
• Cendo floxa 1 gtt/ 2 jam OS
• Cek laboratorium sebelum pulang

Hari rawat ke-2 tanggal 11 Desember 2017


S Mata bengkak (+), merah (+), nyeri berkurang
• Tanda vital: dalam batas normal
• Status Lokalis
O
• OS: sekret (+) kuning kehijauan, edema palpebral (+),
eritema (+), pupil sulit dinilai, visus: 20/200
A Selulitis Orbita Sinistra
• IVF Ringer Laktat 24 tpm
• Spooling larutan RL: Betadine = 9 : 1 setiap pagi
• Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr (skin test)
• Inj. Ketorolac 1 amp/ 12 jam
• Inj. Ranitidin 1 amp/ 12 jam
P • Inj. Dexamethasone 1 amp/ 8 jam
• Cendo floxa 1 gtt/ 12 jam OS
• Salep mata xitrol 1x sehari OS  kosong  salep
mata fenicol 1x sehari
• Cek laboratorium sebelum pulang

Hari rawat ke-3 tanggal 12 Desember 2017


S Mata bengkak dan merah berkurang, nyeri berkurang
• Tanda vital: dalam batas normal
• Status Lokalis
• OS: sekret (+) kuning kehijauan, edema palpebral (+),
eritema (+) berkurang

A Selulitis Orbita Sinistra


• Pasien boleh pulang
• Aff infus setelah injeksi antibiotik malam
• Kontrol ke poliklinik mata
• Terapi pulang:

P • Levofloxacin 1 x 1000 mg PO
• Metilprednisolon 3 x 4 mg PO
• Ranitidin 1 x 2 tab PO sebelum makan
• Asam mefenamat 3 x 500 mg PO k/p
• Salep mata fenicol 1x sehari OS

Pemeriksaan laboratorium tanggal 12 Desember 2017


Jenis Hasil Nilai Rujukan
Pemeriksaan
Hematologi Rutin

Hemoglobin 15.5 Pria 13.2 – 17.3; Wanita 11.7 – 15.5 g/dl

Hematokrit 48 Pria 42 – 50; Wanita 36 – 45 %

Eritrosit 5.1 4.0 – 6.0 juta/ mm3


Leukosit 12.400 4.000 – 11.000 / mm3
Trombosit 241.000 150.000 – 450.000

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


MCV 95 79 – 98 fl
MCH 31 27 – 32 pg
MCHC 32 31 – 36 g/dl

Diff Count

Segmen 86 50 – 70 %

Lympho 9 20 – 40 %

Mono 5 2–8%

1.10. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
BAB II
ANALISIS KASUS

Perbandingan Kasus Teori Komentar


Epidemiologi Laki-laki, usia 32 tahun Selulitis orbita terutama
mengenai anak-anak usia 2
– 10 tahun
Gejala dan Gejala yang dikeluhkan Selulitis orbita dapat Pasien mengalami
Manifestasi pasien adalah: menimbulkan gejala seperti: keluhan yang sesuai
klinis - Mata kiri merah, - Demam, biasanya sampai dengan manifestasi
bengkak, dan nyeri 38,9° Celsius atau lebih klinis selulitis orbita,
yang memberat 2 - Kelopak mata atas dan namun pasien tidak
hari yang lalu. bawah edema, kemotik,
mengalami demam.
dan nyeri
- Penglihatan
- Mata merah, proptosis
menurun
atau eksoftalmos
- Keluhan diawali
- Nyeri pada pergerakkan
dengan mata merah
bola mata  gerakan
disertai sekret
mata terbatas
berwarna kuning
- Penglihatan menurun
kehijauan 7 hari
yang lalu
Pada pemeriksaan fisik
dapat ditemukan:
Pada pemeriksaan fisik
- Edema, eritema, dan
ditemukan:
nyeri pada palpebra
- Gerakkan bola mata
unilateral
terganggu
- Proptosis
- Palpebra: eritem (+),
- Painful
edema (+), sekret
ophthalmoplegia
(+) kuning kehijauan
- Gangguan nervus
- Sklera: injeksi
optikus
konjungtiva (+)
- Kornea: edema (+)
- Visus: 20/400
Pemeriksaan - Pemeriksaan darah Pada selulitis orbita dapat Hasil pemeriksaan darah
penunjang lengkap dilakukan pemeriksaan lengkap pasien
menunjukkan penunjang berupa: menunjukkan adanya
adanya leukositosis - Pemeriksaan darah infeksi kuman yang

dan shift to the left lengkap menunjang diagnosis


- Pembiakan dan tes selulitis orbita.
sensitivitias darah
- Pungsi lumbal (pada
kasus yang sangat berat)
- Rontgen sinus dan orbita
- CT scan atau MRI sinus
dan orbita
- Pembiakan sekret mata
- Pembiakan lendir hidung
- Pembiakan lendir
tenggorokan
Tatalaksana - Rawat inap Tatalaksana selulitis orbita Pasien mendapatkan
- IVF Ringer Laktat 24 meliputi: terapi medikamentosa
tpm - Rawat inap di RS yang sesuai dengan
- Inj. Ceftriaxone 2 x 1
- Cairan intravena dan tatalaksana selulitis
gr (skin test)
antibiotik orbita. Pasien tidak
- Inj. Ketorolac 1 amp/
- Pemantauan fungsi memiliki indikasi
12 jam
saraf optik setiap 4 jam. dilakukannya intervensi
- Inj. Ranitidin 1 amp/
12 jam
- Intervensi bedah bedah (tidak ditemukan

- Cendo floxa eye drop - Investigasi lanjutan tanda-tanda terbentuk


1 gtt/jam OS (hari ke- abses).
1)  1 gtt OS/ 2 jam
(hari ke-2)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi
2.1.1. Palpebra
Kelopak mata atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta
mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea.
Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata
terhadap trauma, paparan sinar, dan pengeringan bola mata.1
Kelopak mempunyai lapisan kulit yang tipis pada bagian depan sedangkan
pada bagian belakang ditutupi oleh selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva
tarsal.1

Gambar 1. Anatomi palpebral

Pada kelopak terdapat bagian-bagian: 1


- Kelenjar, seperti: kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar keringat,
kelenjar Zeis pada pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus.1
- Otot, seperti: M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam
kelopak atas dan bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. Pada dekat
tepi margo palpebra terdapat otot orbikularis okuli yang disebut M.
Rioland. M. orbikularis berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi N.
fasial. M. levator palpebra, yang berorigo pada annulus foramen orbita
dan berinsersi pada tarsus atas dengan sebagian menembus M.
orbikularis okuli menuju kulit kelopak bagian tengah. Bagian kulit
tempat insersi M. levator palpebra terlihat sebagai sulkus (lipatan)
palpebra. Otot ini dipersarafi oleh N. III, yang berfungsi untuk
mengangkat kelopak mata atau membuka mata.1
- Di dalam kelopak mata ada tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan
kelenjar di dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo
palpebra.1
- Septum orbita, yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima
orbita merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan.1
- Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada
seluruh lingkaran pembukaan rongga orbita. Tarsus, terdiri atas jaringan
ikat yang merupakan jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar
Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 pada kelopak bawah).1
- Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. palpebra.1
- Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal n. V,
sedangkan kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V.1

2.1.2. Orbita
Orbita adalah sebuah rongga berbentuk segi empat seperti buah pir yang
berada di antara fossa kranial anterior dan sinus maksilaris. Tiap orbita berukuran
sekitar 40 mm pada ketinggian, kedalaman, dan lebarnya. Orbita dibentuk oleh 7
buah tulang: 1
- Os. Frontalis
- Os. Maxillaris
- Os. Zygomaticum
- Os. Sphenoid
- Os. Palatinum
- Os. Ethmoid
- Os. Lacrimalis
Secara anatomis orbita dibagi menjadi enam sisi, yaitu: 1
1. Dinding medial, terdiri dari os maxillaris, lacrimalis, ethmoid, dan sphenoid.
Dinding medial ini seringkali mengalami fraktur mengikuti sebuah trauma.
Os ethmoid yang menjadi salah satu struktur pembangun dinding medial
merupakan salah satu lokasi terjadinya sinusitis etmoidales yang merupakan
salah satu penyebab tersering selulitis orbita.
2. Dinding lateral, terdiri dari sebagian tulang sphenoid dan zygomaticum.
3. Langit- langit, berbentuk triangular, terdiri dari tulang sphenoid dan frontal.
Defek pada sisi ini menyebabkan proptosis pulsatil.
4. Lantai, terdiri dari os. Palatina, maxillaris, dan zygomaticum. Bagian
posteromedial dari tulang maksilaris relatif lemah dan seringkali terlibat
dalam fraktur blowout.
5. Basis orbita, merupakan bukaan anterior orbita
Vaskularisasi orbita terdiri dari arteri utama, yaitu Arteri Oftalmika yang
bercabang menjadi: 1,2
1. Arteri retina sentralis  memperdarahi nervus optikus
2. Arteri lakrimalis  memperdarahi glandula lakrimalis dan kelopak mataatas
3. Cabang-cabang muskularis  berbagai otot orbita
4. Arteri siliaris posterior brevis memperdarahi koroid dan bagian-bagian
nervus optikus
5. Arteri siliaris posterior longa memperdarahi korpus siliare
Arteri-arteri siliaris posterior longa saling beranastomosis satu dengan yang
lain serta dengan arteri siliaris anterior membentuk circulus arterialis mayor
iris.
6. Arteri siliaris anterior  memperdarahi sklera, episklera, limbus, konjungtiva
7. Arteri palpebralis media ke kedua kelopak mata
8. Arteri supraorbitais
9. Arteri supratrokhlearis
Vena utama terdiri dari Vena Oftalmika Superior dan Inferior.Vena
Oftalmika Superior dibentuk dari Vena Supraorbitalis, Vena Supratrokhlearis dan
cabang Vena Angularis. Vena ini membentuk hubungan langsung antara kulit wajah
dengan sinuskavernosus sehingga dapat menimbulkan trombosis sinus kavernosus
yang potensial fatal akibat infeksi superfisial di kulit periorbita.1
2.1.3. Anatomi Bola Mata
Bola mata orang dewasa normal hampir mendekati bulat dengan
diameter anteroposterior sekitar 24,5 mm.

Gambar 2. Anatomi bola mata

Konjungtiva merupakan membran mukosa yang transparan dan tipis yang


membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan
permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan
dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea
di limbus. Konjungtiva terdiri dari:1
1. Konjungtiva palpebralis yang melapisi permukaan posterior kelopak mata
dan melekat erat ke tarsus. Ditepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva
melipat ke posterior (pada fornices superior daninferior) dan membungkus
jaringan episklera dan menjadi konjungtiva bulbaris.
2. Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbitae di fornices dan
melipat berkali-kali. Pelipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan
memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik.
Sklera merupakan pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian luar.
Jaringan ini padat dan berwarna putih serta bersambungan dengan kornea di sebelah
anterior dan duramater nervus optikus di belakang.
Episklera adalah lapisan tipis dari jaringan elastik halus, yang
membungkus permukaan luar sklera anterior, mengandung banyak pembuluh darah
yang memperdarahi sklera.
Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya sebanding
dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea disisipkan ke sklera di limbus,
lekuk melingkar pada persambungan ini disebut sulkus skleralis.
Sumber-sumber nutrisi untuk kornea adalah pembuluh pembuluh darah
limbus, humor aquaeus, dan air mata. Kornea superfisial juga mendapatkan oksigen
sebagian besar dari atmosfer. Saraf-saraf sensorik kornea didapat dari percabangan
pertama (oftalmika) dari nervus kranialis V (trigeminus).
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang di
lalui berkas cahaya menuju retina. Kornea bersifat tembus cahaya karena strukturnya
uniform, avaskuler, dan deturgesens. Detugesens, atau keadaan dehidrasi
relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh “pompa” bikarbonat aktif pada endotel
dan olehfungsi sawar epitel dan endotel.
Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat
transparan, sedangkan cedera epitel hanya menyebabkan edema lokal sesaat, hilang
pada saatepitel sudah beregenerasi.
Uvea terdiri dari iris, korpus siliare, dan koroid.
1. Iris adalah perpanjangan korpus siliare ke anterior.
Iris terletak bersambungan dengan permukaan anterior lensa, yang
memisahkan kamera anterior dari kamera posterior, yang masing-masing
berisi humor aquaeus. Iris mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk ke
dalam mata. Ukuran pupil pada prinsipnya ditentukan oleh keseimbangan
antara konstriksi akibat aktivitas parasimpatik yang dihantarkan melalui
nervus kranialis III dan dilatasi yang ditimbulkan oleh aktivitas simpatik.
2. Korpus siliaris secara kasar berbentuk segitiga pada potongan melintang,
membentang ke depan dari ujung anterior koroid ke pangkal iris ( + 6 mm ).
Muskulus siliaris tersusun dari gabungan serat longitudinal sirkuler, dan
radial. Fungsi serat-serat sirkuler adalah untuk mengerutkan dan relaksasi
serat-serat zonula. Otot ini mengubah tegangan pada kapsul lensa, sehinga
lensa dapat mempunyai berbagai fokus baik untuk objek berjarak dekat
maupun yang berjarak jauhdalam lapangan pandang. 
3. Koroid merupakan segmen posterior uvea, di antara retina dan sklera.
Koroid tersusun dari tiga lapisan pembuluh darah koroid; besar, sedang, dan
kecil. Semakin dalam pembuluh terletak di dalam koroid, semakin lebar
lumennya. Bagian dalam pembuluh darah koroid dikenal sebagai
khoriokapilaris. Koroid disebelah dalam dibatasi oleh membrana Bruch dan
di sebelah luar oleh sklera. Ke anterior, koroid bersambung dengan korpus
siliare.
Lensa merupakan suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan
hampir transparan sempurna. Di belakang iris, lensa digantung oleh zonula, yang
menghubungkannya dengan korpus siliare. Di sebelah anterior lensa terdapat humor
aquaeus; di sebelah posteriornya, vitreus. Lensa ditahan di tempatnya oleh
ligamentum yang dikenalsebagai zonula (zonula Zinnii), yang tersusun dari banyak
fibril dari permukaan korpus siliare dan menyisip ke dalam ekuator lensa.
Humor Aquaeus diproduksi oleh korpus siliare. Setelah memasuki
kamera posterior, humor aquaeus melalui pupil dan masuk ke kamera anterior dan
kemudian ke perifer menuju ke sudut kamera anterior.
Sudut Kamera Anterior terletak pada persambungan kornea perifer dan
akar iris.
Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semi transparan, dan multil
apis yang melapisi bagian dalam 2/3 posterior dinding bola mata. Di tengah-tengah
retina posterior terdapat makula. Secara klinis makula dapat didefinisikan sebagai
daerah pigmentasi kekuningan yang disebabkan oleh pigmen luteal (xantofil).
Di tengah makula, di sebelah lateral diskus optikus, terdapat fovea
yangmerupakan suatu cekungan yang memberi pantulan khusus bila dilihat dengan
oftalmoskop. Fovea merupakan zona avaskular di retina pada angiografi fluoresens.
Vitreus adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang
membentuk 2/3 dari volume dan berat mata. Vitreus mengisi ruangan yang dibatasi
oleh lensa, retina, dan diskus optikus.

2.1.4. Anatomi otot-otot ekstraokular dan adneksa mata


Tabel 1. Otot-otot ekstraokular
Otot Kerja Primer Kerja Sekunder Saraf Vaskularisasi
Rektus Lateralis Abduksi Tidak Ada N. VI Diperdarahi oleh
Rektus Medialis Aduksi Tidak Ada N. III
cabang-cabang
Rektus Superior Elevasi Aduksi, intorsi N. III
Rektus Inferior Depresi Aduksi, ekstorsi N. III muskular arteri
Oblikus Superior Intorsi Depresi, abduksi N. IV oftalmika.
Oblikus Inferior Ekstorsi Elevasi, abduksi N. III

Adneksa mata terdiri dari:1


1. Alis mata
2. Palpebra, diatur oleh:
a. Muskulus Orbikularis Okuli yang berfungsi menutup palpebra, dipersarafi
nervus VII.
b. Muskulus Levator Palpebrae Superioris dan Muskulus Rektus Inferior,
dipersarafi nervus III.
c. Persarafan sensoris ke palpebra datang dari divisi I dan II dari nervus
trigeminus (V).
d. Palpebra diperdarahi oleh cabang-cabang palpebra lateral dan medial dari
arteri lakrimalis dan oftalmika.
3. Apparatus Lakrimalis terdiri dari:
a. Bagian sekretoir yang mencakup glandula lakrimalis dan duktus
lakrimalis
b. Bagian ekskretoir yang mencakup pungtum lakrimal superior dan inferior,
kanalikuli lakrimal superior dan inferior, sakus lakrimal, duktus
nasolakrimal dan meatus inferior.
Air mata disekresi glandula lakrimalis, bermuara di konjungtiva forniks
superior bagian temporal. Dengan berkedip, air mata disalurkan ke seluruh bagian
anterior mata dan terkumpul di sakus lakrimal.
M orbikularis okuli menekan pada sakus lakrimal, sehingga menimbulkan
tekanan negatif di dalamnya. Pada waktu mata dibuka, dengan adanya tekanan
negatif ini, air mata dapat terserap pungtum lakrimal dan seterusnya sampai ke
meatus inferior. Air mata tidak meleleh melalui hidung, karena hidung banyak
mengandung pembuluh darah, sehingga suhunya panas, ditambah dengan pernafasan,
sehingga mempercepat penguapan. Air mata tidak meleleh melalui pipi juga, karena
isi dari glandula meibom, menjaga margo palpebra tertutup rapat pada waktu
berkedip.

2.2. Selulitis Orbita


2.2.1. Definisi
Selulitis orbita adalah peradangan supuratif jaringan ikat jarang intraorbita di
belakang septum orbita.1,2 Selulitis orbita jarang merupakan penyakit primer rongga
orbita. Biasanya disebabkan oleh kelainan pada sinus paranasal dan yang terutama
adalah sinus ethmoid. Selulitis orbita dapat mengakibatkan kebutaan, sehingga
diperlukan pengobatan segera. Selulitis orbita dapat terjadi pada semua usia namun
lebih sering dijumpai pada anak-anak usia 2 – 10 tahun. 3 Pada anak-anak, selulitis
orbita biasanya berasal dari infeksi sinus dan disebabkan oleh bakteri Haemophilus
influenzae. Bayi dan anak-anak yang berumur dibawah 6-7 tahun tampaknya sangat
rentan terhadap infeksi oleh Haemophilus influenzae.2

2.2.2. Etiologi dan Patofisiologi


Selulitis orbita merupakan peradangan supuratif yang menyerang jaringan
ikat di sekitar mata, dan kebanyakan disebabkan oleh beberapa jenis bakteri normal
yang hidup di kulit, jamur, dan sarkoid. Berikut ini adalah beberapa patogenesis
terjadinya selulitis: 3
1. Sinus-related, paling sering adalah sinus ethmoid, biasanya mengenai anak-
anak dan dewasa muda.
2. Perluasan dari selulitis preseptal melalui septum orbita.
3. Penyebaran lokal dari dakriosistitis, infeksi mid-facial, atau infeksi gigi.
Infeksi gigi dapat menyebabkan selulitis orbita melalui intermediary sinusitis
maksilaris.
4. Penyebaran hematogen dari bakteremia, misalnya dari fokus-fokus seperti
otitis media dan pneumonia.
5. Pasca trauma biasanya terjadi dalam 72 jam setelah trauma yang menembus
septum orbita.
6. Pasca operasi retina, bola mata, atau sistem lakrimal.
Dinding medial orbital tipis dan berlubang tidak hanya oleh
banyak pembuluh darah tanpa katup dan saraf tetapi juga oleh berbagai defek lainnya
(dehiscences Zuckerkandl). Kombinasi tulang yang tipis, adanya foramen untuk jalur
neurovaskular, dan defek alami yang terjadi pada tulang memungkinkan jalur yang
mudah bagi bahan infeksius antara sel-sel udara ethmoidal dan ruang subperiorbital
dalam bagian medial orbita. Lokasi yang paling umum dari abses subperiorbital
adalah sepanjang dinding medial orbital. Periorbita merupakan jaringan yang relatif
longgar melekat pada tulang dinding medial orbita, hal ini memungkinkan material
abses untuk dengan mudahnya berpindah ke lateral, superior, dan inferior dalam
ruang subperiorbital. 2,3
 Drainase vena dari sepertiga tengah wajah, termasuk sinusparanasal,
terutama dialirkan melalui vena orbita, yang tanpa katup, yang memungkinkan alur
infeksi baik anterograde dan retrograde. Bahan infeksius dapat masuk ke dalam
orbit secara langsung dari trauma kecelakaan atau trauma operasi melalui kulit atau
1,2
sinus paranasalis.  Sinusitis ethmoid adalah penyebab paling umum dari selulitis
orbita pada semua kelompok usia dan bakteri aerobik non-spora adalah organisme
yang paling sering bertanggung jawab.2
Beberapa bakteri yang dapat menyebabkan selulitis antara lain adalah
Haemophilus influenzae, Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, dan
Streptococcus pyogenes. Selain bakteri, selulitis orbita juga dapat disebabkan oleh
jamur. Jamur penyebab selulitis yang paling sering adalah Mucor dan Aspergillus.2,3

2.2.3. Manifestasi klinis


Manifestasi klinis yang dapat ditimbulkan oleh selulitis orbita antara lain
adalah:2,3
- Demam, biasanya sampai 38,9° Celsius atau lebih
- Kelopak mata atas dan bawah edema, kemotik, dan nyeri
- Mata merah, proptosis atau eksoftalmos
- Nyeri pada pergerakkan bola mata  gerakan mata terbatas
- Penglihatan menurun

Gambar 3. Manifestasi klinis selulitis orbita

2.2.4. Diagnosis
Diagnosis selulitis orbita ditegakkan berdasarkan gejala yang ditemukan dari
anamnesa, pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan penunjang lainnya. Pada
pemeriksaan fisik dapat ditemukan: 3
 Edema, eritema, dan nyeri pada palpebra unilateral
 Proptosis
 Painful ophthalmoplegia
 Gangguan nervus optikus
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah: 2,3
 Pemeriksaan darah lengkap
 Pembiakan dan tes sensitivitias darah
 Pungsi lumbal (pada kasus yang sangat berat)
 Rontgen sinus dan orbita
 CT scan atau MRI sinus dan orbita
 Pembiakan sekret mata
 Pembiakan lendir hidung
 Pembiakan lendir tenggorokan

2.2.5. Tatalaksana
Penyakit selulitis orbita bisa dicegah melalui imunisasi vaksin HiB untuk
mencegah terjadinya infeksi Haemophilus pada anak-anak. Evaluasi yang tepat dan
pengobatan dini pada infeksi sinus maupun gigi bisa mencegah penyebaran infeksi
ke mata.
Penatalaksanaan yang terbaik pada selulitis orbita adalah sebagai berikut: 3
1. Rawat inap di rumah sakit.
2. Cairan intravena dan antibiotik.
- Ceftazidime 1g IV setiap 8 jam dikombinasikan dengan Metronidazole
500 mg PO setiap 8 jam PO untuk mencakup bakteri anaerob.
- Vankomisin intravena merupakan antibiotik alternatif bila terdapat alergi
penicillin.
- Terapi antibiotik diteruskan hingga pasien tidak demam selama 4 hari.
3. Pemantauan fungsi saraf optik setiap 4 jam dengan memeriksa reaksi pupil,
ketajaman visual, penglihatan warna dan apresiasi cahaya.
4. Investigasi meliputi pemeriksaan:
- White cell count
- Kultur darah
- CT scan orbita, sinus paranasal, dan kepala. CT scan orbita bermanfaat
untuk eksklusi abses subperiosteal.
- Pungsi lumbal bila ditemukan tanda keterlibatan meningeal atau serebral.
5. Intervensi bedah diindikasikan pada pasien yang tidak respon terhadap
antibiotik, abses subperiosteal atau intracranial, dan gambaran atipikal yang
memerlukan biopsi.

2.2.6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain adalah:3
a. Komplikasi okular, meliputi exposure keratopathy, tekanan intraokular
meningkat, oklusi dari arteri atau vena retina sentral, neuropati optik,
dan endophthalmitis.
b. Komplikasi intrakranial termasuk meningitis, abses otak, dan trombosis
sinus kavernosus. Trombosis sinus kavernosus merupakan komplikasi yang
jarang namun sangat serius yang harus dicurigai bila ada bukti-bukti
keterlibatan bilateral, perkembangan proptosis yang sangat cepat dan kongesti
pembuluh darah wajah, konjungtiva dan retina. Gejala tambahan lainnya
meliputi nyeri kepala hebat, mual, dan muntah.
c. Abses subperiosteal adalah yang paling terjadi dan terletak di sepanjang
dinding medial orbita. Abses ini merupakan masalah serius karena potensi
perkembangan yang cepat dan perluasan intrakranial.
d. Abses orbita merupakan komplikasi yang relatif langka pada selulitis orbital
terkait sinusitis, tetapi mungkin terjadi pada kasus paska-trauma atau paska
operasi.

Gambar 4. Komplikasi selulitis orbita


DAFTAR PUSTAKA

1. Asbury, Taylor. Rundaneva, Paul. Vaughan, Daniel P. Oftalmologi Umum.


Jakarta: Widya Medika. Hal. 1-5, 265-266.
2. Ilyas, S. Ilmu Penyakit Mata Edisi 3. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta.2004. Hal. 1-13, 101-102.
3. Kanski J. Clinical Ophtalmology a Systemic Approach. 7 th edition.
Philadelphia: Butterworth Heinemann Elsevier; 2011: 90-91.

Anda mungkin juga menyukai