Laporan Effervescent PDF
Laporan Effervescent PDF
ACARA
SERBUK TEH EFFERVESCENT
Disusun oleh :
Nama : Pujiati (141710101048)
Syayyidah Faizatul I (141710101069)
M.Holis Andi W. (141710101078)
Yuliani (141710101084)
Kelas/Kelompok : THP – C/4
Tanggal Praktikum : 03 Mei 2016
Tanggal Pengumpulan : 10 Mei 2016
3. Mochammad Ichsan
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui cara pembuatan serbuk effervescent
2. Untuk mengetahui bahan-bahan yang ditambahkan pada pembuatan serbuk
effervescent
3. Untuk mengetahui perbandingan penambahan bahan yang baik untuk
pembuatan serbuk effervescent.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Penyeduhan 1 : 5
Filtrat 300 ml
Gula 1 : 1 Pencampuran
Pemanasan
Kristalisasi
Pendinginan
Penimbangan
Penghalusan
Asam + Pencampuran
Basa
Analisis
4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1. Pengaruh Jenis Teh Terhadap Sifat Serbuk Effervescent
Warna Warna o
Jenis Teh Rendemen Kelarutan pH Brix
Serbuk Seduhan
L1= 52,4
L2= 51,1
L3= 51,4
A1= 07,9
Teh Hijau 50% A2= 07,9 ++ 72 detik 5 3
A3= 07,8
B1= 29,5
B2= 29,3
B3= 29,7
L1= 52,3
L2= 52,8
L3= 53,3
A1= 09,1
Teh
47,2% A2= 09,0 +++ 42 detik 5 2,8
Oolong
A3= 08,9
B1= 28,8
B2= 29,3
B3= 29,1
L1= 45,9
L2= 46,0
L3= 46,3
A1= 12,9
Teh Hitam 20,02% A2= 12,7 +++++ 51 detik 7 3
A3= 12,7
B1= 30,2
B2= 30,5
B3= 30,4
40
30
20.02
20
10
0
Teh Hijau Teh Oolong Teh Hitam
Perlakuan Berdasarkan Jenis Teh
Gambar 2. Hasil Rendemen Jenis Teh Terhadap Sifat Serbuk Effervescent
Berdasarkan gambar 2 diperoleh bahwa rendemen pada teh hijau lebih
banyak yaitu sebesar 50% dibandingkan dengan teh oolong ataupun teh hitam
secara berurutan yaitu 47.2% dan 20.02%. Perbedaan ini terjadi akibat pemanasan
dan lama pemanasan yang dilakukan berbeda sehingga hasil yang diperoleh
berbeda. Semakin lama proses pemanasan menunjukkan bahwa sampel yang
dihasilkan akan memiliki kandungan air yang relatif rendah sehingga pengeringan
maksimal namun yang dihasilkan sedikit. Menurut Liliana (2005) semakin banyak
komponen bahan yang hilang selama proses pengolahan maka rendemen semakin
kecil. Sehingga semakin lama fermentasi maka rendemennya akan semakin kecil.
100
99.6
99.4
99.5
98.92
Nilai Rendemen (%)
99
98.5
98.5 98.2 98.17 1:01
98.02
98 97.897.73 01:01.5
97.5 1:02
97
96.5
Teh Hijau Teh Oolong Teh Hitam
Perlakuan Berdasarkan Konsentrasi Asam
Gambar 3. Hasil Rendemen Konsentrasi Asam Terhadap Sifat Serbuk
Effervescent
Berdasarkan gambar 3 diperoleh bahwa rendemen pada teh hijau dengan
perbandingan 1:2 memiliki rendemen terbanyak sebesar 98.92%, teh oolong
dengan perbandingan 1:2 sebesar 99.6% sedangkan teh hitam dengan
perbandingan 1:1.5 sebesar 98.5%. Teh oolong dan teh hitam dilakukan proses
fermentasi, dimana selama proses fermentasi akan menyebabkan beberapa
senyawa pada teh akan teroksidasi sehingga akan mempengaruhi rendemennya.
Menurut Fulder (2004) dalam Sunardi (2007), saat oksidasi enzimatis selama
fermentasi terjadi perubahan senyawa dan beberapa zat berguna akan hilang.
Menurut Liliana (2005) semakin banyak komponen bahan yang hilang selama
proses pengolahan maka rendemen semakin kecil. Sehingga semakin lama
fermentasi maka rendemennya akan semakin kecil, namun pada data yang
diperoleh tidak sesuai dengan literatur yang ada sehingga data tersebut mengalami
penyimpangan. Hal ini bisa disebabkan karena proses penimbangan yang tidak
hati-hati atau teliti sehingga data yang diperoleh tidak akurat.
4.2.2 Warna Serbuk
Warna merupakan faktor yang menarik perhatian konsumen dan paling
cepat memberikan kesan disukai atau tidak disukai (Soekarto, 1985). Dalam
menetukan warna suatu produk pangan dilakukan pengujian secara fisik
menggunakan alat ataupun pengujian secara fisik oleh organoleptik manusia
misalnya uji penerimaan atau pembedaan. Pengujian fisik menggunakan alat
didasarkan secara ilmiah yang bersifat objektif sehingga hasilnya berdasarkan
produk yang dihasilkan dan tidak dapat diubah.
60 52.8
51.6
50 46.1
40
Nilai Lightness
30
20
10
0
Teh Hijau Teh Oolong Teh Hitam
Perlakuan Berdasarkan Jenis Teh
Gambar 4. Hasil Warna Serbuk Jenis Teh Terhadap Sifat Serbuk Effervescent
Berdasarkan gambar 4 dapat disimpulkan bahwa teh oolong memiliki warna
serbuk dengan tingkat kecerahan yang paling tinggi yaitu sebesar 52.8 sedangkan
tingkat kecerahan serbuk yang paling rendah dimiliki oleh teh hitam sebesar 46.1
serta teh hijau tingkat kecerahan serbuk sebesar 51.6. Hal ini menunjukkan bahwa
teh oolong dan hijau memiliki warna yang tingkat kecerahannya mendekati putih
sedangkan teh hitam tingkat kecerahannya mendekati hitam/gelap. Perbedaan
warna dari masing-masing serbuk dipengaruhi oleh jenis teh yang digunakan serta
proses pemanasan yang terjadi selama pembuatan serbuk teh. Secara fisik warna
teh hitam lebih gelap dibandingkan teh oolong ataupun teh hijau. Rizal dkk (2014)
menyatakan selain itu selama pemanasan, gugus gula pada Kristal putih
mengalami browning dari gula Kristal putih berwarna putih dengan tingkat
kecerahan yang cenderung tinggi akan berubah seiring dengan proses pemanasan
yang akan cenderung berwarna coklat. Selain itu, juga dapat disebabkan oleh tanin
alami yang larut dalam air dan memberikan warna pada air, warna larutan tanin
bervariasi dari warna terang sampai warna merah gelap atau coklat, karena setiap
tanin memiliki warna yang khas tergantung sumbernya. Terjadi penyimpangan
pada warna teh oolong yang memiliki tingkat kecerahan tinggi dibandingkan
dengan teh hijau. Hal ini dimungkinkan pada saat pemanasan pembuatan serbuk
teh hijau lebih lama dibanding teh oolong sehingga tingkat kecerahannya lebih
rendah. Namun perbedaan antara kedua perlakuan ini tidak terlalu signifikan.
64
62
59.9 60.1 59.9
59.6 59.8
60
Nilai Lightness
58.7
58 57 57 57.2 1:01
01:01.5
56
1:02
54
52
50
Teh Hijau Teh Oolong Teh Hitam
Perlakuan Berdasarkan Konsentrasi Asam
Gambar 5. Hasil Warna Serbuk Konsentrasi Asam Terhadap Sifat Serbuk
Effervescent
Berdasarkan gambar 5 dapat disimpulkan bahwa teh hijau memiliki
tingkat kecerahan yang paling tinggi untuk semua formulasi dibandingkan dengan
teh oolong ataupun teh hitam. Sedangkan teh hitam memiliki tingkat kecerahan
paling rendah. Namun berdasarkan penambahan konsentrasi asam sitrat:asam
tartarat dari semua perlakuan bahwa penggunaan perbandingan bahan tambahan
seperti asam sitrat dan asam tartarat tidak terlalu mempengaruhi dari tingkat
kecerahan sampel. Hal ini dikarenakan warna antara kedua asam yang digunakan
sama yaitu putih. Penambahan kedua zat tersebut dalam jumlah sedikit tidak
mempengaruhi tingkat kecerahan namun penambahan dalam jumlah yang relatif
besar akan mempengaruhi tingkat kecerahannya. Wahyuni (2005) menyatakan
bahan tambahan pangan dalam effervescent mix untuk pembuatan minuman
serbuk effervescent teh berbentuk hablur berwarna putih. Warna putih dari serbuk
Na-bikarbonat, asam sitrat, dan asam tartarat ketika ditambahkan akan menutupi
warna asli dari serbuk teh. Semakin banyak penambahan effervescent mix maka
semakin cerah warna serbuk effervescent teh.
4.2.3 Warna Larutan
Warna merupakan faktor yang menarik perhatian konsumen dan paling
cepat memberikan kesan disukai atau tidak disukai (Soekarto, 1985). Dalam
menetukan warna suatu produk pangan dilakukan pengujian secara fisik
menggunakan alat ataupun pengujian secara fisik oleh organoleptik manusia
misalnya uji penerimaan atau pembedaan. Apriyana (2014) menyatakan bahwa uji
penerimaan menyangkut penilaian seseorang akan suatu sifat atau kualitas suatu
bahan yang menyebabkan orang menyenangi. Namun pengujian menggunakan
instrument fisik (manusia) memiliki nilai mutu subjektif.
6
5
Nilai Warna Larutan (+)
4
3
3
2
2
0
Teh Hijau Teh Oolong Teh Hitam
Perlakuan Berdasarkan Jenis Teh
Gambar 6. Hasil Warna Larutan Jenis Teh Terhadap Sifat Serbuk Effervescent
Berdasarkan gambar 6 dapat disimpulkan bahwa teh hijau memiliki warna
larutan yang relatif lebih cerah sedangkan teh hitam memiliki warna yang relatif
lebih gelap. Semakin benyak nilai positif (+) menunjukkan larutan semakin gelap.
Perbedaan warna dari masing-masing larutan dipengaruhi oleh jenis teh yang
digunakan serta proses pemanasan yang terjadi selama pembuatan serbuk teh.
Secara fisik warna teh hitam lebih gelap dibandingkan teh oolong ataupun teh
hijau. Rizal dkk (2014) menyatakan selain itu selama pemanasan, gugus gula pada
Kristal putih mengalami browning dari gula Kristal putih berwarna putih dengan
tingkat kecerahan yang cenderung tinggi akan berubah seiring dengan proses
pemanasan yang akan cenderung berwarna coklat. Selain itu, juga dapat
disebabkan oleh tanin alami yang larut dalam air dan memberikan warna pada air,
warna larutan tanin bervariasi dari warna terang sampai warna merah gelap atau
coklat, karena setiap tanin memiliki warna yang khas tergantung sumbernya.
Pengujian tingkat kecerahan larutan dilakukan secra subjektif sehingga dianggap
kurang valid. Perubahan warna larutan dipengaruhi langsung oleh warna serbuk.
6
5
5
Nilai Warna Larutan (+) 4 4
4
3 3 3 1:01
3
2 2 2 01:01.5
2 1:02
1
0
Teh Hijau Teh Oolong Teh Hitam
Perlakuan Berdasarkan Konsentrasi Asam
Gambar 5. Hasil Warna Larutan Konsentrasi Asam Terhadap Sifat Serbuk
Effervescent
Berdasarkan gambar 6 dapat disimpulkan bahwa teh hijau dengan
perbandingan 1:2 memiliki warna larutan yang gelap begitupula dengan sampel
teh oolong dimana perbandingan 1:2 menghasilkan warna larutan paling gelap.
Sedangkan teh hitam dengan perbandingan 1:1.5 memiliki warna yang paling
gelap. Semakin benyak nilai positif (+) menunjukkan larutan semakin gelap. Hal
ini menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi asam tartarat memberikan
pengaruh perubahan warna pada larutan menjadi lebih gelap dan keruh. Asam
sitrat mempunyai kelarutan yang tinggi dalam air dan mudah diperoleh dalam
bentuk granul (Ansel, 2005). Sedangkan asam tartrat pada konsentrasi tertentu
juga mempunyai daya larut yang lebih baik dibanding asam sitrat (Mohrle, 1989).
4.2.4 Kelarutan
Kelarutan adalah kuantitas maksimal suatu zat kimia terlarut (solut) untuk
dapat larut pada pelarut tertentu membentuk larutan homogen. Kelarutan suatu zat
dasarnya sangat bergantung pada sifat fisika dan kimia solut dan pelarut pada
suhu, tekanan dan pH larutan (Martin dkk, 1993). Waktu larut merupakan salah
satu sifat fisik sediaan effervescent yang khas, dimana sediaan effervescent yang
baik memiliki waktu larut 1-2,5 menit (Wehling dan Fred, 2004). Pada praktikum
pembuatan effervescent teh dilakukan pengukuran tingkat kelarutan atau waktu
larut masing-masing effervescent teh yang dihasilkan dari berbagai jenis teh dan
dengan konsentrasi asam yang berbeda-beda.
80 72
70
60 51
Nillai Kelarutan
50 42
40
30
20
10
0
Teh Hijau Teh Oolong Teh Hitam
Perlakuan Berdasarkan Jenis Teh
Gambar 8. Hasil Kelarutan Jenis Teh Terhadap Sifat Serbuk Effervescent
Berdasarkan gambar 8, dapat disimpulkan bahwa teh oolong memiliki
tingkat kelarutan tinggi yaitu dengan waktu larut selama 42 sekon, dan jenis teh
yang memiliki waktu paling lama untuk larut pada teh hijau dengan waktu larut
selama 72 sekon, serta teh hitam memiliki waktu larut selama 51 sekon. Dari
ketiga jenis teh tersebut sebenarnya telah sesuai dengan literatur bahwa waktu
larut merupakan salah satu sifat fisik sediaan effervescent yang khas, dimana
sediaan effervescent yang baik memiliki waktu larut 1-2,5 menit (Wehling dan
Fred, 2004). Waktu larut serbuk teh ini dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk
partikel dari teh instan yang dihasilkan, semakin kecil ukuran partikel, maka
tingkat kelarutannya akan semakin besar (Martin, 1993).
140
117 117
120
97
100 91 86 90
Nilai Kelarutan
84
77 78
80
1:01
60
01:01.5
40
1:02
20
0
Teh Hijau Teh Oolong Teh Hitam
Perlakuan Berdasarkan Konsentrasi Asam
Gambar 9. Hasil Kelarutan Konsentrasi Asam Terhadap Sifat Serbuk
Effervescent
Berdasarkan gambar 9 dapat disimpulkan bahwa teh hijau memiliki
kelarutan paling tinggi yaitu pada formulasi 1:2 untuk perbandingan asam
sitrat:asam tartar , pada teh jenis oolong formulasi 1:1.5 dan 1:2 memiliki
kelarutan yang hampir sama dan yang paling lama itu adalah pada formulasi 1:1,
sedangkan pada teh jenis teh hitam yang memiliki kelarutan tinggi yaitu pada
formulasi 1:1.5 dan yang paling rendah adalah formulasi 1:2. Semakin rendah atau
semakin pendek waktu yang digunakan untuk melarutkan serbuk effervescent,
maka tingkat kelarutannya akan semakin tinggi, begitu juga sebaliknya. Secara
umum disini nilai formulasi asam dan basa tidak berpengaruh secara nyata karena
sesungguhnya sifat dari asam dan basanya itu sama-sama meningkatkan daya
kelarutan yang disebabkan oleh sifatnya yaitu higroskopis, hal ini didukung oleh
pernyataan Martindale (1989) dalam Kusnadhi (2003), natrium bikarbonat, asam
sitrat dan asam tartarat bersifat higroskopis dan memiliki tingkat kelarutan yang
cukup tinggi. Sifatnya yang higroskopis sangat mudah untuk mengikat air di
udara, maka penyimpanan perlu diperhatikan misalnya dengan penyimpanan
vakum atau kedap udara. Selain dipengaruhi oleh sifat-sifat dari bahan-bahan
yang digunakan untuk membuat effervescent dari teh, kelarutan juga dipengaruhi
oleh ukuran partikel bahan yang digunakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Martin (1993), bahwa ukuran dan bentuk juga akan berpengaruh terhadap
kelarutan partikel. Semakin kecil ukuran partikel, maka tingkat kelarutan akan
semakin besar.
4.2.5 pH
Pengujian kadar keasaman merupakan salah satu pengujian yang di gunakan
pada produk pangan maupun produk minuman. Pengujian kadar keasaman ini
berguna untuk menentukan daya simpan produk. Pengujian pH dilakukan
menggunakan pH meter, kertas lakmus atau pH Universal.
8 7
7
6 5 5
5
Nilai pH 4
3
2
1
0
Teh Hijau Teh Oolong Teh Hitam
Perlakuan Berdasarkan Jenis Teh
Gambar 10. Hasil pH Jenis Teh Terhadap Sifat Serbuk Effervescent
Berdasarkan gambar 10 dari hasil pengamatan yang dilakukan, kadar pH teh
hijau dan teh oolong memiliki nilai yang sama yaitu nilai 5 yang artinya sedikit
asam, sedangkan teh hitam memiliki nilai pH sebesar 7 yang artinya nilai
keasaman netral. Berdasarkan literatur pH dalam larutan effervescent ekstrak teh
hijau dan teh hitam akan berpengaruh pada kelarutan dan stabilitasnya. EGCG
memiliki kelarutan yang baik pada pH 5-7 (Kellar dkk, 2005). Sehingga dari hasil
praktikum yang di lakukan tidak terjadi penyimpangan. Hal ini dikarenakan
natrium bikarbonat akan memberikan pengaruh yang lebih dominan terhadap pH
larutan dibanding asam tartrat dan asam sitrat.
6.2 6 6 6 6
6
5.8
5.6
Nilai pH
5.4 1:01
5.2 5 5 5 5 5 01:01.5
5
1:02
4.8
4.6
4.4
Teh Hijau Teh Oolong Teh Hitam
Perlakuan Berdasarkan Konsentrasi Asam
2.45
2.4 2.4
2.4
Nilai Derajat Brix
2.35
2.3 2.3
2.3 1:01
2.25 01:01.5
2.2 2.2 2.2 2.2 2.2
2.2 1:02
2.15
2.1
Teh Hijau Teh Oolong Teh Hitam
Perlakuan Berdasarkan Konsentrasi Asam
Gambar 13. Hasil Derajat Brix Konsentrasi Asam Terhadap Sifat Serbuk
Effervescent
Berdasarkan gambar 13 dapat diketahui bahwa serbuk teh effervescent
untuk teh hijau dengan penambahan asam sitrat:asam tartat yaitu dengan
perbandingan 1:1 dan 1:2 didapatkan nilai derajat brixnya adalah 2.3 sedangkan
untuk perbandingan 1:1.5 didapatkan nilai derajat brix 2.2. Sedangkan nilai
derajat brix teh oolong dengan perbandingan 1:1 dan 1:2 didapatkan nilai derajat
brix yang sama yaitu 2.2 sedangkan untuk perbandingan 1:1.5 didapatkan nilai
2.4 dan untuk serbuk effervescan untuk teh hitam untuk perbandingan asam sitrat
dan asam tartat dengan perbandingan 1:1 didapatkan nilai derajat brixnya yaitu
2.4 sedangkan untuk perbandingan 1:1.5 dan 1:2 didapatkan hasil yang sama yaitu
2.2. Dari hasil nilai derajat brix yang sudah dilakukan pengukuran dapat diketahui
bahwa hasilnya tidak jauh berbeda dari jenis teh satu dengan teh yang satunya
meskipun serbuk teh effervescan tersebut sudah ditambah dengan asam sitrat
maupun asam tartat.
Hasil penambahan asam sitrat dan asam tartat pada serbuk teh effervescan
dengan jenis teh yang berbeda-beda bahwa tidak mempengaruhi jumalah padatan
terlarutnya namun yang mempengaruhi jumlah padatan terlarutnya adalah natrium
bikarbonat karena bahan tersebut bisa memperbaiki rasa dari teh menjadi lebih
segar sehingga mempengaruhi jumlah padatan terlarutnya. Hasil tersebut sesuai
dengan literatur yang ada menurut (Murdianto dan Syahrumsyah, 2012)
penambahan natrium bikarbonat dalam sediaan effervescent dapat meningkatkan
kadar total padatan terlarut dan dapat memperbaiki rasa.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi keempat. Jakarta. UI
Press. Halaman: 217-218. Aruan, B.S. (2008).
Apriyana, Ika. 2014. Pengaruh Penambahan Tepung Kepala Ikan Lele (Clarias
sp) dalam Pembuatan Cilok terhadap Kadar Protein dan Sifat
organoleptiknya. Jurnal Public Health Vol 3(2).
Banker, G.S. dan Anderson, N.R.1994. Tablet In the Theory and Practice of
Industrial Pharmacy. Ed III, Diterjemahkan Oleh Siti Suyatmi, Jakarta: UI
Press.
Diding Suhandy. 2008. Penentuan Bahan Kering Sawo Secara tidak Merusak
Menggunakan NIR Spectroscopy. Lampung: Fakultas Pertanian Universitas
Lampung
Kania, W., Andriani, M., Siswanti. 2015. Pegaruh Variasi Rasio Bahan Pengikat
Tehadap Karakteristik Fisik dan Kimia Granul Minuman Fungsional Instan
Kecambah Kacang Komak (Lablab purpureus L sweet). Jurnal Teknosains
Pangan Vol 4(3): 16-29.
Kellar, S., Poshini, F., He, L., Penzotti, S., Bedu-Addo, F., and Payne, K.. 2005.
Preformulation Development Studies To Evaluate the Properties of
Epigallocatechin Gallate (EGCG). Cardinal Health Pharmaceutical
Development; NJ08873.
Kusnadhi, dkk. 2003. Mikrobiologi Common TextBook (Edisi Revisi) JICA.
Bandung:FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.
Liliana, W. 2005. Kajian Proses Pembuatan The Herbal Seledri (Apium
graveolens L.) Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Marti, Alferd. 1993. Farmasi Fisik Jilid I Edisi III. Jakarta: UI-Press.
Mohrle, R.1989. Effervescent Tablets. in Lieberman, H.A, Lachman,L.(eds),
Pharmaceutical Dosage Form Tablet, vol I, 287, 289, 295.
Murdianto, W. & Syahrumsyah, H. 2012. Penaruh Natrium Bikarbonat Terhadap
Kadar Vitamin C Total Padatan Terlarut dan Nilai Sensoris dari Sari Buah
Nanas Berkarbonasi. Jurnal Teknologi Pertanian: 2-5.
Parrot, E.L., 1971. Pharmaceutical Technology : FundamentalPharmaceutic., 3rd
Edition, Minneapolis: Burgess Publishing Company
Pulungan, M. H., Suprayogi dan B. Yudha. 2004. Effervescent Tanaman Obat.
Surabaya : Trubus Agrisarana.
Rizal, D., dan Putri, W, D. 2014. Pembuatan Serbuk Effervescent Miana (Coleus
L benth) : Kajian Konsentrasi Dekstrin dan Asam Sitrat Terhadap
Karakteristik Serbuk Effervescent. Jurnal Pangan dan Adroindustri Vol
2(4): 210-219.
Rohdiana, D. 2002. Aktivitas Daya Tangkap Radikal Polifenol Dalam Daun Teh.
Majalah Indonesia. Jurnal Indonesia hal 8,17-23.
Smith. J.1991. Food Additif User’s Handbook. New York: Blackie and Sons, Ltd.
Soekarto. 1985. Penilaian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil
Pertanain. Jakarta: Bharata Karya Aksara.
Wehling and Fred. 2004. Effervescent Composition Including Stevia. New York.
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum pembuatan teh effervescant dari berbagai jenis
teh dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Warna larutan dari teh instan yang paling bagus atau yang paling terang yaitu
teh hitam dengan tingkat kecerahan +5
2. Teh instan yang berasal dari teh oolong tingkat kelarutannya yang paling
cepat dibandingkan teh hitam dan teh hijau yaitu dengan tingkat kecepatan 42
detik
3. pH teh hitam yang dihasilkan memiliki tingkat keasaman rendah
dibandingkan hasil pH dari teh oolong dan teh hijau
4. Nilai derajat brix untuk teh hijau dan hitam yaitu sama yang bernialai 3 dan
nilai kisaran derajat brix untuk 3 jenis teh yang digunakan yaitu 2,8-3 yaitu
hampir sama semua
5. Rendemen yang paling banyak dihasilkan yaitu dari teh hijau sebesar
berjumlah 50 %
6. Rendemen teh effervescent yang sudah ditambah asam yang paling tinggi
tedapat pada teh hijau sebesar 98,92%
7. Warna larutan yang paling bagus untuk teh yang sudah ditambah dengan
effervescent mix yaitu pada teh hijau dengan nilai +5
8. Tingkat kelarutan teh effervescent yang paling cepat larut yaitu teh hijau
dengan waktu larut selama 77 detik
9. pH dari teh effervescent yang ditambah asam tartrat dan asam tartat hasilnya
tidak cukup berpengaruh karena kasilnya dari ketiga jenis teh sama yaitu ph 6
asam
10. Hasil dari derajat brix dari teh yang sudah ditambah asam hasilnya tidak
berpengaruh pada nilai akrir derajat brixnya karena hasilnya hampir sama
antara teh tanpa ditambah asam.
5.2 Saran
Praktikum yang akan datang diharapkan semua mahasiswa dapat mengikuti
praktikum denganteliti dan memperhatikan tiap proses tahapan praktikum.
Sehingga setelah praktikum bisa paham apa yang sudah dipraktikumkan.