Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PATOGEN YANG MENYERANG IKAN MAS ( Cyprinus carpio)

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK II

Ketua : Maulidia [G0218341]

Anggota : Rahmania [G0218339] Fika Nurul Ismi [G0218301]


Layla Syakiah [G0218503] Apdal [G0218363]
Anna Najilil Ani [G0218325] Ratno [G0218355]
Hajriani Askari [G0218323] Ansarullah [G0218327]
Nurfadilah Hafid [G0218311] Islamiah [G0218319]
Ahyat Albar [G0218331] Fadlan [G0218329]
Nenny Tiana [G0218343] Aswin [G0218347]
Nurwahidah S. Dahlan [G0218349] Hilal [G0218307]

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR


FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
2020

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini yang berjudul "Patogen Yang Menyerang Ikan Mas (Cyprinus
carpio)" untuk memenuhi tugas mata kuliah Parasit dan Penyakit Ikan, dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu bahan belajar yang baik.
Atas selesainya makalah ini kami ucapkan banyak terimakasih kepada Bapak
Firmansyah Bin Abd Jabbar, S.Pi., M.Sc selaku dosen pengampu mata kuliah Parasit
dan Penyakit Ikan, yang telah membimbing kami untuk menyelesaikan makalah kami
serta teman-teman yang berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini dan untuk orang
tua kami yang telah membantu kami untuk bisa menyelesaikan tugas kuliah kami.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena. Oleh kerena itu, kami
harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk perbaikan makalah ini.

Majene 05 Desember 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

MAKALAH..............................................................................................................................i

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................................1

PENDAHULUAN....................................................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................................2

C. Tujuan..........................................................................................................................3

D. Manfaat........................................................................................................................3

BAB II......................................................................................................................................4

PEMBAHASAN......................................................................................................................4

A. Ikan Mas (Cyprinus carpio)..........................................................................................4

B. Karakteristik Phatogen Yang Menyerang Ikan Mas.....................................................6

C. Gejala Klinis ikan yang terinfeksi pathogen..................................................................10

D.Faktor penyebab ikan terinfeksi pathogen......................................................................13

E. Pola Penanganan infeksi patogen..................................................................................14

BAB III..................................................................................................................................19

PENUTUP..............................................................................................................................19

A. KESIMPULAN.............................................................................................................19

B. KRITIK DAN SARAN..............................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................20

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ikan mas (Cyprinus carpio) merupakan jenis ikan konsumsi air tawar,
berbadan memanjang pipih kesamping dan lunak. Ikan mas sudah dipelihara
sejak tahun 475 sebelum masehi di Cina. Di Indonesia ikan mas mulai
dipelihara sekitar tahun 1920. Ikan mas yang terdapat di Indonesia merupakan
ikan mas yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang. Ikan mas Punten
dan Majalaya merupakan hasil seleksi di Indonesia. Sampai saat ini sudah
terdapat 10 ikan mas yang dapat diidentifikasi berdasarkan karakteristik
morfologisnya (Pujiatmoko, 2008). Budidaya ikan mas di indonesia banyak di
lakukan, baik budidaya pembesaran di kolam, sawah, waduk, maupun di
keramba di perairan umum. Ikan mas mempunyai sifat unggul di antaranya,
mudah dalam pemeliharaan, pertumbuhannya cepat dan mempunyai nilai
ekonimis, sehingga banyak di budidayakan.
Banyak kendala yang dapat mempengaruhi keberhasilan budidaya ikan
mas dimana kendala utama yang perlu di perhatikan adalah munculnya
serangan penyakit. Penyakit ikan merupakan salah satu masalah serius yang
dihadapi oleh para pembudidaya karena berpotensi menimbulkan kerugian
yang sangat besar. Kerugian yang terjadi dapat berupa peningkatan kematian
ikan. Selain itu, serangan penyakit dapat menyebabkan penurunan kualitas
ikan sehingga secara ekonomis berakibat pada penurunan harga jual
(Mariyono, 2002). Sistem budidaya perikanan air tawar yang hingga kini telah
mencapai tahap intensifikasi tidak terlepas dari resiko biologis, yaitu
munculnya penyakit (Suhermanto, 2011). Timbulnya penyakit pada ikan yang
umumnya terjadi karena adanya interaksi antara ikan, patogen dan lingkungan
(Sari, 2012).Pada berbagai sistem budidaya perikanan, penyakit pada ikan

1
budidaya banyak disebabkan oleh jamur, parasit, virus dan bakteri (Sumino,
2013). Penyakit bakterial pada ikan merupakan salah satu penyakit yang dapat
menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Selain dapat mematikan ikan,
penyakit ini dapat mengakibatkan menurunnya kualitas daging ikan yang
terinfeksi. Penyakit ini dapat menyebabkan sistemik yang menimbulkan
kematian ikan yang tinggi (Lukustyowati, 2012).
Ada beberapa jenis penyakit atau bakteri yang biasa menyerang Ikan
Mas (Cyprinus carpio) salah satunya yaitu dari jenis virus dan bakteri. Jenis
virus yang menyerang ikan Mas (Cyprinus carpio) yaitu Koi herpes virus
(KHV) yang merupakan penyakit virus yang menginfeksi ikan koi dan ikan
mas. Penyakit KHV ini sering disebut sebagai penyakit herpes pada ikan.
Penyakit ini dapat diartikan sebagai salah satu penyakit ikan yang hanya
menginfeksi dan dapat menyebabkan kematian massal pada ikan koi dan ikan
mas. Penyakit ini sangat menular dan dapat menyebabkan kematian hingga
85-100% pada semua umur atau ukuran ikan, dan bakteri Aeromonas
salmonicida merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk batang pendek, tidak
memiliki motil, tidak membentuk spora, tidak membentuk kapsul, aerob,
katalase positif, oxidase positif, menghasilkan enzim galatinase, tampak
seperti rantai berpasangan, berwarna putih, berbentuk bulat (circulair) dengan
permukaan cembung (convex) (Anonim, 2007)

B. Rumusan Masalah
1. Jenis penyakit apa saja yang menyerang ikan Mas..!
2. Bagaimana gejala yang ditimbulkan akibat dari infeksi patogen tersebut
pada ikan Mas..!
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi hingga terjadi infeksi patogen pada
ikan Mas..!
4. Bagaimana cara untuk menangani penyakit yang terjadi pada ikan Mas..!

2
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Untuk memenuhi tugas matakuliah penyakit dan parasit ikan
2. Untuk mengetahui jenis penyakit atau patogen yang menyerang ikan Mas
3. Untuk mengetahui dampak atau gejala yang di timbulkan dari infeksi
penyakit tersebut
4. Untuk mengetahui faktor penyebab infeksi patogen
5. Untuk mengetahui cara penanganan ikan yang terserang penyakit

D. Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah sebagai bahan pelajaran bagi pembaca
mengenai penyakit yang menyerang ikan budidaya serta karakteristik dari
bakteri atau virus yang menyerang ikan, untuk mengetahui gejala yang di
timbulkan dari infeksi patogen dan untuk mengetahui pola penanganannya.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ikan Mas (Cyprinus carpio)


a. Klasifikasi ilmiah ikan Mas( Cyprinus corpio)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopteri
Ordo : Cypriniformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio (Linnaeus, 1758)

b. Morfologi ikan mas (Cyprinus corpio)


Adapun karakteristik morfologi ikan mas, sebagai berikut:
1. Secara umum ikan mas mempunyai tubuh Bilateral Simetris. Yang artinya,
tubuhnya terdiri dari dua belahan yang sama. Dan jika tubuh ikan mas
dibelah, maka hasil kedua belahan sama.

2. Bentuk tubuh ikan ini cenderung memanjang. Selain itu, ia juga memipih
tegak atau dikenal dengan istilah comprossed.

4
3. Mulut ikan mas ada pada bagian tengah ujung kepala terminal atau berada
tepat di ujung hidung. Mulut tersebut bisa disembulkan atau dikenal
dengan istilah protaktil.

4. Pada wilayah anterior mulut ikan mas terdapat dua pasang sungut.

5. Adapun pada ujung dalam mulutnya, dijumpai gigi kerongkongan atau


pharyngeal teeth. Gigi ini terdiri atas tiga baris gigi geraham.

6. Umumnya hampir semua tubuh ikan mas tertutupi sisik. Namun perlu juga
disebutkan, ada beberapa varietas yang sisiknya sedikit.

7. Jika dicermati, sisik pada ikan mas cenderung berukuran besar Sisik ini
termasuk sisik jenis sikloid atau lingkaran.

8. Sisik ini juga digolongkan sebagai Ctenoid yakni sisik dengan bentuk
layaknya sisir. Bentuk ini lazim ditemui pada ikan dengan jari-jari sirip
yang keras.

9. Bentuk sirip ekor pada ikan mas dikenal dengan istilah emarginate yakni
berpinggiran berlekuk tunggal. Dorsal atau sirip punggung ikan mas agak
memanjang. Bagian belakangnya memiliki jari kera dan di bagian akhir
yakni pada sirip ketiga juga keempat, jari tersebut menjadi bergerigi.

10. Letak sirip punggung pada ikan ini agak berseberangan dengan ventral
atau permukaan sirip perutnya.

11. Sirip perut ini cenderung dekat dengan sirip dada atau subabnominal.

12. Pada sirip dada ikan mas, dijumpai operculum dan properkulum.

13. Adapun sirip pada duburnya (anal) memiliki ciri layaknya sirip punggung.
Berjari keras dan pada bagian akhirnya sirip berubah bergerigi.

5
14. Pada lina lateralis/gurat isi/garis rusuk ikan mas digolongkan lengkap.
Lina lateralis ini ada pada pertengahan tubuh. Bentuknya melintang, mulai
dari bagian tutup insang hingga ke ujung belakang area pangkal ekor.

15. Organ Insang ikan mas terdiri atas tapis insang, tulang lengkung insang
serta lembaran daun insang.

16. Ikan mas tidak mempunyai lambung. Oleh sebab itu ia menggunakan
lambung palsu. Lambung ini berfungsi untuk menampung makanan.

Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan tawar yang


airnya tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di
pinggiran sungai atau danau. Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan
ketinggian 150–600 meter di atas permukaan air laut (dpl) dan pada suhu 25-
30 °C.

B. Karakteristik Phatogen Yang Menyerang Ikan Mas


1. Koi Herpes virus (KHV)
a. Pengertian KHV (Koi Herpes Virus)
Koi Herpes virus (KHV) adalah penyakit virus yang menginfeksi ikan
koi dan ikan mas. Penyakit KHV ini sering disebut sebagai penyakit herpes
pada ikan. Penyakit ini dapat diartikan sebagai salah satu penyakit ikan
yang hanya menginfeksi dan dapat menyebabkan kematian massal pada
ikan koi dan ikan mas. Penyakit ini sangat menular dan dapat menyebabkan
kematian hingga 85-100% pada semua umur atau ukuran ikan.
Individu yang bertahan hidup pada saat terjadinya wabah umumnya
akan menjadi resistant terhadap infeksi berikutnya. Namun ketahanan
tersebut tidak menunjukkan adanya transfer kepada keturunannya (Taukhid,
2010). Koi Herpesvirus (KHV) merupakan penyakit viral yang menginfeksi
ikan koi dan ikan mas dan bersifat sangat menular. Penyakit ini dipicu oleh
penurunan suhu lingkungan sehingga disebut sebagai virus yang

6
menginfeksi saat dingin (a cold virus). Koi Herpesvirus dapat menginfeksi
pada semua umur inang dan semua sistem budidaya. Infeksi ini bisa
menyebabkan kematian yang tinggi mencapai 100% dalam waktu singkat
(Nuryati, 2008).
b. Mekanisme Infeksi Koi Herpes Virus (KHV) terhadap Ikan Koi
Tahapan Mekanisme penginfeksian KHV antara lain sebagai berikut :
Tahapan pertama terjadinya infeksi yaitu dimana reseptor mulai mengenali
virus tersebut pada lapisan membran plasma.
Proses berikutnya adalah penetrasi yaitu masuknya partikel virus kedalam
sel inang (Host) kemudian virus akan melepas bagian luar yang melapisi
tubuhnya untuk masuk kedalam membran plasma.
Berikutnya terjadi proses transcription yaitu virus mulai membuat
rekaman untuk mRNA yang selanjutnya akan diterjemahkan sebagai
protein.
Proses selanjutnya DNA virus akan memperbanyak diri keluar dari sel dan
menginfeksi sel lain (Setyorini et al.,2008). Virus KHV masuk kedalam
tubuh hospesnya melalui insang, kulit yang ditutupi sirip dan melalui
tubuh ikan.
 Virus yang berhasil masuk kedalam tubuh ini kemudian akan menyebar
secara sistemik dari kulit ataupun insang ke dalam organ internal hospes
seperti pada organ ginjal, limfa, hati, usus, dan jaringan.
Pada pemeriksaan ultra dari eksperimen ikan yang terinfeksi telah
memberikan bukti pematangan atau perkembangan virion virus ini terjadi
pada inti sel yaitu pada sitoplasma. Pada awal infeksi akan terjadi sekresi
lendir yang berlebihan hal ini dikarenakan adanya keterlibatan aktif dari kulit
hospes dalam patogenesis virus ini. Setelah virus kini menginfeksi daerah
lainnya dan mengakibatkan terjadinya kerusakan maka virus ini sebagian ada
yang keluar dari tubuh hospes dan ada yang dorman tetap berada di dalam

7
tubuh hospesnya. Pengeluaran virus KHV pada hospes melalui urin dan feses.
Urin dan feses yang dikeluarkan oleh ikan yang sudah terinfeksi ini dapat
menular pada ikan lain disekitarnya/pada satu kolam tersebut (Adkison et al.,
2005).
2. Aeromonas salmonicida
a. Klasifikasi dan morfologi Aeromonas salmonicida
Aeromonas salmonicida merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk
batang pendek, tidak memiliki motil, tidak membentuk spora, tidak
membentuk kapsul, aerob, katalase positif, oxidase positif, menghasilkan
enzim galatinase, tampak seperti rantai berpasangan, berwarna putih,
berbentuk bulat (circulair) dengan permukaan cembung (convex) (Anonim,
2007).

gambar Aeromonas salmonicida (Sumber: Cipriano and Bullock, 2001)


Keterangan gambar :
A : A-Layer (Dinding sel)
OM : Outer membrane (Membran luar)
R : Rigid layer (Membran kaku)
PM : Plasma membrane (Membran plasma)
B : Pili like appendages (Kaki jalan berupa Pili)

8
Cipriano dan Bullock (2001) menyebutkan bahwa A. salmonicida
diklasifikasi sebagai berikut :
Superkingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gammaproteobacteria
Ordo : Aeromonadales
Famili : Aeromonadaceae
Genus : Aeromonas
Spesies : A. salmonicida
Bakteri A. salmonicida memiliki banyak subspesies yang masing-masing
memberikan sifat dan patogenitas yang berbeda. Selain membagi secara
taksonomi, A. salmonicida juga dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan
karakteristiknya yaitu tipikal dan atipikal (Cipriano dan Bullock, 2001). Strain
tipikal mempunyai karakteristik yang homogen sifat morfologi dan
biokimianya. Strain atipikal mempunyai karakteristik memiliki banyak variasi
dari sifat fisiologi, biokimia dan serologi serta ketahanan terhadap antibiotik
(Cipriano dan Bullock, 2001).
b. Karakteristik Aeromonas salmonicida
Anonim (2007) menyebutkan bahwa sifat biokimia A. salmonicida
adalah: anaerob fakultatif, oxidase (+), katalase (+), dan sedikit menghasilkan
asam pada gula tertentu. Morfologi koloni bakteri A. salmonicida pada
medium standar (TSA dan BHIA) :
 Warna : Putih
 Bentuk : Bulat (Circulair)
 Permukaan : Cembung (Convex)
 Uji Biokimia : menghasilkan in ndol dan laktosa, menghasilkan enzim
gelatinase

9
 Pada medium Furunculosis Agar (FA) membentuk pigmen, terutama
untuk subspesies salmonicida
Bakteri ini tidak dapat hidup lama tanpa inangnya dan suhu optimal bagi
pertumbuhannya antara 22-28oC, sedangkan pada suhu 35oC
pertumbuhannya terhambat. Bakteri ini dapat dijumpai di lingkungan air tawar
maupun air laut dan dikenal sebagai penyebab penyakit furunculosis (Cipriano
dan Bullock, 2001).

C. Gejala Klinis ikan yang terinfeksi pathogen


1. Koi Herpes virus (KHV)
Adapun gejala yang ditimbulkan akibat infeksi khv yaitu produksi lendir
berlebih sebagai respon fisiologis terhadap kehadiran patogen, selanjutnya
produksi lendir menurun drastis sehingga tubuh ikan terasa kasat.

Insang berwarna pucat dan terdapat bercak putih atau coklat yang
sebenarnya kematian sel-sel insang atau “gill necrosis”, selanjutnya menjadi
rusak, geripis pada ujung tepi insang dan akhirnya membusuk. Secara
mikroskopis menunjukkan adanya kerusakan jaringan yang serius serta
kematian sel yang berat, pendarahan (hemmorraghe) di sekitar pangkal dan
ujung sirip serta permukaan tubuh lainnya, sering pula ditemukan adanya kulit

10
yang melepuh atau bahkan luka yang diikuti dengan infeksi sekunder oleh
bakteri, jamur, dan parasit. Hati berwarna pucat, selanjutnya menjadi rusak,
ginjal (anterior dan posterior) berwarna pucat. Kematian terjadi antara 1-5 hari
setelah gejala awal dan kematian mencapai 100% dalam waktu singkat yaitu
5-7 hari pada suhu air 22-27o C (Setyorini et al., 2008).
Hasil pengamatan secara histopatologi pada organ otot ikan mas
(Cyprinus carpio) menunjukkan bahwa pada masing-masing sampel organ
otot memperlihatkan adanya perubahan histopatologi yang bervariasi mulai
dari perubahan ringan sampai perubahan yang berat (gambar 2).

Gambar 2. Morfologi otot A. Otot normal: a) epidermis, b) Stratum


spongiosum, c). stratum compactum, d) jaringan lemak, e. muscle tissue.
(Yuliastri et al., 2015) B. edema (bintang biru), degenerasi lemak (bintang
kuning), hiperplasia (panah merah), vakuolisasi (lingkaran hijau), dan
nekrosis (lingkaran hitam). C. edema (bintang biru), vakuolisasi (lingkaran
hijau), dan atropi (lingkaran kuning) (Dokumentasi, 2016). D. edema (bintang
biru), degenerasi lemak (panah merah), vakuolisasi (lingkaran hijau),
melanomakrofag (lingkaran hitam) dan nekrosis (bintang hijau)
(Dokumentasi, 2016)
2. Aeromonas salmonicida
Ciri-ciri ikan yang terserang bakteri A. salmonicida menunjukkan gejala
warna tubuh ikan yang berubah menjadi agak gelap, kemampuan berenang ikan
menurun, sirip menjadi geripis, ikan kehilangan nafsu makan, kulit ikan melepuh,

11
insang terlihat pucat keputih-putihan, mata ikan menjadi agak menonjol, dan
terjadi pendarahan pada kulit dan insang. Bila dibedah, maka organ-organ dalam
seperti usus, ginjal, hati dan limpa akan terlihat mengalami pendarahan (Kordi dan
Ghufran, 2004).
Gejala klinis yang tampak ketika Aeromonas sudah menyerang sistemik
(internal), dapat menyebabkan dropsy atau hydrops. Dropsy terjadi ketika aliran
cairan tubuh terhenti dan merembes keluar dari kapiler dan masuk ke dalam
jaringan, rongga tubuh dan rongga mata. Diagnosa berdasarkan sisik yang berdiri
atau menggembang yang biasanya disebabkan kerusakan pada hati dan ginjal
(Masada, 2000; Handayani dan Samsudari, 2005).

12
D.
F
a
kt
or

penyebab ikan terinfeksi pathogen

Adapun faktor penyebab terjadinya infeksi patogen yaitu:


 Populasi ikan dalam satu kolam
Banyaknya jumlah ikan dalam satu kolam dapat mempengaruhi tingkat
kestresan dari ikan. Ikan yang mengalami stress dapat mempengaruhi
kesehatan di dalam tubuh ikan.
 Tingkat Oksigen terlarut dalam air
Kandungan oksigen terlarut dalam air yang tinggi dapat mengurangi angka
kematian ikan. Semakin rendah kadar oksigen maka kemungkinan ikan
13
mengalami stress menjadi lebih besar sehingga akan memudahkan
terjadinya serangan KHV ini. Secara umum kandungan oksigen terlarut
dalam air normalnya adalah 4-6 ppm
 Kualitas air
Kualitas air yang jelek akan mempengaruhi kesehatan ikan. Tingginya
kandungan nitrit dan ammonia dalam air akan menyebabkan racun pada
ikan, sehingga kekebalan ikan akan menurun yang dapat menyebabkan
virus mudah masuk dan menginfeksi ikan
 Ikan yang sakit dalam satu kolam
Apaila terdapat ikan yang sakit atau mati maka harus segera dipisahkan
dari kolam dan segera mengubur atau memusnahkanya dengan cara di
bakar agar tidak menular pada ikan yang sakit
 Faktor manajemen
Seperti pakan dan perlakuan. Pemberian pakan yang mengandung nutrisi
lengkap dan vitamin akan mengurangi resiko terjadinya herpes virus,
karena kondisi ikan dengan kekebalan tubuh yang tinggi akan mampu
mencegah masuknya agen infeksi.

E. Pola Penanganan infeksi patogen


Upaya terhadap pencegahan penyebaran wabah KHV ikan-ikan sebelum
dibudidayakan dan ditransportasikan ataupun bahkan di pusat- pusat perikanan
budidaya dapat dilakukan dengan pemeriksaan sejak awal, untuk memastikan
ikan-ikan tersebut adalah sehat (tidak terinfeksi KHV) (Wasito et al., 2013).
Mengingat dampak yang ditimbulkan oleh serangan KHV mengakibatkan
kerugian yang besar dalam kegiatan produksi ikan mas, maka diperlukan
diagnosis secara tepat dan akurat dalam diagnosis penyakit.
Ikan Mas (Cyprinus carpio) yang telah terserang penyakit menimbulkan
gejala klinis akibat dari infeksi penyakit KHV dan bakteri Aeromonas
salmonicida tersebut di antaranya terjadi insang ikan berwarna pucat,

14
memproduksi lendir yang berlebih serta sirip ikan pun mengalami geripis,
nekrosis, hemorrage, dan bahkan dapat menyebabkan ikan tersebut mati, gejala-
gejala klinis infeksi KHV ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Taukhid et
al., (2004), dimana serangan KHV ditandai oleh insang berwarna pucat dan pada
infeksi berat terjadi kerusakan jaringan insang serta produksi lendir yang
berlebihan pada organ insang. Produksi lendir yang berlebihan pada akhirnya
akan menyebabkan keringnya insang dan menimbulkan iritasi yang selanjutnya
menyebabkan insang rentan terhadap infeksi oleh bakteri maupun jamur. Infeksi
oleh patogen-patogen ikutan ini dikenal dengan infeksi sekunder. Kematian masal
ikan akibat KHV pada akhirnya bukan hanya disebabkan oleh virus KHV tapi
merupakan kombinasi dengan patogen lain seperti bakteri dan jamur yang
memperparah infeksi awal/primer oleh virus KHV (Hendrick et al., 2000), hal ini
di sebabkan karena beberapa faktor yaitu kepadatan ikan dalam sebuah kolam
atau tambak, Banyaknya jumlah ikan dalam satu kolam dapat mempengaruhi
tingkat kestresan dari ikan. Ikan yang mengalami stress dapat mempengaruhi
kesehatan di dalam tubuh ikan sehingga imun tubuh menurun dan hal ini dapat
memicu penyakit atau parasit tersebut lebih mudah menyerang ikan budidaya.
Padat penebaran dan pemberian pakan yang berlebih pada saat
membudidayakan ikan juga akan mempengaruhi kualitas air, dan perlakuan yang
tidak sesuai juga akan menyebabkan kualitas air kolam budidaya akan menurun.
Hal ini dapat memicu ketersediaan kandungan oksigen terlarut dalam air, jika
Kandungan oksigen terlarut dalam air semakin rendah maka kemungkinan ikan
mengalami stress menjadi lebih besar sehingga akan memudahkan terjadinya
serangan KHV. Secara umum kandungan oksigen terlarut dalam air normalnya
adalah 4-6 ppm.

Kandungan oksigen terlarut dalam air yang melebihi batas normal atau
jauh di bawah batas normal hal itu dapat mempermudah proses penyerangan
bakteri atau virus pada ikan budidaya yang dapat memicu tingginya kandungan

15
nitrit dan ammonia dalam air akan menyebabkan racun pada ikan, karena kualitas
airnya menurun sehingga kekebalan ikan akan menurun yang dapat menyebabkan
virus mudah masuk dan menginfeksi ikan. Selain dari beberapa faktor tersebut
ada faktor utama yang menentukan seekor ikan tersebut bisa sakit yaitu dari salah
satu organisme budidaya kita sendiri yang mungkin sudah terserang penyakit
sehingga ikan yang ada di kolam budidaya juga ikut terserang, dan untuk
mencegah hal itu terjadi kita harus memisahkan ikan yang telah terserang
penyakit agar ikan yang lain tidak tertular.

Upaya terhadap pencegahan penyebaran wabah KHV ikan-ikan sebelum


dibudidayakan dan ditransportasikan ataupun bahkan di pusat- pusat perikanan
budidaya dapat dilakukan dengan pemeriksaan sejak awal, untuk memastikan
ikan-ikan tersebut adalah sehat (tidak terinfeksi KHV) (Wasito et al., 2013).
Mengingat dampak yang ditimbulkan oleh serangan KHV mengakibatkan
kerugian yang besar dalam kegiatan produksi ikan mas, maka diperlukan
diagnosis secara tepat dan akurat dalam diagnosis penyakit.

Perkembangan IPTEK dalam bidang biologi molekuler dengan teknik


Polymerase Chain Reaction (PCR) dapat membantu untuk mendeteksi virus
secara cepat dan tepat (Masri, 2013).Pemeriksaan histopatologi pada ikan dapat
memberikan gambaran perubahan jaringan ikan yang terinfeksi penyakit. Dalam
penentuan penyakit pada ikan, diagnosa penyakit merupakan langkah awal yang
perlu diterapkan. Pada proses diagnosa penyakit infeksi pada ikan, terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu, tanda-tanda klinis yang meliputi
tingkah laku, ciri-ciri eksternal maupun internal serta perubahan patologi. Untuk
mengetahui perubahan patologi pada ikan yang terserang penyakit, perlu
dilakukan pemeriksaan histologi untuk mendeteksi adanya komponen-komponen
patogen yang bersifat infektif melalui pengamatan secara mikro anatomi terhadap
perubahan abnormal pada tingkat jaringan (Asniatih et al., 2013).

16
Pencegahan dan pengobatan penyakit ikan dilakukan dengan cara
pengendalian terhadap lingkungan dan perlu diketahui hal-hal yang berhubungan
dengan timbulnya penyakit ikan. Kusumadewi (2015) menjelaskan bahwa otot
atau daging ikan merupakan bagian tubuh ikan yang umum dikonsumsi oleh
masyarakat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran histopatologi
otot ikan mas (Cyprinus carpio) yang terinfeksi Koi Herpes Virus (KHV) pada
kolam pemeliharaan ikan mas di BBI desa Babadan, Kecamatan Wlingi,
Kabupaten Blitar
Penyakit Koi herpes Virus sampai saat ini dilaporkan belum terdapat adanya
obat yang efektif membunuh virus ini sehingga Apabila Koi Herpes Virus (KHV)
sudah terlanjur menyerang ikan mas maka cara efektif yang harus dilakukan
adalah sebagai berikut :
 Berikan antibiotik untuk mengobati infeksi sekunder
 Lakukan pemisahan antara ikan yang sakit dengan ikan yang sehat (karantina
ikan)
 Menaikkan suhu air pada kolam karantina secara perlahan-lahan hingga 300
celcius. Herpes virus mampu bertahan pada suhu 22-27 derajat celcius,
dengan menaikkan suhu diharapkan virus tidak mampu bertahan hidup.
Namun, kenaikan suhu air menjadi 30 derajat harus dibatasi selama 5-7 hari
sesuai lama masa inkubasi herpes, karena terlalu lama menaikkan suhu akan
berpengaruh pada infeksi parasit dan bakteri.
 Berikan aerasi yang cukup
Dapat menggunakan WATER PUMP SICCE MASTER DW 8000. Pompa ini
dirancang untuk digunakan pada kolam besar atau air yang sangat kotor, untuk
membuat air terjun atau untuk digunakan bersamaan dengan filter eksternal.
Pengendalian infeksi Aeromonas salmonicida menggunakan perasan
kunyit (Curcuma domestica Val) pada ikan mas (Cyprinus carpio L).
Pengobatan dilakukan dengan cara ikan di rendaman selama 5 jam perhari

17
selama 5 hari. Perubahan gejala klinis, Daya Kelangsungan Hidup ikan,
perubahan makroskopis dan mikroskopis diamati. Hasil pemeriksaan
histopatologik dianalisa secara deskriptif. Pada Hasil penelitian menunjukkan
bahwa LC50 kunyit terhadap ikan mas adalah 21.265 ppm. Daya
kelangsungan hidup ikan yang diobati dengan perasan kunyit yang
berkonsentrasi 500 ppm sebesar 60%, konsentrasi 750 ppm sebesar 80% dan
konsentrasi 1000 ppm sebesar 100%, sedangkan daya kelangsungan hidup
ikan kontrol (+) adalah 0%. Hasil pengamatan histopatologik menunjukkan
perubahan struktur jaringan ikan yang diobati dengan perasan kunyit, yaitu
nekrosis, kongesti, infiltrasi sel radang dan ada endapan massa di lumen
tubulus menjadi berkurang. Pada pengobatan dengan perasan kunyit yang
berkonsentrasi 1000 ppm proses kesembuhan luka pada organ kulit, usus,
jantung dan ginjal masih belum sempurna selama 4 hari sesudah pengobatan.
Pengobatan dengan perasan kunyit dengan konsentrasi 1000 ppm
menunjukkan hasil yang paling efektif untuk pengendalian infeksi Aeromonas
salmonicida pada ikan mas.

18
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penyakit bakterial pada ikan merupakan salah satu penyakit yang dapat
menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Selain dapat mematikan ikan, penyakit
ini dapat mengakibatkan menurunnya kualitas daging ikan yang terinfeksi.
Penyakit ini dapat menyebabkan sistemik yang menimbulkan kematian ikan yang
tinggi (Lukustyowati, 2012).
Gejala klinis yang tampak ketika Aeromonas sudah menyerang sistemik
(internal), dapat menyebabkan dropsy atau hydrops. Dropsy terjadi ketika aliran
cairan tubuh terhenti dan merembes keluar dari kapiler dan masuk ke dalam
jaringan, rongga tubuh dan rongga mata. Diagnosa berdasarkan sisik yang berdiri
atau menggembang yang biasanya disebabkan kerusakan pada hati dan ginjal
(Masada, 2000; Handayani dan Samsudari, 2005).
Gejala yang ditimbulkan akibat infeksi KHV adalah produksi lendir
berlebih sebagai respon fisiologis terhadap kehadiran patogen, selanjutnya
produksi lendir menurun drastis sehingga tubuh ikan terasa kasat. Insang
berwarna pucat dan terdapat bercak putih atau coklat yang sebenarnya kematian
sel-sel insang atau gill necrosis, selanjutnya menjadi rusak, geripis pada ujung
tepi insang dan akhirnya membusuk.

B. KRITIK DAN SARAN


Berdasarkan apa yang telah kami jelaskan dalam makalah mengenai
Parasit dan Penyakit Ikan ini pasti ada kekurangan maupun kelebihannya.
Adapun kritik maupun saran dapat disampaikan ke penulis agar dapat
memperbaiki makalah ini baik dari segi penulisan, materi, maupun tata bahasa
yang disampaikan. Penulis mengharapkan pembaca dapat mengambil manfaat
dari makalah yang telah dibuat.

19
DAFTAR PUSTAKA
Jetti Treslah Saselah, Reiny A. Tumbol, Henky Manoppo, 2012, DETERMINASI
MOLEKULER KOI HERPES VIRUS (KHV) YANG DIISOLASI DARI
IKAN KOI (Cyprinus carpio koi), jurnal perikanan dan kelautan tropis,
Vol. VIII-2, Agustus 2012, tanggal akses 04 Desember 2020.
QORI FAROZEKIAH, 2017,"UJI HISTOPATOLOGI USUS IKAN KOI (Cyprinus
carpio L) YANG TERINFEKSI KHV (Koi Herpes Virus) DI WILAYAH
BLITAR", skripsi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Brawijaya, Malang
Riza Priyatna*l, Soedarmanto Indarjulianto, dan Kurniasih, 2011,Infeksi
Aeromonas salmonicida dari Berbagai Wilayah di Indonesia Pada Ikan
Mas (Cyprinus carpio),ISSN 0853-8670, Biota Vol. 16 (2): 287−297, Juni
2011, diakses 06 Desember 2020
Zulfa Rahmawati, Uun Yanuha2, Diana Arfiati., 2016, ANALISIS
HISTOPATOLOGI OTOT IKAN MAS (Cyprinus carpio) YANG
TERINFEKSI KOI HERPES VIRUS (KHV) PADA KOLAM
PEMELIHARAAN IKAN MAS, tanggal akses 05 Desember 2020
http://www.rajapetshop.com/en/news/KOI-HERPES-VIRUS-(KHV)
http://etd.repository.ugm.ac.id/home/detail_pencarian/36186

20

Anda mungkin juga menyukai