Anda di halaman 1dari 22

1

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN BBLR DI


RUANG PERINATOLOGI RSUD dr. SOEBANDI JEMBER
PERIODE 15 – 20 FEBRUARI 2021

Dosen Pembimbing
Dr Nikmatur Rohmah. S.Kep,. M.Kes

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Tugas di Stase Keperawatan
Anak

OLEH:
Rungkut Rizaki S.Kep
NIM. 2001031044

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2021
2

LAPORAN PENDAHULUAN BBLR

A. Teori Medis
1. Pengertian
a. Menurut (Sarwono Prawirohardjo, 2007)
Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah premature baby
dengan low birth weight baby (bayi dengan berat lahir
rendah=BBLR). Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi dengan
berat kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bayi prematur. BBLR
ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500
gram (sampai dengan 2499 gram).
b. Menurut (Ika Pantiawati, 2010)
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan
lahir kurang 2500 gram. Dahulu bayi baru lahir yang berat badan lahir
kurang dari 2500 gram disebut prematur. Untuk mendapatkan
keseragaman pada kongres European Perinatal Medicine II di London
(1970), telah disusun definisi sebagai berikut:
1) Preterm Infant (prematur) atau bayi kurang bulan : bayi dengan
masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari)
2) Term Infant atau bayi cukup bulan : bayi dengan masa kehamilan
mulai 37 minggu sampai 42 minggu (259-293 hari)
3) Post term atau bayi lebih bulan : bayi dengan masa kehamilan
mulai 42 minggu atau lebih (294 hari atau lebih)
c. Menurut (Proverawati dan Cahyo, 2010)
Bayi BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang
dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Bayi yang berada
dibawah persentil 10 dinamakan ringan untuk umur kehamilan.
Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram
disebut prematur. Pembagian menurut berat badan ini sangat mudah
tetapi tidak memuaskan. Sehingga lambat laun diketahui bahwa
tingkat morbiditas dan mortalitas pada neonatus tidak hanya
bergantung pada berat badan saja, tetapi juga pada tingkat maturitas
bayi itu sendiri. BBLR ialah BBL yang berat badannya saat lahir
kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram).

2. Etiologi
a. Menurut (Arief dan Weni, 2009)
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur.
Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta
seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin
juga merupakan penyebab terjadinya BBLR. BBLR dapat disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu :
3

1) Faktor Ibu
a) Penyakit :
(1) Toksemia gravidarum
(2) Perdarahan antepartum
(3) Trauma fisik dan psikologis
(4) Nefritis akut
(5) Diabetes melitus
b) Usia Ibu
(1) Usia <16 tahun
(2) Usia >35 tahun
(3) Multigravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat
c) Keadaan Sosial
(1) Golongan sosial ekonomi rendah
(2) Perkawinan yang tidak syah
d) Sebab lain
(1) Ibu yang perokok
(2) Ibu peminum alkohol
(3) Ibu pecandu narkoba

2) Faktor Janin
a) Hidramnion
b) Kehamilan ganda
c) Kelainan kromosom

3) Faktor Lingkungan
a) Tempat tinggal dataran tinggi
b) Radiasi
c) Zat-zat racun

b. Penyebab lain dari BBLR menurut (Rukiyah dan Lia, 2010) antara lain :
1) Faktor Ibu
a) Toksemia gravidarum (pre-eklampsia dan eklamspsia)
b) Riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum
dan malnutrisi
c) Kelainan bentuk uterus (misal : uterus bikornis)
d) Tumor (misal : mioma uteri)
4

2) Faktor Janin
a) Kehamilan ganda
b) Hidramnion
c) Ketuban Pecah Dini
d) Cacat bawaan
e) Kelainan kromosom
f) Infeksi (misal : rubella, sifilis, toksoplasmosis)
g) Insufensi plasenta
h) Inkompatibilitas darah ibu dari janin (faktor rhesus, golongan
darah A, B, dan O)
i) Infeksi dalam rahim

3) Faktor lain
a) Faktor plasenta : plasenta previa, solusio plasenta
b) Faktor lingkungan : radiasi atau zat-zat beracun, keadaan sosial
ekonomi yang rendah
c) Kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan dan merokok

3. Klasifikasi
a. Menurut (Proverawati dan Cahyo, 2010) ada beberapa cara dalam
mengelompokkan bayi BBLR, yaitu :
1) Menurut harapan hidupnya :
a) BBLR berat lahir 1500 sampai <2500 gram.
b) BBLSR berat lahir 1000 sampai 1500 gram.
c) BBLER berat lahir < 1000 gram.
2) Menurut masa gestasinya :
a) Dismaturitas : bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berat bayi mengalami
retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang
kecil untuk masa kehamilannya (KMK).
b) Prematuritas murni : masa gestasinya kurang dari 37 minggu
dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa
gestasi berat atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai
untuk masa kehamilan (NKB-SMK).
c) Imatur adalah bayi baru lahir dengan usia kehamilan kurang dari
28 minggu. (Reeder dan Leonide L. Martin, 2003)
5

b. Menurut (Sarwono Prawirohardjo, 2007)


1) Masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai
(masa kehamilan yang dihitung mulai hari pertama haid terakhir dari
haid yang teratur)
2) Baby small for gestational age (SGA) : bayi yang beratnya kurang
dari berat semestinya menurut masa kehamilannya (kecil untuk masa
kehamilan = KMK)
3) Kedua-duanya
Untuk menentukan apakah bayi baru lahir itu prematur (sesuai masa
kehamilan = SMK), matur normal, KMK atau besar untuk masa
kehamilan (BMK) dapat dipakai tabel growth charts of weight
againt gestation. Pada tabel ini berat bayi matur normal dan bayi
prematur (SMK) terletak diantara 10th persentil dan 90th persentil.
Pada bayi KMK beratnya dibawah 10th persentil. Bila berat bayi di
atas 90th persentil disebut heavy for dates atau BMK. Bayi postmatur
bila kelahirannya terjadi pada masa kehamilan lebih dari 42 minggu.

4. Manifestasi klinis
Secara umum menurut (Surasmi dkk, 2009), gambaran klinis dari
bayi BBLR adalah sebagai berikut :
a. Umumnya BB < 2500 gram, panjang badan < 45 cm, lingkar dada < 30
cm, lingkar kepala < 33 cm
b. Kepala relatif lebih besar daripada badannya, kulit tipis, transparan,
lanugo banyak, lemak subkutan sedikit
c. Osifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutura lebar, genitalia
immatur, labia minora belum tertutup oleh labia mayora, pada laki-laki
testis belum turun
d. Pembuluh darah kulit banyak terlihat dan peristaltik usus pun dapat
terlihat
e. Rambut biasanya tipis, halus dan teranyam sehingga sulit terlihat satu
per satu
f. Daun telinga datar, lembut karena tulang rawannya masih sedikit
g. Puting susu belum terbentuk dengan baik, jaringan mammae belum
terlihat
h. Muskuler pleksornya belum berkembang serta tonus otot belum
sempurna lemah dengan sedikit gerakan atau tidak ada kegiatan yang
aktif bergerak
i. Kondisi ekstremitas lemah dengan sedikit gerakan atau tidak ada
kegiatan yang aktif bergerak
j. Berbaring dalam posisi ekstensi
k. Bayi lebih banyak tertidur daripada terbangun, tangisnya lemah,
pernafasan belum teratur dan sering terdapat apnea
6

l. Otot masih hipotonik, sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua


tungkai dalam keadaan abduksi, sendi lutut dan kaki dalam keadaan
fleksi dan kepala menghadap kearah satu jurusan
m. Reflek tonus otot biasanya masih lemah, reflek moro (+). Reflek
menghisap dan menelan belum sempurna, begitu juga dengan reflek
batuk. Frekuensi nadi 100-140/menit, pernafasan pada hari pertama 40-
50/menit, pada hari-hari berikutnya 35-45/menit.

5. Komplikasi
Menurut (Hanifa, 2004), komplikasi dari BBLR seebagai berikut :
a. Hipotermia
Dalam kandungan, bayi berada dalam suhu lingkungan yang
normal dan stabil yaitu 36,5°C sampai dengan 37,5° C. Segera setelah
lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan yang umumnya lebih
rendah. Perbedaan suhu ini memberi pengaruh pada kehilangan panas
tubuh bayi. Selain itu, Hiportermia dapat terjadi karena kemampuan
untuk mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi
panas sangat terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup
memadai, lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya sistem syaraf
yang mengatur suhu tubuh relatif lebih besar dibandingkan dengan
berat badan sehingga mudah kehilangan panas.
Tanda klinis hipotermia:
1) Suhu tubuh di bawah normal (36,5-37,50c)
2) Kulit dingin
3) Akral dingin
4) Sianosis (muka dan ekstremitas)

b. Hipoglikemia
Penyelidikan kadar gula darah pada 12 jam pertama menunjukkan
bahwa Hipoglikemia dapat terjadi sebanyak 50% pada bayi matur.
Glukosa merupakan sumber utama energi selama masa janin.
Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah
ibu karena terputusnya hubungan plasenta dan janin menyebabkan
terhentinya pemberian glukosa. Bayi aterm dapat mempertahankan
kadar gula darah 50-60 mg/dL selama 72 jam pertama, sedangkan bayi
berat badan lahir rendah dalam kadar 40 mg/dL. Hal ini disebabkan
cadangan glikogen yang belum mencukupi. Hipoglikemia bila kadar
gula darah sama dengan atau kurang dari 20 mg/dL.
7

Tanda klinis hipoglikemia :


1) Gemetar atau tremor
2) Sianosis (muka dan ektremitas)
3) Apatis
4) Kejang
5) Apnea intermiten
6) Tangisan melemah atau melengking
7) Kelumpuhan atau letargi
8) Kesulitan minum
9) Terdapat gerakan putar mata
10) Keringat dingin
11) Hipotermia
12) Gagal jantung dan henti jantung (sering berbagai gejala muncul
bersama-sama)

c. Perdarahan Intrakranial
Perdarahan intrakranial dapat terjadi karena trauma lahir,
disseminated intravascular coagulopathy atau trombositopenia
idiopatik. Matriks germinal epidimal yang kaya pembuluh darah
merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap perdarahan selama
minggu pertama kehidupan.
Tanda klinis perdarahan intrakranial :
1) Kegagalan umum untuk bergerak normal
2) Refleks moro menurun atau tidak ada
3) Tonus otot menurun
4) Letargi
5) Pucat dan sianosis
6) Apnea
7) Kegagalan menetek dengan baik
8) Muntah yang kuat
9) Tangisan bernada tinggi dan tajam
10) Kejang
11) Kelumpuhan
12) Fontanella mayor mungkin tegang dan cembung
13) Pada sebagian kecil penderita mungkin tidak ditemukan
manifestasi klinik satu pun.

d. Asfiksia
Suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan
dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat menurunkan O2 dan
meningkatkan CO2.
8

Tanda dan gejalanya antara lain :


1) Pernafasan megap-megap dan dalam
2) Denyut jantung terus menerus
3) Bayi terlihat lemas

Penatalaksanaan asfiksia yaitu


:
1) Bersihkan jalan nafas
2) Rangsang reflek pernafasan
3) Mempertahankan suhu tubuh

e. Hiperbilirubinemia
Produksi berlebihan atau penurunan eksresi bilirubin pada bayi
baru lahir. Penurunan bilirubin dapat terjadi akibat dari kesalahan
metabolisme bawaan, hipotiroidisme, ikterus ASI, prematuritas.
Penatalaksanaan :
1) Tempatkan bayi di dalam inkubator
2) Berikan cahaya foto terapi
3) Gunakan selimut serap optik (jika ada)
4) Pantau kondisi kulit dan ganti popok dengan sering
5) Pantau asupan dan pengeluaran serta amati adanya tanda-tanda
dehidrasi
6) Pantau suhu dan pertahankan lingkungan termal yang netral
7) Pantau intensitas cahaya dengan bilimeter

f. Infeksi atau sepsis


Infeksi prenatal adalah infeksi pada neonatus yang terjadi pada
masa antenatal, intranatal, dan postnatal
Gejala infeksi yang umumnya terjadi pada bayi antara lain :
1) Bayi malas minum
2) Gelisah mungkin juga terjadi letargi
3) Berat badan menurun
4) Pergerakan kurang
5) Muntah
6) Diare
7) Kejang

Penatalaksanaan
:
1) Mengatur posisi tidur/semi fowler
2) Apabila suhu tinggi lakukan kompres sedikit demi sedikit
3) Apabila bayi muntah, lakukan perawatan muntah yaitu posisi tidur
miring ke kiri atau ke kanan.
4) Apabila bayi diare perhatikan personal hygiene dan keadaan
lingkungan.
5) Rujuk segera ke rumah sakit. Jelaskan pada keluarga untuk inform
consent.
9
10

6. Diagnosis
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat
lahir bayi dalam jangka waktu 1 jam setelah lahir, dapat diketahui dengan
dilakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
(Lismayani, 2005)
a. Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesis untuk
menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap terjadinya BBLR :
1) Umur ibu
2) Riwayat hari pertama haid terakhir
3) Riwayat persalinan sebelumnya
4) Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
5) Kenaikan berat badan selama hamil
6) Aktivitas
7) Penyakit yang diderita selama hamil
8) Obat-obatan yang diminum selama hamil

b. Pemeriksaan Fisik
Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara
lain :
1) Berat badan
2) Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
3) Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk
masa kehamilan)

c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
1) Pemeriksaan skor ballard
2) Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan
3) Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas
diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas darah
4) Foto dada ataupun babygram diperlukan pada BBL dengan umur
kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat atau
diperkirakan atau terjadi sindrom gawat nafas.

7. Pencegahan
Upaya-upaya yang dapat dilaksanakan untuk mencegah terjadinya BBLR
(Hassan, 2005) :
a. Upaya agar melaksanakan antenatal care yang baik, segera melakukan
konsultasi dan merujuk bila ibu terdapat kelainan.
b. Meningkatkan gizi masyarakat sehingga dapat mencegah terjadinya
persalinan dengan BBLR
11

c. Tingkatkan penerimaan keluarga berencana.


d. Anjurkan lebih banyak istirahat, bila kehamilan mendekati aterm, atau
istirahat berbaring bila terjadi keadaan yang menyimpang dari
kehamilan normal.
e. Tingkatkan kerjasama dengan dukun beranak yang masih mendapat
kepercayaan masyarakat.

8. Penatalaksanaan
Menurut (Ika Pantiawati, 2010), penatalaksanaan dari BBLR adalah :
a. Medikamentosa
Pemberian vitamin K1 :
1) Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
2) Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat
lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu)
b. Diatetik
Pemberian nutrisi yang adekuat
1) Apabila daya isap belum baik, bayi dicoba untuk menetek sedikit
demi sedikit
2) Apabila bayi belum bisa meneteki pemberian ASI diberikan melalui
sendok atau pipet
3) Apabila bayi belum ada reflek mengisap dan menelan harus
dipasang siang penduga/sonde fooding
c. Suportif
1) Membersihkan jalan nafas
2) Memotong tali pusat dan perawatan tali pusat
3) Membersihkan badan bayi dengan kapas minyak bayi/minyak
kelapa
4) Memberikan obat mata
5) Membungkus bayi dengan kain hangat
6) Pengkajian keadaan kesehatan pada bayi dengan BBLR
7) Mempertahankan suhu tubuh bayi
8) Membungkus bayi dengan menggunakan selimut
9) Menidurkan bayi di dalam inkubator
10) Suhu lingkungan bayi harus dijaga
11) Badan bayi harus dalam keadaan kering
12) Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu
tubuh bayi, seperti kontak kulit ke kulit, metode kanguru, pemancar
panas, inkubator atau ruangan hangat yang tersedia di tempat
fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk
13) Jangan memandikan bayi atau menyentuh bayi dengan tangan
dingin
14) Ukur suhu tubuh dengan berkala
12

15) Yang harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah:


a) Jaga dan pantau patensi jalan nafas
b) Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
16) Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh:
hipotermia, kejang, gangguan nafas, hiperbilirubinemia)
17) Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya
18) Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi

d. Pemantauan
1) Pemantauan saat dirawat
a) Terapi
(1) Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan
(2) Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2
minggu
b) Tumbuh kembang
(1) Pantau berat badan bayi secara periodik
(2) Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama
(sampai 10 % untuk bayi dengan berat lahir ≥ 1500 gram dan
15% untuk bayi dengan berat lahir <1500)
(3) Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (ada semua
kategori berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari :
(a) Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kgBB/hari
sampai tercapai jumlah 180ml/kgBB/hari
(b) Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan
berat badan bayi agar jumlah pemberian ASI tetap 180
ml/kgBB/hari
(c) Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat,
tingkatkan jumlah pemberian ASI hingga
200ml/kgBB/hari
(d) Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan
lingkar kepala setiap minggu

2) Pemantauan setelah pulang


Diperlukan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi
dan mencegah/mengurangi kemungkinan untuk terjadinya
komplikasi setelah pulang sebagai berikut :
a) Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap
bulan
b) Hitung umur koreksi
c) Pertumbuhan, berat badan, panjang badan dan lingkar kepala
d) Tes perkembangan, denver development screening test (DDST)
e) Awasi kelainan bawaan
f) Mengajarkan ibu atau orangtua cara :
(1) Membersihkan jalan nafas
(2) Mempertahankan suhu tubuh
(3) Mencegah terjadinya infeksi
(4) Perawatan bayi sehari-hari :
(a) Memandikan
(b) Perawatan talipusat
(c) Pemberian ASI
g) Menjelaskan pada ibu (orangtua)
(1) Pemberian ASI
(2) Makanan bergizi bagi ibu
(3) Mengikuti program KB segera mungkin
h) Observasi keadaan umum bayi selama 3 hari, apabila tidak ada
perubahan atau keadaan umum semakin menurun bayi harus dirujuk ke
Rumah Sakit. Berikan penjelasan kepada keluarga bahwa anaknya harus
dirujuk ke Rumah Sakit.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1.   Pengkajian
a. Pengkajian umum
1) Dengan menggunakan timbangan elektronik, timbang setiap hari, atau lebih
sering apabila diinstruksikan.
2) Ukur panjang dan lingkar kepala secara periodik.
3) Gambarkan bentuk dan ukuran tubuh umum, postur saat istirahat, kemudahan
bernafas, adanya edema, dan lokasinya.
4) Gambarkan adanya deformitas yang nyata.
5) Gambarkan adanya tanda disstres: warna buruk, mulut terbuka, kepala
terangguk-angguk, meringis, alis berkerut.

b. Pengkajian pernafasan
1) Gambarkan  bentuk dada (barrel, cembung), kesimetrisan, adanya insisi,
selang dada, atau penyimpangan lain.
2) Gambarkan otot aksesori: pernafasan cuping hidung atau substansial,
interkostal, atau retraksi subklavikular.
3) Tentukan frekuensi dan keteraturan pernafasan.
4) Auskultasi dan gambarkan bunyi pernafasan: stridor, krekels, mengi, ronki
basah, area yang tidak ada bunyinya, mengorok, penurunan udara masuk,
keseimbangan bunyi nafas.
5) Tentukan apakah penghisapan diperlukan.
6) Gambarkan tangisan bila tidak diintubasi.
7) Gambarkan oksigen ambien dan metode pemberian, bila diintubasi
gambarkan ukuran selang, jenis ventilator dan penyiapannya, serta metode
pengamanan selang.
8) Tentukan saturasi oksigen dengan oksimetri nadi dan tekanan parsial oksigen
dan karbon dioksida dengan oksigen transkutan dan karbondioksida
transkutan.

c. Pengkajian kardiovaskular
1) Tentukan frekuensi dan irama jantung.
2) Gambarkan bunyi jantung, termasuk adanya murmur.
3) Tentukan titik intensitas maksimum, titik di mana bunyi dan palpasi denyut
jantung yang terkeras (perubahan pada titik intensitas maksimum dapat
menunjukkan pergeseran mediastinal).
4) Gambarkan warna bayi: sianosis, pucat, pletora, ikterik, mottling.
5) Kaji warna kuku, membran mukosa, bibir.
6) Tentukan tekanan darah. Tunjukkan ekstremitas yang digunakan dan ukutan
manset, periksa setiap ekstremitas setidaknya sekali.
7) Gambarkan nadi perifer, pengisian kapiler (< 2 – 3 detik), perfusi perifer
mottling.
8) Gambarkan monitor, parameternya, dan apakah alarm berada pada posisi
“on”.

d. Pengkajian gastrointestinal
1) Tentukan distensi abdomen: lingkar perut bertambah, kulit mengkilat, tanda-
tanda eritema dinding abdomen, peristaltik yang dapat dilihat, lengkung susu
yang dapat dilihat, status umbilikus.
2) Tentukan adanya tanda-tanda regurgitasi dan waktu yang berhubungan
dengan pemberian makan.
3) Gambarkan jumlah, warna, konsistensi, dan bau dari adanya muntah.
4) Gambarkan jumlah, warna, dan konsistensi feses, periksa adanya darah samar
dan atau penurunan substansibila diinstruksikan atau diindikasikan dengan
tampilan feses.
5) Gambarkan bisisng usus, ada atau tidak ada.

e. Pengkajian genitourinaria
1) Gambarkan adanya abnormalitas genetalia.
2) Gambarkan jumlah urin (warna, pH, dll).
3) Periksa BB (pengkajian paling akurat untuk hidrasi).

f. Pengkajian neurologis-muskuloskeletal
1) Gambarkan gerakan bayi: acak, bertujuan, gelisah, kedutan, spontan,
menonjol, tingkat aktivitas dengan stimulasi, evaliasi berdasarkan usia
gestasi.
2) Gambarkan posisi atau sikap bayi: fleksi, ekstensi.
3) Gambarkan reflek yang diamati: moro, menghisap, Babinski, reflek plantar,
dan reflek yang diharapkan.
4) Tentukan perubahan pada lingkar kepala (bila diindikasikan).

g. Pengkajian suhu
1) Tentukan suhu kulit dan aksila.
2) Tentukan dengan suhu lingkungan.

h. Pengkajian kulit
1) Gambarkan adanya perubahan warna, area kemerahan, tanda iritasi, lepuh,
abrasi atau area gundul, khususnya di mana alat pemantau, infus, atau alat
lain lontak dengan kulit, periksa juga dan perhatikan adanya preparat kulit
yang digunakan (misal plester,, providin-iodin).
2) Tentukan tekstur dan turgor kulit: kering, halus, pecah-pecah, terkelupas, dll.
3) Gambarkan adanya ruam, lesi kulit, atau tanda lahir.
4) Tentukan apakah kateter infus intravena atau jarum berada pada tempatnya
dan amati adanya tanda-tanda infiltrasi.
5) Gambarkan jalur pemadangn kateter infus intravena, jenis (arteri, vena,
perifer, umbilikus, sentral, vena sentral perifer), jenis infus (obat, salin,
dekstrosa, elektrolit, lemak, nutrisi parenteral total), jenis pompa infus dan
frekuensi aliran, jenis jarum (kupu=kupu, kateter), tampilan area insersi.

2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada bayi dengan berat badan lahir
rendah yaitu:
a. Pola nafas tidak efektif b.d. imaturitas neurologis d.d. sianosis
b. Hipotermi b.d. Kekurangan lemak subkutan d.d suhu 35,0˚C
c. Risiko Infeksi b.d Penurunan hemoglobin d.d HB :11.0
3. Rencana Tindakan Keperawatan

No. Dx KEP TUJUAN DAN KRITERIA HASIL RENCANA TINDAKAN RASIONAL


1. Pola nafas Tujuan : Terapi Oksigenasi Terapi Oksigenasi
tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Observasi : Observasi :
keperawatan pola nafas membaik a. Monitor SpO2 a. Mengetahui keefektifan perfusi perifer
dalam waktu 3x24 jam b. Monitor adanya retraksi dinding dada b. Meninjau efektifitas bersihan jalan nafas
c. Monitor dipsnea atau anak sering rewel c. Saat nyeri bernafas anak sering rewel
Kriteria Hasil: d. Monitor ortopnea atau anak sering rewel d. Saat istirahat anak sering rewel
a. Sianosis menurun e. Monitor penggunaan otot bantu nafas e. Penggunaan otot bantu nafas
b. Retraksi dinding dada menurun
c. dipsnea menurun dan palpasi kesimetrisan ekspansi mengindikasikan gangguan pola nafas
d. ortopnea menurun paru f. Anak menggunakan pernafasan cuping
e. penggunaan otot bantu nafas f. Monitor cuping hidung hidung saat kesusahan bernafas
menurun
f. pernafasan cuping hidung menurun g. Monitor skore down g. Pantau skore RDS
g. Skore down menurun Terapeutik : Terapeutik :
a. Bersihkan sekret pada mulut, dan hidung a. Membersihkan sisa kotoran di hidung
b. Pertahankan kepatenan jalan nafas b. Observarsi lanjutan
c. Pemberian 02 masker c. Mempertahankan SpO2
Kolaboratif : Kolaboratif :
a. Kolaborasi penentuan dosis O2 a. Penentuan dosis O2 sesuai minute volume
2. Hipotermi Tujuan : Manajemen Hiportermi Manajemen Hipotermi
Setelah dilakukan tindakan Observasi : Observasi :
keperawatan Termoregulasi neonatus a. suhu tubuh a. Memantau suhu klien secara bertahap
membaik dalam waktu 2 jam b. penyebab hipotermi b. Berat badan lahir rendah dan prematuritas
c. nadi bayi dengan auskultasi jantung c. Suhu panas mempengaruhi nadi
Kriteria Hasil: d. frekuensi kedalaman dan kecepatan d. Suhu tubuh mempengaruhi RR bayi
a. Temp suhu membaik 36,5-37,5 ˚C pernafasan e. Bayi warna merah menandakan sirkulasi baik
b. Akrosianosis membaik e. kulit ekstermitas bayi f. Suhu normal mempengaruhi anak tenang
c. Piloereksi membaik f. kondisi umum anak g. Bayi kedinginan rentan berisiko cidera
d. Konsumsi O2 cukup g. tanda-tanda kedinginan bayi
e. Cutis marmorata membaik
f. Dasar kuku sianotik membaik Terapeutik :
a. Sediakan lingkungan yang Terapeutik :
hangat (inkubator) a. Lingkungan hangat meningkatkan konsumsi
b. Ganti pakaian atau lien yang basah O2
c. Lakukan penghangatan pasif b. Pakaian basah mempengaruhi suhu bayi
d. Lakukan penghangatan aktif eksternal c. Memakaikan selimut, mennutup kepala dll..
e. Lakukan penghangatan aktif internal d. Kompres hangat, kanguru mother care, dll
e. Infus cairan hangat, O2 hangat.
3. Risiko Tujuan : 1. Observasi:
Infeksi 1. Observasi
Risiko infeksi pasien tidak terjadi a. Suhu
selama perawatan di rumah sakit b. Biomarker tanda infeksi a. Perubahan status infeksi dapat diketahui
(Leukosit dan CRP) dengan monitoring yang adekuat terkait suhu,
Kriteria Hasil : c. Bilirubin total marker penanda infeksi, luka, keadaan tali
d. Luka pusat.
a. Suhu 36,5-37,5 °C e. BAB dan BAK
b. CRP <5mg/L
f. Keadaan tali pusat 2. Terapuetik:
c. Bilirubin total < 5mg/dL
d. Kulit intak dan tidak ada luka a. Memutuskan rantai berkembang biaknya
2. Terapuetik kuman
e. Tali pusat mengering a. Bersihkan lingkungan
f. Bebas dari infeksi luka infus b. Kewaspadaan umum merawat pasien agar
incubator setiap hari terhindar dari penyakit
b. Pertahankan teknik isolasi c. Teknik aseptik penting dalam melakukan
c. Cuci tangan five moment perawatan
d. Bersihkan segera saat BAK d. Mencegah penyebaran kuman
dan BAB e. Memenuhi kebutuhan cairan supay terpenuhi
e. Berikan ASI dan minum susu dan ASI sebagai daya tahan tubuh alami
sesuai dengan kebutuhan f. Upaya pencegahan terhadap infeksi
f. Lakukan personal hygiene g. Infeksi nosocomial dapatdikendalikan
pasien dengan menyeka 2x h. Risiko phlebitis / infeksi luka infus dapat
sehari diminimalisir
g. Gunakan baju, sarung tangan
sebagai alat pelindung
h. Ganti letak IV perifer dan dressing
sesuai dengan petunjuk umum
4. Implementasi

TGL DX.KEP TINDAKAN KEPRAWATAN PARAF


17-02-2021 Membersihkan sekret pada mulut, dan hidung rungkut
R/ : mulut dan hidung bersih
Memberikan ASI/Sufor melalui sonde
R/ : kebutuhan 15 cc x 12 muntah (-)
Memonitoring RR , SpO2, HT, Temp
R/ : RR: 44 kpm, SpO2: 99%, HT: 148 kpm, S: 36,0 c
Membenarkan infus macet
R/ infus di spul dan lancar
Memonitor adanya retraksi dinding dada
R/ : Retraksi dinding dada +
Memonitor frekuensi kedalaman dan kecepatan pernafasan
R/ : Pernafasan cepat dan dalam
Memonitor skore down
R/ : Total skore 2
Memonitor penggunaan otot bantu nafas dan palpasi kesimetrisan
R/ : penggunaan otot bantu nafas -, simetris
Memonitor cuping hidung
R/ : pernafasan cuping hidung +
Memonitor tanda-tanda kedinginan bayi
R/ : akrosianosis -, Piloereksi - , cutis mamorata –
Mengganti pakaian atau linen yang basah
R/ : baju yang kering dapat mengurangi hipotermi pada bayi
Melakukan penghangatan pasif
R/ : Memakaikan selimut, mennutup kepala
5. Evaluasi

DX
TGL/JAM CATATAN PERKEMBANGAN PARAF
KEPERAWATAN
17-02-2021 1 S: - Rungkut
17.00 O:
- RR: 40 kpm, SpO298%, HR: 144 kpm
- Bayi terpasang O2 nasal canul 1 lpm
- Sianosis –
- Retraksi dinding dada +
- penggunaan otot bantu nafas -
- pernafasan cuping hidung +
- Skore down total = 2

A: masalah teratasi sebagaian


P : Intervensi di lanjutkan
2 S: -
O:
- S: 36,2 c
- Bayi dirawat di inkubator
- Akral hangat
- Akrosianosis -
- Piloereksi -
- Cutis marmorata -
- Dasar kuku sianotik –

A: masalah teratasi sebagaian


P : Intervensi di lanjutkan
3 S:-
O:
- KU lemah,
- suhu 36.5
- nadi 145x/mnt,
- RR 40 x/mnt
- Akral hangat
- kulit kemerahan
- tali pusat kering dan sudah lepas
- tidak ada tanda infeksi

A: masalah teratasi sebagian


P : Intervensi dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai