Anda di halaman 1dari 9

Spesifikasi produk parasetamol pda sediaan lain (FI V)

Spesifikasi Larutan oral PCT Suspensi oral PCT Tablet PCT


Identifikasi A. Waktu retensi Masukkan sejumlah A. Waktu retensi puncak
puncak utama Larutan volume suspensi utama Larutan uji
uji sesuaidengan setaradengan lebih sesuaidengan Larutan
Larutan baku seperti kurang 240 mg baku seperti tertera pada
tertera pada Penetapan parasetamol ke Penetapan
kadar. dalamcorong pisah, kadar.
tambahkan 50 ml etil
B. Encerkan sejumlah asetat P dan B. Sejumlah serbuk
zat uji dengan metanol kocok.Saring ekstrak tablet setara dengan lebih
P hinggadiperoleh etil asetat melalui kurang50 mg
larutan yang corong berisi wol parasetamol larutkan
mengandung lebih kacadan lebih kurang dalam 50 ml metanol P,
kurang 1 mg 10 g natrium sulfat saring; filtrat memenuhi
parasetamol per ml. anhidrat uji Identifikasi secara
Larutan memenuhi uji P.Kumpulkan filtrat Kromatografi Lapis Tipis
Identifikasisecara dalam gelas piala dan menggunakan fase
Kromatografi Lapis uapkan di atastangas gerakcampuran
Tipis. Gunakan fasegerak uap hingga kering. diklorometan P-metanol
campuran diklorometan Keringkan residu P (4:1).
klorida P-metanol P dalam hampaudara di
(4:1). atas silika gel P:
hablur yang
diperolehmemenuhi
Identifikasi A seperti
tertera
padaParasetamol.
pH Antara 3,8 - 6,1 Antara 4,0 dan 6,9. -
Penetapan Diakukan penetapan Lakukan penetapan dengan caraKromatografi
kadar dengan dengan cair kinerja tinggi.
caraKromatograficair caraKromatografi
kinerja tinggi cair kinerja Fase gerak Buat
(KCKT). tinggi.Fase gerak, campuran air-metanol P
(3:1), saringdan
Fase gerak dengan Larutan baku dan awaudarakan. Jika perlu
campuran air-metanol Sistem lakukan penyesuaian
P (3:1), kromatografiLakukan menurutKesesuian
seperti tertera pada system.
Larutan baku Timbang Penetapan kadar
saksama sejumlah dalam Larutan Oral Larutan baku Timbang
ParasetamolBPFI, Parasetamol. saksama sejumlah
larutkan dalam Fase ParasetamolBPFI,
gerak hingga kadar Larutan uji Ukur larutkan dalam Fase
lebihkurang 0,01 mg per saksama sejumlah gerak hingga kadar
ml. volume suspensi yang lebihkurang 0,01 mg per
telah dikocok setara ml.
Larutan uji Ukur saksama dengan lebih kurang
sejumlah volume 100 mgparasetamol, Larutan uji Timbang dan
setaradengan lebih kurang masukan ke dalam labu serbukan tidak kurang
500 mg parasetamol, tentukur 200- dari 20tablet. Timbang
masukkan ke ml,tambahkan lebih saksama sejumlah serbuk
dalam labu tentukur kurang 100 ml Fase tablet setaradengan lebih
250- ml, encerkan gerak kocok selama10 kurang 100 mg
dengan Fase gerak menit. Encerkan parasetamol, masukkan
sampai tanda. Pipet 5 ml dengan Fase gerak kedalam labu tentukur
larutan ini, ke dalam sampai tanda. 200-ml, tambahkan lebih
labutentukur 250-ml, Pipet 5 ml larutan ini kurang 100ml Fase
kedua, encerkan dengan ke dalam labu tentukur gerak, kocok selama 10
Fase geraksampai tanda. 250- ml,encerkan menit, encerkandengan
Pipet 25 ml larutan ini dengan Fase gerak Fase gerak sampai tanda.
ke dalam labutentukur sampai tanda. Saring Pipet 5 ml larutkan ke
100- ml, encerkan melalui penyaring dalam labu tentukur 250-
dengan Fase gerak dengan porositas 0,5 ml, encerkan dengan
sampai μm atau lebih kecil, Fase gerak
tanda. Saring larutan buang 10 ml filtrat sampai tanda. Saring
menggunakan penyaring pertama. Gunakan larutan melalui penyaring
denganporositas 0,5μm filtrat sebagaiLarutan dengan
atau lebih halus, buang uji. porositas 0,5 μm atau
10 ml filtratepertama. lebih halus, buang 10 ml
Gunakan larutan jernih Prosedur Lakukan filtratepertama. Gunakan
sebagai Larutan uji. menurut Prosedur filtrat sebagai Larutan
Pengujian dengan seperti tertera uji.
KCKT yang padaPenetapan kadar
dilengkapi dengan dalam Larutan Oral Sistem kromatografi
detektor 243 nm dan Parasetamol.Hitung menggunakan
kolom 3,5 mm x30 jumlah dalam mg, Kromatograf cair kinerja
cm berisi bahan C8H9NO₂, dalam tiap tinggidilengkapi dengan
pengisi L1. Laju alir mlsuspensi yang detektor 243 nm dan
lebih kurang 1,5ml digunakan dengan kolom 3,9 mm x30 cm
per menit. Lakukan rumus: berisi bahan pengisi L1.
kromatografi terhadap Laju alir lebih kurang
Larutanbaku, rekam 10.000 1,5ml per menit.
kromatogram dan Lakukan kromatografi
ukur respons puncak C adalah kadar terhadap Larutanbaku,
seperti tertera pada Parasetamol BPFI rekam kromatogran
Prosedur: efisiensi dalam mg per ml dx`an ukur respons
kolom tidakkurang Larutan baku;V adalah puncakseperti tertera
dari 1000 lempeng volume dalam ml pada Prosedur: efisiensi
teoritis, faktor ikutan suspensi kolom tidak
yangdigunakan; ru dan
tidak rs berturut-turut adalah kurang dari 1000
lebih dari 2 dan respons puncakdari lempeng teoritis, faktor
simpangan baku Larutan uji dan ikutan tidaklebih dari 2
relatif pada Larutan baku dan simpangan baku
penyuntikan ulang relatif pada penyuntikan
tidak lebih dari 2,0%. ulang tidak lebih dari
2,0%.
Prosedur Suntikkan
secara terpisah sejumlah Prosedur Suntikkan
volumesama (lebih secara terpisah sejumlah
kurang 10 μl) Larutan volumeyang sama (lebih
baku dan Larutan uji kurang 10 μl) Larutan
ke dalam kromatograf, baku dan
ukur respons puncak Larutan uji ke dalam
utama.Hitung jumlah kromatograf. Rekam
dalam mg, C8H9NO2 kromatogram,ukur
dalam tiap ml larutan oral respons puncak utama.
yang digunakan. Dengan Hitung jumlah dalam
rumus: mg,paracetamol,
C8H9NO9, dalam serbuk
50.000 tablet yangdigunakan
dengan rumus:
C adalah kadar
Parasetamol BPFI 10.000
dalam mg per ml
Larutan baku;V adalah
C adalah kadar
volume dalam ml larutan
Parasetamol BPFI dalam
oral
mg per ml
yang digunakan; rU dan Larutan baku; rudan rs
rS berturut-turut adalah brturut-turut adalah
respons puncak Larutan responspuncak dari
uji dan Larutan baku. Larutan uji dan Larutan
baku.
JAWABAN SOAL FARMASI INDUSTRI

KELOMPOK 3

Soal 1. (Silvia Nurul Maulidha NIM 19-161)


Pertanyaan : Menurut kelompok kalian parameter kritis apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam
pembuatan sirup parasetamol, dan bagimana persyaratan untuk hal tersebut?
Jawaban :
Beberapa parameter kritis yang perlu diperhatikan antara lain:
1. penimbangan bahan : untuk penimbangan bahan disesuaikan dengan formulasi yang
telah di sepakati dengan nilai simpangan penimbangan sebesar 0,02.
2. Pencampuran bahan baku : pada tahap ini beberapa parameteryang digunakan untuk
melihat semua bahan telah tercampus secara homogen ialah :
a. Kejernihan sirup : sirup parasetamol yang kami buat diharapkan jernih karena
merupakan bentuk larutan, sehingga diharapkan tidak ada gumpalan maupun
partikel-partikel yang tidak larut.
b. Kelarutan : salah satu parameter kelarutan ialah terlarutya semua bahan ke dalam
pelarut, yang nantinya sangat berpengaruh ada keseragaman dosis serta
kejernihan sirup parasetamol.
c. Homogenitas : kehomogenan bahan sangat berpengaruh pada ketepatan dosis
sediaan sirup parasetamol. Oleh karena itu sedian sirup parasetamol harus tidak
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% berdasarkan FI V.
3. pH : pH sangat berpengaruh pada kestabilan sediaan. Sehingga persyaratan yang
menjadi acuan kami ialah membuat sediaan kami pada pH 6 sesuai dengan
monografi parasetamol berdasarkan DIH ed.17, dimana parasetamol akan sangat
stabil pada ph 6.
4. Viskositas : viskositas suatu sediaan sirup sangat berpengaruh ada kemudahan
sediaan tersebut saat dituangkan, sehingga viskositas merupakan parameter yang
kritis pada sediaan sirup parasetamol beikut. Adapun persyaratan viskositas yang
kami gunakan ialah kurang lebih 1,811 Cps (Fickri, 2018)
5. Keseragaman kadar : keseragaman kadar persyaratan sedian sirup parasetamol harus
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% berdasarkan FI V.
6. BJ sirup : BJ sirup kira-kira 1,3
7. Organolepti: Karena sedian kami berupa sirup maka harus berasa manis, tidak terlalu
pahit, dapat diterima pasien, bau raspberry, warna merah segar.
8. Uji Kebocoran Cap : karena cap penutup sediaan sirup sangat sering mengalami
kebocoran sehingga menyebabkan tumpahnya sediaan sirup, maka perlu diawasi
dengan ketat kebocoran cap serta kemampuan cap menutup mulut botol dengan rapat.
Pengemasan : kemenarikan serta kelengkapan packaging dari suatu sediaan sangat
berpengaruh pada penjualan suatu sediaan. Oleh karena itu, kami sangat memastikan
bahwa semua komponen sediaan baik kemasan primer maupun sekunde (termasuk
brosur, sendok) semuanya dalam keadaan lengkap dan baik.

Soal 2. (Lulu' Nur A 19-150)

Pertanyaan : Fase gerak yg kelompok anda pakai adalah aquabides: metanol (3:1) apakah
alasan kelompok anda menggunakan fase gerak dengan perbandingan tersebut?
dan pada validasi metode analisis kenapa tidak menggunakan parameter LOQ
dan LOD?

Jawaban :

Untuk Perbandingan fase gerak yang kami gunakan merujuk pada Farmakope Indonesia
edisi V hal. 986 dimana 1:3 (metanol :air). Pemilihan fase gerak didasarkan atas sifat kimia zat
aktif paracetamol merupakan bahan yang tergolong senyawa organic karena memiliki rantai
karbon. Paracetamol juga merupakan suatu bahan obat yang memiliki sifat polar. Metanol dan air
sendiri merupakan salah satu pelarut yang memiliki sifat polar dan analit bersifat polar sesuai
dengan prinsip like dissolve like (zat hanya akan larut pada pelarut yang sejenis sehingga sampel
akan terbawa oleh fase gerak tersebut). Proses analisis dapat ditambahkan dengan eluen agar
mampu memisahkan peak antar analit dengan pengotor ataupun analit dengan matriksnya.
Hasilnya akan didapatkan kromatogram yang efisien dengan hasil pemisahan yang sempurna.
Paramater nilai kromatogram dari HPLC bernilai baik, yaitu dengan nilai resolusi lebih dari 1,5.
Hasil tersebut mengartikan bahwa analit pada sampel terpisah secara sempurna. Kebalikannya
jika nilai resolusi kurang dari 1.5 maka hasil pemisahan analit kurang sempurna.
Untuk LOD & LOQ tetap dilakukan dengan cara penentuan S/N (signal to noise ratio),
Nilai simpangan baku blanko ditentukan dengan cara menghitung tinggi peak pada pengukuran
blanko sebanyak 10 titik sehingga analit memberikan respon. Parameter batas deteksi dan
kuantitasi dihitung berdasarkan hasil uji program validasi.

Soal 3. (Evianti Takimpo NIM 19-106)

Pertanyaan : Batas cemaran untuk paramater kritis ini bagaimana? Dan selain metode HPLC
adakah metode validasi lain yg bisa di pakai? Jelaskan.

Jawaban :

1. Batas Cemaran Mikroba


Uji batas mikroba dilakukan untuk memperkirakan jumlah mikroba di dalam semua jenis
bahan atau sediaan farmasi, mulai dari bahan baku hinga sediaan jadi, serta untuk menyatakan
bahwa bahan tersebut bebas dari spesies mikroba tertentu. Bahan baku untuk produk farmasi
dapat berupa bahan kimia atau bahan yang berasal dari alam (Pramudia A, 2017).. Pengujian
cemaran bakteri dapat dilakukan melalui uji angka lempeng total, yaitu pengujian yang dilakukan
untuk menghitung bakteri yang terdapat pada suatu sampel. Metode yang digunakan adalah
metode tuang dengan pengenceran bertingkat. Koloni yang tumbuh pada media dapat dilihat
langsung dengan mata dan kemudian dihitung setelah ingkubasi 18-24 jam pada suhu 37oC
(Pramudia A, 2017).

CPOB telah ditentukan batas cemaran mikroba pada saat kegiatan produksi berlangsung.
Batas Cemaran mikroba, dapat ditunukkan pada tabel dibawah ini (BPOM RI, 2013):
Batas yang disarankan untuk cemaran mikroba (*)
Kelas Sampel Cawan papar (dia. Cawan kontak Sarung tangan 5
3 90 mm) cfu /4jam (dia. 55 mm) jari cfu /sarung
cfu/m
(**) cfu/plate tangan
A <1 <1 <1 <1
B 10 5 5 5
C 100 50 25 -
D 200 100 50 -
Catatan : (*) Nilai rata-rata
(**) Cawan papar dapat dipaparkan kurang dari 4 jam
2. Dalam pengujian analisis sediaan farmasi dapat dilakukan dengan mengguanakan
berbagai metode seperti HPLC, Spektrofotometri UV-Vis, AAS, dan metode analisis
lainnya.

a. Metode analisis AAS merupakan metode analisis untuk penentuan unsur-unsur


logam dan metalloid yang pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan
panjang gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas. Umumnya
sampel yang dianalisis berbentuk serbuk atau liquid. AAS berprinsip pada absorbsi
cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang
tertentu. dengan absorpsi energi, berarti memperoleh lebih banyak energy. suatu atom
pada keadaan dasar dinaikan tingkat energinya ketingkat eksitasi. Keberhasilan
analisis ini tergantung pada proses eksitasi dan memperoleh garis resonansi yang
tepat.

b. Spektrofotometer FTIR merupakan alat yang dapat digunakan untuk identifikasi


senyawa, khususnya senyawa organik, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dari
sampel padat, cair dan gas.

c. Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis spektroskopi memakai


sumber radiasi elektromagnetik ultra violet dekat (190-380 nm) dan sinar tampak
(380-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer (Mulja dan Suharman,
1995). Secara sifat fisika kimia sampel yang dianalisis harus memiliki gugus
kromofor dan ausokrom.

d. High Performance Liquid Chromatography (HPLC) merupakan salah satu metode


mengidentifikasi sampel melalui pemisahan berdasarkan teknik kromatografi dimana
fase geraknya berupa cairan dan fase diamnya berupa cairan atau padat. Metode ini
sangat bermanfaat di bidang farmasi untuk menganalisis secara simultan beberapa
analit dalam martiks sederhana maupun kompleks

Pada makalah ini kami memilih metode HPLC karena metode HPLC memiliki banyak kelebihan yang
paling utama adalah efisiensi dan tingkat kepekaan yang tinggi dibanding metode yang lain. Selain itu,
mampu memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran, mudah melaksanakannya, kecepatan
analisis dan kepekaan yang tinggi, dapat dihindari terjadinya dekomposisi / kerusakan bahan yang
dianalisis (Rizki A, 2011).
Soal 4. (Devi Arini S nim 19-159)

Pertanyaan : Batas cemaran untuk paramater kritis ini bagaimana? Dan selain metode HPLC adakah
metode validasi lain yg bisa di pakai? Jelaskan.

Jawaban :

Alasan menggunakan 60 ml karena sirup pct yg akan dibuat ditujukan kepada anak anak, dan
penggunaan dosis sirup pct menurut DIH Ed.17 dosis untuk anak yaitu 10-15ml untuk 3x dalam
sehari, jadi agar sediaan tersebut dapat habis kurang dari 3 hari, jika dalam 3 hari keluhan yang
dirasakan tidak membaik maka harus segera dibawa ke dokter.

pH yang kami gunakan untuk sirup pct yaitu 6 dimana pH tersebut merupakan kondisi paling stabil
pada bahan aktif paracetamol menurut DIH Ed.17.

Soal 5. (Dyah Pusparini 19-123)

Pertanyaan : Batas cemaran untuk paramater kritis ini bagaimana? Dan selain metode HPLC adakah
metode validasi lain yg bisa di pakai? Jelaskan.

Jawaban :

Metode lain yang bisa digunakan yaitu UV-Vis, namun kelompok 3 menggunakan HPLC karena
metode analisis HPLC merupakan metode analisis yang lebih selektif jika dibandingkan metode yang
lain termasuk metode UV-VIS. Selain itu, pemilihan metode analisis menggunakan HPLC karena
dapat melakukan berbagai pengujian yang tidak bisa dilakukan pada metode spektro uv-vis seperti uji
identity, uji purity. Selain itu Spektrofotometer UV-VIS tidak dapat memisahkan antara zat yang
terkandung sehingga apabila dianalisis yang terbaca bukan hanya zat aktif. Sedangkan HPLC dapat
memisahkan zat aktif dengan bahan lain, sehingga hasilnya berupa kadar zat aktif murni tidak tumpang
tindih dengan excipientnya. Pada suatu penelitian yang menganalisis paracetamol sediaan tablet,
menyatakan hasil analisis pada KCKT lebih akurat dari pada spektro uv-vis ditunjukkan dengan lebih
kecilnya nilai simpangan baku dari hasil analisis HPLC dr pada uv vis.

HPLC memiliki kelebihan di industri yaitu:


1. Kerja lebih mudah dengan automasi dalam prosedur analisis dan pengolahan data.
2. Volume sampel kecil (dapat menganalisis sampel yang kecil kuantitasnya).
3. Mampu memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran dengan daya pisah tinggi.
4. Merupakan metode analitis: cepat, peka, akurat, tepat, reproducible, preparatif.
5. Dapat digunakan untuk sampel organik dan anorganik, bersifat volatile dan non volatil,
stabil dan tidak stabil secara termal.
6. Pilihan fase gerak dan fase diamnya luas.
7. Dapat dihindari terjadinya dekomposisi atau kerusakan bahan analisis.
8. Dapat digunakan bermacan-macam detektor dengan kepekaan yang tinggi.
9. Kolom dapat digunakan kembali.
10. Waktu analisa cukup singkat.
11. HPLC dapat digunakan untuk isolasi zat yang tidak mudah menguap dan zat yang tidak
stabil.

12. Teknik HPLC dapat dilakukan pada suhu kamar.

Anda mungkin juga menyukai