Executive Compensation
Sumber Jurnal
Journal of Corporate Finance (2015), doi: 10.1016/j.jcorpfin.2015.06.001
Penulis
Stephen Bryan, Robert Nash, dan Ajay Patel
Reviewer Ni Putu Noviyanti Kusuma (1981621004)
Ni Ketut Ayu Rosiana Dewi (1981621010)
Komang Risa Rahayu Ningsih (1981621019)
Ni Made Dwi Rina (1981621022)
Pendahuluan Psikologi lintas budaya telah menetapkan banyak paradigma untuk
mengidentifikasi perbedaan budaya internasional. Studi lintas budaya
Hofstede menyimpulkan bahwa budaya menghadapi empat masalah mendasar
yang melibatkan: 1) hubungan antara individu dan kelompok, 2) distribusi
kekuasaan yang tidak adil, 3) implikasi sosial gender, dan 4) kemampuan
untuk mentolerir ketidakpastian. Hofstede berpendapat bahwa setiap dimensi
nilainya mencerminkan solusi budaya tertentu untuk setiap masalah sosial.
Secara khusus, dimensi nilai budaya Hofstede memberikan spektrum respons
yang mungkin sebagai cara mengatasi empat masalah utama.
Jensen dan Meckling (1976) berpendapat bahwa perusahaan dapat
menggunakan kompensasi berbasis ekuitas untuk menyelaraskan kepentingan
manajer dan pemegang saham. Namun, potensi tingkat keparahan konflik
kepentingan ini mungkin berbeda antar perusahaan dan juga antar negara.
Untuk lebih memahami pengaruh tingkat negara, penelitian ini berfokus pada
dimensi nilai budaya Hofstede yang paling langsung mempengaruhi konflik
keagenan, dan dengan demikian harus paling langsung mempengaruhi struktur
kompensasi eksekutif. Karakteristik kelembagaan lain (terutama sistem hukum
negara) juga dapat memengaruhi desain kontrak. Bryan et al. (2010, 2011)
memberikan bukti empiris bahwa perbedaan dalam sistem hukum
berkontribusi terhadap variasi cross-sectional dalam struktur kompensasi
eksekutif.
Rumusan Permasalahan yang diangkat dalam artikel ini adalah:
Masalah Apakah perbedaan dalam budaya nasional (yaitu, jarak budaya) berkontribusi
terhadap perbedaan dalam struktur kompensasi eksekutif di dunia (antara
perusahaan AS dan non AS)?
Penelitian Hasil penelitian terdahulu yang menjadi acuan dalam artikel ini adalah:
Terdahulu 1. Siegel et al. (2011) mengidentifikasi hubungan antara jarak budaya dan
jumlah arus modal lintas batas (dari M&A, penawaran ekuitas dan hutang,
dan pinjaman bank).
2. Bryan et al. (2010, 2011) menunjukkan bahwa tidak ada konvergensi
internasional baru-baru ini terhadap standar struktur kompensasi A.S.
3. Giannetti dan Yafeh (2012) meneliti bagaimana jarak budaya antara
peminjam dan pemberi pinjaman mempengaruhi ketentuan transaksi
pinjaman sindikasi.
4. Ahern, Daminelli, dan Fracassi (2012) menemukan bahwa perbedaan
budaya antara perusahaan yang mengakuisisi dan perusahaan target
berdampak pada M&A lintas batas.
1
3. Antara perusahaan AS dan non-AS, ditemukan bahwa perbedaan
Individualisme secara signifikan terkait dengan variasi dalam struktur
kompensasi.
4. Perbedaan dalam tingkat Individualisme secara signifikan terkait dengan
perbedaan dalam struktur kompensasi jika kita menghitung jarak budaya
sebagai perbedaan belaka (yang ditandatangani), sebagai nilai perbedaan
mutlak, atau sebagai nilai perbedaan kuadrat perbedaan.
5. Perbedaan dalam Penghindaran Ketidakpastian secara signifikan terkait
dengan perbedaan dalam struktur kompensasi, terlepas dari bagaimana kita
menghitung jarak.
6. Lembaga-lembaga informal memainkan peran penting dalam menjelaskan
keputusan kontrak di berbagai negara dan menambah jumlah penelitian
yang menunjukkan bahwa jarak budaya mempengaruhi hasil ekonomi.
Keterbatasan 1. Penelitian ini menggunakan banyak data dan dari berbagai negara. Namun
Penelitian penyajian data yang dilakukan masih kurang rapi serta kurang sitematis.
Hal ini dapat menimbulkan kebingungan bagi pembaca dalam memahami
data yang dimuat dalam penelitian.
2. Penelitian ini sangat luas cakupannya, dengan banyak indikator
pengukuran yang digunakan. Sehingga hasil penelitian masih bersifat
umum dan dirasa kurang spesifik pada variabel inti yang digunakan.