Anda di halaman 1dari 3

LEARNING JOURNAL

Program Pelatihan : Pelatihan Dasar CPNS

Angkatan : XIV

Nama Mata Pelatihan : Akuntabilitas

Nama Peserta : Muhammad Agus Palufi

Nomor Daftar Hadir : 18

Lembaga/ Penyelenggara-

Pelatihan : BPSDM KALTIM

A. POKOK PIKIRAN
Akuntabilitas merupakan kata yang sering kita dengar terkait dengan nurani dan nilai.
Akuntabilitas merupakan salah satu nilai-nilai dasar PNS yang perlu diinternalisasi,
diaktualisasi dan diimplementasikan sehingga menjadi karakter.
PNS yang akuntabel merupakan pertanggungjawaban yang harus dicapai atas amanah
sebagai PNS yakni menjamin terwujudnya nilai publik, yaitu: Mampu mengambil pilihan
yang tepat dan benar ketika terjadi konflik kepentingan, antara kepentingan publik dengan
kepentingan sektor, kelompok, dan pribadi; Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk
menghindari dan mencegah keterlibatan PNS dalam politik praktis (netralitas
PNS); Memperlakukan dan melayani warga secara sama dan adil dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan publik; Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan
dapat diandalkan sebagai penyelenggara pemerintahan dalam menjalankan tugas dan
fungsinya.
Akuntabilitas penting dan diperlukan dalam konteks negara karena adanya tuntutan
publik untuk menciptakan kepemerintahan yang baik (good governance) dengan memenuhi 3
pilar good gavernance yaitu Tranparansi, Partisipatif, dan Akuntabilitas. Selain itu,
akuntabilitas adalah prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku pada setiap level/unit
kerja dan merupakan suatu kewajiban pemegang jabatan untuk memberikan
pertanggungjawaban laporan kegiatan kepada atasannya. Akuntabilitas mencakup
beberapa aspek antara lain sebuah hubungan, berorientasi pada hasil, adanya
laporan, memerlukan konsekuensi serta perbaikan kinerja.
Tiga fungsi utama akuntabilitas adalah sebagai kontrol demokratis (peran demokratis),
pencegahan korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional), serta untuk
meningkatkan efesiensi dan efektifitas (peran belajar). Akuntabilitas publik terdiri atas dua
macam, yaitu: akuntabilitas vertikal (vertical accountability),dan akuntabilitas horizontal
(horizontal accountability). Akuntabilitas vertikal merupakan pertanggungjawaban atas
pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi dimana akuntabilitas vertikal
membutuhkan pejabat pemerintah untuk melaporkan "ke bawah" kepada publik. Sedangkan
akuntablitias horizontal merupakan pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.
Akuntabilitas ini membutuhkan pejabat pemerintah untuk melaporkan "ke samping" kepada
para pejabat lainnya dan lembaga negara. Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda
yaitu akuntabilitas personal, akuntabilitas individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas
organisasi, dan akuntabilitas stakeholder.

Profil Tokoh
Tokoh yang menjadi inspirasi dalam penerapan nilai akuntabilitas adalah Baharuddin
Lopa sebagai Mantan Jaksa agung yang dikenal sebagai jaksa agung yang jujur dan
sederhana. Ada banyak cerita yang menggambarkan bagaiamana baharuddin lopa memegang
teguh akuntabilitas dalam melaksanakan tugasnya. Ketika baru diangkat sebagai Kajati
Sulawesi Selatan, Lopa mengingatkan kepada publik melalui surat kabar, “Jangan berikan
uang kepada para jaksa. Jangan coba-coba menyuap para penegak hukum, apapun
alasannya!”
Menurut Wakil Presiden Jusuf Kalla, yang dulunya berbisnis mobil, Lopa bukan tipe
pejabat yang suka menerima upeti. Dia tidak suka memeras. Selain itu, contoh kecil yang
menggambarkan bagaimana Baharuddin Lopa menghindari konflik kepentingan adalah
telepon dinas di rumahnya selalu dikuncinya. Lopa melarang siapapun di rumahnya
memakainya. Untuk itu, Lopa sampai memasang telepon koin di rumah jabatannya, agar
tidak campur aduk kepentingan pribadi dan dinas. Lopa melakukan itu bukan karena dia
melarat. Setidaknya, Lopa pernah mencatatkan kekayaan pribadinya senilai Rp1,9 miliar dan
simpanan $20 ribu. Namun, Lopa hanya ingin hidup sederhana. Tak hanya sederhana, Lopa
rupanya tak ingin memakai barang milik negara juga.
Dari pemaparan tersebut terlihat bagaiamana bapak Baharuddin Lopa menerapkan
prinsip-prinsip dasar akuntabilitas sebagai seorang pemimpin yang memiliki komitmen yang
tinggi, membuat tidak hanya masyarakat percaya, tetapi para petinggi-petinggi negara
dimana beliau dipercaya memegang jabatan-jabatan strategis mulai dari bupati sampai ketua
kejaksaan agung. Sebagai orang hukum tentunya beliau sangat menjunjung tinggi kewajiban
dan kepatuhan hukum, memegang teguh bahwa ada konsekuensi hasil dari suatu tindakan,
dalam wujud perorangan maupun institusi dan pada akhirnya menghindari konflik
kepentingan baik yang menyangkut keuangan dan non keuangan.
Dalam penggunaan sumber daya milik negara Lopa tak ingin fasilitas publik digunakannya
untuk kepentingan pribadi. Hal ini sejalan dan dapat diambil teladan bahwa setiap PNS harus
memastikan bahwa fasilitas publik sumber daya milik negara: Penggunaannya diaturan
sesuai dengan prosedur yang berlaku; Penggunaannya dilaklukan secara bertanggung-jawab
dan efisien; dan Pemeliharaan fasilitas secara benar dan bertanggungjawab.

B. PENERAPAN
Contoh perilaku berakuntabilitas dalam bekerja di ruang lingkup RS AWS adalah
pertama dengan menyusun rencana keperawatan yang akan diberikan kepada psien,
kemudian mengimplementasikan kepada pasien, mengkaji ulang kebutuhan pasien dan
memberikan asuhan keperawatan pasien berdasarkan ilmu kebutuhan dasar maslow,
kemudian berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapy obat- obatan, berkolaborasi
dengan tim gizi dalam pemberiian diit yang paling sesuai dengan kebutuhan pasien, dan
mendokumentasikan segala tindakan dan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.,
Munculkan rasa empati dalam memberikan pelayanan pada pasien, menjadi role model
ditempat kita, menunjukkan kinerja yang baik dan semangat akuntabilitas, kemudian
menjadikan Akuntabilitas sebagai semangat, agar semakin tinggi rasa tanggung jawab dan
amanah yang ada didalam diri sendiri, dengan Akuntabilitas inilah kita mampu menjamin
terwujudnya nilai- nilai publik, memberikan pelayanan yang optimal kepada publik.

Anda mungkin juga menyukai