Anda di halaman 1dari 6

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ALKHAIRAAT


Bag./SMF Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin FK UNISA Palu / RSU Anutapura

STATUS PENDERITA

Diagnosa : Dermatitis Venenata

Nama : Hasnawati Dewe

NIM : 12 17 777 14 192

Pembimbing : dr.Sari Handayani P .M,kes ,SpKK


1. Nama : Nn.
Umur : 15 Tahun
Alamat :-
Status Perkawinan : Belum menikah
Tgl. Masuk Rs/Poli : 19 mei 2018

2. Anamnesis : Autoanamnesis
Keluhan Utama : Bercak merah pada dagu
Anamnesis Terpimpin : keluhan dialami sejak 3 hari yang lalu keluhan disertai dengan
rasa gatal dan rasa perih serta panaspada bagian dagu.awalnya pasien merasa perubahan
pada kulit berupa bercak kemerahn yang disertai gatal .sehingga pasien terus
menggaruknya .lalutimbul beruntusan kecil berisi air dan perih kemudian pecah dan
mengeluarkan cairan .keluhan tiba-tiba pada saat pasien bangun untuk sahur . Demam
(-) , lemas(-) , nyeri kepala(-) .Riwayat bepergian saat pulang dari kampus pasien merasa
saat di jalan ada serangga yang masuk ke dalam maskernya .

3. Status Pasien
Keadaan Umum : Sakit (Ringan/Sedang/Berat) ; Kesadaran : Composmentis
Gizi (Kurang/Cukup/Baik) ; Higiene (Buruk/Sedang/Baik)
Tanda Vital : Tensi ………… mm/Hg ; Nadi ………… x/mnt ;
Pernapasan …………. x/mnt ; Suhu ………….. oC
Kepala : * Sklera : Ikterus ( -/ - )
 Konjungtiva : Anemia (- / - )
 Bibir : Sianosis (-/-)
Jantung / Paru : Tidak dilakukan pemeriksaan
Abdomen : tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : tidak dilakukan pemeriksaan
Kelenjar Limfa : tidak dilakukan pemeriksaan

4. Status Lokalis : Kepala, Dada, Punggung, Bokong, Genetalia, Ekstremitas


(Superior/ inferior)

5. Status Dermatologi – Venereologi


Lokasi : regional
Ukuran : plakat
Efloresensi : terdapat macula dan papul –papul eritematous dengan batas
tidak dengan bula soliter

6. Laboratorium
Kerokan :-
Dan lain-lain : tidak dilakukan pemeriksaan
7. Resume : pasien perempuan 15 tahun dengan keluhan muncul bercak
kemerahan disertai pruritus dan panas serta perih di region dagu. Karena pruritus pasien
sering menggaruknya sehingga muncul vesikel yang lama-kelamaan menjadi papul-
papul.Keluhan dirasakan secara tiba-tiba saat pasien bangun untuk sahur riwayat
bepergian (+) saat perjalanan pulang dari kampus pasien merasa ada serangga yang
masuk di dalam maskernya.
Dari status dermatologi di dapatkan lokasi regional di daerah dagu dengan ukuran
plakat , efloresensi macula dan papul-papul eritematous dengan batas tidak tegas dengan
bula soliter

8. Diagnosis Banding : Dermatitis Atopi


9. Diagnosis : Dermatitis Venenata
10. Diskusi : Dilampirkan

11. Anjuran Pemeriksaan : -

12. Terapi
Sistemik : Cefadroxil 2x 250 mg

Topikal : Asam fusidat cr


Desoximetasine cr

13. Prognosis :
 Definisi

Dermatitis Venenata adalah Dermatitis Kontak Iritan yang disebabkan oleh terpaparnya
bahan iritan dari beberapa tanaman seperti rumput, bunga, pohon mahoni, kopi, mangga,
serta sayuran seperti tomat, wortel dan bawang. Bahan aktif dari serangga juga dapat
menjadi penyebab.

 Epidemiologi
-DKI dapat terjadi pada semua orang
-DKI akibat kerja paling sering ditemukan sekitar 70%-80%
-Adapun pada DKI akibat serangga khususnya disebabkan kembang paedeus kejadiannya
meningkat pada musim penghujan karena cuaca yang lembab merupakan lingkungan yang
sesuai bagi organisme penyakit dermatitis venenata .

 Etiologi

Penyebab munculnya dermatitis kontak iritan ini adalah bahan yang bersifat iritan,
misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu.(3) Bahan
aktif dari serangga juga dapat menjadi penyebab. Spesies serangga yang paling sering
menyebabkan dermatitis venenata adalah dari genus Paederus.

 Gejala Klinis

Dermatitis venenata termasuk ke dalam tipe DKI akut lambat. Keluhan yang dirasakan
dirasakan pedih, panas, rasa terbakar, dan gatal. Gejala klinis yang dapat ditemukan dari
pasien dengan dermatitis venenata antara lain:
a. Tidak ada gejala prodromal.
b. Lesi muncul tiba-tiba pada pagi hari atau setelah berkebun dan terasa gatal
serta pedih.
c. Kulit yang terpapar oleh bahan aktif paederin akan menjadi eritem, disertai rasa perih,
panas dan terbakar. Bila lesi ini digaruk, maka lesi ini akan menyebar dan membentuk
gambaran lesi berupa patch eritem linear yang kemudian berlanjut menjadi vesikel, bula,
terkadang bula menjadi pustular, bahkan nekrosis. Pada pasien yang datang ke tenaga
medis, bula dapat intak ataupun sudah terjadi erosi dengan dasar eritem. Lesi mulai muncul
setelah 8-24 jam setelah terpapar bahan aktif dan membaik dalam waktu seminggu
d. Lesi biasanya terjadi pda tempat yang tidak tertutupi, misalnya tangan, kaki juga leher dan
wajah, khususnya area periorbital, yang merupakan bagian tubuh paling sering menjadi
predileksi.
e. Adanya kissing phenomenon, yang berarti yang tertempel atau terkena lesi akan berubah
menjadi lesi yang baru.
 Pathogenesis
Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan melalui
kerja kimiawi atau fisis.(1) Ada 4 mekanisme yang berhubungan dengan DKI.
1. Hilangnya membran lemak (Lipid Membrane)
2. Kerusakan dari sel lemak
3. Denaturasi keratin epidermal
4. Efek sitotoksik secara langsung
Kerusakan membran mengaktifkan fosfolipase dan melepaskan asam arakidonat (AA),
diasilgliserida (DAG), platelet activating factor (PAF), dan inositida (IP3). AA dirubah
menjadi prostaglandin (PG) dan leukotrien (LT). PG dan LT menginduksi vasodilatasi, dan
meningkatkan permeabilitas vaskular sehingga mempermudah transudasi komplemen dan
kinin. PG dan LT juga bertindak sebagai kemoaktraktan kuat untuk limfosit dan neutrofil,
serta mengaktifasi sel mas melepaskan histamin, LT dan PG lain, dan PAF, sehingga
memperkuat perubahan vaskular.
DAG dan second messengers lain menstimulasi ekspresi gen dan sintesis protein,
misalnya interleukin-1 (IL-1) dan granulocyte-macrophage colony stimulating factor
(GMCSF). IL-1 mengaktifkan sel T-helper mengeluarkan IL-2 dan mengekspresi reseptor
IL-2, yang menimbulkan stimulasi autokrin dan proliferasi sel tersebut.
Keratinosit juga membuat molekul permukaan HLA-DR dan adesi intrasel-1 (ICAM-
1). Pada kontak dengan iritan, keratinosit juga melepaskan TNFα, suatu sitokin
proinflamasi yang dapat mengaktifasi sel T, makrofag dan granulosit, menginduksi
ekspresi molekul adesi sel dan pelepasan sitokin.
Rentetan kejadian tersebut menimbulkan gejala peradangan klasik di tempat terjadinya
kontak di kulit berupa eritema, edema, panas, nyeri, bila iritan kuat. Bahan iritan lemah
akan menimbulkan kelainan kulit setelah berulang kali kontak, dimulai dengan kerusakan
stratum korneum oleh karena delipidasi yang menyebabkan desikasi dan kehilangan fungsi
sawarnya, sehingga mempermudah kerusakan sel dibawahnya oleh iritan.

 Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cermat. Serta
riwayat kegiatan sebelumnya.

 Diagnosis Banding
 Dermatitis Kontak Alergi
 Dermatitis Atopik

 Penatalaksanaan
Penanganan dermatitis kontak yang tersering adalah menghindari bahan yang
menjadi penyebab.
Pengobatan medikamentosa terdiri dari:
A. Pengobatan sistemik :
1. Kortikosteroid, hanya untuk kasus yang berat dan digunakan dalam waktu singkat.
 Prednisone
Dewasa : 5-10 mg/dosis, sehari 2-3 kali p.o
Anak : 1 mg/KgBB/hari
 Dexamethasone
Dewasa : 0,5-1 mg/dosis, sehari 2-3 kali p.o
Anak : 0,1 mg/KgBB/hari
 Triamcinolone
Dewasa : 4-8 mg/dosis, sehari 2-3 kali p.o
Anak : 1 mg/KgBB/hari
2. Antihistamin
 Chlorpheniramine maleat
Dewasa : 3-4 mg/dosis, sehari 2-3 kali p.o
Anak : 0,09 mg/KgBB/dosis, sehari 3 kali

 Diphenhydramine HCl
Dewasa : 10-20 mg/dosis i.m. sehari 1-2 kali
Anak : 0,5 mg/KgBB/dosis, sehari 1-2 kali
 Loratadine
Dewasa : 1 tablet sehari 1 kali

B. Pengobatan topikal :
1. Bentuk akut dan eksudatif diberi kompres larutan garam faali (NaCl 0,9%)

2. Bentuk kronis dan kering diberi krim hydrocortisone 1% atau diflucortolone valerat 0,1%
atau krim betamethasone valerat 0,005-0,1%.

 Prognosis

Umumnya baik ,namum bila bahan iritan yang menjadi penyebab dermatitis tersebut tidak dapat
disingkirkan maka prognosis kurang baik.

Anda mungkin juga menyukai