Disusun oleh :
Anisa Surya Lestari (1032181027)
Dosen Pembimbing :
Titi Indriyati, SKM., M.Epid
Diabetes Melitus terdiri dari dua tipe yaitu DM tipe 1 disebabkan keturunan, dan DM tipe 2
disebabkan gaya hidup yang tidak sehat menjadi pemicu utama meningkatnya kadar gula darah
(Kemenkes RI, 2020). Pada DM Tipe 1 gejala klasik yang umum dikeluhkan adalah poliuria,
polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, cepat merasa lelah, iritabilitas, dan gatal-gatal pada
kulit. Sedangkan Pada DM Tipe 2 gejala yang dikeluhkan umumnya hampir tidak ada. DM Tipe
2 seringkali muncul tanpa diketahui, dan penanganan baru dimulai beberapa tahun kemudian
ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah terjadi. Penderita DM Tipe 2 umumnya
lebih mudah terkena infeksi, sulit sembuh dari luka, daya penglihatan makin buruk, dan
umumnya menderita hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, dan juga komplikasi pada pembuluh
darah dan syaraf.
Seseorang bisa dikatakan menderita diabetes mellitus karena beberapa penyebab yaitu tidak
melakukan pemeriksaan gula darah secara teratur, nutrisi yang tidak seimbang, aktivitas fisik
yang tidak seimbang, mengonsumsi minuman pemanis buatan, dan cemilan tidak sehat. Ada
beberapa tes yang bisa menentukan tingkat gula darah, seperti GDS (Gula Darah Sewaktu), GDP
(Gula Darah Puasa), Selain pengukuran melalui tes gula darah, Hemoglobin glikat atau dikenal
dengan nama (HbA1C) bisa menguji produksi selama 3 bulan terakhir, lalu ada juga metode
pelitian TTGO ( Tes Toleransi Glukosa Oral).
Program penanggulangan diabetes mellitus bisa dilakukan dengan berbagai macam cara,
diantaranya pemeriksaan kesehatan secara teratur khususnya kadar gula darah, menjalani
pengobatan secara intensif, aktif secara fisik, memperbaiki kualitas makanan, dan dukungan
masyarakat (Kemenkes 2020).
Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) tingkat prevalensi global penderita
DM pada tahun 2013 mencapai 382 kasus dan IDF juga memperkirakan pada tahun 2035
mengalami peningkatan menjadi (55%) sekitar 592 kasus diantara usia penderita DM 40-59
tahun (International Diabetes Federation, 2013). Menurut data WHO, Indonesia menempati
urutan keempat terbesar dalam jumlah pasien DM di dunia setelah Amerika Serikat, India, dan
China. WHO (World Helth Organization memprediksi akan adanya peningkatan jumlah
penderita DM yang cukup besar dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta jiwa
pada tahun 2030 dengan pertumbuhan sebesar 152% (WHO, 2006).
Hasil Riskesdas RI 2018, Prevalensi DM berdasarkan diagnosa dokter pada penduduk umur
>=15 tahun 2018 meningkat menjadi dua persen dibandingkan tahun sebelumnya, 1,5 persen.
Lima provinsi dengan prevalensi DM tertinggi yaitu DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Kalimantan
Timur, Sulawesi Utara, dan Jawa Timur. Dari kelima provinsi tersebut, prevalensi DM hanya
meningkat di DKI Jakarta dari 2,4 persen tahun 2013 menjadi 2,6 persen tahun 2018. Sedangkan,
DI Yogyakarta yang menempati urutan kedua, prevalensi DM tahun 2018 (2,4 persen) menurun
0,2 persen dibandingkan tahun 2013. DKI Jakarta menjadi provinsi tertinggi karena banyaknya
jumlah penduduk dan sudah banyak tersedianya sarana untuk pemeriksaan gula darah pada
penduduk.
Masalah yang sering timbul pada penderita diabetes melitus adalah bagaimana cara
mempertahankan agar kadar gula darah dalam darah tetap terkontrol. Berdasarkan penelitian
Kunaryanti (2018) di DI RSUD Dr. Moewardi Surakarta, Tingkat pengetahuan penderita tentang
penyakit menunjukkan rata-rata pengetahuan tinggi sebanyak 44 responden (68,7%) dari 64
responden, dan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang Diabetes Mellitus
dengan perilaku mengontrol gula darah pada pasien Diabetes Mellitus rawat jalan di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta. Sehingga informasi mengenai diabetes sangat penting untuk kita
sampaikan kepada pasien agar bisa mengendalikan kadar gula darah.
Pengetahuan penderita tentang diabetes melitus merupakan sarana yang dapat membantu
penderita menjalankan penanganan diabetes selama hidupnya sehingga semakin banyak dan
semakin baik penderita mengerti tentang penyakitnya semakin mengerti bagaimana harus
mengubah perilakunya dan mengapa hal itu diperlukan
2.2.5 Langkah dasar yang dapat dipakai untuk mengendalikan gula darah:
1) Obat
Pemberian obat yaitu dengan pemberian insulin maka akan mempertahankan jumlah
glukosa dalam darah sehingga tidak menyebabkan hiperglikemi dan jumlah glukosa
dalam darah tetap normal.
2) Tes darah
Dengan alat ini kita dapat memeriksa kadar gula dalam darah kita sebelum dan
sesudah makan. Bahkan jika perlu kita dapat meminta dokter memasang alat di
pinggang kita yang terus menerus mengamati kadar gula dalam darah kita. Ini sangat
membantu bila kadar gula darah kita cenderung naik turun secara tidak teratur.
3) Makanan
Makanan yang mengandung karbohidrat seperti nasi, roti, kentang, pasta, bakmi, dan
banyak lagi lainnya akan mempercepat naiknya kadar gula dalam darah. Makanan-
makanan ini diolah tubuh menjadi glucose/gula. Penting sekali mengurangi porsi
dari makanan seperti ini terutama bagi mereka yang terbiasa makan nasi tiga kali
sehari. Makanan yang dianjurkan bagi penderita diabetes adalah makanan yang
mengandung protein seperti telur, susu, ikan, dada ayam. Tentu saja sayur-sayuran
juga perlu banyak dimakan. Buah-buahan dapat dimakan sekedarnya, mangga yang
terlalu manis harus dibatasi, begitu juga nangka, rambutan, nenas, bahkan pisang.
4) Tidur
Tidur yang cukup penting bagi kita semua. Bagi penderita diabetes tidur yang cukup,
kurang lebih 8 jam sehari, akan membantu pankreas membentuk insulin yang sangat
penting untuk menjaga kadar gula darah. Tidur bukanlah sesuatu yang bisa diganti
seperti makanan.
5) Olahraga
Olahraga juga membantu pembentukan insulin. Menurut para ahli yang terbaik ialah
30 menit, atau 3 kali 10 menit sehari jalan kaki, naik sepeda, berenang, atau apa saja
kegiatan yang kita sukai. Banyak penderita diabetes yang kakinya merasa sakit
sehingga enggan berolahraga. Justru karena tidak berolahraga rasa sakit di kaki
bertahan sehingga akhirnya sulit untuk dipakai berjalan.
Pengertian
Pengetahuan
Kategori Pengetahuan:
Baik (76-100%)
Cukup (56-75%)
Kurang (<56%)
Faktor penyebab
Klasifikasi Kadar
penyakit DM Gejala DM
Gula Darah
Pengertian
Diabetes Melitus
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Kesehatan RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI.
Diakses pada tanggal 18 Maret 2021. Dari
https://drive.google.com/file/d/1Vpf3ntFMm3A78S8Xlan2MHxbQhqyMV5i/view
Kementrian Kesehatan RI. (2018). Hari Diabetes Sedunia 2018. Jakrta: Kemenkes RI.
Diakses pada 18 Maret 2021. Dari
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/hari-diabetes-
sedunia-2018.pdf
Kementrian Kesehatan RI. (2020). Informasi Seputar Penyakit Diabetes Melitus.
Jakarta: Kemenkes RI. Diakses pada tanggal 18 Maret 2021. Dari
http://p2ptm.kemkes.go.id/informasi-p2ptm/penyakit-diabetes-melitus
Kunaryanti, Andriyani A, Wulandari R. (2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang
Diabetes Melitus dengan Perilaku mengontrol Gula Darah pada Pasien Diabetes
Mellitus Rawat Jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Diakses pada tanggal 19 Maret
2021. Dari http://journals.ums.ac.id/index.php/JK/article/view/7007
Mallo A, St. Aminah, Arif NW. (2017). Hubungan Pengetahuan dan Sikap dalam
Pengaturan Pola Makan dengan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus di
Wilayah Kerja Puskesmas Minasa UPA Kec. Rappocini Kota Makassar. Diakses pada
tanggal 19 Maret 2021. Dari https://core.ac.uk/download/pdf/236405512.pdf
Muhasidah. Hasani, R. Indirawaty. Majid, N. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan,
Sikap dan Pola Makan dengan Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus di
Wilayah Kerja Puskesmas Sudiang Kota Makasar. Diakses pada tanggal 19 Maret 2021.
Dari https://www.neliti.com/publications/316466/hubungan-tingkat-pengetahuan-sikap-
dan-pola-makan-dengan-kadar-gula-darah-pada-p
Notoatmodjo, S. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Rineke Cipta. Jakarta.
World Health Organization. (2004). Global Prevalence of Diabetes. Diakses pada
tanggal 18 Maret 2021. Dari https://www.who.int/diabetes/facts/en/diabcare0504.pdf