Anda di halaman 1dari 15

TUGAS ASSESMENT

MATA KULIAH PENDIDIKAN KARAKTER

Disusun Oleh:
Rini Dwi Mulyani
NIM. P.1337424519048

SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MAGELANG JURUSAN KEBIDANAN

POLITEHNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, segala puji syukur penulis panjatkan


kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan nikmat dan karuniaNya, sehingga
penulisan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Tugas assessment makalah mata kuliah bahasa Indonesia ini disusun dan
diajukan untuk memenuhi syarat konversi nilai Program Studi Sarjana Terapan
Kebidanan Magelang Politehnik Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang.
Penulis tidak dapat menyelesaikan makalah ini tanpa bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus kepada Ibu
Dosen Pembimbing assessment dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-
satu yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk
perbaikan makalah ini. Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Magelang, Desember 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................

KATA PENGANTAR......................................................................................

DAFTAR ISI ...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan Penelitian..................................................................................
D. Manfaat Penelitian................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori.......................................................................................
1. Remaja..............................................................................................
2. Peer Support Group.........................................................................
3. Kepatuhan........................................................................................
4. Anemia dan Suplementasi TTD.......................................................
B. Kerangka Teori.....................................................................................

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.......................................................

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintah telah kembali mencanangkan pendidikan karakter sebagai


materi yang harus diberikan di lembaga pendidikan. Tujuan pendidikan karakter
adalah meningkatnya dan bertahannya karakter bangsa. Pendidikan karakter ini
di lembagan pendidikan formal dilaksanakan dengan menetapkan mata pelajaran
atau mata kuliah pengembangan kepribadian, yang meliputi Pendidikan
Kewarganegaraan, Agama, dan Bahasa Indonesia. Pelaksanaan meliputi
Pendidikan Kewarganegaraan, Agama, dan Bahasa Indonesia pada umumnya
masih bersifat teacher centered, sehingga pembelajaran masih berpusat pada
guru/dosen. Metode pembelajaran masih tradisional yaitu metode ceramah yang
belum mengarah pada metode partisipatif. Akibat dari hal ini maka tujuh
pendidikan mata pelajaran atau mata kuliah pengembangan pribadi yang
seharusnya mengarah pada aspek afektif dan aspek attitude, baru sebatas aspek
afektif. Akibat lebih lanjut cara evaluasi juga berkonotasi pada aspek kognitif
saja. Sehingga karakter atau perubahan sikap belum terukur. Agar tujuan
pendidikan karakter dapat tercapai, dibutuhkan adanya pembiasaan, keteladanan
dan aktivitas-aktivitas nyata. Karena itu, dibutuhkan metode atau cara
pembelajaran pendidikan karakter yang partisipatif, actual, realistic, dan
continue.
Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional.
Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan
nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki
kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Ini berarti bahwa pendidikan tidak
hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau
berkarakter, dengan harapan agar nantinya akan lahir generasi bangsa yang
tumbuh dan berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa
dan agama. Para pendidik perlu menyadari betapa pentingnya pendidikan
karakter sebagai sarana pembentuk perilaku, pengayaan nilai individu dengan
cara menjadi figur keteladanan bagi anak didik serta mampu menciptakan
lingkungan yang kondusif bagi proses pertumbuhan berupa kenyamanan dan
keamanan yang dapat membantu suasana pengembangan diri individu secara
menyeluruh dari segi teknis, intelektual, psikologis, moral, sosial, estetis dan
religius.
Pendidikan karakter tidak semata-mata bersifat individual, melainkan
juga memiliki dimensi sosial struktural. Meskipun pada gilirannya kriteria
penentu adalah nilai-nilai kebebasan individual yang bersifat personal.
Pendidikan karakter yang berkaitan dengan dimensi sosial struktural, lebih
melihat bagaimana menciptakan sebuah sistem sosial yang kondusif bagi
pertumbuhan individu. Dalam konteks inilah, pendidikan moral dapat diletakkan
dalam kerangka pendidikan karakter. Pendidikan moral merupakan pondasi bagi
sebuah pendidikan karakter.
Berdasarkan pemahaman di atas Jurusan Pendidikan Bahasa Perancis
merasa bertanggungjawab untuk turut serta mendukung dalam mengembangkan
pendidikan berkarakter bagi para mahasiswa. Diharapkan dengan pendidikan
karakter para mahasiswa yang memiliki etika akan tetap ada, sehingga tercipta
generasi yang bermoral dan bertanggungjawab serta mampu menunjukkan jati
dirinya sebagai manusia yang berbudaya.

B. Rumusan masalah
1. Apakah pengertian pendidikan karakter?
2. Bagaimana tujuan pendidikan karakter?
3. Bagaimana Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter?
4. Apa Urgensi Pendidikan Karakter?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan karakter
2. Untuk mengetahui tujuan pendidikan karakter.
3. Untuk mengetahui Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter
4. Untuk mengetahui Urgensi Pendidikan Karakter?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Karakter Dan Pendidikan Karakter

Sebelum membahas pendidikan karakter, terlebih dahulu dipaparkan


tentang pengertian karakter. Istilah karakter diambil dari bahasa Yunani
“Charassian” yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan
bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau
tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku
jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang
perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia.
Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati,
jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat,
temperamen, watak”. Adapun berkarakter, adalah berkepribadian,
berperilaku, bersifat, dan berwatak. Imam Al-Ghazali menganggap karakter
lebih dekat kepada akhlak, yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau
melakukan perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga
ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi.
Sementara Ki Hajar Dewantara (dalam Wibowo, 2013, p. 34)
memandang bahwa karakter itu sebagai watak atau budi pekerti. Koesoema
(2007, p. 80) menyebutkan bahwa jika karakter dipandang dari sudut
behavioral yang menekankan unsur somatopsikis yang dimiliki individu
sejak lahir, maka karakter dianggap sama dengan kepribadian. Karakter
dipengaruhi oleh hereditas, sebagaimana dinyatakan oleh Samani &
Hariyanto (2013) bahwa karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang
membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas
maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain,
serta diwujudkan dengan sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
Sementara untuk pengertian pendidikan karakater Lickona (1992)
menyebutkan “character education is the deliberate effort to help people
understand, care about, and act upon core ethical values”, hal ini berarti
bahwa pendidikan karakter adalah upaya yang disengaja untuk membantu
orang memahami, peduli, dan bertindak berdasarkan nilai-nilai etika inti.
Pendidikan Karakter adalah pendidikan yang mendukung
perkembangan sosial, emosional, dan etis siswa. Dirjen Dikti (dalam
Barnawi & Arifin, 2013) menyebutkan bahwa pendidikan karakter dapat
dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan
moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan
peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang
baik, mewujudkan, dan menebar kebaikan itu dalam kehidupan seharihari
dengan sepenuh hati. Semantara secara sederhana pendidikan karakter dapat
dimaknai sebagai hal postif apa saja yang dilakukan guru dan berpengaruh
kepada karakter siswa yang diajarnya (Samani & Hariyanto, 2013).
Pendidikan karakter merupakan sebuah upaya untuk membangun karakter
(character building). Elmubarok (2008, p. 102) menyebutkan bahwa carakter
building merupakan proses mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa,
sehingga berbentuk unik, menarik, dan berbeda atau dapat dibedakan dengan
orang lain, ibarat sebauh huruf dalam alfabeta yang tak pernah sama antara
yang satu dengan yang lain, demikianlah orang-orang yang berkarakter dapat
dibedakan satu dengan yang lainnya. Pendidikan karakter dapat disebut
juga sebagai pendidikan moral, pendidikan nilai, pendidikan dunia afektif,
pendidikan akhlak, atau pendidikan budi pekerti.
B. Tujuan Pendidikan Karakter
Pada dasarnya konsep awal pendidikan karakter adalah seperti tujuan
pendidikan yang pada intinya yaitu memanusiakan manusia, membangundan
membentuk insan kamil atau manusia yang seutuhnya. Maksudnya adalah
pendidikan diharapkan dapat menghasilkan manusia yang mampu
mengaktualisasikan dirinya dengan kemampuan yang dimilikinya serta dapat
mengubah dan membentuk hidup manusia secara mandiri, cerdas dan
berkarakter seutuhnya. Hal tersebut mengindikasikan bahwa dalam proses
pendidikan maupun proses belajar mengajar bahwasanya perkembangan
perilaku peserta didik dan pemahamannya mengenai nilai-nilai moral seperti
keadilan, kejujuran, rasa tanggung jawab serta kepedulian terhadap oranglain
merupakan elemen yang harus ditanamkan agar peserta didik nantinya
mampu membuat pertimbangan secara matang atas perilakunya
dalamkehidupan sehari-hari baik di sekolah maupun di lingkungan
masyarakat. Hal tersebut didukung oleh statement Mark dan Terence yakni:
“Morality is directed and constructed to perform a large range of independent
functions to prohibit destruction and harm, to promote harmony and stability,
to develop what is best in us. It promotes she social and economic conditions
that sustain mutually benefical trust and cooperation, articulates ideals and
excel lence, sets priorities among the activities that constitute our lives”.21
Artinya adalah:
“Moralitas diarahkan dan dibangun untuk melakukan berbagai macam fungsi
independen untuk melarang perusakan dan membahayakan, untuk
mempromosikan harmoni dan stabilitas, untuk mengembangkan apa yang
terbaik dalam diri kita. Hal ini mendorong kondisi sosial dan ekonomi yang
menopang kepercayaan yang saling menguntungkan dan kerjasama,
mengartikulasikan cita-cita dan unggul, menetapkan prioritas diantara
kegiatan yang menerapkan hidup kita”. Dari konsep tersebut dapat
dimengerti bahwasanya perlunya keseimbangan keharmonisan atau stabilitas
antara keseimbangan dimensi kognitif dan afektif dari diri kita dalam proses
pendidikan untuk membentuk manusia yang seutuhnya. Adapun tujuan
pendidikan karakter dalam setting sekolah, diantaranya sebagai berikut:
a. Mengubah dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap
penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian atau kepemilikan peserta
didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan
b. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan
nilainilai yang dikembangkan oleh sekolah.
c. Membangun koneksi yang harmonis dengan keluarga dan masyarakat
dalam memerankan tanggungjawab pendidikan karakter secara bersama.
Hal ini selaras dengan statement yang dikemukakan oleh Fakry Ghaffar
tentang tujuan pendidikan karakter yakni sebuah proses transformasi nilai-
nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian peserta
didik sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan peserta didik tersebut.
Dari tujuan tersebut, ada tiga ide pemikiran penting yaitu:23
1) Proses transformasi nilai-nilai
2) Ditumbuhkembangkan dalam kepribadian
3) Menjadi satu dalam perilaku
Ada beberapa pula mengenai jenis bimbingan karakter berdasarkan
tujuannya yang selama ini dikenal dan dilaksanakan dalam proses
pendidikan karakter diantaranya yakni:
a. Pendidikan karakter berbasis nilai religius yang merupakan kebenaran
wahyu-wahyu Tuhan (konversi moral)
b. Pendidikan karakter berbasis nilai budaya, antara lain yang berbasis budi
pekerti, pancasila, apresiasi, sastra, keteladanan tokoh-tokoh sejarah, dan
para pemimpin bangsa (konversi budaya)
c. Pendidikan karakter berbasis lingkungan (konversi lingkungan)
Maka dalam hal ini pendidikan karakter berarti bukan hanya sekedar
mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu
pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang yang baik
sehingga siswa dididik menjadi paham (domain kognitif) tentang mana yang
benar dan yang salah, mampu merasakan (domain afektif) nilai yang baik
serta mampu melakukannya (domain psikomotorik), sehingga komponen
pendidikan karakter harus melibatkan bukan hanya aspek “knowing the
good” (moral knowing), tetapi juga “desiring the good” atau “loving the
good” (moral feeling) dan “acting the good” (moral action).
C. Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter
Berbicara tentang karakter sesungguhnya karakter merupakan pilar penting
dalam kehidupan bangsa dan negara. Karakter ibarat kemudi dalam
kehidupan. Namun dalam kenyatannya, perhatian terhadap karakter yang
begitu pentingnya tidak di perhatikan dengan baik bahkan boleh dibilang
terabaikan. Seperti dikemukakan sebelumnya bahwa inti pendidikan
karakter bukanlah sekadar mengajarkan pengetahuan kepada peserta didik
tentangmana yang baik dan mana yang buruk. Namun lebih dari itu,
pendidikan karakter merupakan proses menanamkan nilai-nilai positif
kepada peserta didik melalui berbagai cara yang tepat. Pendidikan karakter
yang menjadi isu utama dunia pendidikan saat ini sebenarnya bukan sesuatu
yang baru. Latar belakang menghangatnya isu pendidikan karakter adalah
harapan tentang pemenuhan sumber daya manusia yang berkualitas yang
lahir dari pendidikan. Dengan demikian, penanaman pendidikan karakter
sudah tidak dapat ditawar untuk diabaikan, terutama pada pembelajaran di
sekolah, di samping lingkungan keluarga dan masyarakat. Secara umum,
nilai-nilai karakter atau budi pekerti ini menggambarkan sikap dan perilaku
dalam hubungan dengan Tuhan, diri sendiri, masyarakat dan alam sekitar.
Mengutip dari pendapatnya Lickona (1991), “pendidikan karakter secara
psikologis harus mencakup dimensi penalaran berlandasan moral (moral
reasoning), perasaan berlandasan moral (moral behaviour). Dalam rangka
memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter, ada 18 nilai-nilai dalam
pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang dibuat oleh
Diknas. Mulai tahun ajaran 2011, seluruh tingkat pendidikan di Indonesia
harus menyisipkan pendidikan berkarakter tersebut dalam proses
pendidikannya18 nilai-nilai dalam pendidikan karakter menurut Diknas
adalah
a. Religius, sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain,
dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
b. Jujur, perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan
c. Toleransi, sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,
etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
d. Disiplin, tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan

e. Kerja Keras, tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
f. Kreatif berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau
hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
g. Mandiri, sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas.
h. Demokratis, cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak
dan kewajiban dirinya dan orang lain
i. Rasa Ingin Tahu, sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya,
dilihat, dan didengar.
j. Semangat Kebangsaan, cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri
dan kelompoknya.
k. Cinta Tanah Air, cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri
dan kelompoknya
l. Menghargai Prestasi, sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui,
serta menghormati keberhasilan orang lain.
m. Bersahabat/Komunikatif, sikap dan tindakan yang mendorong dirinya
untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain
n. Cinta Damai, sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui,
serta menghormati keberhasilan orang lain.
o. Gemar Membaca, kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca
berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
p. Peduli Lingkungan, sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan
upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
q. Peduli Sosial, sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan
pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
r. Tanggung Jawab, sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri
sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan
Tuhan Yang Maha Esa.
D. Urgensi Pendidikan Karakter
Karakter merupakan hal yang sangat penting dan mendasar. Karakter adalah
mustika hidup yang membedakan manusia dengan binatang. Orang-orang
yang berkarakter kuat dan baik secara individual maupun sosial ialah mereka
yang memiliki Akhlaq, moral, dan budi pekerti yang baik. Mengingat itu
semua sangat penting harus di awali dari dunia pendidikan, memulai dari
Sekolah Dasar (SD) dimana pendidikan dasar di mulai, bahkan dari usia dini
(TK/PAUD). Mencetak anak yang berprestasi secara nalar memang tidak
mudah, tapi mencetak anak bermoral jauh lebih sulit dilakukan, apalagi
dengan perkembangan teknologi canggih yang semakin cepat dan pesat,
yang tentunya berdampak terhadap perkembangan anak. Pendidikan karakter
telah menjadi perhatian banyak pihak, pemerintah misalnya, pemerintah
telah mengagendakan pentingnya pendidikan karakter diterapkan di sekolah-
sekolah dan telah menjadi kebijakan nasional yang dituangkan dalam
peraturan perundang-undangan. Hampir semua sepakat bahwa krisis moral
yang melanda generasi bangsa ini diakibatkan telah melemahnya nilai-nilai
moral bangsa dalam kehidupan masyarakat. Hal ini diduga disebabkan oleh
kurang berhasilnya pendidikan yang membina karakter di sekolah.
Pendidikan formal dewasa ini lebih dominan mengembangkan aspek kognitif
saja dari pada moral atau karakter. Karakter tidak berfungsi dalam ruang
hampa, karakter berfungsi dalam lingkungan sosial. Sebuah lingkungan
seringkali menindas kepedulian moral kita. Lingkungan sosial terkadang
bahkan meciptakan keadaan yang membuat banyakatau sebagian besar orang
merasa bodoh jika melakukan halhal bermoral. Pendididkan karakter
sangatlah penting karena karakter akan menunjukkan siapa kita sebenarnya,
karakter akan menentukan bagaimana seseorang membuat keputusan,
karakter menentukan sikap, perkataan dan perbuatan seseorang. Berdasar
dari beberapa sumber mengenai pentingnya pendidikan karakter di atas,
sejatinya memberikan motivasi serta pencerahan bagi pemerintah, para
pendidik, insan akademik serta stakeholder pendidikan pada umumnya untuk
segera sadar dan bangkit berupaya mencari solusi agar pendidikan karakter
ini dapat diimplementasikan dengan segera di sekolah/ madrasah dan juga di
rumah. Seluruh warga Indonesia harus segera menyelamatkan diri dengan
mencetak sumber daya manusia yang berkarakter unggul sesuai dengan nilai-
nilai agama, budaya dan falsafah bangsa. atau sebagian besar orang merasa
bodoh jika melakukan halhal bermoral. Pendididkan karakter sangatlah
penting karena karakter akan menunjukkan siapa kita sebenarnya, karakter
akan menentukan bagaimana seseorang membuat keputusan, karakter
menentukan sikap, perkataan dan perbuatan seseorang. Berdasar dari
beberapa sumber mengenai pentingnya pendidikan karakter di atas, sejatinya
memberikan motivasi serta pencerahan bagi pemerintah, para pendidik, insan
akademik serta stakeholder pendidikan pada umumnya untuk segera sadar
dan bangkit berupaya mencari solusi agar pendidikan karakter ini dapat
diimplementasikan dengan segera di sekolah/ madrasah dan juga di rumah.23
Seluruh warga Indonesia harus segera menyelamatkan diri dengan mencetak
sumber daya manusia yang berkarakter unggul sesuai dengan nilai-nilai
agama, budaya dan falsafah bangsa.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi
seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh
lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dengan
sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter
sebagai pendidikan moral, pendidikan nilai, pendidikan dunia afektif,
pendidikan akhlak, atau pendidikan budi pekerti. Pendidikan karakter
diharapkan dapat menghasilkan manusia yang mampu mengaktualisasikan
dirinya dengan kemampuan yang dimilikinya serta dapat mengubah dan
membentuk hidup manusia secara mandiri, cerdas dan berkarakter seutuhnya.
Dalam rangka memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter, ada 18 nilai-nilai
dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang dibuat oleh
Diknas.

2. Saran
Sebagai mahasiswa kita sebaiknya menerapkan nilai-nilai karakter yang
positive dalam memberikan asuhan kebidanan kepada pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Ani Nur Aeni. 2014.Pendidikan Karakter Untuk Siswa SD Dalam Perspektif


Islam. Publikasi Online: http://jurnal.upi.edu/mimbar-sekolah-dasar/.Mimbar
Sekolah Dasar, Volume 1 Nomor 1 April 2014, (hal. 50-58)
Anonim. 2012. Pendidikan Karakter. https://uad.ac.id/id/pendidikan-karakter/
Dharma Kesuma dkk, 2011. Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), h.9, h.5.
Masnur Muslich. 2011. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multi
Dimensional. Jakarta: Bumi Aksara, h. 29
Abdul Majid dan Dian Andayani. 2011. Pendidikan Karakter Perspektif Islam.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, h. 31.
digilib.uinsby.ac.id
Kemendiknas, Pendidikan Karakter bangsa dalam
perpustakaan.kemdiknas.go.id/download/Pendidikan%20Karakter.pdf.
Makna dan Urgensi Pendidikan Karakter. dalam
http://edukasi.kompasiana.com/2013/02/05/makna-dan-urgensi-
pendidikankarakter-525801.
Thomas Lickona.2013. Pendidikan Karakter; Panduan lengkap Mendidik Siswa
Menjadi Pintar dan Baik. (Bandung, Nusa Media, 2013), hlm. 88 23
Amirullah Syarbini.2012. Buku Pintar Pendidikan Karakter; Panduan Lengkap
Mendidik karakter Anak di Sekolah, Madrasah, dan Rumah. (Jakarta: As@-
Prima Pustaka, 2012), hlm. 21

Anda mungkin juga menyukai