Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH

ANGINA (ANGINA PEKTORIS)

Disusun Oleh:

1. Hanina Fitriah (2720190035)


2. Hilda Aini Syifa (2720190011)
3. Laily Arviyati Adhania (2720190054)
4. Roshiva Rohmah Ardiati (2720190020)
5. Syavira Eziza (2720190045)
6. Tania Hayati (2720190039)
7. Tri Purwanti (2720190025)
8. Bibin Seto Pamekas (2720190062)
9. Alwiyanto (2720190051)
10.Ricka kartika (2720190065)

UNIVERSITAS ISLAM AS – SYAFI’IYAH


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
S1 KEPERAWATAN
2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Angina (Angina Pektoris).

Makalah ini berisi tentang Angina (Angina Pektoris). Dalam penyusunannya penulis
melibatkan berbagai pihak, baik dari dalam kampus maupun luar kampus. Oleh karena
itu penulis mengucapkan banyak terima kasih atas segala dukungan yang diberikan
untuk menyelesaikan makalah ini.

Meski telah disusun secara maksimal oleh penulis, akan tetapi penulis sebagai
manusia biasa sangat menyadari bahwa makalah ini sangat banyak kekurangannya
dan masih jauh dari kata sempurna. Karenanya penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.

Besar harapan penulis makalah ini dapat menjadi inspirasi atau sarana pembantu
masyarakat dalam mencari berbagai macam tumbuhan untuk diolah menjadi
ramuan atau obat herbal.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga para pembaca dapat mengambil
manfaat dan pelajaran dari makalah ini.

Jakarta, 6 Mei 2020

(Penulis)

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................1

DAFTAR ISI...........................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................5
C. Tujuan...............................................................................................5

BAB II ISI...............................................................................................................6
A. Definisi Angina Pectoris..................................................................6
B. Epidemiologi.....................................................................................6
C. Etiologi Angina Pectoris..................................................................7
D. Patofisiologi Angina Pectoris........................................................11
E. Manifestasi Klinis..........................................................................12
F. Klasifikasi Angina Pektoris...........................................................13
G. Pemeriksaan Diagnostik...............................................................14
H. Penatalaksanaan Angina Pectoris................................................16
I. Kasus................................................................................................17

BAB III PENUTUP..............................................................................................38


A. Kesimpulan.....................................................................................38
B. Saran...............................................................................................39

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................40

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit angina pectoris merupakan suatu sindroma gangguan pada dada berupa
perasaan nyeri, terlebih saat sedang berjalan, mendaki, sebelum atau sesudah makan.
Angina (angina pektoris) adalah nyeri dada yang bersifat sementara, dapat juga
merupakan rasa tertekan pada dada, yang terjadi karena otot jantung mengalami
kekurangan oksigen akibat terganggunya aliran darah ke arteri yang mengalirkan darah
ke jantung. Penyumbatan atau penyempitan arteri jantung yang mengakibatkan angina
adalah jika penyumbatannya mencapai 70%.
Di Amerika Serikat, 13 juta orang memiliki penyakit jantung iskemik, lebih dari
6 juta memiliki angina pektoris stabil, dan lebih dari 7 juta dengan infark miokard. Diet
tinggi lemak dan kalori, merokok, dan gaya hidup yang sedentarysangat berkaitan
dengan terjadinya penyakit 2 jantung iskemik ini. Di Amerika dan Eropa, penyakit
jantung iskemik lebih sering terjadi pada kelompok masyarakat dengan penghasilan
rendah daripada kelompok masyarakat dengan tingkat penghasilan menengah ke atas
(yang melakukan gaya hidup sehat) (European Society of Cardiology, 2006).
Di Indonesia, penyakit sistem sirkulasi darah (SSD) menurut ICD-10 yaitu
penyakit jantung dan pembuluh darah telah menduduki peringkat pertama sebagai
penyebab utama kematian umum pada tahun 2000 dari hasil Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) 200 1 sebesar 26,3% kematian. Proporsi kematian semakin meningkat
dengan bertambahnya umur dan meningkat nyata pada usia 35 tahun ke atas. Penyakit
sistem sirkulasi darah sebagai penyebab kematian lebih tinggi di perkotaan daripada di
pedesaan (31% vs 23,7%) namun hampir tidak berbeda menurut ienis kelamin.

Prevalensi penyakit jantung dan pembuluh darah (ICD 120-199) berdasarkan


wawancara dan pemeriksaan fisik oleh dokter umum hasil studi morbiditas dan
disabilitas SKRT 2001 menunjukkan 4,2% pada populasi semua umur. Lebih tinggi
pada perempuan (4,9% vs 3,4%) dan lebih tinggi di pedesaan (4,4% : 4,0%).

3
Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2004 menunjukkan diantara
penduduk Indonesia umur 2-15tahun, prevalensi sakit jantung (angina pectoris)
berdasarkan informasi pernah didiagnosis sakit jantung oleh tenaga kesehatan selama
hidupnya sebesar 1,3% dan yang pernah diobati sebesar 0,9%. Pengalaman sakit jantung
(angina pectoris) menurut gejala dilaporkan oleh 5-1 per 1000 penduduk umur 5-
21 tahun di mana 93% di antaranya tidak tercakup oleh sistem pelayanan kesehatan.
Menurut data SKRT 2004, prevalensi penyakit jantung berdasarkan keterangan pernah
didiagnosis oleh tenaga kesehatan pada penduduk umur 15 tahun sebesar 2,2% dan
prevalensi gejala penyakit jantung dalaln 1 tahun terakhir sebesar 8,4 %.
Sindroma Angina pectoris tidak stabil telah lama dikenal sebagai gejala awal
dari infark miokard akut (IMA).Bayak penelitian melaporkan bahwa angina pectoris
tidak stabil merupakan risiko untuk terjadinya IMA dan kematian. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa 60-70% penderita IMA dan 60% penderita mati mendadak pada
riwayat penyakitnya yang mengalami gejala angina pectoris tidak stabil.Sedangkan
penelitian jangka panjang mendapatkan IMA terjadi pada 5-20% penderita angina
pectoris tidak stabil dengan tingkat kematian 14-80%.

B. Rumusan Masalah
a. Apa itu Angina Pectoris ?
b. Apa saja etiologi dan faktor resiko dari Angina Pectoris?
c. Apa saja klasifikasi dari angina pectoris?
d. Bagaimana patofisiologi Angina Pectoris
e. Bagaimana penatalaksanaan Angina Pectoris

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
a. Mengetahui definisi dari Angina Pectoris
b. Mengetahui etiologi ,patofisiologi dan klasifikasi dari Angina Pectoris
c. Mengetahui pentalaksanaan dari Angina Pectoris

4
BAB II
ISI

A. Definisi Angina Pectoris

Angina Pektoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan terjadi sebagai
respon terhadap suplai oksigen yang tidak kuat ke sel-sel miokardium. Masyarakat awam
biasanya menyebutnya Angin duduk atau Masuk angina duduk.
Angina pektoris adalah rasa tidak enak di dada sebagai akibat dari suatu iskemik
miokard tanpa adanya infark. Klasifikasi klinis angina pada dasarnya berguna untuk
mengevaluasi mekanisme terjadinya iskemik. Walaupun patogenesa angina mengalami
perubahan dari tahun ke tahun.
Angina pektoris adalah nyeri dada yang ditimbukan karena iskemik miokard dan
bersifat sementara atau reversibel.Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana
klien mendapat serangan sakit dada yang khas yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di
dada yang seringkali menjalar ke lengan sebelah kiri yang timbul pada waktu aktifitas dan
segera hilang bila aktifitas berhenti.  Angina pektoris adalah suatu sindroma klinis yang
ditandai dengan episode atau paroksisma nyeri atau perasaan tertekan di dada depan.
Angina pektoris adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis rasa
tidak nyaman yang biasanya terletak dalam daerah retrosternum.

B. Epidemiologi

Di Amerika Serikat, 13 juta orang memiliki penyakit jantung iskemik, lebih dari 6
juta memiliki angina pektoris stabil, dan lebih dari 7 juta dengan infark miokard. Diet
tinggi lemak dan kalori, merokok, dan gaya hidup yang sedentarysangat berkaitan dengan
terjadinya penyakit 2 jantung iskemik ini. Di Amerika dan Eropa, penyakit jantung iskemik
lebih sering terjadi pada kelompok masyarakat dengan penghasilan rendah daripada
kelompok masyarakat dengan tingkat penghasilan menengah ke atas (yang melakukan
gaya hidup sehat) (European Society of Cardiology, 2006).
Di Indonesia, penyakit sistem sirkulasi darah (SSD) menurut ICD-10 yaitu penyakit
jantung dan pembuluh darah telah menduduki peringkat pertama sebagai penyebab utama
kematian umum pada tahun 2000 dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 200
1 sebesar 26,3% kematian. Proporsi kematian semakin meningkat dengan bertambahnya
umur dan meningkat nyata pada usia 35 tahun ke atas. Penyakit sistem sirkulasi darah
sebagai penyebab kematian lebih tinggi di perkotaan daripada di pedesaan (31% vs 23,7%)
namun hampir tidak berbeda menurut ienis kelamin.
Prevalensi penyakit jantung dan pembuluh darah (ICD 120-199) berdasarkan
wawancara dan pemeriksaan fisik oleh dokter umum hasil studi morbiditas dan disabilitas
SKRT 2001 menunjukkan 4,2% pada populasi semua umur. Lebih tinggi pada perempuan
(4,9% vs 3,4%) dan lebih tinggi di pedesaan (4,4% : 4,0%).

Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2004 menunjukkan diantara


penduduk Indonesia umur 2-15tahun, prevalensi sakit jantung (angina pectoris)
berdasarkan informasi pernah didiagnosis sakit jantung oleh tenaga kesehatan selama
hidupnya sebesar 1,3% dan yang pernah diobati sebesar 0,9%. Pengalaman sakit jantung
(angina pectoris) menurut gejala dilaporkan oleh 5-1 per 1000 penduduk umur 5-21
tahun di mana 93% di antaranya tidak tercakup oleh sistem pelayanan kesehatan. Menurut
5
data SKRT 2004, prevalensi penyakit jantung berdasarkan keterangan pernah didiagnosis
oleh tenaga kesehatan pada penduduk umur 15 tahun sebesar 2,2% dan prevalensi gejala
penyakit jantung dalaln 1 tahun terakhir sebesar 8,4 %.

C. Etiologi Angina Pectoris

Angina pectoris dapat terjadi bila otot jantung memerlukan asupan oksigen yang
lebih pada waktu tertentu, misalnya pada saat bekerja, makan, atau saat sedang mengalami
stress. Jika pada jantung mengalami penambahan beban kerja, tetapi supplay oksigen yang
diterima sedikit, maka akan menyebabkan rasa sakit pada jantung. Oksigen sangatlah
diperlukan oleh sel miokard untuk dapat mempertahankan fungsinya. Oksigen yang
didapat dari proses koroner untuk sel miokard ini,telah terpakai sebanyak 70 - 80 %,
sehingga wajar bila aliran koroner menjadi meningkat.
1) Arterosklerosis
Aterosklerosis (atherosclerosis) adalah kondisi dimana material lemak
menumpuk pada dinding pembuluh darah arteri. Material lemak ini semakin tebal dan
semkin keras (membentuk deposit kalsium), dan akhirnya dapat menyumbat arteri.
Aterosklerosis merupakan salah satu jenis arteriosklerosis (arteriosclerosis), walaupun
kedua istilah tersebut seringkali disamakan penggunaannya.
Penyebab Aterosklerosis Aterosklerosis adalah gangguan yang umum yang
secara spesifik menyerang arteri medium dan arteri besar. Aterosklerosis terjadi jika
lemak, kolesterol, dan bahan-bahan lainnya menumpuk di dinding arteri dan
membentuk struktur keras yang disebut plak (plaque). Akhirnya plak dapat
menjadikan arteri menyempit dan tidak lentur, sehingga darah susah untuk mengalir.
Hal ini dapat menyebabkan nyeri dada (stable angina), sesak nafas, serangan jantung
dan gejala-gejala lainnya. Kepingan-kepingan plak bisa pecah dan berpindah melalui
arteri yang terserang menuju pembuluh darah yang lebih kecil, menyumbatnya dan
menyebabkan kerusakan jaringan atau kematian jaringan. Ini merupakan penyebab
yang umum dari serangan jantung dan stroke.
Penggumpalan atau pembekuan darah dapat terjadi di sekitar celah retakan
plak sehingga menyebabkan penyumbatan aliran darah. Jika gumpalan berpindah
dalam arteri di jantung, otak, atau paru-paru, sehingga dapat menyebabkan, serangan
jantung, stroke, atau penyumbatan paru-paru. Dalam beberapa kasus, plak
aterosklerosis berkaitan dengan melemahnya dinding arteri sehingga menyebabkan
pembengkakan pembuluh darah (aneurysm).

6
Patogenesis Aterosklerosis
1. Endotel menarik lebih banyak sel polimorfonuklear dan monosit ke dalam ruang
subendotel (intima dinding pembuluh darah).
2. Makrofag bekerja sebagai sel scavenger dan mulai mengambil LDL oksidasi
dalam jumlah banyak. Selama proses berlanjut, makrofag akhirnya berubah
menjadi sel busa (Foam Cells).
3. Hasil dari akumulasi oleh banyaknya serum lipoprotein pada dinding intima
pembuluh darah disebut Fatty Streak.
4. Sel otot polos bertanggung jawab pada endapan matriks ekstraseluler jaringan
ikat, lipid ekstraseluler dan sisa jaringan nekrotik. Sehingga limfosit dan kolagen
menyisip ke otot pembuluh darah untuk menghalangi terjadinya negative
remodeling dari sel otot polos dan membentuk Fibrous Cap.
5. Lipid mengendap masuk ke dalam ruang ekstraseluler dan mulai bergabung
membentuk inti lipid(Lipid core).
6. Fibroblas dan sel – sel otot polos bermigrasi dan membentuk fibroatheroma
dengan lipid core pada bagian dalam dan fibrous cap pada bagian luarnya.

7
7. Rupturnya fibrous cap yang diakibatkan oleh thrombosis merupakan penyebab
ACS (acute coronary syndrome). ACS bisa terjadi karena banyaknya kandungan
lipid pada lipid core, tipisnya fibrous cap dan meningkatnya aktivitas leukosit
pada bagian tepi plak.

a. Faktor-faktor resiko aterosklerosis antara lain:


1) Diabetes
2) Banyak minum alkohol
3) Tekanan darah tinggi
4) Kadar kolesterol dalam darah tinggi
5) Banyak makan makanan berlemak tinggi
6) Bertambahnya usia
7) Obesitas (kegemukan)
8) Sejarah penyakit jantung dalam keluarga
9) Merokok

b. Gejala-Gejala Aterosklerosis
Gejala-gejala aterosklerosis biasanya tidak muncul sampai aliran darah
mulai terbatas atau terhambat. Beberapa gejala yang dapat timbul antara lain:

1) Pembengkakan pembuluh aorta perut (abdominal aortic aneurysm)


2) Penyakit arteri koroner
3) Penyakit ginjal
4) Iskemia arteri mesenteric (mesenteric artery ischemia)
8
5) Penyakit arteri perifer(peripheral artery disease, PAD)
6) Stenosis arteri ginjal (renal artery stenosis, RAS)
7) Hipertensi (tekanan darah tinggi)
8) Stroke (penyakit cerebrovascular)
9) Pembengkakan pembuluh aorta dada (thoracic aortic aneurysm, TAA)

c. Komplikasi Aterosk lerosis. Komplikasi yang dapat timbul akibat aterosklerosis


antara lain:

1) Penyakit jantung koroner


2) Kerusakan organ (seperti ginjal, otak, hati dan usus)
3) Serangan jantung
4) Stroke
5) Terlalu sedikit darah di tungkai dan kaki
6) Serangan iskemik sesaat (transient ischemic attack, TIA)

d. Pencegahan Aterosklerosis
Untuk mencegah aterosklerosis serta komplikasinya (seperti penyakit
jantung dan stroke), anda harus menganut pola hidup sehat, diantaranya:
1) Makan makan sehat seimbang. Hindari makanan berlemak, banyak makan
sayuran dan buah.
2) Olahraga secara teratur, 30 menit sehari.
3) Usahakan dan jaga berat badan normal.
4) Periksa profil lipida darah secara berkala.
5) Tidak minum alkohol.
6) Tidak merokok.
7) Jika anda mengidap diabetes, penyakit jantung atau stroke, rawat penyakit
anda dengan baik.
2) Aorta insufisiensi
Insufisiensi adalah suatu keadaan dimana katup kehilangan fungsi yang normal
dan gagal menghambat kembali darah setelah kontraksi dari setiap ruang jantung atau
refluks darah dari aorta adendens ke dalam ventrikel selama diastole. Insufisiensi aorta
adalah kembalinya darah ke ventrikel kiri dari aorta selama diastole .

Insufisiensi aorta adalah suatu keadaan dimana terjadi refluk (aliran balik)
darah dari aorta ke dalam ventrikel kiri sewaktu relaksasi .Insufisiensi aorta adalah
penyakit katup jantung dimana katup aorta atau balon melemah, mencegah katup
menutup erat-erat. Hal ini menyebabkan mundurnya aliran darah dari aorta (pembuluh
darah terbesar) ke dalam ventrikel kiri . Etiologi Insufisiensi darah dari aorta ke
ventrikel kiri dapat terjadi dalam 3 macam kelainan artifisial, yaitu:

1. Dilatasi pangkal aorta seperti yang ditemukan pada:


a. Penyakit kolagen
b. Aortitis sifilitika
c. Diseksi aorta
2. Penyakit katup artifisial
a. Penyakit jantung reumatik
b. Endokarditis bakterialis
c. Aorta artificial congenital

9
b. Ventricular septal defect (VSD)
c. Ruptur traumatik
d. Aortic left ventricular tunnel
3. Genetik
a. Sindrom marfan
b. Mukopolisakaridosis
c. Spasmus arteri coroner
b. Anemi berat.

3) Spasme Arteri Koroner (Angina Prinzmetal)


Angina Prinzmetal’s (salah satu varian angina) adalah jenis angina yang
kurang lazim yang disebabkan oleh spasme (kekejangan) satu atau lebih arteri
koroner.Nyeri dada akan terjadi, hampir selalu ketika Arida sedang istirahat, dan
berbagai irama jantung abnormal sering diasosiasikan dengan spasme. Sering sekali,
spasme arteri muncul bersamaan dengan stenosis arteri koroner yang melandasinya.
Dalam kasus yang hebat, spasme arteri koroner dapat menyebabkan serangan jantung.
Akan terapi, dalam kebanyakan kasus, berbagai pengobatan sangat efektif dalam
pengobaran spasme arteri koroner.

4) Anemia Berat
Penyakit Anemia atau kurang darah adalah suatu kondisi di mana jumlah sel
darah merah (Hemoglobin) dalam sel darah merah berada di bawah normal.
Hemoglobin yang terkandung di dalam Sel darah merah berperan dalam mengangkut
oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Seorang pasien
dikatakan anemia apabila konsentrasi Hemoglobin (Hb) pada laki-laki kurang dari
13,5 G/DL dan Hematokrit kurang dari 41%, Pada perempuan konsentrasi
Hemoglobin kurang dari 11,5 G/DL atau Hematocrit kurang dari 36%.

D. Patofisiologi Angina Pectoris

Angina pectoris merupakan sindrom klinis yang disebabkan oleh aliran darah ke
arteri miokard berkurang sehingga ketidakseimbangan terjadi antara suplay O2 ke
miokardium yang dapat menimbulkan iskemia, yang dapat menimbulkan nyeri yang
kemungkinan akibat dari perubahan metabolisme aerobik menjadi anaerob yang
menghasilkan asam laktat yang merangsang timbulnya nyeri.
Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan suply
oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekauan arteri dan penyempitan
lumen arteri koroner (ateriosklerosis koroner).  Tidak diketahui secara pasti apa
penyebab ateriosklerosis, namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang
bertanggungjawab atas perkembangan ateriosklerosis.
Ateriosklerosis merupakan penyakir arteri koroner yang paling sering ditemukan. 
Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan oksigen juga
meningkat.  Apabila kebutuhan meningkat pada jantung yang sehat maka artei koroner
berdilatasi dan megalirkan lebih banyak darah dan oksigen keotot jantung. Namun
apabila arteri koroner mengalami kekauan atau menyempit akibat ateriosklerosis dan
tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen,
maka terjadi iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium.

10
E. Manifestasi Klinis

1) Nyeri seperti diperas, diikat atau tertekan (biasanya tidak menusuk), terjepit, terasa
panas di daerah perikardium, sternal, atau substernum dada, kemungkinan menyebar ke
lengan, permukaan dalam tangan kiri, permukaan ulnar jari manis dan jari kelingking,
rahang bawah, atau thoraks yang menghilang selama 2-10 menit.

2) Rasa sesak, tercekik dan kualitas yang terus-menerus.

3) Rasa lemah atau baal di lengan atas, pergelangan tangan dan tangan yang menyertai
nyeri

4) Pada angina stabil dan tidak stabil, nyeri biasanya berkurang dengan istirahat. Angina
Prinzmental tidak mereda dengan istirahat tetapi biasanya menghilang selama 5 menit.

5) Tercetus oleh

a) Latihan fisik, dapat memicu serangan dengan cara meningkatkan kebutuhan oksigen
jantung

b) Pajanan terhadap dingin, dapat mengakibatkan basokonstriksi dan peningkatan


tekanan darah, disertai dengan peningkatan kebutuhan oksigen

c) Makan makanan berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah mesenterik untuk
pencernaan, sehingga menurunkan ketersediaaan darah untuk suplai jantung (pada
jantung yang sudah sangan parah, pintasan darah untuk pencernaan membuat nyeri
angina semakin buruk)

d) Stress atau berbagai emosi akibat situasi yang menegangkan, menyebabkan


frekuensi jantung meningkat, akibat pelepasan adrenalin dan meningkatnya tekanan
darah, dengan demikian beban kerja jantung juga meningkat.

1. Tanda utama adalah depresi segmen ST pada elektrokardiogram (EKG) selama


serangan.
2. Pemeriksaan klinik sistem kardiovaskular dan elektrokardiogram di antara waktu
serangan biasanya normal.

11
F. Klasifikasi Angina Pektoris

1. Angina Pectoris Stabil


Pada nekropsi biasanya didapatkan aterosklerosis koroner. Pada keadaan ini,
obstruksi koroner tidak selalu menyebabkan terjadinya iskemik seperti waktu istirahat.
Akan tetapi bila kebutuhan aliran darah melebihi jumlah yang dapat melewati obstruksi
tersebut, akan tetapi iskemik dan timbul gejala angina. Angina pektoris akan timbul
pada setiap aktifitas yang dapat meningkatkan denyut jantung, tekanan darah dan atatus
inotropik jantung sehingga kebutuhan O2 akan bertambah seperti pada aktifitas fisik,
udara dingin dan makan yang banyak.
1. Sakit dada timbul setelah melakukan aktivitas.
2. Lamanya serangan biasanya kurang dari 10 menit.
3. Bersifat stabil tidak ada perubahan serangan dalam angina selama 30 hari.
4. Pada phisical assessment tidak selalu membantu dalam menegakkan diagnosa.

2. Angina Pectoris Tidak Stabil


Unstable angina (angina tak stabil / ATS) Istilah lain yang sering digunakan adalah
Angina preinfark, Angina dekubitus, Angina kresendo. Insufisiensi koroner akut atau
Sindroma koroner pertengahan. Bentuk ini merupakan kelompok suatu keadaan yang
dapat berubah seperti keluhan yang bertambah progresif, sebelumnya dengan angina
stabil atau angina pada pertama kali. Angina dapat terjadi pada saat istirahat maupun
bekerja. Pada patologi biasanya ditemukan daerah iskemik miokard yang mempunyai
ciri tersendiri.
a. Angina yang baru pertama kali atau angina stabil dengan karakteristik frekuensi berat
dan lamanya meningkat.
1) Timbul waktu istirahat/kerja ringan.
2) Fisical assessment tidak membantu.
3) EKG: Deviasi segment ST depresi atau elevasi.
12
3. Angina Variant
Bentuk ini jarang terjadi dan biasanya timbul pada saat istirahat, akibat
penurunan suplai O2 darah ke miokard secara tiba-tiba. Penelitian terbaru menunjukkan
terjadinya obsruksi yang dinamis akibat spasme koroner baik pada arteri yang sakit
maupun yang normal. Peningkatan obstruksi koroner yang tidak menetap ini selama
terjadinya angina waktu istirahat jelas disertai penurunan aliran darah arteri koroner.
Angina yang terjadi spontan umumnya waktu istirahat dan pada waktu aktifitas
ringan. Biasanya terjadi karena spasme arteri koroner EKG deviasi segment ST depresi
atau elevasi yang timbul pada waktu serangan yang kemudian normal setelah serangan
selesai.

G. Pemeriksaan Diagnostik

Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa utama untuk penderita angina pectoris
meliputi :
1. Nyeri berhubungan dengan ischemia miokardium
2. Curah jantung menurun berhubungan dengan gangguan kontraksi
3. Cemas berhubungan dengan rasa takut akan kematian
4. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan deficit knowledge.
Diagnosa angina pectoris terutama didapatkan dari anamnese mengenai riwayat
penyakit, karena diagnosa pada angina sering kali berdasarkan adanya keluhan sakit dada
yang mempunyai cirri khas sebagai berikut :
1. Letaknya, seringkali pasien merasakan adanya sakit dada di daerah sternum atau
dibawah sternum, atau dada sebelah kiri dan kadang-kadang menjalar ke lengan kiri
kadang-kadang dapat menjalar ke punggung, rahang, leher, atau ke lengan kanan.
2. Kualitas, sakit dada pada angina biasanya timbul pada waktu melakukan aktivitas. Sakit
dada tersebut segera hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya. Serangan angina
dapat timbul pada waktu tidur malam.
3. Lamanya, serangan sakit dada biasanya berlangsung 1 – 5 menit, walaupun perasaan
tidak enak di dada masih dapat terasa setelah sakit dada hilang . bila sakit dada
berlangsung lebih dari 20 menit, mungkin pasien mendapat serangan infark miokard
akut dan bukan disebabkan angina pectoris biasa.
Dengan anamnese yang baik dan teliti sudah dapat disimpulkan mengenai tinggi
rendahnya kemungkinan penderita tersebut menderita angina pectoris stabil atau
kemungkinan suatu angina pectoris tidak stabil. Ada 5 hal yang perlu digali dari anamnese
mengenai angina pectoris yaitu : lokasinya, kualitasnya, lamanya, factor pencetus, factor
yang bisa meredakan nyeri dada tersebut.
1. Pemeriksaan Diagnosa Angina Pectoris
a) Elektro Kardio Gram
Gambaran elektrokardiogram (EKG) yang dibuat pada waktu istirahat
dan bukan pada waktu serangan angina seringkali masih normal. Gambaran EKG
kadang-kadang menunjukkan bahwa pasien pernah mendapat infark miokard pada
masa lampau. Kadang-kadang EKG menunjukkan pembesaran ventrikel kiri pada
pasien hipertensi dan angina. Kadang-kadang EKG menunjukkan perubahan
segmen ST dan gelombang T yang tidak khas. Pada waktu serangan angina, EKG
akan menunjukkan adanya depresi segmen ST dan gelombang T menjadi negatif.

13
b) Holter Monitor.
Holter monitor merupakan alat praktis yang mampu memantau berbagai
aktivitas listrik selama 24 jam untuk menilai irama jantung, posisi ruang jantung,
dan evaluasi terapi (pemasangan pacemaker). Bila terdapat keluhan berupa pusing,
pingsan, tekanan darah rendah, lelah berkepanjangan atau berdebar tanpa adanya
perubahan pada pemeriksaan EKG saat istirahat.
Alat ini dapat berguna untuk mengetahui adanya gangguan irama jantung
(aritmia) atau kejadian epileptic (EEG) yang sulit diketahui bila dipantau dalam
jangka pendek. Bersamaan dengan perekaman, pasien mencatat aktivitas dan
keluhan yang muncul saat perekaman.
Alat ini menggunakan elektroda yang dipasangkan di dada yang
dihubungkan ke alat yang berfungsi menyimpan informasi mengenai aktivitas
listrik jantung selama periode perekaman.
Prosedur pemasangan holter monitor antara lain :
a) Elektroda ECG dipasang pada dada dan disambungkan dengan kabel lead.
b) Monitor ECG dengan ukuran kecil dibawa sepanjang masa perekaman.
c) Pasien diberitahu agar elektroda harus selalu terpasang, tidak membasahi
elektroda, tidak menggunakan peralatan elektronik dan alat yang menggunakan
magnet selama masa perekaman agar tidak mengganggu sinyal EKG, mencatat
adanya gejala dan aktivitas yang dilakukan selama masa perekaman, dan
menghubungi dokter atau rumah sakit bila terdapat masalah selama perekaman.
c) Angiografi Curone
Angiogram, yang pada dasarnya sinar x dari arteri koroner, telah menjadi
tes diagnostik yang paling akurat untuk menunjukkan keberadaan dan luasnya
penyakit koroner. Dalam prosedur ini, digunakan tabung fleksibel (kateter) yang
panjang dan tipis untuk melakukan manuver ke dalam arteri yang terletak di lengan
atau pangkal paha. Kateter ini akan dilewatkan lebih lanjut melalui arteri ke salah
satu dari dua arteri koroner utama. Sebuah pewarna disuntikkan pada waktu itu
untuk membantu sinar x “melihat” jantung dan arteri lebih jelas. Banyak sinar x
singkat dibuat untuk menciptakan sebuah “film” darah mengalir melalui arteri
koroner, yang akan mengungkapkan penyempitan yang mungkin dapat
menyebabkan penurunan aliran darah ke otot jantung dan gejala terkait angina.
d) Stres Testing
Bagi banyak orang dengan angina, hasil elektrokardiogram saat istirahat
tidak akan menunjukkan adanya kelainan. Karena gejala angina terjadi selama
stress (latihan fisik), fungsi jantung mungkin perlu dievaluasi di bawah tekanan
fisik dari latihan. Tes stres dilakukan bersamaan dengan EKG sebelum, selama, dan
setelah latihan untuk mencari kelainan terkait stress (latihan fisik). Tekanan darah
juga diukur selama uji stres.
e) Foto Rontgen Dada
Foto rontgen dada seringkali menunjukkan bentuk jantung yang normal,
tetapi pada pasien hipertensi dapat terlihat jantung yang membesar dan kadang-
kadang tampak adanya kalsifikasi arkus aorta.

14
H. Penatalaksanaan Angina Pectoris
Ada dua tujuan utama penatalaksanaan angina pectoris :
1) Mencegah terjadinya infark miokard dan nekrosis, dengan demikian meningkatkan
kuantitas hidup.
2) Mengurangi symptom dan frekwensi serta beratnya ischemia, dengan demikian
meningkatkan kualitas hidup.

Prinsip penatalaksanaan angina pectoris adalah : meningkatkan pemberian


oksigen (dengan meningkatkan aliran darah koroner) dan menurunkan kebutuhan
oksigen (dengan mengurangi kerja jantung).
a. Terapi Farmakologis untuk anti angina
1) Penyekat Beta
Obat ini merupakan terapi utama pada angina. Penyekat beta dapat
menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan cara menurunkan frekwensi
denyut jantung, kontraktilitas , tekanan di arteri dan peregangan pada dinding
ventrikel kiri. Efek samping biasanya muncul bradikardi dan timbul blok
atrioventrikuler. Obat penyekat beta antara lain : atenolol, metoprolol,
propranolol, nadolol.
2) Nitrat dan Nitrit
Merupakan vasodilator endothelium yang sangat bermanfaat untuk
mengurangi symptom angina pectoris, disamping juga mempunyai efek
antitrombotik dan antiplatelet. Nitrat menurunkan kebutuhan oksigen miokard
melalui pengurangan preload sehingga terjadi pengurangan volume ventrikel
dan tekanan arterial. Salah satu masalah penggunaan nitrat jangka panjang
adalah terjadinya toleransi terhadap nitrat. Untuk mencegah terjadinya toleransi
dianjurkan memakai nitrat dengan periode bebas nitrat yang cukup yaitu 8 – 12
jam. Obat golongan nitrat dan nitrit adalah : amil nitrit, ISDN, isosorbid
mononitrat, nitrogliserin.
3) Kalsium Antagonis
Obat ini bekerja dengan cara menghambat masuknya kalsium melalui
saluran kalsium, yang akan menyebabkan relaksasi otot polos pembulu darah
sehingga terjadi vasodilatasi pada pembuluh darah epikardial dan sistemik.
Kalsium antagonis juga menurunkan kabutuhan oksigen miokard dengan cara
menurunkan resistensi vaskuler sistemik. Golongan obat kalsium antagonis
adalah amlodipin, bepridil, diltiazem, felodipin, isradipin, nikardipin, nifedipin,
nimodipin, verapamil.

b. Terapi Non Farmakologis


Ada berbagai cara lain yang diperlukan untuk menurunkan kebutuhan oksigen
jantung antara lain : pasien harus berhenti merokok, karena merokok
mengakibatkan takikardia dan naiknya tekanan darah, sehingga memaksa
jantung bekerja keras. Orang obesitas dianjurkan menurunkan berat badan untuk
mengurangi kerja jantung. Mengurangi stress untuk menurunkan kadar adrenalin
yang dapat menimbulkan vasokontriksi pembulu darah. Pengontrolan gula
darah. Penggunaan kontra sepsi dan kepribadian seperti sangat kompetitif,
agresif atau ambisius.

15
I. Kasus
Asuhan Keperawatan Post Angina Pektoris

1. Pengkajian.
Melakukan pengkajian pada tanggal 6 Januari 2021 pukul 21.00

Catatan Medis.

Tanggal Masuk / Jam : 6 Januari 2021 pukul 21.00


Ruang / kelas : Mawar 1
Nomor Register : 042572

a. INDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Tn. T
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 68 tahun
Status Perkawinan : Sudah menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa barat
Pendidikan : Sarjana S1
Bahasa Yang digunakan : Indonesia
Pekerjaan : karyawan Swasta
Alamat : Jl. Nintara 6 rt.001 rw.06 no.173 kel.
Bintara Kec. Bekasi Barat

INDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


nama klien : Ny. A
jenis kelamin : Prempuan
usia : 38 tahun
status perkawinan : sudah menikah
agama : islam
suku bangsa : jawa barat
pendidikan : sarjana S1
bahasa yang digunakan : indonesia
pekerjaan : Pegawai Negeri
alamat : jl. nintara 6 rt.001 rw.06 no.173 kel.
bintara kec. bekasi barat
hubungan : Istri

b. RIWAYAT KESEHATAN.
1. Keluhan utama : Nyeri dada sebelah kanan.
P (Paliatif) : Penyempitan atau penyumbatan aliran darah ke
jantung
Q (Qualitatif) : Nyeri terasa tertusuk-tusuk, nafas terasa ampek
atau berat.
R (Region) : Nyeri dada sebelah kanan
16
S (Scale) :7
T (Time) : Hilang Timbul
2. Riwayat kesehatan sekarang.
“ Pasien mengeluh nyeri dada dirumah pada tanggal 5 Januari 2021 pasien
kemudian dikasih minyak urut dan di kerokin tetapi masih tetap nyeri
kemudian pasien dibawa ke IGD Rumah Sakit Bangil pada tanggal 6
Januari 2021 pukul 21.00 kemudian pasien di observasi beberapa jam lalu
pasien dipindahkan ke ruang rawat inap dahlia pukul 22.30 tetapi
kondisinya terus menurun dan membutuhkan perawatan khusus kemudian
pasien dipindahkan lagi ke ruang HCU melati pada tanggal 19 Januari
2021 pukul 13.00. Saat pengkajian di ruang HCU melati pasien
mengatakan nyeri dada sebelah kanan.”
3. Riwayat kesehatan yang lalu.
“ Pasien mengatakan mempunyai penyakit diabetes dan kolestrol 1,5
tahun, pasien tidak pernah melakukan operasi, tidak ada alergi.”
4. Riwayat kesehatan keluarga.
a. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga:
“Pasien mengatakan anggota keluarganya mempunyai penyakit
menahun yaitu penyakit jantung.”

b. Lingkungan rumah dan komunitas:


“Pasien mengatakan lingkungan rumah baik bersih dan ventilasi
rumah cukup.”
c.Perilaku yang mempengaruhi kesehatan:
“ Pasien mengatakan masa mudanya sering merokok, dan berhenti
merokok sekitar umur 40 tahunan.”
c. Status cairan dan nutrisi.
status makanan cairan dan nutrisis ditemukan nafsu makan cukup, pola makan
sebelum sakit 3x1/2 porsi pasien diet khusus kolestrol, saat sakit 3x1/2porsi di
tambah susu, minum air putih kurang lebih 700cc/hari, pantangan makan yaitu
makanan yang banyak lemak dan gula, menu diet yaitu sayuran, buah-buahan
dan susu, keluhan lain yaitu mual dan batuk.
d. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Composmetis K/u: Keadaan umum lemah dan wajah
menyeringai

1. Tanda Vital :
a. Tensi : 140/60 mmHg
b. Suhu : 36,5 oC
c. Nadi : 62 x/mnt
d. Respirasi : 24 x/mnt

2. Breathing (B1) :
a. Bentuk dada : Simetris.
b. Susunan ruas tulang belakang : tidak ada pembengkokan atau
skdosis, Pola nafas, Teratur,
17
c. Jenis : Reguler, tidak ada retraksi otot
bantu nafas, perkusi resonan, menggunakan alat bantu nasal canul 3
lpm, vocal fremitus simetris kanan dan kiri, suarana fasronchi, disertai
batuk selama 1 bulan, adanya sputum warna putih kecokelatan.

masalah keperawatan : ketidakefektifan bersihan jalan nafas.

3. Blood (B2):

Pada pemeriksaan B2 didaptkan adanya nyeri dada, irama jantung


ireguler, pulsasi lemah, posisi ics v midclavikula sinistra, bunyi jantung S4
(gallop ritem), CRT > 3 detik, ada cianosis, ada clubbing finger, ada
pembesaran vena jugularis, pasien mengalami masalah jantung dengan ciri
unstable angina, tambahan lainnya yaitu pergeseran trakhea skala nyeri 7.

masalah keperawatan : penurunan curah jantung

4. Brain (B3):
Pada pemeriksaan B3 ditemukan data kesadaran composmentis,
orientasi pasien baik, tidak ada kejang, tidak ada kaku kuduk, tidak ada
brudsky, tidak ada nyeri kepala, istirahat tidur siang 2 jam/hari, malam 5
jam/hari, kelainan nervus cranialis.

masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

5. Bladder (B4):
Pada pemeriksaan B4 ditemukan bentuk alat kelamin normal, kemauan
libido menurun, kemampuan menurun, frekuensi berkemih 2x/hari,
kebersihan alat kelamin bersih, Tidak teratur, jumlah 400cc/24 jam, bau
khas urine, warna kuning pekat, tempat yang digunakan urine bag,
menggunakan alat bantu cateter.
masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

6. Bowel (B5):
Pada pemeriksaan B5 ditemukan data, mulut bersih, mukosa
kering, bibir normal, gigi bersih, tidak ada kesulitan menelan, abdomen
supel, peridtaltik usus 12x/mnt, kebiasaan BAB 2x/hari, konsistensi
sedikit, warna kuning, bau khas feses, tempat yang digunakan yaitu
pampers. Tidak ada masalah eliminasi alvi, tidak menggunakan obat
pencahar, tidak ada lavement.
masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan.

18
7. Bone (B6):
Pada pemeriksaan B6 ditemukan data, Kemampuan pergerakan
sendi dan tungkai (ROM): Terbatas, Kekuatan otot:
Tidak ada fraktur, tidak ada dislokasi, kulit bersih, akral hangat, turgor
menurun, kulit lembab, tidak ada oedem, kulit bersih, lain lainnya yaitu

5
5

5
5
5
pasien harus bedrest karena terpasang infus, kateter, dan oksigen.
masalah keperawatan: intoleransi aktivitas berhubungan dengan
tirah baring atau mobilisasi.

8. Penginderaan (B7):
Pada pemeriksaan B7 ditemukan data, pupil isokor, reflek cahaya
normal, konjungtiva anemis, sklera putih, tidak ada palpebra, tidak ada
strabismus, ketajaman penglihatan visus dextra 6/12 sinistra 6/9, tidak ada
alat bantu, hidung normal, mukosa hidung lembab, tidak ada sekret,
ketajaman penciuman normal. Ketajaman pendengaran baik, tidak ada alat
bantu pendengaran, perasa normal, peraba pasien masih bisa merasakan
perabaan.
masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

9. Endokrin (B8):
Pada pemeriksaan B8 ditemukan data, tidak ada pembesaran
kelenjar thyroid, tidak ada pembesaran kelenjar parotis, tidak ada luka
gangren, tidak ada pus, tidak ada bau..
masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

e. Data Psikososial.

1. Gambaran diri/citra diri :


Pasien mengatakan bangga dengan tubuhnya, Pasien mengatakan
menyukai seluruh anggota tubuhnya, Pasien mengatakan tidak ada, Pasien
mengatakan tidak ada

2. Identitas :
Pasien mengatakan sebagai kepala keluarga, Pasien mengatakan sangat
puas

3. Peran :
19
Pasien Merasa senang dengan peran menjadi kepala keluarga, Pasien
mengatakan sanggup menjadi kepala keluarga.

4. Ideal diri :
Pasien mengatakan ingin sehat, Pasien mengatakan pensiunan
guru, Pasien mengatakan sebagai kepala keluarga, Pasien mengatakan
pensiunan guru, Pasien mengatakan ingin menjadi keluarga yang
diinginkan istri, Pasien mengatakan ingin jadi warga masyarakat yang
baik, Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dari penyakit yang di
deritanya

5 Harga diri :

Tanggapan pasien terhadap harga dirinya: Pasien mengatakan cukup puas


denganharga dirinya

6 Data sosial :
Pasien mengatakan baik, Cukup baik, Keluarga sangat mendukung untuk
kesembuhan pasien, Baik dan ramah.

masalah keperawatan: tidak ada maslah keperawatan.

f. Data Spiritual:
konsep tentang penguasa kehidupan: pasienmengatakan allah swt,
pasien mengatakan kelurga dan berdoa kepada allah swt,pasien mengatakan
derdoa dan berdzikir, pasien mengatakan al-quran dan tasbih, pasien
mengatakan yakin akan kesembuhan penyakitnya, pasien mengatakan yakin
akan kesembuhan penyakitnya

masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

g. Data penunjang :

Hasil EKG : ST. Elevasi samar


T.Depresi
Dysritmia
Hasil pemeriksaan Laboratorium Tn.t

Pemeriksaan Hasil Satuan

Kimia klinik
Lemak
Trigliserida H 192 Mg/dl
Kolesterol 147 Mg/dl
Kolesterol HDL H35,84 Mg/dl
Kolesterol LDL 88,93 Mg/dl
FAAL GINJAL
Urice – ACID H 9,50 Mg/dl

20
hasil foto X-Ray pada pasien Tn.t

X-Ray :

Cor : Besar dan bentuk kesan normal


Pulmo : Tampak infiltrad di paracardial kanan kiri sinus phrenicocostalis
kanan kiri tajam tulang-tulang tampak baik.
Kesan : Pneumonia.

h. Therapi.
1. Kn2/ 1x2,5mg 500cc : fungsi untuk perawatan kurang kalium dan
elektrolit
2. Pantoprazole 2x1 vial : fungsi mengurangi produksi asamlambung
3. Furosemide 2x2 ampul : golanagan obat diuretik yang fungsinya untuk
membuang garam berlebihan
4. Valsartan 2x 160mg : berfungsi untuk mengatasi tekanan darah tinggi dan
gagal jantung
5. Nitrocaf R 2x2,5 mg : obat golongan nitrat yang di gunakan untuk
mengurangi intensitas serangan angina
6. Domperidone 3x 10 mg : obat golongan antiemetik yang meredahkan rasa
mual, muntah, gangguan perut dan rasa tidak nyaman akibat kekenyangan.
7. Isosorbit dinitrat 3x10 mg : obat untuk mengatasi nyeri dada dengan
kondisi jantung tertentu
8. Amplodipin 1x10 mg : berfungsi sebagai obat mengatasi hipertensi
9. Simfastatin 1x20mg : berfungsi sebagai obat yang digunakan bersamaan
dengan diet untuk membantu menurunkan kolestrol
10. Dulcolax 1x1 : berfungsi sebagai obat mengatasi sembelit dan susah buang
air besar
11. Nacl 0,9% 12 tpm gandeng nitrogliserin dalam 50cc jalan 18ml/jam via
siring pump.

21
2. ANALISA DATA
Tanggal : 6 Januari 2021
Nama pasien : Tn.t
Umur : 68 th
No RM : 042572
Analisa data pada Tn.t dengan diagnosa Angina Pectoris.

No DATA ETIOLOGI PROBLEM

1 Ds: Pasien mengeluh sedikit Penumpukan sekret Ketidakefektifan

sesak bersihan

Do: K/u lemah, GCS 4-5-6,

Ttv: TD: 138/60Mmhg, N:

76x/m, RR:26x/m S:36,2˚c.

Suara nafas: Rhoncki (+),

Vocal fremitus : kanan dan kiri

tidak sama, Batuk: (+),

Sputum: (+), warna putih

coklat, Alat bantu nafas nasal

canul 3lpm, hasil X-ray kesan :

pneumonia

2 Ds: pasien merasakan nyeri Iskemia miokard Penurunan curah jantung

dada hilang timbul

P: penyempitan aliran darah ke

jantung.

Q: tertusuk-tusuk dan ampek

22
R: dada sebelah kanan

S:7

T: hilang timbul

Do: K/u: lemah, GCS: 4-5-6,

Ttv: TD: 138/60Mmhg, N:

76x/m, RR:26x/m, S:36,2˚c.

Nyeri dada: (+).

Irama: Ireguler: Bradikardi

Bunyi jantung: S4 (Gallop

ritme).

Cianosis: (+).

Clubing finger: (+)

JVP: (+)

Pergeseran trakhea

Hasil EKG : ST. Elevasi samar

T.Depresi

Dysritmia

3 Ds: pasien mengatakan lemas Ketidak seimbangan Intoleransi aktivitas

dan malas gerak. antara suplai oksigen

Do: K/u: lemah, GCS: 4-5-6 miorkad dengan

Ttv: TD: 138/ 60 Mmhg, N: kebutuhan

76x/m, RR: 26x/m, S:36,0˚C.

ROM: Terbatas, Kateter (+)

ADL: Parsial, Bedrest (+)

23
DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret


2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan intropik (iskemia miokard
transien)
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring atau mobilisasi

DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan intropik (iskemia miokard


transien)
2. Bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring atau mobilisasi.

24
3. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN.

Tanggal : 6 Januari 2021


Nama pasien : Tn.t
Dx Medis : Angina pectoris
Umur : 68 th
No RM : 042572

No Tujuan/kriteria hasil Intervensi Rasional

Dx
1 Tujuan: Setelah di 1. BHSP 1. Agar pasien

lakukan tindakan asuhan 2. Kaji tekanan darah, percaya dan

keperawatan 3x24 jam adanya sianosis dan kooperatif

terjadi peningkatan status pernafasan. 2. Takikardi dapat

curah jantung dengan 3. Mempertahankan tirah terjadi karena

keteria hasil : Skala baring pada posisi nyeri, cemas,

nyeri berkurang. nyaman selama episode hipoksemia, dan

K/u: baik, GCS: 4-5-6, akut menurunya curah

Ttv: TD: 120/80Mmhg, 4. Berikan kesempatan jantung

N: 80x/m, RR: 20x/m, pada pasien untuk 3. Menurunkan

S: 36,0˚c istirahat yang adekuat kebutuhan oksigen


Nyeri dada: (-) dan bantu dalam ADL dan menurunkan

Irama : reguler 5. Kolaborasi dengan kerja jantug

Bunyi jantung: S1 S2 dokter untuk pemberian 4. Penghematan

tunggal obat antiaritma, energy dan

Cianosis: (-) nitrogliserin dan menurunkan kerja

25
Clubing finger: (-) fasodilator untuk jantung
JVP: Tidak ada mempertahankan
pembesaran kontraktilitas prelod dan5. NGT
Pergeseran trakhea (-), afrelod. mempunyai efek
sebagai vasodilator,
yang menyebabkan
aliran darah ke
miokardium lebih
terpenuhi, sehingga
nyeri dada pun
berkurang.
1. Untuk
memastikan
kepatenan jalan
nafas dan
pertukaran gas
Tujuan: Setelah 1. Pemantauan yang adekuat
dilakukan tindakan pernafasan pasien 2. Memfasilitasi
asuhan keperawatan mengumpulkan data kepatenan jalan
selama 3x/24 jam pasien (tanda vital) nafas
2 kebersihan jalan nafas 2. Manajemen jalan nafas 3. membantu jalan
kembali efektif dan nafas
nafas spontan. Dengan 3. Berikan oksigen/udara 4. Untuk
Kriteria hasil: Sesak memfasilitasi
pasien berkurang atau 4. Pengaturan posisi, Kesejahteraan
hilang mengubah posisi pasien fisiologis dan
K/u:cukup 5. Lakukan dan bantu psikososial, serta
dalam terapi nebulaizer memudahkan
Ttv: TD: 120/80Mmhg, 6. Intruksikan kepada mengeluarkan
N:80x/m, RR:20x/m, S: pasien tentang batuk dan sekret
36.0*c. Suara nafas: teknik nafas dalam 5. mengencerkan
Rhonki (-), Vocal 7. Penghisapan jalan sekret
fremitus: kanan dan kiri nafas mempermudah
sama, Batuk: (-), 8. Kolaborasi pemberian pernafasan
Sputum: (-) dan nafas obat 6. Memudahkan
spontan pengeluaran sekret
7. Untuk
menghilangkan
sekret
8. Untuk perawatan
paru

26
3 Tujuan: Setelah 1. Kaji respons pasien 1.Menyebutkan
dilakukan asuhan terhadap aktivitas parameter
keperawatan 3x/24jam perhatikan frekuensi, membantu dalam
diharapkan dapat istirahat peningkatan TD mengkaji respons
beraktivitas secara yang nyata fisiologi terhadap
bertahap dan bias selama/sesudah aktivitas stress aktivitas
beraktivitas seperti dispnea atau nyeri dada, 2. Teknik
biasanya, dengan Kriteria keletihan dan kelemahan. menghemat energy
hasil: Pasien dapat 2. Intruksikan pasien mengurangi
bergerak secara bertahap tentang teknik penghemat penggunaan energy,
atau bebas Do: K/u: Baik, energy. juga membantu
GCS: 4-5-6, 3. Berikan dorongan untuk keseimbangan antara
Ttv: melakukan aktivitas atau suplai dan kebutuhan
TD: 120/80Mmhg, perawatan diri bertahap oksigen.
N:80x/m, jika dapat di toleransi
RR: 20x/m, berikan bantuan sesui 3. Kemajuan aktivitas
S:36,0˚C kebutuhan bertahap mencegah
ROM: Bebas peningkatan kerja
ADL: Mandiri jantung tiba-tiba,
Kateter: (-) memberikan bantuan
Bedrest: (-) hanya sebatas
kebutuhan akan
mendorong
kemandirian dalam
melakukan aktivitas.

27
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN.

Nama pasien : Tn.t Umur : 68 th No RM : 042572

No Tanggal Jam Implementasi Nama/Tanda

Dx tangan

1 6 Januari 14.00 1. BHSP


2021
2. Mengkaji tekanan darah, adanya

sianosis dan status pernafasan gengan

hasil spontan 22x/menit

3. Mempertahankan tirah baring

pada posisi nyaman selama episode

akut

4. Memberikan kesempatan pada

pasien untuk istirahat yang

adekuat dan bantu dalam ADL

5. Memberikan obat antiaritma dengan

dosis 5 mcg/menit nitrogliserin dan

fasodilator untuk mempertahankan

2 14.30 kontraktilitas prelod dan afrelod.

1. Memantauan pernafasan pasien

mengumpulkan dan mencatat data

pasien (tanda vital) setiap jam dengan

hasil stabil 130/90mmhg dan nadi

86x/menit

2. Mengajarkan batuk efektif

3. Memberikan oksigen/udara melalui

28
nasal canul

4. Mengatur posisi, mengubah

posisi pasien

5. Melakukan dan bantu dalam terapi

nebulaizer dengan obat combifen

6. Mengintruksikan kepada pasien

tentang batuk dan teknik nafas dalam

7. Penghisapan jalan nafas atau suction

adanya secret berwarna kuning

kecoklatan

3 15.00 1. Mengkaji respons pasien terhadap

aktivitas perhatikan frekuensi, istirahat

peningkatan TD yang nyata

selama/sesudah aktivitas dispnea atau

nyeri dada, keletihan dan kelemahan

2. Mengintruksikan pasien tentang

teknik penghemat energy

3. Memberikan dorongan untuk

melakukan aktivitas atau perawatan

diri bertahap jika dapat di toleransi

berikan bantuan sesui kebutuhan

1 7 Januari 09.30 1. Mengkaji tekanan darah, adanya


2021

29
sianosis dan status pernafasan agar

pernafasan pasien tetap spontan

2. Berkolaborasi dengan dokter untuk

pemberian obat antiaritma dengan

dosis 5mcg/menit nitrogliserin dan

fasodilator untuk mempertahankan

kontraktilitas prelod dan afrelod.

2 09.50 1. Memantauan pernafasan pasien

mengumpulkan data pasien (tanda

vital)

2. Memanajemenkan jalan nafas

3. Melakukan dan bantu dalam terapi

nebulaizer

4. Berkolaborasi pemberian obat.

10.15 1. Mengkaji respons pasien terhadap

aktivitas perhatikan frekuensi,

istirahat peningkatan TD yang nyata

selama/sesudah aktivitas dispnea atau

nyeri dada, keletihan dan kelemahan

2. Memberikan dorongan untuk

melakukan aktivitas atau perawatan

diri bertahap jika dapat di toleransi

30
5. CATATAN PERKEMBANGAN

Nama pasien : Tn.t Umur : 68 th No RM : 042572

Tanggal Diagnosa keperawatan Catatan Perkembangan Paraf

6 Januari Penurunan curah jantung S: Pasien mengatakan masih


2021

berhubungan dengan lemas, nyerinya hilang timbul

intropik (miokard O: K/u: Baik, GCS: 4-5-6,

transien/memanjang) TTV: TD: 129/90Mmhg,

N:68x/m, S: 36.4˚c RR: 26x/m


1. Bradikardi(+), cianosisi(+)

pasien masih merasa nyeri

2.Pasien mampu

mendemontrasikan tirah baring

saat nyeri kabuh

3. Pasien merintis kesakitan

saat nyeri kambuh

A: Masalah belum teratasi

P: Intervensi di lanjutkan 2 dan

S: Pasien mengatakan,

31
nyerinya masih hilang timbul

O: K/u: Baik, GCS: 4-5-6,

TTV: TD: 120/70 N:76x/m

S: 36.2*c RR: 22x/m

1. Takikardi(-), sianosisi(-)

pasien masih merasa nyeri

2. Pasien sedikit merintih

kesakitan ketika nyeri kambuh

A: Masalah sedikit teratasi

P: Intervensi tetap di lanjutkan

2 dan 5

Ketidakefektifan bersihan S: Pasien mengatakan masih

jalan nafas berhubungan sedikit sesak

dengan penumpukan O: K/u: Baik, GCS: 4-5-6,

sekret TTV: TD: 129/90 N:68x/m

S: 36.4˚c RR: 26x/m

1. Pasien masih merasakan

sesak

2. Pasien masih terpasang

oksigen canul 3lpm,

3. Pasien mampu

mendemonstrasikan batuk

efektif

4. Masih terdapat sekret pada

32
pasien

A: Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan 1,3

dan 5

S: Pasien mengatakan,

nyerinya masih sedikit sesak

O: K/u: Baik, GCS: 4-5-6,

TTV: TD: 120/70 N:76x/m

S: 36.2˚c RR: 22x/m

1. Sesak sedikit hilang

2. Pasien masih terpasang

oksigen canul 3lpm

3. Sekret sedikit berkurang

A: Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi di lanjutkan 1,2

Intoleransi aktivitas dan 5

berhubungan dengan tirah S: Pasien mengatakan lemas

baring atau mobilisasi O: K/u: Baik, GCS: 4-5-6,

TTV: TD: 129/90 N:68x/m

S: 36.4˚c RR: 26x/m

1. Pasien masih berbaring

respon pasien baik bisa miring

kanan dan kiri

2. Pasien mampu

33
mendemontrasikan hemat

energy

A: Masalah teratasi sebagian

P: intervensi di lanjutkan 1

S: Pasien mengatakan,

nyerinya masih sedikit sesak

O: K/u: Baik, GCS: 4-5-6,

TTV: TD: 120/70Mmhg

N:76x/m, S: 36.2˚c, RR: 22x/m

1. Pasien mampu duduk di atas

bad tapi sedikit merasa pusing

2. Pasien mampu

mendemontrasikan hemat

energy

A: masalah teratasi sebagian

P: intervensi 1

6. EVALUASI KEPERAWATAN
34
Nama pasien : Tn.t Umur : 68 th No RM : 042572

Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi Paraf

17 Penurunan curah jantung S: Pasien mengatakan,


Januari
2021
berhubungan dengan intropik nyerinya masih hilang timbul

(miokard O: K/u: Baik, GCS: 4-5-6,

transien/memanjang) TTV: TD: 120/70Mmhg

N: 76x/m, S: 36.2˚c, RR:


22x/m

1. Takikardi(-), sianosisi(-)

pasien masih merasa nyeri

2. Pasien sedikit merintih

kesakitan ketika nyeri kambuh

A: Masalah belum teratasi

P: Intervensi tetap di

lanjutkan 2 dan 5

Ketidakefektifan kebersihan S: Pasien mengatakan,

jalan nafas berhubungan nyerinya masih sedikit sesak

dengan penumpukan sekret O: K/u: Baik, GCS: 4-5-6,

TTV: TD: 120/70Mmhg

N:76x/m, S: 36.2˚c RR:


22x/m

35
1. Sesak sedikit hilang

2. Pasien masih terpasang

oksigen canul 3lpm

3. Sekret sedikit berkurang

A: Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi di lanjutkan 1,2

dan 5

S: Pasien mengatakan
Intoleransi aktivitas

berhubungan dengan tirah nyerinya masih sedikit sesak

baring atau mobilisasi O: K/u: Baik, GCS: 4-5-6,

TTV: TD: 120/70Mmhg

N :76x/m S: 36.2˚c RR:


29x/m

1. Pasien mampu duduk di

atas bad tapi sedikit merasa

pusing

2. Pasien mambu

mendemontrasikan hemat

energy

A: masalah teratasi sebagian

P: intervensi 1

BAB III
PENUTUP
36
A. Kesimpulan
Dari Makalah yang kami sampaikan,kami dapat menarik kesimpulan bahwa :
1. Angina pektoris adalah rasa tidak enak di dada sebagai akibat dari suatu iskemik
miokard tanpa adanya infark. Klasifikasi klinis angina pada dasarnya berguna
untuk mengevaluasi mekanisme terjadinya iskemik.
2. Etiologi dari angina pectoris terdiri dari 4 bagian yaitu
a) Arterosklerosis.
b) Aorta insufisiensi
c) Spasmus arteri koroner
d) Anemi berat
3. Macam Macam Angina Pectoris :
a) Angina pectoris stabil.
b) Angina pectoris tidak stabil.
c) Angina variant
4. Data spesifik yang berhubungan dengan nyeri yaitu:
a) Letak.Nyeri dada.
b) Kualitas nyeri.
c) Lamanya serangan.
d) Gejala yang menyertai.
5. Prinsip penatalaksanaan angina pectoris adalah : meningkatkan pemberian
oksigen (dengan meningkatkan aliran darah koroner) dan menurunkan kebutuhan
oksigen (dengan mengurangi kerja jantung).
6. Diagnosa dari penderita angina adalah nyeri berhubungan dengan ischemia
miokardium, curah jantung menurun berhubungan dengan gangguan kontraksi,
cemas berhubungan dengan rasa takut akan kematian, dan kurang pengetahuan
tentang penyakit berhubungan dengan deficit knowledge.
7. Pemeriksaan diagnosa dari angina pectoris, adalah :
a) Elektrokardiogram (EKG)
b) Holter monitor
c) Angiografi Curone
d) Stress testing
e) Foto rontgen dada

8. Penatalaksanaan dari angina pectoris terdiri dari terapi farmakologis


1. Penyekat Beta
37
2. Nitrat dan Nitrit
3. Kalsium Antagonis
4. terapi nonfarmakologis.
5. Berhenti merokok
6. Untuk Pasien obesitas, turunkan berat badan
7. Mengurangi setress
8. Pengontrolan gula darah
9. asuhanan keperawatan
pada pasien dengan diagnose medis Angina Pectoris, maka penulis dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut:
a. pengkajian pada Tn. T didapatkan keluhan utama pasien mengatakan nyeri dada
sebelah kanan dan sampai menjalar kepunggung . Data obyektifnya berupa keadaan
umum pasien cukup, pasien tampak menyeringai dan pemeriksaan tanda-tanda vital :
TD : 120/80 mmHg, Nadi : 76x/menit, Suhu : 36,2ºC RR :26x/menit.

b. Diagnosa keperawatan yang utama ditegakkan adalah Penurunan curah jantung


berhubungan dengan intropik (iskemia miokard) dan Ketidak efektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan penumpukan secret dan Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
tirah baring ataumobilisasi.

c. Dalam perencanaan penulis melibatkan keluarga dalam menentukan prioritas masalah


memilih tindakan yang tepat dalam proses keperawatan angina pectoris. Pada tahap ini
intervensi yang dilaksanakan disesuaikan dengan intervensi yang terdapat dalam teori.

d. Tahap pelaksanaan asuhan keperawatan Tn. T didasarkan pada prencanaan yang telah
disusun penulis bersama klien dan keluarga.

e. Dalam mengevaluasi proses keperawatan pada pasien dengan angina pectoris selalu
mengacu pada tujuan pemenuhan kebutuhan pasien. Hasil evaluasi yang dilakukan selama
tiga hari masalah belum dapat teratasi karena pasien telah lama menderita penyakit jantung
sehingga memerlukan waktu yang relatif lama untuk penyembuhannya.

B. Saran
Dari makalah ini saya mengharapkan agar para pembaca bisa membacanya,
memahaminya dan membuat makalah ini menjadi referensi untuk belajar mengetahui
tentang penyakit angina pectoris yang merupakan salah satu penyakit dari sistem
kardiovaskular. Demi kesempurnaannya makalah ini saya mengharapkan kritik dan

38
saran yang membangun dari para pembaca agar makalah ini bisa menjadi lebih baik
untuk selanjutnya.

39
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah,Edisi III. Jakarta: Kedokteran Egc.
Charlene J.Reeves,Robin Lockhart. 2001. Medical Surgical Nursing. Jakarta: Salemba Medika.
Dipiro,Joseph Dkk. 1999. Pharmacotherapy.”A Pathophysiology Appronch: New York Mc.Graw-Hill.
Ely Ismudianti Rilantono Dkk.1998. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: Balai Fkui
Kapita Selekta Kedokteran. 1982. Edisi Kedua Editor Junaedi Purnawan Dan Kawan-Kawan, Jakarta :
Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI.
www.informasikedokteran.com/2015/09/angina-pectoris.html
digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/download/.../694
D.delima.2011

40
41

Anda mungkin juga menyukai