Anda di halaman 1dari 2

Konsep Masyarakat dalam Islam

Pendidikan menajdikan manusia sebagai sasaran dan sekaligus pelaku. Manusia


sebagaimana hakikatnya sebagai makhluk sosial, tidak pernah bisa melepaskan diri dari
masyarakat. Oleh karenanya, pendidikan tidaklah mungkin bisa terlepaskan dari
masyarakat. Terjadi semacam hubungan timbal-balik atau mutualisme antara pendidikan
dan masyarakat. Di satu sisi pendidikan menjadi alat untuk menata dan membentuk nilai,
tatanan, dan kebudayaan suatu masyarakat. Di sisi lain, masyarakat adalah sumber nilai,
gagasan, nilai, dan kearifan lokal yang memperkaya teori dan gagasan pendidikan.

Dalam kajian ilmu sosial secara umum, ada dua corak pemikiran berkaitan dengan
konsep masyarakat. Pertama, masyarakat yang bercorak individualistik. Pada masyarakat
model ini, individu adalah faktor utama. Hak individu wajib diperhatikan. Individu adalah
sumber utama kebaikan. Pembangunan individu dengan nilai-nilai, ide-ide, dan peraturan-
peraturan harus diutamakan dibanding yang lain-lain. Jika individu baik, maka secara
otomatis masyarakat akan menajdi baik. Bentuk ekstrem dari masyarakat model ini adalah
individualisme-liberalisme yang memperjuangkan kebebasan individu sebebas-bebasnya
tanpa ada batasan dan aturan. Kedua, masyarakat yang bercorak kolektivistik. Model ini
menempatkan masyarakat sebagai sumber nilai utama. Masing-masing individu harus
diatur untuk menikuti aturan, nilai, ide, dan tatanan yang ada dalam masyarakat. Hak
individu ditiadakan, diganti dengan kewajiban individu. Bentuk ekstrem dari masyarakat
model ini adalah sosialisme-komunisme, di mana hak individu tidak diperbolehkan.

Demikian pula kaitannya dengan pendidikan Islam. Pendidikan Islam selain untuk
membentuk individu yang memiliki kepribadian islami/muslim juga memiliki kepentingan
untuk membentuk masyarakat yang Islami. Konsep Islam tentang masyarakat,
sebagaimana diungkapkan oleh Prof Hasan Langgulung, menjelaskan bahwa “Untuk
menciptakan masyarakat yang baik harus bermula dengan menciptakan manusia yang baik,
sebab manusia adalah unit terkecil dari masyarakat.” Namun penting dijelaskan lebih
lanjut, bahwa meskipun konsep masyarakat dalam Islam bercorak “individualistik”, akan
tetapi terdapat pererbedaan. Dalam masyarakat Islam, setiap individu tidaklah bebas
melakukan apa pun semaunya, setiap individu terikat perjanjian dan ikatan antara dirinya
dengan Tuhan berkaitan dengan ibadah, amanah kekhalifahan, fitrah dll. Jadi kebaikan dan
keburukan ditentukan oleh aturan Tuhan. Sementara dalam masyarakat individualitik
secara umum, segalanya tergantung individu, kebaikan dan keburukan individu tergantung
dari individu teresbut.

Prof Omar al-Thoumy al-Syaibani memberikan 12 ciri masyarakat idela menurut


Islam sebagai berikut:

1. Masyarakat Islam wujud di atas tiang iman kepada Allah, Nabi, Rasul, Kitab, Hari
Akhir dan Kebangkitan, Balasan dan Perhitungan.
2. Masyarakat Islam meletakkan agama di tempat yang tinggi.
3. Masyarakat Islam memberi penilaian dan menempatkan akhlah dan tatsusila dalam
tempat yang tinggi.
4. Masyarakat Islam memberi perhatian kepada ilmu, karena ilmu menjadi cara untuk
memantapkan akidah dan agama.
5. Masyarakat Islam menghormati dan menjaga kehormatan manusia tanpa memandang
suku, ras, warna kulit, bangsa, dan keturunan.
6. Keluarga memperole perhatian besar dalam masyarakat Islam. Institusi keluarga
adalah cikal-bakal kekuatan masyarakat.
7. Masyarakat Islam bersifat dinamis senantiasa berubah dan berkembang terus menerus
mengikuti perubahan zaman
8. Bekerja dinilai sebagai syarat keutamaan manusia. Dengan bekerja masyarakat dapat
memperoleh hak dan kewajibannya.
9. Hak milik dan harta dilindungi dalam masyarakat Islam selama diperoleh dengan cara
halal.
10. Kekuatan dan keteguhan bersumber dari aturan agama, akhlak, keadilan, kasih sayang,
dan nilai-nilai luhur lainnya
11. Masyarakat Islam adalah masyarakat yang terbuka, dapat menerima pengaruh dari
pihak lain, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi.
12. Masyarakat Islam bersifat manusiawi, saling kasih-mengasihi, ramah, tolong
menolong, dan saling membantu satu sama lain.

Tatatertib dan Pendidikan

Terciptanya keteraturan dalam kehidupan adalah sebuah keniscayaan. Kehidupan


masyarakat yang teratur, tertata, dan tersusun rapi tentu menjadi keinginan setiap manusia.
Keteraturan dalam kehidupan tidak akan mungkin terwujud jika tanta adanya tata
aturan/tata tertib/peraturan. Pendidikan merupakan unsur atau komponen penting dalam
mengajarkan dan mengaktualkan ajaran-ajaran, tatanan-tatanan tata tertib dalam
kehidupan. Jika tata aturan dan tata tertib telah menajdi kebiasaan aktual, maka keteraturan
dan ketertiban dalam masyarakat akan tercipta.

Tugas utama pendidikan Islam adalah untuk mewujudkan keteraturan dalam diri
tiap-tiap manusia di dalam alam kenyataan dan mengupayakan terwujudnya tata tertib
dalam kehidupan masyaraat. Keteraturan dan tata tertib baik agama, moral, hukum, susila
harus pertama-tama diwujudan dalam diri manusia sebelum menjadi aktual dalam
kehidupan bermasyarakat.

Anda mungkin juga menyukai