pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran
memenuhi paling tidak enam syarat, yaitu adanya (1) kesatuan, (2)
kepaduan, (3) keparalelan, (4) ketepatan, (5) kehematan, dan (6) kelogisan.
1) Kesatuan
dalam sebuah kalimat. Dengan satu ide itu kalimat boleh panjang atau
mempertentangkan unsur pilihan yang satu dan yang lainnya asalkan ide
atau gagasan kalimatnya satu. Artinya, dalam setiap kalimat hanya ada satu
maksud utama penulis/pembicara, dan maksud itu harus dapat dikenali dan
kacau)
pengarahan)
(90a) Pihak yayasan dibantu oleh bank yang memberi kredit untuk
2) Kepaduan (Koherensi)
pembentuk kalimat adalah kata, frasa, klausa, tanda baca, dan fungsi
sintaktis (S-P-O-Pel-Ket).
benar/rancu).
(96) Yang saya sudah sarankan kepada mereka adalah merevisi anggaran
proyek itu.
3) Keparalelan
atau susunan kata dan frasa yang dipakai di dalam kalimat. Umpamanya
dalam sebuah perincian. jika unsur pertama berbentuk verba, unsur kedua
dan seterusnya juga harus verba. Jika unsur pertama nomina, unsur
(99) Demikianlah agar ibu maklum, dan atas perhatiannya saya ucapkan
terima kasih.
(100) Dalam rapat itu diputuskan tiga halpokok, yaitu peningkatan mutu
gencar.
(99a) Demikianlah agar Ibu maklum, dan atas perhatian Ibu, saya ucapkan
terima kasih.
(l00a) Dalam rapat itu diputuskan tiga hal pokok, yaitu meningkatkan mutu
pemasaran.
4) Ketepatan
pengertian yang bulat dan pasti. Di antara semua unsur yang berperan dalam
terpenting. Tanpa kata, kalimat tidak akan ada. Akan tetapi, ada kalanya kita
harus memilih dengan akurat satu kata, satu frasa, satu idiom, satu tanda
baca dari sekian pilihan demi terciptanya makna yang paling tepat.
ini.
(101) Karyawan teladan itu memang tekun bekerja dari pagi sehingga
(102) ...bukan saya yang tidak mau, namun dia yang tidak suka. (salah
jawab para orang tua, guru, polisi atau petugas dinas sosial; sebab
koma antara polisi dan atau, dan antara remaja dan dan, sehingga
satu).
(l01a) Karyawan teladan itu memang tekun bekerja dari pagi sampai
petang.
(102a) ... bukan soya yang tidak mau, melainkan dia yang tidak suka.
tanggung jawab para orang tua, guru, polisi, atau petugas dinas
sosial; sebab sebagian besar penduduk negeri ini terdiri dari anak-
5) Kehematan
pemakaian kata yang tidak perlu. Hemat di sini berarti tidak memakai kata-
memang sudah berbentuk jamak. Dengan hemat kata, kalimat akan menjadi
padat berisi.
(105) Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendin mahasiswa itu
(106) Dalam pertemuan yang mana hadir Wakil Gubernur dilakukan suatu
(108) Agar supaya Anda dapat memperoleh nilai ujian yang baik, Anda
direkturnya.
(108a) Agar Anda memperoleh nilai ujian yang baik, belajarlah sungguh-
sungguh.
baik.
baik.
6) Kelogisan
logis/masuk akal. Logis dalam hal ini juga menuntut adanya pola pikir yang
Sebuah kalimat yang sudah benar strukturnya, sudah benar pula pemakaian
tanda baca, kata, atau rasanya, dapat menjadi salah jika maknanya lemah
dari segi logika berbahasa. Perhatikan contoh kalimat yang lemah dari segi
anak laki-laki).
(111) Tumpukan uang itu terdiri atas pecahan ribuan, ratusan, sepuluh
merinci).
(112) Kepada Bapak Subhan, waktu dan tempat kami persilakan. (Waktu
orang-orang di sekitar kita berbicara satu sama lain memakai kalimat yang
tidak efektif, Kalau pembicaraan itu berlangsung dalam situasi yang tidak
formal, tentu kualitas kalimat yang dipakai tidak kita permasalahkan. Akan
tetapi, sering terjadi orang menuturkan kalimat yang tidak efektif dalam
situasi yang formal. Bagi orang terpelajar atau yang kesadaran berbahasanya
cukup tinggi, mendengar bahasa yang kurang rapi, apalagi tidak rapi, dan
terasa mengganggu.
ditampilkan enam kalimat tidak efektif untuk mewakili contoh bahasa lisan
yang dimaksud.
ke sekretariat.
Ada tiga macam kesalahan yang dapat dideteksi dari keenam contoh
kalimat tidak efektif di atas. Pertama, ada kalimat yang dapat dipahami
maknanya, tetapi terasa kurang pas dan sepertinya ada yang mengganjal.
Yang termasuk ke dalam golongan ini adalah kalimat (114) dan (115).
kalimat yang tidak efektif karena ambigu adalah kalimat (116) dan (117).
Ketiga, yang paling parah adalah jika terjadi salah nalar. Akibatnya,
kalimat yang dihasilkan pun seperti kalimat (118) dan (119) menjadi salah
total. Walaupun makna kalimat (118) dan (119) bisa direkayasa untuk
dipahami, sebenarnya pemahaman itu terjadi karena dipaksakan. Makna
kalimat (118) dan (119). Walau bagaimanapun kedua kalimat yang tidak
kalimat yang tidak efektif itu? Berikut ini hal tersebut dibahas satu per satu.
awam ah pemakaian kata depan bagi di samping kepada dalam tuturan yang
bersifat nnatif dan instruktif. Sebenarnya, makna kata bagi setara dengan
mgatan kepada orang yang akan menitipkan sepeda motornya itu terdapat
kesalahan fatal. Apa yang harus dikunci menurut kalimat di atas ? Tidak lain
dah yang menitip sepeda motor (orang), bukan sepeda motornya. Jika
yang harus dikunci sepeda motor, kalimatnya harus diperbaiki menjadi dua
pilihan berikut.
oleh adanya kata yang mubazir pada awal kalimat, yaitu bagi. Kata bagi
yang juga memakai kata kerja akiif berhalangan. Kalimat janggal yang
sekretariat.
ambigu terutama jika dituliskan, sebab yang tersurat dalam kalimat itu bisa
dua pihak yang bingung, yaitu saya atau anak itu. Jika yang dimaksudkan
Sesuai dengan bunyi kalimat (117) yang tersurat pada butir 5.6, tentu
tidak salah jika kalimat (117) itu ditafsirkan ada beberapa orang mengantar
jenazah).
yang beriringan, tetapi dapat juga satu jenazah dengan banyak pengiring.
Namun, akibat adanya kata mengantar, kalimat yang tepat dipakai adalah
sebagai berikut.
iringan yang seharusnya pengiring dalam kalimat (117) itu. Melalui kasus
ini kita diingatkan agar teliti dan berhati-hati memakai kata di dalam kalimat
karena arti satu kata dapat mempengaruhi arti kalimat secara keseluruhan.
penyakit, kasus ini sudah menahun dan tak kunjung sembuh. Namun, bukan
berarti penyakit itu tidak bisa disembuhkan. Obatnya ada, tetapi kemauan
pasien untuk sembuh masih kurang. Melalui berbagai media dan pada
berbagai kesempatan, sejak lama para penyuluh bahasa yang dapat
bebas parkir itu salah. Mengapa salah? Kalau suatu kawasan dinyatakan
bebas buta huruf, bebas becak, bebas narkoba; artinya di daerah itu tidak
ada lagi orang yang buta huruf, tidak boleh ada lagi becak yang beroperasi,
tidak ada pemakai narkoba. Demikian juga dengan istilah bebas bea berarti
tidak ada bea atau pajak. Tetapi, mengapa bebas parkir diartikan boleh
parkir, atau tidak bayar parkir. Hal itu terjadi karena salah nalar dan salah
kaprah.
dipakai frasa free parking. Free parking itulah yang diterjemahkan secara
terjemahannya yang benar untuk frasa free parking adalah parkir gratis,
parkir tidak bayar atau parkir bebas. Karena itu, melalui buku ini penulis
tidak lagi memakai bentuk yang memang benar-benar salah seperti bebas
parkir itu.
depan salah satu kantor Pemda DKI, terpasang papan petunjuk bertuliskan
Tempat Pendaftaran Tinja. Di ujung tulisan itu ada tanda panah yang
menunjuk ke arah gedung tempat mendaftarkan tinja; tempat tinja
didaftarkan; tempat tinja mendaftar (?). Penulis yakin, orang yang membaca
petunjuk itu tahu bahwa di sana itulah tempat pendaftaran penyedotan tinja
dari septic tank yang sudah terisi penuh di rumah-rumah atau di gedung-
papan petunjuk itu, orang tertegun dulu sejenak ketika pertama kali
terdapat di sebuah rumah sakit, orang tidak akan tertegun karena di rumah
dibawa). Nah, di kantor Pemda DKJ yang ini, tinja mesti dibawa apa tidak?
Walaupun pada akhirnya orang juga tahu tinja tidak perlu dibawa,
pertanyaan tadi pasti sempat muncul dalam benak orang saat pertama kali
membaca tulisan pada papan petunjuk itu. Permasalahan itu semua tidak
akan timbul jika sejak awalnya tulisan pada papan petunjuk itu berbunyi