Hakekat Kurikulum Dan Prisip-Prisip Pengembangan Kurikulum - Marsudi
Hakekat Kurikulum Dan Prisip-Prisip Pengembangan Kurikulum - Marsudi
PENGEMBANGAN KURIKULUM
Oleh : MARSUDI
WIDYAISWARA PPPPTK SENI BUDAYA
Abstrak
Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu, maka dengan terbitnya
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A tahun
2013 Tentang Implementasi Kurikulum, pemerintah telah menggiring pelaku
pendidikan untuk mengimplementasikan kurikulum dalam bentuk kurikulum 2013, yaitu
kurikulum sebagai jantungnya pendidikan perlu dikembangkan dan diimplementasikan
secara kontekstual untuk merespon kebutuhan daerah, satuan pendidikan, dan peserta
didik..
Pengembangan kurikulum harus memiliki landasan yang kuat yaitu berdasarkan kondisi
masyarakat yang nyata yang terjadi dilapangan, nilai nilai mendasar yang diyakini,
kondisi anak yang benar serta pengetahuan dan konsep – konsep ilmu yang mutakhir.
Kemudian kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan
kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarat, berbangsa dan bernegara.
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa
komponen, komponen-komponen kurikulum suatu lembaga pendidikan dapat
diidentifikasi dengan cara mengkaji buku kurikulum lembaga pendidikan itu. Dari buku
kurikulum tersebut kita dapat mengetahui fungsi suatu komponen kurikulum terhadap
komponen-komponen kurikulum yang lain. Kurikulum 2013 Standar Kompetensi
Lulusan diturunkan dari kebutuhan, Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi
Lulusan melalui Kompetensi Inti yang bebas mata pelajaran, Semua mata pelajaran harus
berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan, Mata
pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai Semua mata pelajaran diikat
oleh kompetensi inti (tiap kelas)
B. Hakekat Kurikulum
1. Pengertian kurikulum
‘Kurikulum’ dalam bahasa Latin mempunyai kata akar ‘curere’. Kata ini
bermaksud ‘laluan’ atau ‘jejak’. Secara yang lebih luas pula maksudnya ialah ‘jurusan’
seperti dalam rangkai kata jurusan peperangan’. Perkataan’kurikulum’ dalam bahasa
Inggris mengandungi pengertian ‘jelmaan’ atau ‘metamorfosis’. Paduan makna kedua-
dua bahasa ini menghasilkan makna bahawa perkataan kurikuluin’ ialah ‘laluan dan satu
peringkat ke satu peningkat’. Perluasan makna ini memberikan pengertian ‘kurikulum’
dalam perbendaharaan kata pendidikan bahasa Inggris sebagai jurusan pengkajian yang
diikuti di sekolah. (Kliebard, 1982) www.karyanet.com.my/knet/ebook
http://herdisaksul.wordpress.com/2008/06/03/hakekat-kurikulum/
Sedangkan menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (BSNP 2006:5).
Dari berbagai pengertian kurikulum diatas dapat disimpulkan bahwa Kurikulum adalah
suatu pedoman yang terencana dan terorganisir dimana didalamnya tercakup tujuan,
pembelajar, pebelajar,sarana dan prasarana, alat/bahan, evaluasi untuk menciptakan suatu
pengalaman belajar pada pebelajar dibawah tanggung jawab sekolah atau lembaga
2
penyelenggara pendidikan untuk mencapai suatu tujuan.
http://herdisaksul.wordpress.com/2008/06/03/hakekat-kurikulum/
Sistem adalah suatu kesatuan sejumlah elemen (objek, manusia, kegiatan, informasi, dsb)
yang terkait dalam proses atau struktur dan dianggap berfungsi sebagai satu kesatuan
organisasai dalam mencapai satu tujuan.
Jika pemahaman sistem diatas dipergunakan melihat kurikulum itu ada sejumlah
komponen yang terkait dan berhubungan satu sama lain untuk mencapai tujuan. Dengan
demikian, dipandang sistem terhadapa kurikulum, artinya kurikulum itu dipandang
memiliki sejumlah komponen-komponen yang saling berhubungan, sebagai kesatuan
yang bulat untuk mencapai tujuan.
Strategi merujuk pada pendekatan dan metode serta peralatan mengajar yang digunakan
dalam pengajaran. Tetapi pada hakikatnya strategi pengajaran tidak hanya terbatas pada
hal itu saja. Pembicaraan strategi pengajaran tidak hanya terbatas pada hal itu saja.
Pembicaraan strategi pengajaran tergambar dari cara yang ditempuh dalam melaksanakan
pengajaan, mengadakan penilaian, pelaksanaan bimbiungan dan mengatur kegiatan, baik
yang secara \umum berlaku maupun yang bersifat khusus dalam pengajaran.
4. Evaluasi kurikulum
3
b) Penilaian proses pembelajaran (Program)
c) Penilaian akhir pembelajaran.(output program)
II. PEMBAHASAN
A. Perubahan Kurikulum
1. Kurikulum 1947
Kurikulum pertama pada masa kemerdekaan namanya Rencana Pelajaran 1947.
Ketika itu penyebutannya lebih populer menggunakan leer plan (rencana pelajaran)
ketimbang istilah curriculum dalam bahasa Inggris. Rencana Pelajaran 1947 bersifat
politis, yang tidak mau lagi melihat dunia pendidikan masih menerapkan kurikulum
Belanda, yang orientasi pendidikan dan pengajarannya ditujukan untuk kepentingan
kolonialis Belanda. Asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Situasi perpolitikan dengan
gejolak perang revolusi, maka Rencana Pelajaran 1947, baru diterapkan pada tahun 1950.
Oleh karena itu Rencana Pelajaran 1947 sering juga disebut kurikulum 1950. Susunan
Rencana Pelajaran 1947 sangat sederhana, hanya memuat dua hal pokok, yaitu daftar
mata pelajaran dan jam pengajarannya, serta garis-garis besar pengajarannya.
http://taqwimislamy.com/index.php/en/57-kurikulum/297-sejarah-perkembangan-
kurikulum-di-indonesia
2. Kurikulum 1952
Setelah Rentjana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia
mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama Rentjana Pelajaran Terurai
1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling
menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus
memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Di
penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964 atau Kurikulum
1964. Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral
(Pancawardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi:
moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah.
Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.
http://taqwimislamy.com/index.php/en/57-kurikulum/297-sejarah-perkembangan-
kurikulum-di-indonesia
3. Kurikulum 1964
Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan
sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-
pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa
pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk
pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program
Pancawardhana yang meliputi pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral.
Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan,
emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmani. Pendidikan dasar lebih
4
menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.
http://taqwimislamy.com/index.php/en/57-kurikulum/297-sejarah-perkembangan-
kurikulum-di-indonesia
5. Kurikulum 1975
Kurikulum 1973 Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP)
Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menggunakan pendekatan-
pendekatan di antaranya sebagai berikut.
Berorientasi pada tujuan
Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti dan
peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integratif.
Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa mengarah
kepada tercapainya tujuan yang spesifik, dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk
tingkah laku siswa.
Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon
(rangsang-jawab) dan latihan (drill).
Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap sudah tidak mampu lagi
memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Bahkan sidang umum MPR 1983 yang produknya tertuang dalam GBHN 1983
menyiratakan keputusan politik yang menghendaki perubahan kurikulum dari
kurikulum 1975 ke kurikulum 1984. Karena itulah pada tahun 1984 pemerintah
menetapkan pergantian kurikulum 1975 oleh kurikulum 1984.
6. Kurikulum 1984
5
Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa
aktif (CBSA).
CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan
siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif,
afektif, maupun psikomotor.
7. Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan
dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan
mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang
pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi
kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak.
Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya
sebagai berikut.
Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan
Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat
(berorientasi kepada materi pelajaran/isi)
Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum
untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti
sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan
dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
6
Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi
yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial.
Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah
kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu
jawaban), dan penyelidikan.
Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan
konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan
terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan
pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan
masalah.
Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal
yang sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang komplek.
Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk
pemantapan pemahaman siswa.
Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan,
terutama sebagai akibat dari kecenderungan kepada pendekatan penguasaan materi
(content oriented), di antaranya sebagai berikut.
Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya
materi/substansi setiap mata pelajaran
Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat
perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan
aplikasi kehidupan sehari-hari.
7
Rumusan kompetensi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan
pernyataan apa yang diharapkan dapat diketahui, disikapi, atau dilakukan siswa dalam
setiap tingkatan kelas dan sekolah dan sekaligus menggambarkan kemajuan siswa yang
dicapai secara bertahap dan berkelanjutan untuk menjadi kompeten.
Suatu program pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung tiga unsur
pokok, yaitu:
pemilihan kompetensi yang sesuai;
spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian
kompetensi;
pengembangan sistem pembelajaran.
Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun
klasikal.
Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi.
Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi
unsur edukatif.
Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi.
(Puskur, 2002a). http://herdisaksul.wordpress.com/2008/06/03/hakekat-kurikulum/
8
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan (SNP)
3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang standar isi
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar
Kompetensi Lulusan (SKL)
5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006
Peraturan yang mengatur tentang pelaksanaan peraturan menteri pendidikan
nasional nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar
dan menengah serta peraturan menteri pendidikan nasional nomor 23 tahun 2006
tentang standar kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.
Dalam KTSP guru diberi kewenangan penuh untuk menyusun dan mengembangkan
program. Pengembangan program tersebut mencakup antara lain :
pertama, program tahunan. Program ini dipersiapkan dan dikembangkan oleh guru
sebelum tahun ajaran, karena merupakan pedoman bagi pengembangan program-
program berikutnya, yaitu program semester, program mingguan, dan program harian
atau program pembelajaran setiap kompetensi dasar.
Kedua, program semester. Program ini berisikan garis-garis besar mengenai hal-hal yang
hendak dilaksanakan dan akan dicapai dalam semester tersebut. Program semester ini
merupakan penjabaran dari program tahunan.
Ketiga, program mingguan dan harian. Program ini merupakan penjabaran dari program
semester dan program modul. Melalui program ini dapat diketahui tujuan-tujuan yang
telah dicapai dan yang perlu diulang bagi setiap peserta didik.
Keempat, program pengayaan dan remidial. Program ini merupakan pelengkap dan
penjabaran dari program mingguan dan harian. Dari program ini dapat teridentifikasi
siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar akan dilayani dengan kegiatan remidial,
sedangkan untuk siswa yang cemerlang akan dilayani dengan kegiatan pengayaan agar
tetap mempertahankan kecepatan belajarnya.
Kelima, Program pengembangan diri. Program ini sebagian besar diberikan melalui
kegiatan ekstrakurikuler maupun melalui bimbingan dan konseling atau konselor kepada
para siswa yang menyangkut pribadi, sosial, belajar, dan karier.
Adapun pengembangan program tahunan, program semester, program mingguan dan
harian yang disusun oleh guru-guru telah disusun sesuai dengan acuan dalam KTSP.
Para guru menyusunnya secara bersama-sama dalam satu tim. Biasanya program
tersebut disusun pada awal tahun pelajaran. Setiap guru mempunyai tugas-tugas masing-
masing, sehingga dalam penyusunannya tidak mengalami hambatan yang berarti.
9
4 Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan
(misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft
skills dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam kurikulum.
5 Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada
tingkat lokal, nasional, maupun global.
6 Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci
sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada
pembelajaran yang berpusat pada guru.
7 Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (sikap,
keterampilan, dan pengetahuan) dan belum tegas menuntut adanya remediasi secara
berkala.
8 Dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak
menimbulkan multi tafsir.
Sumber bahan uji publik kurikulum 2013 Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan
29 November 2012
1) Untuk SD/MI mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SD/MI;
2) Untuk SMP/MTs mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMP/MTs;
3) Untuk SMA/MA mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMA/MA;
4) Untuk SMK/MAK mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMK/MAK;
b. Pendekatan Saintifik
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam
pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific
appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya,
mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata
pelajaran. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin
pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi
seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-
sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.
Kegiatan pembelajaran meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan bertujuan untuk menciptakan
10
suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti
proses pembelajaran dengan baik.
Dalam metode saintifik tujuan utama kegiatan pendahuluan adalah memantapkan
pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang telah dikuasai yang berkaitan dengan
materi pelajaran baru yang akan dipelajari oleh siswa. Dalam kegiatan ini guru harus
mengupayakan agar siswa yang belum paham suatu konsep dapat memahami konsep
tersebut, sedangkan siswa yang mengalami kesalahan konsep, kesalahan tersebut dapat
dihilangkan. Pada kegiatan pendahuluan, disarankan guru menunjukkan fenomena atau
kejadian “aneh” atau “ganjil” (discrepant event) yang dapat menggugah timbulnya
pertanyaan pada diri siswa.
Kegiatan inti merupakan kegiatan utama dalam proses pembelajaran atau dalam
proses penguasaan pengalaman belajar (learning experience) siswa. Kegiatan inti dalam
pembelajaran adalah suatu proses pembentukan pengalaman dan kemampuan siswa
secara terprogram yang dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu. Kegiatan inti dalam
metode saintifik ditujukan untuk terkonstruksinya konsep, hukum atau prinsip oleh
siswa dengan bantuan dari guru melalaui langkah-langkah kegiatan yang diberikan di
muka.
Kegiatan penutup ditujukan untuk dua hal pokok. Pertama, validasi terhadap konsep,
hukum atau prinsip yang telah dikonstruk oleh siswa. Kedua, pengayaan materi
pelajaran yang dikuasai siswa.
11
2) Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning), selanjutnya
PBM adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata (autentik) yang tidak
terstruktur (ill-structured) dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi peserta didik untuk
mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta sekaligus
membangun pengetahuan baru. PBM sejalan dengan filosofi konstruktivisme yang
menekankan peserta didik untuk secara aktif membangun pengetahuannya sendiri
melalui interaksinya dengan masalah nyata. PBM merupakan pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik (student-centered), sementara guru berperan sebagai
fasilitator yang memfasilitasi peserta didik untuk secara aktif menyelesaikan masalah
dan membangun pengetahuannya. Kolaborasi antarpeserta didik sangat diperlukan
karena masalah yang harus diselesaikan sangat kompleks yang memerlukan
keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan
mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk menunjang proses belajar
perlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu siswa pada tahap eksplorasi. Lingkungan
ini dinamakan Discovery Learning Environment, yaitu lingkungan dimana siswa dapat
melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian
yang mirip dengan yang sudah diketahui. Lingkungan seperti ini bertujuan agar siswa
dalam proses belajar dapat berjalan dengan baik dan lebih kreatif. Pada akhirnya yang
menjadi tujuan dalam metode Discovery Learning menurut Bruner adalah hendaklah guru
memberikan kesempatan kepada muridnya untuk menjadi seorang problem solver,
seorang scientist, historin, atau ahli matematika. Dan melalui kegiatan tersebut siswa
akan menguasainya, menerapkan, serta menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi
dirinya. Karakteristik yang paling jelas mengenai Discovery sebagai metode mengajar
ialah bahwa sesudah tingkat-tingkat inisial (pemulaan) mengajar, bimbingan guru
hendaklah lebih berkurang dari pada metode-metode mengajar lainnya. Hal ini tak berarti
bahwa guru menghentikan untuk memberikan suatu bimbingan setelah problema
disajikan kepada pelajar. Tetapi bimbingan yang diberikan tidak hanya dikurangi
direktifnya melainkan pelajar diberi responsibilitas yang lebih besar untuk belajar
sendiri.
12
Karena Kurikulum dijadikan suatu acuan untuk melaksanakan pendidikan, maka
kurikulum tersebut juga menjadi penentu akan keberhasilan dalam pembangunan
pendidikan. Pembangunan pendidikan pada dasarnya bertujuan mengembangkan
kualitas manusia meliputi segala aspek manusia dalam harkatnya sebagai mahluk yang
berakal budi, sebagai pribadi, sebagai warga masyarakat dan warga negara.
Pengembangan ini meliputi 3 misi utama (Dimyati,1992), yaitu : pendidikan kepribadian,
pendidikan socio-civics dan pendidikan intelektual. Pengembangan pendidikan di
Indonesia tidak bisa lepas dari misi utama pendidikan yang tertuang dalam tujuan
pendidkan nasional yang berdasarkan Pancasila.
Kurikulum harus memuat rancangan – rancangan atau program –program
pendidikan dan pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat (yang senantiasa
selalu berkembang ) dan kemajuan peradaban dunia dengan tetap berpedoman pada
Pancasila. Apabila suatu kurikulum mampu membuat hal tersebut maka pembangunan
pendidikan di Indonesia akan berkembang dan berhasil dalam menciptakan anak bangsa
yang berpengetahuan dan berketerampilan yang dilandasi oleh Imtaq.
Kesimpulan
Saran
13
Reverensi
H.Dakir.2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Rineka Cipta. Jakarta.
Hidayanto. D.N. 2007. Pemikiran Kependidikan .CV. Transwacana. Jakarta.
Depdiknas. 2003 Sikdiknas Undang-Undang Pendidikan Nomor 20 Tahun 2003
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/22/komponen-komponen-kurikulum/
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar
Penilaian.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor. 70. Th. 2013
Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/
Madrasah Aliyah Kejuruan, Jakarta, 2013
14
BIODATA
2. Peneliti
a. Nama lengkap : Drs. Marsudi, M.Pd
b. Tempat/Tgl.lahir : Ponorogo, 24 Januari 1965
c. Nip : 1965 01241994121003
d. Jenis Kelamin : Laki-laki
e. Pangkat / golongan : Pembina / IV a
f. Jabatan : Widyaiswara Madya
g. Institusi : PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta
h. Alamat Kantor : Jln. Kaliurang KM. 12.5, Klidon, Sukoharjo,
Ngaglik, Seman Yogyakarta
i. Alamat Rumah : RT.04. RW.11 Kandangsari,Sukoharjo,Ngaglik,
Sleman, Yogyakarta
j. No.Tlp.HP ,Email : 0274 896165 / HP.08125248905
,marsudi_anni@yahoo.com
Drs.Marsudi, M.Pd
NIP.196501241994121003
15
HAKEKAT KURIKULUM
DAN PRISIP-PRISIP PENGEMBANGAN
KURIKULUM
MAKALAH
P PP P T K
SENI DAN BUDAYA
Oleh :
16