Anda di halaman 1dari 29

MATA KULIAH SOSIOLOGI HUKUM SEMESTER GASAL 2020/20201

EFEKTIVITAS PERWALI SURABAYA NOMOR 33 TAHUN 2020 TENTANG


PEDOMAN TATANAN NORMAL BARU

(Studi Kasus Terhadap Kesadaran Hukum Pengunjung dan Pelaku Usaha


Angkringan Wakjo Surabaya)

Nama Penyusun :

M KHIZBUNNASHR 18040704032
AHMAD FAHMI U.Z 18040704068
ASNA AZIZIA NIKMAH 18040704064

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS ILMU SOISAL DAN HUKUM
JURUSAN HUKUM
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................................I
KATA PENGANTAR....................................................................................................................II
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian...........................................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian.........................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................3
METODE PENELITIAN...............................................................................................................3
2.1 Jenis Penelitian...............................................................................................................3
2.2 Lokasi Penelitian............................................................................................................4
2.3 Jenis Data.......................................................................................................................4
2.4 Teknik Pengumpulan Data.............................................................................................4
2.5 Subjek Penelitian............................................................................................................4
2.6 Teknik Analisis Data......................................................................................................4
KAJIAN PUSTAKA......................................................................................................................5
a. Efektifitas Hukum........................................................................................................5
b. Covid-19......................................................................................................................7
c. Normal Baru.................................................................................................................8
BAB III.......................................................................................................................................9
PEMBAHASAN..........................................................................................................................9
3.1 Efektivitas Perwali No.33 Tahun 2020 tentang Covid....................................................9
3.2 Kesadaran hukum Penerpan Protokol Kesehatan Pada Masa Normal Baru di
Angkringan Wakjo Surabaya.............................................................................................12

BAB IV....................................................................................................................................15
KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................................................15
4.1 Kesimpulan..................................................................................................................15

I
4.2 Saran............................................................................................................................16
Daftar Pustaka........................................................................................................................16
Lampiran................................................................................................................................19

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Efektifitas Perwali Surabaya No.33 Tahun 2020 Tentang Pedoman Tatanan Normal
Baru” (Studi Kasus Terhadap Kesadaran Hukum Pengunjunh dan Pelaku Usaha
Angkringan Wakjo Surabaya)
Pada kesempatan yang berbahagia ini, kami menyampaikan terimakasih atas
bimbingan dan petunjuk yang sudah diberikan, khususnya kepada Ibu Eny
Sulistyowati, SH, MH,. Selaku dosen mata kuliah Sosiologi Hukum dan juga semua
pihak atau teman-teman yang telah membantu memberikan referensi dan masukan
sehingga laporan ini dapat tersusun.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat
dan memberikan inspirasi terhadap pembaca. Kami menyadari banyak kekurangan
dalam makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun, demi pembuatan makalah yang lebih baik.

Surabaya, 23 November 2020

Penyusun

II
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Menunjukan data dari BPS tentang tempat mana saja yang sering tidak
menerapkan protocol kesehatan
Gambar 1.2 Menunjukan data dari BPS tentang alasan masyarakat tidak menerapkan
protocol kesehatan
Gambar 1.3 Menunjukan data dari BPS tentang alasan lain masyarakat tidak
menerapkan protocol kesehatan
Gambar 1.4 Menunjukan data survey rendahnya kesadaran protokol kesehetan di
Surabaya
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.1 Menunjukkan Tingkat kesadaran penerapan Protokol Kesehatan di
Jawa Timur dan Surabaya
Lampiran 1.2 Menunjukkan situasi dan kondisi pengunjung Angkringan Wakjo
Surabaya yang tidak menerapkan protokol kesehatan
Lampiran 1.3 Menunjukkan proses wawancara kepada pelaku usaha Angkringan
Wakjo Surabaya
Lampiran 1.4 Menunjukkan proses wawancara kepada pengunjung Angkringan
Wakjo Surabaya
Lampiran 1.5 Data Informan
Lampiran 1.6 Lembar observasi penerapan protokol kesehatan pada pengunjung dan
pelaku usaha di Angkringan Wakjo Surabaya
Lampiran 1.7 Pedoman Wawancara
Lampiran 1.8 Lembar obervasi untuk mengetahui Efektifitas dan Kesadaran hukum
dalam hal implementasi Perwali Surabaya tentang pedoman tatanan normal baru pada
kondisi pandemi covid-19 terhadap pelaku dan pengunjung Angkringan Wakjo
Surabaya

III
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sejak Februari 2020, Corona Virus disease (COVID-19) telah ditetapkan WHO
(World Health Organization) menjadi pandemi yang menyerang masyarakat dunia
internasional sehingga Covid-19 ini pun dideklrasikan oleh seluruh dunia sebagai
pandemi global karena penyebarannya yang semakin cepat dan meluas begitupun
Indonesia yang tak lepas dari pandemi ini, penyeberannya yang secara masif
memperlihatkan adanya suatu peningkatan dari waktu ke waktu, menyikapi hal itu
pemerintahpun bergegas melakukan berbagai upaya baik preventif maupun represif
seperti dikeluarkannya berbagai regulasi instrument hukum yang menjadi aturan
pelaksanaan dan landasan kebijakan pemerintah yang di koordinasikan kepada setiap
pemerintah daerah sebagai solusi praksis yang tegas dan efektif dalam menyelesaikan
berbagai masalah pada permasalahan Covid-19, mulai dari awal pertama kali kasus
tersebut terjadi sampai saat pada kondisi New Normal atau Normal Baru.(Indradi et
al. 2020)
Pada kondisi Normal Baru pada saat ini keefektifan regulasi instrument hukum
yang dibuat pemerintah masih menjadi pro kontra terkait penerapannya dan
penegakannya di masyarakat seperti pada Peraturan Gubernur No. 53 Tahun 2020
tentang Penerapan Protokol Kesehatan dalam Pencegahan dan Pengendalian COVID
-19 sebagai dasar Peraturan Walikota No. 33 Tahun 2020 Tentang Perubahan
Peraturan Walikota No. 28 Tahun 2020 Tentang Pedoman Tatanan Normal Baru Pada
Kondisi Pandemi Corona virus disease (Covid-19), dalam aturan tersebut terdapat
berbagai kebijakan pemerintah Surabaya pada kondisi tatanan normal baru untuk
memberlakukan perubahan budaya hidup masyarakat yang lebih produktif pada
situasi pandemi Covid-19.

1
< Gambar 1.1

Menurut data
BPS (7-14
September)
Manunjukan
hasil survey
seperti
disamping.

Masih banyak ditemukan masyarakat yang melanggar regulasi tersebut dan dalam
regulasi tersebut, juga terdapat berbagai sanksi administrative. Maka dari itu
persoalan pandemi Covid-19 ini bukan hanya persoalan pemerintah yang harus
menyelesaikannya, tapi juga butuh partisipasi dan kerjasama yang baik dari warga
Kota Surabaya.(Humas Pemkot Surabaya n.d.)
Dari uraian yang telah dijelaskan tersebut kemudian muncul suatu permasalahan
yang akan ditulis dalam makalah penelitian ini seperti bagaimana evektifitas perwali
surabaya hingga bagaimana kesadaran hukum masyarakat dalam menyikapi langkah
kebijakan pemerintah Surabaya dalam penerepan pencegahan penyebaran pandemi
Covid-19 yang dituangkan dalam Peraturan Walikota Surabaya No.33 Tahun 2020
Tentang Perubahan Atas Peraturan Walikota Surabaya No.28 Tahun 2020 Tentang
Pedoman Tatanan Normal Baru.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana efektivitas Perwali No. 33 Tahun 2020 Surabaya Tentang
Penerapan Protokol Kesehatan Dalam Pencegahan dan Pengendalian Corona
Virus disease (COVID -19)?
2. Bagaimana kesadaran hukum masyarakat pada warung kopi di surabaya
terkait penerapan protokol kesehatan?

2
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui efektivitas Perwali No. 33 Tahun 2020 Surabaya Tentang
Penerapan Protokol Kesehatan Dalam Pencegahan dan Pengendalian Corona
Virus disease (COVID -19).
2. Untuk mengetahui kesadaran hukum masyarakat terkait penerapan protokol
kesehatan.

1.4 Manfaat Penelitian


a. Manfaat Teoritis
Untuk mengetahui apakah pelayanan publik yang dijalankan sudah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan,sesuai dengan kebijakan pemerintah
dan diharapkan dikemudian hari akan mampu membandingkan antara teori
yang diperoleh di perkuliahan dengan realitas di lapangan.
b. Manfaat Praktis
Untuk mengetahui implementasi perwali/2020 terkait kesadaran hukum
masyarakat atas dikeluarkannya peraturan ini maka, penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang terdampak pandemi,
baik masyarakat maupun pemerintah sebagai pembuat kebijakan. Penelitian
ini juga dapat menjadi bahan bacaan untuk menambah wawasan terkait
dengan kesadaran hukum masyarakat ditengah pandemi

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan
hukum empiris atau sosiologis. Dalam aktivitas penelitian terkait, pendekatan

3
empiris-sosiologis digunakan untuk mengkaji implementasi masyakarat terkait
dengan Perwali Surabaya No. 33 Tahun 2020 dalam situasi wabah pandemi
COVID-19.

2.2 Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan di angkringan Jl. Bungkal Kecamatan Sambikerep
Surabaya mengingat angkringan ini cukup ramai akan pengunjung.

2.3 Jenis Data


Jenis data penelitian ini adalah data deskriptif yang dihasilkan dari penelitian
kualitatif, sebagai cara untuk melakukan pengamatan langsung pada individu dan
berhubungan dengan orang-orang tersebut untuk mendapatkan data yang
digalinya.

2.4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan teknik wawancara guna mendapatkan informasi secara langsung
dari subjek penelitian.

2.5 Subjek Penelitian


Subjek penlitian adalah Rifky Saghriza sebagai pelaku usaha yang
menjalankan bisnis angkringan di Jl. Bungkal Kecamatan Sambikerep Surabaya
dan Anggariksa sebagai salah satu konsumen di angkringan tersebut.

2.6 Teknik Analisis Data


Penelitian ini mengunakan teknik analisis data deskriptif. Dengan metode
penelitian ini maka penulis berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek
sesuai dengan apa adanya.

4
KAJIAN PUSTAKA

a. Efektifitas Hukum
Efektifitas dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa inggris yaitu
“efective” yang berarti berhasil ditaati, mengesahkan, mujarab dan mujur.
Efektivitas hukum adalah suatu kemampuan hukum untuk menciptakan atau
melahirkan keadaan atau situasi yang dikehendaki oleh hukum atau diharapkan
oleh hukum.(Yudho and Tjandrasari 2017) Sarwoto mengistilahkan efktifitas
dengan “berhasil guna” yaitu pelayanan yang baik corak dan mutunya benar-benar
sesuai kebutuhan dalam pencapaian tujuan suatu organisasi.(Sarwoto 1990)
Menurut Soerjono Soekanto sendiri efektif atau tidaknya suatu hukum ditentukan
oleh 5 (llima) faktor, (Soekanto 2008) yaitu ;
a) Faktor hukumnya sendiri (undang-undang)
b) Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum
c) Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum
d) Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau
diterapkan.
e) Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan
pada karsa
Semua faktor tersebut saling berkaitan, oleh karena merupakan esensi
penegakan hukum serta merupakan tolok ukur daripada efektifitas penegakan
hukum itu sendiri. Dikupas lebih dalam maka :
a) Faktor Hukum
Dalam hal keserasian antara kaidah hukum dan perilaku manusia
meniscayakan berlakunya kaidah hukum dalam berbagai aspek kehidupan dan
sikap perilaku manusia, yang secara teori ilmu hukum umumnya dibedakan
pada 3 (tiga) macam pemberlakuan kaedah tersebut,(Soerjono Soekanto &
Mustafa Abdullah n.d.) yaitu :
1) Yuridis (Keadilan)

5
Bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi permasalahan hukum
atau mengisi kekosongan hukum dengan mempertimbangkan aturan yang
telah ada, yang akan diubah, atau yang akan dicabut guna menjamin
kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat.
2) Sosiologis (Kemanfaatan)
Bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
dalam berbagai aspek.
3) Filosofis (Kepastian)
Pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa peraturan yang
mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum yang
mencakup suasana kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang
bersumber dari Pancasila dan Pembukaan UUD NRI 1945.
b) Faktor Penegak Hukum
Terkait dengan bagaimana mentalitas dari penegak hukum itu sendiri.
Penegak hukum antara lain hakim, polisi, jaksa, pengacara dan petugas
lembaga pemasyarakatan. Apabila peraturan sudah baik, akan tetapi mental
penegak hukum kurang baik, maka akan terjadi gangguan/ kerusakan dalam
penegakan hukum
c) Faktor Sarana atau Fasilitas Pendukung
Sarana fsilitas yang diharapkan untuk mendukung pelaksanaan hukum. Kalau
perwali dan penegak hukum sudah baik, akan tetapi fasilitas kurang memadai
pada batas-batas tertentu, maka penegakan hukum tidak akan bejalan dengan
semestinya
d) Faktor Masyarakat
Yang dimaksud di sini adalah kesadaran untuk mematuhi suatu peraturan
perundang-undangan, yang kerap disebut derajat kepatuhan. Derajat
kepatuhan baru dapat diukur jika telah ada pengetahuan masyarakat terhadap
hukum. Bila suatu peraturan perundang-undangan telah diundangkan dan
diterbitkan menurut prosedur yang sah dan resmi, maka secara yuridis
peraturan perundang-undangan itu berlaku. Kemudian timbul asumsi bahwa

6
setiap warga masyarakat dianggap mengetahui adanya undang-undang
tersebut (fiktif hukum) namun, asumsi tersebut tidaklah seperti demikian
adanya.(Zainuddin 2006)
e) Faktor Kebudayaan
Kebudayaan menurut Soerjono Soekanto, mempunyai fungsi yang sangat
besar bagi manusia dan masyarakat, yaitu mengatur agar manusia dapat
mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, dan menentukan sikapnya
kalau mereka berhubungan dengan orang lain. Dengan demikian, kebudayaan
adalah suatu garis pokok tentang perikelakuan yang menetapkan peraturan
mengenai apa yang harus dilakukan, dan apa yang dilarang.

b. Covid-19
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-
2). SARS-CoV-2 merupakan coronavirus jenis baru yang belum pernah
diidentifikasi sebelumnya pada manusia, wabah ini pertama kali terjadi pada
tanggal 31 Desember 2019, di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. dan telah di
identifikasi bahwa kasus tersebut sebagai jenis baru coronavirus kemudian pada
tanggal 30 Januari 2020 WHO menetapkan kejadian tersebut sebagai Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD)/Public Health
Emergency of International Concern (PHEIC) dan ditetapkan COVID-19 sebagai
pandemi pada tanggal 11 Maret 2020 karena tergolong sebagai penyakit menular
yang tingkat penyebarannya semakin cepat di sebagian dunia, tak terkecuali di
Indonesia juga yang dibuat kerepotan oleh wabah ini.(Kemenkes RI 2020)
Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit
yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome
(MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) sedangkan Gejala khas
COVID-19 dapat berkisar dari ringan hingga berat terkait dengan penyakit
pernapasan, dengan gejala paling umum adalah demam, batuk, dan sesak napas,

7
terutama lansia yang memiliki komorbid seperti bronkitis kronis, emfisema,
gagal jantung, atau diabetes, lebih mungkin mengalami infeksi COVID yang
serius yakni dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal
ginjal, dan bahkan kematian tak heran WHO mengumumkan penyakit ini sebagai
Pandemi karena mempunyai dampak yang sangat besar baik dalam sektor
kesehatan maupun sosial ekonomi dunia.(Retnaningsih et al. 2020)

c. Normal Baru
Beberapa Negara dalam menghadapi Pandemi Covid-19 mengikuti kebijakan
yang dianjurkan oleh WHO dan dirasakan bahwa resep dari WHO ini terbukti
ampuh menurunkan kurva peta penyebaran Covid-19, untuk saat ini kebijakan
yang disaranan oleh WHO adalah New Normal atau Normal Baru dengan maksud
bahwa masyarakat diajak keluar lagi untuk melakukan kegiatan berbagai kegiatan
sosial ekonomi seperti biasanya dengan tetap memperhatikan berbagai
persyaratan yang harus diterapkan secara ketat protokol kesehatan dan pola hidup
bersih sebagai antisipatif masa transisi pandemi Covid-19, sebenarnya untuk
penerapan kebijakan ini dilakukan oleh negara yang tingkat kurva penyebaran
kasusnya mengalami penurunan atau mendatar akan tetapi Indonesia tetap
melakukan kebijakan ini karena factor penyeberan tiap daerah yang berbeda-beda
dan perlunya mengembalikan aktivitas ekonomi untuk mencegah terjadinya
resesi.(Purwanto and Emilia 2020)
Pengertian Normal Baru merupakan suatu cara hidup baru atau cara baru
dalam menjalankan aktivitas hidup ditengah pandemi covid-19 yang belum
selesai, hal ini berdasarkan teori yang menjadi pijakan dari Charles tentang
bagaimana manusia beradaptasi meskipun tidak berevolusi. Hal ini Menguatkan
teori tentang Normal Baru terkait cara beradaptasi dengan perubahan sosial akibat
covid-19.(Habibi 2020) Kondisi New Normal sebenarnya merupakan akibat dari
3 faktor a). Penyesuaian kehidupan baru selama masa tanggap darurat Covid-19;
b) tata kelembagaan perilaku baru sebagai bagian dari upaya pencegahan dan

8
penanganan dampak Covid-19; c) peluang perubahan dan kesempatan baru
muncul yang akibat Covid-19(Purwanto and Emilia 2020). Untuk di Indonesia
sendiri New Normal dilakukan dengan dikemas sebagai gerakan bertajuk empat
sehat lima sempurna yang tentunya gerakan ini tidak sama dengan pola konsumsi
makanan yang sudah ada sebelumnya melainkan lebih ditujukan pada pencegahan
penularan virus corona dengan menggunakan prinsip bisa menyesuaikan dengan
pola hidup terhadap perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal
dengan penerapan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan
Covid-19.(Nuraini 2020)

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Efektivitas Perwali No.33 Tahun 2020 tentang Covid


Berbicara tentang efektivitas hukum berarti berbicara tentang daya kerja
hukum itu dalam mengatur dan atau memaksa masyarakat untuk taat terhadap hukum.
Ukuran efektif atau tidaknya suatu peraturan perundang-undangan yang berlaku dapat
dilihat dari perilaku masyarakat. Suatu hukum atau peraturan perundang-undangan
akan efektif apabila warga masyarakat berperilaku sesuai dengan yang diharapkan
atau dikehendaki oleh atau peraturan perundang-undangan tersebut mencapai tujuan
yang dikehendaki, maka Suatu produk hukum dikatakan efektif apabila produk
hukum tersebut telah dilakukan atau dilaksanakan dalam praktiknya. efektivitas
hukum atau peraturan perundang-undangan tersebut telah dicapai.(Novita, Prasetyo,
and Suparno 2017) Efektivitas menurut Soejono Soekanto sendiri ada 5 faktor
sehingga bila dibenturkan denagn realitas di lapangan, maka hasilnya seperti dibawah
in :
f) Faktor Hukum yaitu bagaimana kaidah hukumnya apakah sudah terpenuhi.
Kaidah hukum sendiri ada 3 yaitu :
1) Yuridis (Keadilan)

9
Dengan adanya Perwali No.33 Tahun 2020 diharapkan dapat mengisi
kekosongan hukum dalam penerapan tatanan normal baru dengan konteks
Kota Surabaya dengan mempertimbangkan Peraturan Gubernur
sebelumnya.
4) Sosiologis (Kemanfaatan)
Dengan adanya aturan tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat terkait bagaimana seharusnya menjalani normal baru agar
tetap dapat bertahan hidup dan menyesuaikan dengan situasi pandemic ini.
5) Filosofis (Kepastian)
Perwali Surabaya Nomor 33 Tahun 2020 lahir dari kesadaran pentingnya
hal tersebut menyikapi kondisi pandemic covid-19. Dengan melihat
adanya hak yang berusaha dipenuhi untuk penduduk Surabaya terkait
tatanan normal baru.
2) Faktor Penegak Hukum
Fungsi penegak hukum disini adalah fungsi dalam rangka mensosialisasikan
dan menegakan aturan dalam Perwali Surabaya Nomor 33 Tahun 2020.
Durkheim mengemukakan dengan tegas tiga karakteristik dalam fakta social
yaitu : ekternalitas, paksaan, dan sifat umum.(SH Achmad Ali dan SH Wiwie
Haryani 2014) Dimana bila dibenturkan atas hal tersebut jelas dengan adanya
sanksi atau hukuman bagi pelanggar protocol kesehatan memaksa masyarakat
untuk patuh.

10
Gambar 1.2
Menurut data BPS Tentang Perilaku Masyarakat Di Masa Pnedemi Covid-19
(7-14 September 2020) maka dapat dilihat bahwa salah satu alasan masyarakat
tidak menerapkan protocol kesehatan dikarenakan tidak adanya sanksi.
Seperti jawaban dari narasumber yang merasa pentingnya ada sanksi agar
masyarakat patuh.
3) Faktor Sarana atau Fasilitas Pendukung
Dalam hal ini yang dimaksud sarana dan fasilitas yaitu dengan adanya rapid
test, swab test, adanya penyemprotan disinfektan diharapkan dapat menjadi
pencegahan atas merebaknya Covid-19. Hanya saja menurut salah satu
narasumber hal itu tidak dirasakan oleh semua masyarakat Kota Surabaya.

4) Faktor Masyarakat (Kesadaran dan Budaya)

11
Selanjutnya dalam Gambar 1.3 Menurut data BPS, alasan masyarakat untuk
tidak menerapkan protocol kesehatan adalah karena kurangnya kesadaran
hukum.

3.2 Kesadaran hukum Penerpan Protokol Kesehatan Pada Masa Normal Baru
di Angkringan Wakjo Surabaya
Kesadaran untuk mematuhi suatu regulasi hukum berupa peraturan
perundang-undangan merupakan timbal balik dari responsifnya masyarakat terhadap
regulasi tersebut seperti pada Perwali Surabaya No. 33 Tahun 2020 Tentang
Perubahan Peraturan Walikota No. 28 Tahun 2020 Tentang Pedoman Tatanan
Normal Baru Pada Kondisi Pandemi Corona virus disease (Covid-19), yang kerap
disebut derajat kepatuhan dapat diukur dari pengetahuan masyarakat terhadap perwali
tersebut, dalam hal ini adalah kesadaran berupa kepatuhan terhadap penerapan
protokol kesehatan pada masa Normal Baru di warung kopi sebagaimana tertuang
dalam pasal 15 bahwa terkait pedoman tatanan Normal Baru (Penerapan Protokol
Kesehatan) bagi pelaku usaha, Karyawan dan pengunjung.(JDIH Kota Surabaya
2020)

12
Gambar 1.4 Sumber; Survei ini dilakukan oleh
Ikatan Keluarga Alumni Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Airlangga bersama
Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan
Masyarakat Indonesia Jawa Timur , pada bulan Mei
2020
bahwa Penerapan Protokol Kesehatan pada masa
normal baru di warung kopi Surabaya terhadap data
pada survey Ikatan Keluarga Alumni Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
bersama Perhimpunan Sarjana dan Profesional
Kesehatan Masyarakat Indonesia Jawa Timur , pada
bulan Mei 2020 ditemukan sebanyak 88 % warga
Surabaya yang berada di tongkrongan tidak
bermasker, dan sebanyak 89 % tidak jaga jarak,
Sedangkan data penyebaran covid pada tanggal 21
November 2020 di Surabaya mencapai 16585
dengan klasifikasi aktif 52, sembuh 15335 dan meninggal 1198. (Pemerintah Kota
Surabaya 2020)
Menurut Soejono Soekanto kesadaran akan terwujud apabila indikator
pengetahuan hukum, pemahaman hukum, sikap hukum, dan perilaku hukum yang
patuh terhadap hukum. (Soekanto 1977) terkait dengan hasil wawancara yang telah
kami lakukan baik kepada pengunjung maupun pelaku usaha bahwa kesadaran
hukum sesuai indikator diatas sebenarnya keduanya mengetahui dan memahami
sedikit tentang produk hukum di surabaya tentang normal Baru karena sudah ada
kampanye besar-besaran terkait penerapan protokol kesehatan pada masa normal baru
yang dilakukan beberapa bulan terkahir dan disambut positif oleh pelaku usaha dan
pengunjung untuk mengurangi penyebaran kasus Covid-19 akan tetapi dalam
pelaksanaanya ada beberapa hambatan yang menjadi alasan pelanggaran terhadap
penerapan protokol kesehatan ini meskipun ada beberpaa sanksi seperti yang

13
dikatakan oleh narasumber Rifky Saghriza sebagai Pelaku Usaha Angkringan Wakjo
Surabaya ;
“Sedikit tahu tentang peraturan yang mengatur normal baru, seperti menyediakan
alat cuci tangan, hand sanitizer, menerapkan protokol kesehatan,,, peraturan ini
sebenarnya bagus cuman ya itu, banyak yang gak ngelakuin sih,,, Kalau pakai
masker itu, apa ya kayak kurang bebas gitu, kayak agak pengap, susah nafas soalnya
nggak biasa,,, untuk sanksi bagi yang melanggar Seharusnya perlu, cuman ya buat
pedagang kayak kita apalagi masa pandemi gini susah buat cari uang,,,”
pendapat narasumber selanjutnya yakni Anggariksa sebagai pengunjung juga
memaparkan pendapat yang sama terhadap pelaku usaha sama terhadap Angkringan
Wakjo Surabaya ia mengatakan tahu dan memahami aturan pedoman tatanan hidup
normal baru tapi secara spesifik tidak tahu tentang perwali di Surabaya
“tahu, karena kampanyenya kan besar-besaran, seperti jaga jarak, pakai masker,
bawa handsanitizer, maskernya pun harus sesuai dengan standar lah, jaraknya pun
harus satu meter, tidak boleh bergerombol, terus keluarpun hanya pada saat
mendesak saja ataupun ada keperluan penting”
meskipun begitu sikap terhadap aturan perwali ini juga disambut positif namun pada
pelaksanaannya maih melakukan pelanggaran karena berbagai alasan ;
“Karena kalau bicara pun lebih enak tidak memakai masker, seperti lagi ngobrol
makan minum kan lebih enak tidak pakai masker. Tapi kalau keluar, dalam
perjalanan kan kita masih jaga jarak to, kalau kita dalam perjalanan apalagi
ditempat yang ramai atau ditempat umum tetep pakai masker, walaupun ngomong
tetap pakai masker,,, untuk adanya peraturan tersebut ya bagus sih, tapi mungkin
digaris bawahi kalau kita bikin event atau acara itukan minusnya diperizinan yang
sangat susah”
dengan begini kesadaran hukum pelaku usaha dan pengunjung warkop Angkringan
Wakjo Surabaya hanya memnuhi indikator dari pengetahuan, pemahaman dan sikap
terhadap hukum tersebut sedangkan kepada perilaku hukummnya masih terdapat
ketidak konsistennan terhadap penerapan protokol kesehatan pada tatanan normal
baru Perwali Surabaya No. 33 Tahun 2020 Tentang Perubahan Peraturan Walikota

14
No. 28 Tahun 2020 Tentang Pedoman Tatanan Normal Baru Pada Kondisi Pandemi
Corona virus disease (Covid-19) karena beragam alasan yang diutarakan pengunjung
maupun pelaku usaha, memang dalam hal ini diperlukannya kerjasama antara
pembuat regulasi yang sesuai dengan keadaan masyarakat dan masyarakat sebagai
pelaku peneran regulasi tersebut juga mampu mematuhi dengan kesadaran hukumnya
untuk mencapai apa yang dimaksudkan dalam pembuatan regulasi tersebut.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah peneliti dapatkan mengenai implementasi
Perwali No. 28 Tahun 2020, peneliti mendapatkan kesimpulan bahwa peraturan ini
disambut baik oleh masyarakat namun pada pelaksanaannya masih ada pelanggaran
yang terjadi karena beberapa alasan. Peraturan Walikota No. 28 Tahun 2020 ini
terbilang cukup efektif dalam penerapannya di masyarakat meskipun pada
pelaksanaannya pelanggaran masih kerap terjadi ditengah kondisi masyarakat yang
terkena imbas dari pandemi.
Terkait dengan kesadaran hukum, pelaku usaha maupun pengunjung warung
Wakjo hanya memenuhi subjek indikator dari pengetahuan, pemahaman dan sikap
terhadap hukum tersebut sedangkan terkait dengan perilaku akan kepatuhan
masyarakat terhadap hukum masih tidak konsisten dalam penerapan protokol
kesehatan Covid-19. Disini tingkat kesadaran hukum pelaku usaha maupun
pengunjung warung belum sepenuhnya mencukupi. Subjek penelitian hanya
mengetahui bahwa ada peraturan yang mengatur tentang pedoman tatanan normal
baru tanpa mengetahui lebih dalam isi dari peraturan tersebut, imbasnya adalah sikap
masyarakat terkadang masih tidak mematuhi peraturan terkait.

15
4.2 Saran
Berdasarkan hasil dari terlaksananya observasi di warung Wakjo mengenai
implementasi Perwali No. 28 Tahun 2020, peneliti hendak memberikan saran yang
sekiranya dapat berguna bagi penulis serta pembaca khususnya kepada pelanggan dan
pembuat kebijakan. Kondisi dimana regulasi yang dikeluarkan oleh pembuat
kebijakan kurang dipahami betul oleh masyarakat membuat perlunya adanya
kerjasama antara pembuat regulasi dengan masyarakat. Harapan kedepannya adalah
agar apa yang dimaksudkan dalam regulasi tersebut dapat tercapai serta agar
masyarakat mampu memenuhi indikator kesadaran hukum di masyarakat dengan
menerapkan perilaku hukum yang patuh terhadap hukum.

Daftar Pustaka

Buku cetak/e-book

SH Achmad Ali dan SH Wiwie Haryani. 2014. Sosiologi Hukum: Kajian Empiris
Terhadap Pengadilan. Jakarta: Kencana.

Zainuddin, Ali. 2006. Sosiologi Hukum. Sinar Grafika.

Soerjono Soekanto & Mustafa Abdullah. n.d. Sosiologi Hukum Dalam Masyarakat.
Jakarta: Rajawali Pers.

Soekanto, Soerjono. 2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.


Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sarwoto. 1990. Dasar-Dasar Organisasi Dan Manegemen. Jakarta: Ghala Indonesia

Kemenkes RI. 2020. “Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Coronavirus Disease


(COVID-19).” Germas.

16
Jurnal

Yudho, Winarno and Heri Tjandrasari. 2017. “EFEKTIVITAS HUKUM DALAM


MASYARAKAT.” Jurnal Hukum & Pembangunan.

Soekanto, Soerjono. 1977. “KESADARAN HUKUM DAN KEPATUHAN


HUKUM.” Jurnal Hukum & Pembangunan.

Novita, Ria Ayu, Agung Basuki Prasetyo, and Suparno. 2017. “Efektivitas
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960 Tentang Perjanjian Bagi
Hasil Tanah Pertanian (Tanah Kering) Di Desa Bringin, Kecamatan Bayan,
Kabupaten Purworejo.” Diponegoro Law Journal.

Indradi, Adelia Rachma Indriaswari Susanto Antonius Havik, Aqshal Muhammad


Arsyah, Cora Kristin Mulyani, Kevin Daffa Athilla, Muhammad Hamzah Al
Faruq, Muhammad Rayhan, Natalische Ramanda Ricko Aldebarant, and Shafira
Dinda. 2020. “Politik Hukum Pemerintah Dalam Penanganan Pandemi Covid-
19.” Universitas Gajah Mada.

Habibi, Adrian. 2020. “Normal Baru Pasca Covid-19.” Journal.Uinjkt.Ac.Id.

Purwanto, Erwan Agus and Ova Emilia. 2020. New Normal: Perubahan Sosial
Ekonomi Dan Politik Akibat Covid-19.

Retnaningsih, Retnaningsih, Aditya Kurnianto, Dodik `. Tugasworo, Yovita


Andhitara, Rahmi Ardhini, Hari Wahono Satrioaji, and Jethro Budiman. 2020.
“Ensefalitis Pada Infeksi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19): Sebuah
Tinjauan Literatur.” Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine.

Peraturan Perundang-undangan

17
JDIH Kota Surabaya. 2020. Perwali Surabaya No. 33 Tahun 2020 Tentang
Perubahan Peraturan Walikota No. 28 Tahun 2020 Tentang Pedoman Tatanan
Normal Baru Pada Kondisi Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19).

Website

Pemerintah Kota Surabaya. 2020. “Peta Sebaran Covid-19 Di Kota Surabaya.”


Surabaya Lawan Covid-19. Retrieved (https://lawancovid-19.surabaya.go.id/).

Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga. 2020. “Kesadaran


Rendah Protokol Kesehatan Di Surabaya.” Republica.Co.Id. 1990.

Nuraini, Ratna. 2020. “Mengenal Konsep New Normal.” Indonesia.Go.Id. Retrieved


(https://indonesia.go.id/ragam/komoditas/ekonomi/mengenal-konsep-new-
normal).

Humas Pemkot Surabaya. n.d. “Terapkan Tatanan Normal Baru, Wali Kota Risma
Terbitkan Perwali.” Bangga Surabaya. Retrieved
(https://humas.surabaya.go.id/2020/06/11/terapkan-tatanan-normal-baru-wali-
kota-risma-terbitkan-perwali/).

Humas Pemkot Surabaya. n.d. “Terus Tingkatkan Partisipasi Masyarakat, Pemkot


Buka Data Alamat Pasien Covid-19.” Bangga Surabaya. Retrieved
(https://humas.surabaya.go.id/2020/06/17/terus-tingkatkan-partisipasi-
masyarakat-pemkot-buka-data-alamat-pasien-covid-19/).

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. n.d. “Presiden RI Menerbitkan


Peraturan Pemerintah Pengganti UU No 1 Tahun 2020 (PERPPU 01/2020)
Tentang Kebijakan Keuangan Negara Dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk
Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Dan/Atau Dalam
Rangka Menghadapi Anca.” Https://Kemlu.Go.Id/. Retrieved November 11,

18
2020 (https://kemlu.go.id/brussels/id/news/6349/kebijakan-pemerintah-republik-
indonesia-terkait-wabah-covid-19).

Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. 2020. “Presiden Teken Keppres Gugus


Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.” Setkab.Go.Id. Retrieved November
11, 2020 (https://setkab.go.id/presiden-teken-keppres-gugus-tugas-percepatan-
penanganan-covid-19/).

Lampiran
Lampiran 1.1
Daerah Tingkat kesadaran penerapan Protokol Kesehatan
di Indonesia
Jawa Timur Sebanyak 70% masyarakat Jawa Timur tidak menggunakan
masker saat beraktivitas dan 84% tidak menjaga jarak
Surabaya Sebanyak 88 % warga Surabaya yang berada di tongkrongan
tidak bermasker, dan sebanyak 89 % tidak jaga jarak.

Lampiran 1.2

Lampiran 1.3

19
Lampiran 1.4

Lampiran 1.5
Nama Rifky Saghriza
Usia 21 Tahun
Jenis kelamin Laki-Laki
Pendidikan terakhir Sekolah Menengah Atas
Pekerjaan Pelaku Usaha Angkringan Wakjo Surabaya

Nama Anggariksa
Usia 20 Tahun
Jenis kelamin Laki-Laki
Pendidikan terakhir Sekolah Menengah Atas
Pekerjaan Konsumen Angkringan Wakjo Surabaya

Lampiran 1.6
Alat Protokol Kesehatan
Nama
Masker Hand Sanitizer Face Shield
Rifky Saghriza   X

20
Anggariksa   X

Lampiran 1.7
Rumusan masalah Indikator Sub indikator
Bagaimana efektivitas 1. Pengetahuan Hukum 1. Apakah saudara
Perwali No. 33 Tahun mengetahui perawali yang
2020 Surabaya mengatur terkait
Tentang Penerapan penerapan protokol
Protokol Kesehatan kesehatan dalam
Dalam Pencegahan pencegahan virus covid-
dan Pengendalian 19 ?
Corona Virus disease
(COVID -19) ?

2. Pemahaman Hukum 1. Apa yang saudara


lakukan ketika
mengetahui perwali yang
mengatur tentang
protokol kesehatan dalam
pencegahan virus covid-
19?
3. Sikap Hukum 1. Apakah saudara setuju
dengan adanya orang
yang tidak menerapkan
protokol kesehtan ?
.Bagaimana kesadaran 1.Pengetahuan Hukum 1. Apakah saudara
hukum masyarakat mengetahui bahwa
terkait penerapan penerapan protokol
protokol kesehatan? kesehatan wajib
dilakukan sesuai dengan
peraturan terkait?
2.Pemahaman Hukum 1. Apakah saudara sudah

21
menerapkan protokol
kesehatan sesuai dengan
peraturan terkait ?
3. Sikap Hukum 1. Apakah saudara setuju
dengan adanya sanksi
yang diterapkan melalui
peraturan terkait?

Lampiran 1.8
Narasumber 1 : Rifky Saghriza, pemilik angkringan
P : Tahukah mas dengan peraturan yang mengatur normal baru ?
N : Sedikit tahu, seperti menyediakan alat cuci tangan, hand sanitizer, menerapkan
protokol kesehatan..
P : Oke, itu terkait protokol kesehatan, lebih ke peraturannya tahu ? Seperti peraturan
daerah atau perwali kalau di Surabaya ?
N : Oh, seperti diterapkannya jam malam (?)
P : gini mas, sebenarnya, ada perwali yang mengatur terkait pedoman kehidupan di
normal baru. Perwali ini diatur di perwali sby no.28/20 dan ada beberapa perubahan
di perwali no.33/20.
Mas tadi bilang bahwasanya tahu tentang peraturannya dan sekarang tidak
menggunakan masker, kenapa tidak menggunakan masker?
N : Kalau pakai masker itu, apa ya.. kayak kurang bebas gitu, kayak agak pengap,
susah nafas soalnya nggak biasa
P : tanggapan mas sendiri terkait adanya peraturan apa?
N : Bagus sih, harus ada peraturan sebenarnya cuman ya itu, banyak yang gak
ngelakuin sih
P : Perlu kah adanya sanksi?
N : Seharusnya perlu, cuman ya buat pedagang kayak kita apalagi masa pandemi gini
susah buat cari uang
P : tapi tetep perlu?

22
N : perlu, misalnyakan denda gitu
P : terkait dengan aparat penegak hukum, seberapa jauh mas tau kinerja aparat
penegak hukum dalam menangani pandemi?
N : ya kalau jam malam biasanya ada, cuman jarang juga, agak kurang memyeluruh.
seharusnya tiap daerah ada yang jaga satu-satu
P : terkait sarana dari pemerintah, efektif tidak dalam mencegah penyebaran virus?
seperti penyediaan tempat cuci tangan, disinfektan, rapid-swab test?
N : kan biasa nya rapid ada di wilayah tertentu, jarang ada yang mau datang, terlalu
jauh, seharusnya tiap daerah dimasuki satu-satu untuk rapid
P : berarti efektif ya?
N : efektifnya efektif, cuman banyak yang kurang menyeluruh
P : untuk di angkringan sendiri, sudah menerapkan standar kesehatan?
N : ada sih, ada tempat cuci tangan, juga menyediakan hand sanitizer
P : ada tidak dampak dari pandemi untuk usaha?
N : kalau dampak dari pandemi sangat besar mas, ya buka warung 4 bulanan gak bisa
karena adanya ini peraturan yang gak boleh dagang
P : tapi setelah buka rame ya?
N : ya masih sepi, tapi kalau malam sih rame kalau pagi jarang apalagi malm dibatasi
sampai jam 9 sekarang
P : lalu terkait kebijakan pemerintah melalui peraturan-peraturan tadi, apa ada
dampaknya buat usaha ?
N : ya itu tadi ms kayak gabisa buka,

Narasumber 2 : Anngariksa, konsumen angkringan


P : Di masa pandemi seperti ini ada peraturan, apakah anda tahu adanya peraturan
yang mengatur tentang pandemi, lebih ke tatanan normal baru?
N : tahu, karena kampanyenya kan besar-besaran, seperti jaga jarak, pakai masker,
bawa handsanitizer, maskernya pun harus sesuai dengan standar lah, jaraknya pun
harus satu meter, tidak boleh bergerombol, terus keluarpun hanya pada saat mendesak
saja ataupun ada keperluan penting

23
P : oke, itu secara teknis. lebih ke perda atau perwalinya tahu tidak?
N : tidak
P : jadi, di surabaya ada perwali tentang Pedoman Tatanan Normal Baru No 28 tahun
2020, nah ini kan ada perwali, otomatis ada peraturan yang mengatur tentang
penggunaan masker. nah kenapa sekarang anda tidak menggunakan masker?
N : karena kalau bicara pun lebih enak tidak memakai masker, seperti lagi ngobrol
makan minum kan lebih enak tidak pakai masker. tapi kalau keluar, dalam perjalanan
kan kita masih jaga jarak to, kalau kita dalam perjalanan apalagi ditempat yang ramai
atau ditempat umum tetep pakai masker, walaupun ngomong tetap pakai masker
P : tanggapan mas tentang perwali bagaimana? peraturan yang mengatur tentang
normal baru ini?
N : ya bagus sih untuk peraturan tersebut, tapi mungkin digaris bawahi kalau kita
bikin event atau acara itukan minusnya diperizinan yang sangat susah. okelah kita
pakai new normal, harusnya perizinan pun pakai new normal juga. harusnya kalau
kita udah mau pakai tempay buat sesuatu harusnya kita nerapin new normal itu kan,
gak mungkin kita nyewa atau pakai sebuah tempat tanpa pakai new normal.
minusnya disini sangat susah untuk menyewa tempat dikala pandemi ini, harusnya
tetep aja gpp cuman diperketatnya disaat penyelenggaraan itu tadi. gaenaknya itu sih,
untuk jaga jarak, pakaiasker itu gak mengganggu banget kok toh itu buat kebaikan
kita sendiri
P : setiap kali ada peraturan kan banyak kurang ada yang melanggar, itu perlu tidak
ada sanksi?
N : kalau dilihat dari efeknya untuk banyak orang, malah perlu ada sanksi supaya ada
rasa jera tersendiri untuk orang itu. tapi kalau dilihat lagi dari kondisi sekarang yang
ekonominya susah, sanksinya juga harus mengikuti ekonomi juga, jangan sampai
malah sanksi tersebut malah bikin kita susah
P : bagaimana kinerja dari penegak hukum?
N :mungkin yang lebih sering keliling atau nyebar dari setiap tempat kan satpol pp to,
ya bagus sih mungkin minusnya terlalu ada hal-hal yang gak penting lah dikerja
mereka misalkan kita gak pakai masker harus nya kan ada peraturan yang real

24
efeknya gini, kenapa kok aparat malah memberikan efek jera diluar dari peraturan?
harusnya kan kita sesuai to kalau misal peraturan nya ini efeknya ini, yaudah ini yang
harus diterapkan di orang ini karena kita gak pakai masker. kadang ada yang disuruh
push up, disuruh ini-itu kan gak penting juga malah menyalahi peraturan harusnya
kan sesuai dengan peraturan, kenapa harus melakukan itu
P ; apakah sarana dari pemerinta seperti rapid-swab test, disinfektan efektif ?
N : menurut ku enggak, karena emang rapid dan swab gak meyeluruh ke seluruh
lapisan masyarakat juga. dn disinfektan pun sering mati dan gak terpakai juga.
P : sudahkan menerapkan standar kesehatan yang dianjurkan dari pemerintah?
N : sudah sih, kalau masker pasti pakai, hand sanitizer bawa, lalu kalau sakit atau
terindikasi kan dianjurkan untuk di rumah saja, sudah itu.
P : lalu, dampak pandemi di keseharian apa?
N : ekonomi sih, lebih susah cari uang juga, lebih susah melakukan sesuatu sana-sini
tutup, kita mau kerja juga gabisa karena dibatasi juga kadang-kadang, sama izin dari
sebuah tempat sangat susah
P : kemudian dengan kebijakan pemerintah buat keseharian bagaimana ?
N : balik lagi ke ekonomi sih, karena kita memang dilarang bergerumbul otomatis
orang yang buka usaha bikin bikin hal baru yng memotong pemasukannya banget sih,
ya kalau gak dilakuin balik lagi ke kita yang kesehatannya keganggu karena memang
virus ini menyebar secara masif juga.

25

Anda mungkin juga menyukai