Anda di halaman 1dari 51

Nilai

Tanggal Revisi

Tanggal Terima

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

PESAWAT ATWOOD

Disusun Oleh:

Nama Praktikan : Muhammad Zidan Abdillah


NIM : 3332200101
Jurusan : Teknik Elektro
Grup : M3
Rekan : Ayu andini, Hadid Faith M, Muhammad Akbar R
Tgl. Percobaan : Senin, 29 Maret 2021
Asisten : Vini Hafidzatul Hakimah

LABORATORIUM FISIKA TERAPAN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON – BANTEN
2021

Jl. Jenderal Sudirman Km. 03 Cilegon 42435 Telp. (0254) 385502, 376712
Fax. (0254) 395540 Website: http://fisdas.untirta.ac.id Email: lab.fisikaterapan@untirta.ac.id
ABSTRAK

Pesawat atwwod merupakan sebuah alat yang digunakan untuk menjelaskan


Antara energy tegangan, potensial dan kinetic dengan menggunakan dua pemberat
yang massanya berbeda dan dihubungkan dengan tali pada sebuah katrol. Adapun
tujuan dilakukanya percobaan ini adalah yang pertama untuk mengetahui besaran
fisis momen inersia, kedua mengenal hukum Newton dengan sistem katrol,
mengamati satuan gerak, memeriksa hukum Newton apakah berjalan baik terhadap
sistem katrol. Dan menghitung momen inersia katrol. Teori pesawat atwood sendiri
jika di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari contohnya pada saat menimba
air dalam sumur, cara kerja elevator/lift. Adapun prosedur yang dilakukan pada
percobaan ini adalah menimbang massa, menggantungkan massa, menambahkan
beban, menekan pegas, dan mencatat waktu perpindahan dan momen inersia, yang
di dapat adalah xxx.

Kata kunci: pesawat atwood, Tujuan, aplikasi, prosedur


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

ABSTRAK……………………………………………………………………..I

DAFTAR ISI……………………………………………………………………II

DAFTAR TABEL………………………………………………………………IV

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………V

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………….......VI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah……………………………………….1


1.2 Tujuan percobaan……………………………………………..1
1.3 Batasan masalah………………………………………………2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gerak……………………………………………………….....3
2.2 Hukum Newton……………………………………………….3
2.2.1 Hukum Newton I………………………………………..4
2.2.2 Hukum Newton II………………………………………4
2.3 Gerak lurus…………………………………………………...6
2.4 Momen inersia……………………………………………….7
2.5 Pesawat atwood………………………………………………8
2.6 Gerak melingkar……………………………………………...8
2.7 Pemakaian hukum newton pada pesawat atwood……………8

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Diagram alir………………………………………………….10

ii
3.2 Prosedur percobaan……………………………………………11
3.3 Alat dan bahan………………………………………………....11

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil…………………………………………………………….13
4.1.1 Ralat langsung…………………………………………….14
4.1.2 Ralat tidak langsung………………………………………19
4.2 Grafik percobaan………………………………………………..24
4.3 Pembahasan……………………………………………………..24

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan……………………………………………………..28
5.2 Saran……………………………………………………………28

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LAMPIRAN A. PERHITUNGAN……………………………………………….31
LAMPIRAN B. JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS……….35
LAMPIRAN C. GAMBAR ALAT DAN BAHAN………………………………39
LAMPIRAN D. BLANKO PERCOBAAN………………………………………42

iii
DAFTAR TABEL

Tabel halaman

Tabel 3.1 alat dan bahan………………………………………………………11


Tabel 4.1 data pengamatan massa…………………………………………….13
Tabel 4.2 data pengamatan percobaan A……………………………………..13
Tabel 4.3 data pengamatan percobaan B……………………………………...14
Tabel 4.4 ralat langsung massa M1……………………………………………14
Tabel 4.5 ralat langsung massa M2……………………………………………15
Tabel 4.6 ralat langsung massa m……………………………………………...15
Tabel 4.7 ralat langsung t1 percobaan A(1) AB=12…………………………...15
Tabel 4.8 ralat langsung t1 percobaan A(2) AB =12…………………………..15
Tabel 4.9 ralat langsung t1 percobaan A(3) AB=12……………………………16
Tabel 4.10 ralat langsung t1 percobaan A(4) AB=12…………………………..16
Tabel 4.11 ralat langsung t1 percobaan A(5) BC=12…………………………..16
Tabel 4.12 ralat langsung t1 percobaan A(6) BC=14…………………………..16
Tabel 4.13 ralat langsung t1 percobaan A(7) BC=16…………………………..17
Tabel 4.14 ralat langsung t1 percobaan A(8) BC=18…………………………..17
Tabel 4.15 ralat langsung t1 percobaan B(1) AB=12…………………………..17
Tabel 4.16 ralat langsung t1 percobaan B(2) AB=14…………………………..17
Tabel 4.17 ralat langsung t1 percobaan B(3) AB=16…………………………..18
Tabel 4.18 ralat langsung t1 percobaan B(4) AB=18…………………………..18
Tabel 4.19 ralat langsung t1 percobaan B(5) BC=12…………………………..18
Tabel 4.20 ralat langsung t1 percobaan B(6) BC=14…………………………..18
Tabel 4.21 ralat langsung t1 percobaan B(7) BC=16……………………………18
Tabel 4.22 ralat langsung t1 percobaan B(8) BC=18……………………………19

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

Gambar 2.1 pesawat atwood……………………………………………………9

Gambar 3.1 Diagram alir percobaan pesawat atwood………………………….11


Gambar C.1 stopwatch………………………………………………………….39
Gambar C.2 alat pesawat atwood……………………………………………….39
Gambar C.3 tali penggantung berpegas…………………………………………39
Gambar C.4 pemegang beban…………………………………………………...39
Gambar C.5 neraca………………………………………………………………39
Gambar C.6 Beban M1………………………………………………………….39
Gambar C.7 beban M2…………………………………………………………...39
Gambar C.8 beban tambahan…………………………………………………….39
Gambar C.9 pennahan beban…………………………………………………….40
Gambar C.10 penahan beban tanpa lubang………………………………………40
Gambar C.11 penggaris berlubang……………………………………………….40

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran halaman

Lampiran A. perhitungan………………………………………………………31

Lampiran B. jawaban pertanyaan dan tugas khusus…………………………...35

Lampiran C. gambar alat dan bahan……………………………………………39

Lampiran D. blanko percobaan…………………………………………………42

vi
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada kehidupan sehari-hari kita erring melihat orang sedang mmenimba


air dalam sumur atau yang berhubungan dengan sistem katrol. Dan itu
diterapkan dalam percobaan pesawat atwood.

Pesawat atwood merupakan sebuah alat yang digunakan untuk


menjelaskan Antara energy tegangan, potensial dan kinnetik dengan
menggunakan dua pemberat yang kedua massanya itu berbeda dan
dihubungkan dengan tali pada sebuah katrol. Pada teori pesawat atwood ini
juga perumpamaanya pada saat menimba air dalam sumur, sistem atau cara
kerja elevator / lift yang pada dasarnya adalah sebuah sistem katrol
sederhana yang menerapkan prinsip kerja dari hukum mekanika.

Dalam percobaan ini tujuanya adalah untuk mengetahui besaran fisis


momen inersia, Hukum Newton sistem katrol, mengamati gerak dipercepat
dan gerak dengan kecepatan tetap, memeriksa hukum Newton berlaku baik
terhadap sistem katrol, menghitung harga momen inersia katrol.

1.2 Tujuan percobaan

Tujuan dilakukanya percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Mengenal besaran fisis momen inersia


2. Mengenal hukum newton pada sistem katrol
3. Mengamati gerak dipercepat dan gerak dengan kecepatan tetap
4. Memeriksa apakah hukum newton berlaku baik terhadap sistem
katrol
5. Menghitung harga momen inersia katrol bila percepatan gravitasi
diketahui
2

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah pada percobaan ini adalah yaitu variabel bebas dan
terikat. Variabel bebas yaitu ketinggian dan variabel terikat nya adalah
kecepatan dan percepatan.
3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gerak

apa yang menyebabkan sebuah benda dapat bergerak. Benda dikatakan


bergerak ketika ada gaya yang diberikan sehingga gaya dapat dikatakan sesuatu
yang diberikan sehingga gaya dapat dikatakan sesuatu yang menyebabkan sebuah
benda bergerak lebih ceppat. Gerak dibagi atas 2 yaitu gerak linear dan gerak rotasi,
gerak linear adalah gerak yang dilakukan secara lurus atau perpindahan lurus,
sedangkan gerak rotasi adalah gerak yang bergerak secara menggelinding.

Galileo melakukan pengamatan mengenai benda-benda jatuh bebas, ia


menyimpulkan dari pengamatan-pengamatan yang dia lakukan bahwa benda-benda
bera jatuh dengan cara yang sama dengan benda-benda ringan. Tiga puluh tahun
kemudian. Robert boyle, dalam eksperimen yang dimungkinkan oleh besarnya,
menunjukan bahwa pengamatan ini tepat benar dan untuk benda-benda jatuh tanpa
adanya hambatan dan gesekan udara. Galileo mengetahui bahwa ada pengaruh
hambatan udara pada buah jatuh. Tetapi pernyataanya walaupun menghasilkan
hambatan udara pada gerak jatuh masih cukup sesuia engan hasil pengukuran dan
pengamatanya dibandingkan dengan yang dipercayai orang pada saat itu (tetapi
tidak digunakan eksperimen) yaitu kesimpulan analisisi yang menyatakan bahwa
“benda yang beratnya sepuluh kali benda lain akan sampai ketanah seper sepuluh
waktu dari waktu benda yang lebih ringan [1].

Ilmu yang mempelajari tentang gerak dengan memperhitungkan gaya penyebab


dari gerak tersebut dinamakan dinamika gerak, seperti yang disebutkan tadi bahwa
orang yang sangat berjasa dalam kajian fisika tentangg dinamika adalah sir isac
newton.

2.2 Hukum Newton


4

Dalam memahami konsep dinamika gaya, teori yang paling penting dan yang
banyak dipakai adalah hukum newton. Hukum newton dibagi atas hukum Newton
I, Hukum Newton II, dan hukum Newton III, ketiga hukum tersebut dijelaskan di
bawah ini:

2.2.1 Hukum Newto I

Menyatakan bahwa “jika resultan gaya yang bekerja pada suatu sistem sama
dengan nol, maka sistem dalam keadaan setimbang”.

∑𝐹 = 0……………………………………………..(1)

Keteranagan:

∑𝐹 = Jumlah gaya yang bekerja

Penyelasaian dari hukum diatas yaitu jika suatu benda awalnya diam
maka akan terus diam, selama tidak ada gaya yang bekerja pada benda
tersebut. Kecendrungan sebuah benda untuk mempertahankan keadaan
diamnya. Atau kecepatan, seragamnya, disepanjang sebuah garis lurus,
yang disebut inersia atau kelembaman hukum I newton sendiri yang disebut
juga hukum kelembaman.

Melalui Hukum Newton I ini, dapat dipahami bahwa suatu benda


cenderung akan mempertahankan keadaanya oleh karena itu, Hukum
Newton I disebut sebagai hukum kelembaman atau inersia. Contoh dari
penerapan hukum newtin I adalah ketika mobil melaju dengan sangat
kencang kemudian di rem mendadak, penumpang akan tiba-tiba terdorong
ke depan.

2.2.2 Hukum Newton II

Menyatakan bahwa “ percepatan dari suatu benda akan sebanding


dengan jumlah gaya (resultan gaya) yang bekerja pada benda tersebut dan
berbanding terbalik dengan massanya”.
5

Berdasarkan Hukum Newton II dapat dipahami bahwa benda akan


menambah kelajuanya jika diberi gaya total arah yang sama dengan arah
gerak benda. Contoh dari penerapan hukum newton ii adalah ketika
mendorong sebuah kursi kecil dan lemari, kita membutuhkan gaya lebih
bear untuk mendorong lemari karena massa lemari lebih besar daripada
kursi. Benda tersebut mengalami percepatan kearah yang sama dengan
gaya. Percepatan a berbanding lurus dengan gaya dan berbanding terbalik
dengan massa benda>

F = m.a………………………..(2)

Keterangan :

F = Gaya

g = percepatan

m = massa benda

hukum Newton 2 memberikan pengertian bahwa:

a. Arah percepatan benda sama dengan arah gaya yang bekerja pada
benda
b. Besarnya percepatam berbandung lurus dengan gayanya
c. Bila gaya bekerja pada benda maka benda mengalami percepatan
tentu ada gaya penyebabnya

2.2.3 Hukum Newton III

Setiap gaya yang diadakan pada suatu benda, menimbulkan gaya


lain yang sama besarnya dengan gaya tadi, namun berlawanan arahnya.
Gaya reaksi ini dilakukan benda pertama pada benda yang menyebabkan
gaya.

Hukum ini dikenal dengan hukum aksi reaksi. Hukum ini


dirumuskan sebagai berikut:
6

F aksi = - F reaksi…………………….(3)

Keterangan :

F aksi = gaya yang diberikan pada suatu benda

-F reaksi = gaya yang diberikan benda

2.3 Gerak lurus

Dinamika gerak mempelajari tentang berbagai jenis gerak. Konsep


yang harus dipelajari adalah konsep gerak lurus. Gerak lurus adlah gerak
suatu objek yang lintasanya berupa garis lurus. Dapat pula jenis gerak ini
dapat disebut juga sebagai suatu translasi. Besaran, pada rentang waktu yang
sama terjadi perpindahan yang besarnya sama[2]

a. Gerak lurus berubah beraturan (GLB)


Gerak lurus suatu objek dimana dalam gerak ini kecepatanya
tetap atau konstan sehingga jarak yang ditempuh dalam gerak lurus
beraturan adalah kelajuan dari waktu.

𝑆 = 𝑣. 𝑡…………………………….(4)
Keterangan :
S = jarak tempuh (m)
v = kecepatan (m/s)
t = waktu (s)
b. Gerak lurus berubah beraturan (GLBB)
Gerak lurus suatu objek dimana kecepatanya berubah terhadap
waktu akibat adanya percepatan yang tetap. Akibat adanya
percepatan jumlah jarak yang ditempuh tidak lagi linear melainkan
kuadrat. Pada umumnya GLBB di dasari oleh hukum newton 2 (ΣF
= 0)[3].

𝑉𝑡 = 𝑉𝑜 + 𝑎𝑡…………………….(5)
𝑉𝑡 2 = 𝑉𝑜2 + 2𝑎𝑠…………………(6)
7

1
𝑆 = 𝑉𝑜𝑡 + 2 𝑡 2 ……………………..(7)

Keterangan :
V0 = Kecepatan awal (m/s)
Vt = Kecepatan akhir (m/s)
a = percepatan (m/s2)
s = jarak yang ditempuh (m)

2.4 Momen inersia

Bila sebuah benda berputar melalui porosnya maka gerak melingkar ini
berlaku persamaan-persamaan gerak yang ekuivalen dengan persamaan-
persamaan gerak linear.

Pada hukum newton 1 dikatakan “benda yang bergerak akan


cenderung bergerak dan benda yang diam akan cenderung diam”. Inersia
adalah kecenderungan benda untuk mempertahankan keadaanya (tetap diam
atau bergerak). Inersia disebut juga dengan kelembaman suatu benda. Oleh
karena itu hukum Newton 1 disebut juga dengan hukum inersia atau hukum
kelembaman.

Contoh, benda yang susah bergerak disebut memiliki inersia yang


bessar. Bumi yang selalu dalam keadaan rotasi disebut memiliki inersia
rotasi. Momen atau momen gaya adalah hasil kali Antara gaya dengan
momen lenganya. Jadi momen inersia adalah ukuran kecendrungan atau
kelembaman suatu benda untuk berotasi pada porosnya.

Besarnya momen inersia suatu benda dipengaruhi oleh beberapa


factor,seperti:

 Massa benda
 Bentuk benda (geometri)
 Letak sumbu putar

Jarak ke sumbu putar benda (lengan momen).[4]


8

2.5 Pesawat atwood

Pesawat atwood adalah alat yang digunakan untuk menjelaskan


hubungan Antara tegangan, energy potensial dan energy kinetic dengan
menggunakan 2 pemberat (massa berbeda) dihubungkan dengan tali pada
sebuah katrol. Benda yang lebih berat diletakan lebih tinggi posisinya
disbanding yang lebih ringan karena adanya talu dan katrol. Dengan
menggunakan pesawat atwood memungkinkan kita untuk mengamati
bagaimana sebuah benda bergerak lurus beraturan (GLBB) dan gerak lurus
berubah beraturan (GLBB) dan dalam mempelajari konsep dinamika gerak,
teori yang paling penting dan yang paling banyak dipakai adalah hukum
newton.

2.6 Gerak melingkar

Jika sebuah benda dapat bergerak melingkar melalui porosnya. Maka


pada gerak melingkar ini akan berlaku persamaan gerak yang ekuivalen
dengan persamaan gerak linear. Dalam hal ini ada besaran fisis momen
inersia (momen kelembaman) I yang ekuivalen dengan besaran fisis massa
(m) pada gerak linear. Momen inersia (I) suatu benda pada poros tertentu
harganya sebanding dengan massa benda terhadap porosnya.

I–m

I – r2

Dimana harga tersebut adalah harga yang tetap

2.7 Pemakaian Hukum Newton pada pesawat atwood.

Untuk sebuah katrol dengan beban-beban seperti pada gambar di bawah,


maka berlaku persamaan seperti berikut.
9

Gambar 2.1 pesawat atwood

Bila dianggap M1 = M2 = M
𝑚𝑔
𝑎= 1 …………………………….(8)
2𝑀+𝑚+ 2
𝑟
10

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Diagram alir

Diagram alir pada percobaan kali ini adalah sebagai berikut:

Mulai

Mempersiapkan alat dan bahan

Menimbang massa m1, m2 sebanyak 3 kali

Menggantungkan massa beban utama pada ujung-ujung


tali

Memasangkan pemegang beban berpegas

Memasangkan beban m pada beban m2

Mencatat waktu perpindahan

Mengulangi sebanyak 3 kali

Data pengamatan

literatur
11

Pembahasan

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1 Diagram alir percobaan pesawat atwood

3.2 Prosedur percobaan


Prosedur percobaan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Ditimbang massa M1, M2, M1, dan M2 masing-masing sebanyak 3 kali
2. Digantungkan massa beban utama dan pada ujung-ujung tali kemudian
pasang pada katrol
3. Dipasangkan pada pemegang beban berpegas, selidiki apakah tiang sejajar
dengan tali. Jika tidak aturlah sampai sejajar
4. Ditambahkan beban m pada beban M2
5. Ditekan pegas pada pemegang beban maka M1 akan terlepas dari pemegang
beban dan bergerak keatas sedangkan M2 + m akan bergerak ke bawah.
6. Dicatat waktu perpindahan M2 + m dari A ke B (t1) dan dari B ke C (t2)
7. Diulangi langkah pengamatan sebanyak tigakali, untuk setiap jarak yang
ditentukan asisten
a. percobaan A: jarak A-B tetap, jarak B ke C berubah
b. percobaan B: jarak A-B berubah, jarak B ke C tetap

3.3 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai
berikut:

Tabel 3.1 alat dan bahan

No Alat dan bahan jumlah


1 Alat pesawat atwood 1 set
12

2 Tali penggantung : benang nilon 1m


3 Pemegang beban berpegas 1 buah
4 Neraca 1 buah
5 Beban penggantung M1 dan M2 1 buah
6 Beban tambahan m 20 g 2 buah
7 Penahan beban berlubang dan tanpa lubang 1 buah
8 1 buah
9 stopwatch 1 buah
13

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berikut ini adalah hasil data pengamatan dalam percobaan ini dalam
bentuk tabel

Tabel 4.1 data pengamatan massa


M1 (g) 100,0 100.,0 100,0
M2 (g) 100,5 100,5 100,5
m (g) 10,1 10,1 10,1

Percobaan A
Tabel 4.2 Data pengamatan percobaan A
AB 12 12 12 12
(cm)
t1 0,73 0,74 0,74 0,74 0,74 0,71 0,74 0,71 0,70 0,68 0,73 0,77
(detik)
𝑡̅1
(detik) 0,736 0,73 0,716 0,726
a
(m/s2) 0,4 m/s2 0,45 m/s2 0,47 m/s2 0,45m/s2
BC 12 14 16 18
(cm)
t2 0,39 0,42 0,48 0,57 0,48 0,45 0,42 0,51 0,52 0,44 0,49 0,48
(detik)
𝑡̅2
(detik) 0,43 0,5 0,49 0,47
V
(m/s) 0,28 m/s 0,28 m/s 0,326 m/s 0,38 m/s
14

I
(kgm2) 2,27.10-5 kgm2

Percobaan B
Tabel 4.3 data prngamatan percobaan B
AB 12 14 16 18
(cm)
𝑡̅1 0,726 0,79 0,83 0,906
(detik)
a(m/s2) 0,45 m/s2 0,44 m/s2 0,46 m/s2 0,43m/s2
BC 12 12 12 12
(cm)
𝑡̅2 0,416 0,396 0,396 0,38
(detik)
v( 0,288 m/s 0,30 m/s 0,30 m/s 0,315 m/s
m/s)
I (kgm- 1,9.10-5 kgm2
2
)

4.1.1 Ralat langsung

Tabel 4.4 Ralat Langsung Massa M1


N M1 ̅̅̅̅
𝑀1 |𝜕𝑀1| |𝜕𝑀1|2 α SM1 SR ̅̅̅̅ ± 𝑆𝑀1
𝑀1
1 100,0 0 0
100,0 100,0 ± 0%
2 100,0 0 0 0 0 0%
15

3 100,0 0 0
∑ 300.0 0 0

Tabel 4.5 Ralat Langsung massa M2


N M2 ̅̅̅̅
𝑀2 |𝜕𝑀2| |𝜕𝑀2|2 α SM2 SR ̅̅̅̅
𝑀2 ± 𝑆𝑀2
1 100.5 0 0
2 100.5 100.5 0 0 0 0 0% 100,5 ± 0%
3 100.5 0 0
∑ 301,5 0 0

Tabel 4.6 Ralat Langsung massa m


N M 𝑚
̅ |𝜕𝑚| |𝜕𝑚|2 α Sm SR 𝑚
̅ ± 𝑆𝑚
1 10.1 0 0
2 10.1 10,1 0 0 0 0 0% 10,1 ± 0
3 10.1 0 0
∑ 30.3 0 0

Tabel 4.7 Ralat Langsung t1 percobaan A(1) AB = 12


N t1 ̅̅̅
𝑡1 |𝜕𝑡1| |𝜕𝑡1|2 Α St1 SR ̅̅̅ ± 𝑆𝑡1
𝑡1
1 0.73 0 0
2 0.74 0.73 0.01 0.0001 0.000067 0.01 1,36% 0,73 ± 0,01
3 0.74 0,01 0,0001
∑ 2.24 0.02 0.0002

Tabel 4.8 Ralat Langsung t1 percobaan A(2) AB = 12


N t1 ̅̅̅
𝑡1 |𝜕𝑡1| |𝜕𝑡1|2 Α St1 SR ̅̅̅
𝑡1 ± 𝑆𝑡1
1 0.74 0,01 0,0001
0.73 0,0002 0,02 0,73 ± 0,2
2 0.74 0,01 0,0001 2,73%
16

3 0.71 0,02 0,0004


∑ 2.19 0,04 0,0006

Tabel 4.9 Ralat Langsung t1 percobaan A(3) AB = 12


N t1 ̅̅̅
𝑡1 |𝜕𝑡1| |𝜕𝑡1|2 Α St1 SR ̅̅̅
𝑡1 ± 𝑆𝑡1
1 0.74 0.03 0.0009
2 0.71 0.71 0 0 0.00033 0.02 2,81% 0,71 ± 0,02
3 0.70 0.01 0.0001
∑ 2.15 0.04 0.001

Tabel 4.10 Ralat Langsung t1 percobaan A(4) AB = 12


N t1 ̅̅̅
𝑡1 |𝜕𝑡1| |𝜕𝑡1|2 Α St1 SR ̅̅̅ ± 𝑆𝑡1
𝑡1
1 0.68 0.05 0.0025
2 0.73 0.72 0.01 0.0001 0.0017 0.05 6,94% 0,72 ± 0,05
3 0.77 0.05 0.0025
∑ 2.18 0.11 0.0051

Tabel 4.11 Ralat Langsung t2 percobaan A(5) BC = 12


N t2 ̅̅̅
𝑡2 |𝜕𝑡2| |𝜕𝑡2|2 Α St2 SR ̅̅̅ ± 𝑆𝑡2
𝑡2
1 0.39 0,04 0,0016
2 0.42 0.43 0,01 0,0001 0.0014 0.04 9,30% 0,43 ± 0,04
3 0.48 0.05 0.0025
∑ 1,29 0.1 0.0042

Tabel 4.12 Ralat Langsung t2 percobaan A(6) BC = 14


N t2 ̅̅̅
𝑡2 |𝜕𝑡2| |𝜕𝑡2|2 Α St2 SR ̅̅̅ ± 𝑆𝑡2
𝑡2
1 0.57 0.07 0.0049
2 0.48 0.5 0.02 0.0004 0.0026 0.06 12% 0,5 ± 0,06
3 0.45 0.05 0.0025
∑ 1.5 0.14 0.0078
17

Tabel 4.13 Ralat Langsung t2 percobaan A(7) BC = 16


N t2 ̅̅̅
𝑡2 |𝜕𝑡2| |𝜕𝑡2|2 Α St2 SR ̅̅̅ ± 𝑆𝑡2
𝑡2
1 0.42 0.07 0.0049
2 0.51 0.49 0.01 0.0001 0.0025 0.06 12,2% 0,49 ± 0,06
3 0.55 0.05 0.0025
∑ 1.48 0.13 0.0075

Tabel 4.14 Ralat Langsung t2 percobaan A(8) BC = 18


N t2 ̅̅̅
𝑡2 |𝜕𝑡2| |𝜕𝑡2|2 Α St2 SR ̅̅̅ ± 𝑆𝑡2
𝑡2
1 0.44 0.03 0.0009
2 0.49 0.47 0.02 0.0004 0.0046 0.02 4,25% 0,47 ± 0,02
3 0.48 0.01 0.0001
∑ 1,41 0.06 0.0014

Tabel 4.15 Ralat Langsung t1 percobaan B(1) AB = 12


N t1 ̅̅̅
𝑡1 |𝜕𝑡1| |𝜕𝑡1|2 Α St1 SR ̅̅̅
𝑡1 ± 𝑆𝑡1
1 0.77 0,05 0,0025
2 0.67 0.72 0.05 0.0025 0.0018 0.05 6,94% 0,72 ± 0,05
3 0.74 0,02 0,0004
∑ 2,18 0.12 0.0054

Tabel 4.16 Ralat Langsung t1 percobaan B(2) AB = 14


N t1 ̅̅̅
𝑡1 |𝜕𝑡1| |𝜕𝑡1|2 Α St1 SR ̅̅̅
𝑡1 ± 𝑆𝑡1
1 0.80 0,01 0,0001
2 0.77 0,79 0,02 0,0004 0,0002 0,01 1,26% 0,79 ± 0,01
3 0.80 0,01 0,0001
∑ 2.37 0,04 0,0006
18

Tabel 4.17 Ralat Langsung t1 percobaan B(3) AB = 16


N t1 ̅̅̅
𝑡1 |𝜕𝑡1| |𝜕𝑡1|2 Α St1 SR ̅̅̅ ± 𝑆𝑡1
𝑡1
1 0.81 0.02 0.0004
2 0.83 0.83 0 0 0.0004 0.02 2,40% 0,83 ± 0,02
3 0.86 0.03 0.0009
∑ 2.5 0.05 0.0013

Tabel 4.18 Ralat Langsung t1 percobaan B(4) AB = 18


N t1 ̅̅̅
𝑡1 |𝜕𝑡1| |𝜕𝑡1|2 Α St1 SR ̅̅̅ ± 𝑆𝑡1
𝑡1
1 0,93 0.03 0.0009
2 0.87 0.90 0.03 0.0009 0.0007 0.03 3,33% 0,90 ± 0,03
3 0.92 0.02 0.0004
∑ 2.72 0.08 0.0022

Tabel 4.19 Ralat Langsung t2 percobaan B(5) BC = 12


N t2 ̅̅̅
𝑡2 |𝜕𝑡2| |𝜕𝑡2|2 Α St2 SR ̅̅̅
𝑡2 ± 𝑆𝑡2
1 0.42 0,01 0,0001
2 0.42 0.41 0,01 0,0001 0.00006 0.01 2,43% 0,41 ± 0,01
3 0.41 0 0
∑ 1,25 0.02 0.0002

Tabel 4.20 Ralat Langsung t2 percobaan B(6) BC = 12


N t2 ̅̅̅
𝑡2 |𝜕𝑡2| |𝜕𝑡2|2 Α St2 SR ̅̅̅
𝑡2 ± 𝑆𝑡2
1 0.57 0.07 0.0049
2 0.48 0.5 0.02 0.0004 0.0026 0.06 12% 0,5 ± 0,06
3 0.45 0.05 0.0025
∑ 1.5 0.14 0.0078

Tabel 4.21 Ralat Langsung t2 percobaan A(7) BC = 16


19

N t2 ̅̅̅
𝑡2 |𝜕𝑡2| |𝜕𝑡2|2 α St2 SR ̅̅̅
𝑡2 ± 𝑆𝑡2
1 0.42 0.07 0.0049
2 0.51 0.49 0.01 0.0001 0.0025 0.06 12,2% 0,49 ± 0,06
3 0.55 0.05 0.0025
∑ 1.48 0.13 0.0075

Tabel 4.22 Ralat Langsung t2 percobaan A(8) BC = 18


N t2 ̅̅̅
𝑡2 |𝜕𝑡2| |𝜕𝑡2|2 α St2 SR ̅̅̅
𝑡2 ± 𝑆𝑡2
1 0.44 0.03 0.0009
2 0.49 0.47 0.02 0.0004 0.0004 0.02 5,62% 0,47 ± 0,02
3 0.48 0.01 0.0001
∑ 1,41 0.06 0.0014

4.1.2 Ralat tidak langsung


Percobaan A
Turunan percepatan(a) terhadap t1
∂a 4x
A. = - 𝑡3
∂t1

∂a 4(0.12)
∂t1
=- 0.4163
= -6.66 m/s2

∂a
Sa = √(∂t1 𝑥𝑠𝑡)2

Sa = √(−6,66 𝑥 0.01)2 = 0.0666 m/s2


a ± Sa = 0.4 ± 0.0666 m/s2
∂a 4x
B. = - 𝑡3
∂t1

∂a 4(0.12)
=- = - 1.23 m/s2
∂t1 0.733

∂a
Sa = √(∂t1 𝑥𝑠𝑡)2

Sa = √(−1.23 𝑥 0.2)2 = 0.246 m/s2


a ± Sa = 0.45 ± 0.246 m/s2
20

∂a 4x
C. = - 𝑡3
∂t1

∂a 4(0.12)
=- = - 1.31 m/s2
∂t1 0.7163

∂a
Sa = √(∂t1 𝑥𝑠𝑡)2

Sa = √(−1.31 𝑥 0.02)2 = 0.026 m/s2


a ± Sa = 0.47 ± 0.026 m/s2
∂a 4x
D. = - 𝑡3
∂t1

∂a 4(0.12)
=- = - 1.25 m/s2
∂t1 0.7263

∂a
Sa = √(∂t1 𝑥𝑠𝑡)2

Sa = √(−1.25 𝑥 0.005)2 = 0.006 m/s2


a ± Sa = 0.45 ± 0.006 m/s2

Turunan kecepatan(v) terhadap t2


∂v x
a. = - 𝑡2
∂t2
∂v (0.12)
=- = - 0.6489 m/s
∂t2 0.432

∂v
Sv = √(∂t2 𝑥 𝑠𝑡)2

Sv = √(−0.6489 𝑥 0.04)2 = 0.0259 m/s


v ± Sv = 0.28 ± 0.0259 m/s
∂v x
b. = - 𝑡2
∂t2
∂v (0.14)
=- = - 0.56 m/s
∂t2 0.52

∂v
Sv = √(∂t2 𝑥 𝑠𝑡)2

Sv = √(−0.56 𝑥 0.06)2 = 0.0336 m/s


v ± Sv = 0.28 ± 0.0336 m/s
∂v x
c. = - 𝑡2
∂t2
21

∂v (0.16)
=- = - 0.66 m/s
∂t2 0.492

∂v
Sv = √(∂t2 𝑥 𝑠𝑡)2

Sv = √(−0.66 𝑥 0.06)2 = 0.0396 m/s


v ± Sv = 0.326 ± 0.0396 m/s
∂v x
d. = - 𝑡2
∂t2
∂v (0.18)
=- = - 0.81 m/s
∂t2 0.472

∂v
Sv = √(∂t2 𝑥 𝑠𝑡)2

Sv = √(−0.81 𝑥 0.02)2 = 0.0162 m/s


v ± Sv = 0.38 ± 0.0162 m/s

Turunan momen inersia(I) terhadap M1, M2, m


∂I
a. = - r2
∂M1
∂I
= - 0.062 = 0.0036 m/s
∂M1
∂I
b. = - r2
∂M2
∂I
= - 0.062 = 0.0036 m/s
∂M2
∂I 𝑔𝑟 2
c. = – r2
∂m 𝑎
∂I 9.8(0.06)2
= – (0.06)2 = 0.0765 kgm2
∂m 0.44

∂I ∂I ∂I
SI = √(∂M1 𝑥 𝑆𝑀1 )2 + (∂M2 𝑥 𝑆𝑀2 )2 + (∂m 𝑥 𝑆𝑚)2

SI = √(0.0036 𝑥 0)2 + (0.0036 𝑥 0)2 + (0.0765 𝑥 0)2


SI = 0 kgm2
I ± SI = 2.27 x 10-5 ± 0 kgm2

Percobaan B
Turunan percepatan(a) terhadap t1
22

∂a 4x
a. = - 𝑡3
∂t1
∂a 4(0.12)
=- = -1.25 m/s2
∂t1 0.7263

∂a
Sa = √(∂t1 𝑥𝑠𝑡)2

Sa = √(−1,25 𝑥 0.05)2 = 0.0625 m/s2


a ± Sa = 0.44 ± 0.0625 m/s2
∂a 4x
b. = - 𝑡3
∂t1
∂a 4(0.14)
=- = -1.135 m/s2
∂t1 0.793

∂a
Sa = √(∂t1 𝑥𝑠𝑡)2

Sa = √(−1.135 𝑥 0.01)2 = 0.01135 m/s2


a ± Sa = 0.45 ± 0.01135 m/s2
∂a 4x
c. = - 𝑡3
∂t1
∂a 4(0.16)
=- = -1.1193 m/s2
∂t1 0.833

∂a
Sa = √(∂t1 𝑥𝑠𝑡)2

Sa = √(−1.1193 𝑥 0.02)2 = 0.022386 m/s2


a ± Sa = 0.46 ± 0.022386 m/s2
∂a 4x
d. = - 𝑡3
∂t1
∂a 4(0.18)
=- = -0.968 m/s2
∂t1 0.9063

∂a
Sa = √(∂t1 𝑥𝑠𝑡)2

Sa = √(−0.968 𝑥 0.03)2 = 0.0290 m/s2


a ± Sa = 0.43 ± 0.0290 m/s2

Turunan kecepatan(v) terhadap t2


∂v x
a. = - 𝑡2
∂t2
∂v (0.12)
=- = - 0.0207 m/s
∂t2 0.4162
23

∂v
Sv = √(∂t2 𝑥 𝑠𝑡)2

Sv = √(−0.0207 𝑥 0.01)2 = 0.000207 m/s


v ± Sv = 0.288 ± 0.000207 m/s

Turunan kecepatan(v) terhadap t2


∂v x
b. = - 𝑡2
∂t2
∂v (0.12)
= - 0.3962 = - 0.765 m/s
∂t2

∂v
Sv = √(∂t2 𝑥 𝑠𝑡)2

Sv = √(−0.765 𝑥 0.06)2 = 0.0459 m/s


v ± Sv = 0.30 ± 0.0459 m/s
∂v x
c. = - 𝑡2
∂t2
∂v (0.12)
= - 0.3962 = - 0.765 m/s
∂t2

∂v
Sv = √(∂t2 𝑥 𝑠𝑡)2

Sv = √(−0.765 𝑥 0.02)2 = 0.0153 m/s


v ± Sv = 0.30 ± 0.0153 m/s
∂v x
d. = - 𝑡2
∂t2
∂v (0.12)
=- = - 0.831 m/s
∂t2 0.382

∂v
Sv = √(∂t2 𝑥 𝑠𝑡)2

Sv = √(−0.831 𝑥 0.03)2 = 0.024 m/s


v ± Sv = 0.315 ± 0.0024 m/s
Turunan momen inersia(I) terhadap M1, M2, m
∂I
a. = - r2
∂M1
∂I
= - 0.062 = 0.0036 m/s
∂M1
∂I
b. = - r2
∂M2
24

∂I
= - 0.062 = 0.0036 m/s
∂M2
∂I 𝑔𝑟 2
c. = – r2
∂m 𝑎
∂I 9.8(0.06)2
= – (0.06)2 = 0.0765 kgm2
∂m 0.44

∂I ∂I ∂I
SI = √(∂M1 𝑥 𝑆𝑀1 )2 + (∂M2 𝑥 𝑆𝑀2 )2 + (∂m 𝑥 𝑆𝑚)2

SI = √(0.0036 𝑥 0)2 + (0.0036 𝑥 0)2 + (0.0765 𝑥 0)2


SI = 0 kgm2
I ± SI = 1,9 x 10-5 ± 0 kgm2

4.2 Grafik percobaan


Percobaan A
Grafik v terhadap ̅̅̅
𝑡1 dijarak BC

Percobaan B

Grafik a terhadap ̅̅̅


𝑡1 dijarak AB

4.3 Pembahasan
Pada kegiatan ini juga telah terbuti berlakunya hukum Newton I, yakni
dapat dilihat pada saat beban tambahan (m) tersangkut di penahan beban
25

berlubang A, maka beban keduanya tetap bergerak konstan sepanjang garis


lurus. Dengan kata lain benda akan bergerak lurus beraturan .
Hal ini sesuai dengan Hukum I Newton yang menyatakan bahwa jika
suatu suatu benda mula mula diam maka benda tersebut tetap diam. Benda
akan bergerak ketika ada gaya yang bekerja pada benda terebut. Begitupun
sebaliknya, benda yang bergerak akan selamanya bergerak kecuali ada gaya
yang menghentikannya. Hal ini mengungkapkan tentang sifat benda yang
cenderung mempertahankan keadaannya. Sifat ini disebut kelembaman
(inersia).
Pada katrol juga berlaku Hukum II Newton tentang gerak rotasi dan pada
tegangan tali terjadi hukum III Newton dimana berlaku gaya aksi-reaksi yang
sebagai gaya aksinya yaitu tegangan tali yang bekerja pada benda (beban) dan
sebagai gaya reaksinya yaitu tegangan tali yang bekerja pada katrol.
Dimana percepatan benda sama dengan nol (a = 0) dan kecepatannya
konstan, akan tetapi hasil yang diperoleh tidak konstan tidak sesuai dengan
teori terdapat perbedaan kecepatanyang tidak terlalu jauh setiap kecepatan.
Sehingga praktikum ini dapat dikatakan tidak berhasil dengan baik. Dan dari
hasil perbendingan kecepatan antara hasil analisis grafik dengan perhitungan
diperoleh nilai perbandingan yang tidak jauh berbeda sebesar .
Kesalahan yang terjadi mungkin disebabkan dari alat yang digunakan
seperti sensor waktu yang kurang bagus, kadang terhitung waktunya sebelum
benda bergerak, selain itu, disebabkan oleh praktikan yang kurang teliti dalam
pengambilan data.
percobaan selanjutnya menunjukkan perbedaan atau selisih yang sama. Dapat
disimpulkan kecepatan yang dialami beban jatuh adalah sama. Sedangkan
untuk percobaan selanjutnya perbandingan jarak dan waktu terlihat menipis
diperkirakan karena percepatan yang dialami beban.
Waktu yang diperoleh melalui percobaan dengan waktu yang diperoleh
dengan perhitungan terdapat perbedaan. Pada percobaan pertama, dengan
perbedaan waktu tersebut terlihat cukup besar, tetapi semakin jauh jarak
tempuhnya perbedaan waktu semakin kecil. Hal ini mungkin dapat terjadi
26

karena kesalahan pencatatan waktu. Karena jarak terlalu dekat dan waktu
tempuh terlalu cepat menyebabkan pencatatan waktu tempuh tidak tetap, dan
pada percobaan B perbedaan waktu pada percobaan dan pada perhitungan
sudah hampir sama. Hal ini dapat terjadi mungkin karena semakin jauh atau
semakin tinggi jarak tempuhnya maka kecepatan yang ditunjukkan semakin
cepat karena adanya percepatan gravitasi bumi.
Dengan jarak yang semakin jauh atau tinggi menyebabkan percepatan
yang disebabkan gaya gravitasi memberi tambahan kecepatan sehingga waktu
tempuh menjadi singkat. Jadi dapat disimpulkan dari percobaan yang
dilakukan
percobaan B merupakan yang paling valid karena besar waktu yang
dibutuhkan
benda jatuh pada percobaan dan pada perhitungan cukup mendekati.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi percobaan kurang teliti :
Pencatatan waktu yang kurang tepat dan kurang akurat. Pencatatan waktu
sangat penting dalam melakukan percobaan ini. Ketepatan pencatatan waktu
mulai dari benda bergerak hingga berhenti harus benar dan akurat. Kesalahan
sedikit saja dapat berdampak pada hasil percobaan. hal ini dapat dilihat pada
hasil percobaan pertama. Perbedaan waktu pada percobaan dan perhitungan
terlihat jelas.
Posisi katrol tidak stabil. Posisi katrol dalam melakukan percobaan
haruslah stabil, karena adanya goyangan pada katrol ketika sistem 24
bergerak dapat mempengaruhi kecepatan benda jatuh. Hal ini menyebabkan
hasil perhitungan tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya ataupun hasil pada
perhitungan.
Beban bergerak sehingga posisi berubah. Pada saat benda dijatuhkan ada
kemungkinan benda bergeser tepat sebelum benda jatuh. Pergeseran ini tentu
mempengaruhi hasil percobaan. Pergeseran benda atau beban menyebabkan
perubahan pada jarak. Sehingga waktu yang dicatat tidak sesuai dengan jarak
yang ditentukan sebelumnya.
Gaya gesek. Percobaan ini dilakukan dengan katrol dan digantung dengan
27

tali. Tentu pada katrol itu sendiri mengalami gesekan-gesekan antara poros dan
katrol. Sedangkan pada tali penggantung beban juga tentu mengalami gesekan
dengan katrol. Pada beban dan udara juga mengalami gaya gesek. Gaya
gesekan yang terjadi mungkin cukup kecil dampaknya, namun sekecil apapun
dampaknya tetap mempengaruhi data hasil percobaan, karena gesekan
mengurangi kecepatan benda jatuh.
Pada percobaan A mencari nilai kecepatan, jarak B – C (12 cm) pada t (0,43)
menghasilkan kecepatan 0,28 m/s. Jarak B – C (14 cm) pada t (0,5)
menghasilkan kecepatan 0,28 m/s. Jarak B – C (16 cm) pada t (0,49)
menghasilkan kecepatan 0,326 m/s. Jarak B – C (18 cm) pada t (0,47)
menghasilkan kecepatan 0,38 m/s.
Pada percobaan B mencari nilai kecepatan, jarak A – B (12 cm) pada t (0,726)
menghasilkan percepatan 0,45 m/s2. Jarak A – B (14 cm) pada t (0,79)
menghasilkan percepatan 0,44 m/s2. Jarak A – B (16 cm) pada t (0,83)
menghasilkan percepatan 0,46 m/s2. Jarak A – B (18 cm) pada t (0,906)
menghasilkan percepatan 0,43 m/s2.
Pada percobaan A mencari nilai harga momen inersia yang menghasilkan nilai
sebesar 2,27 𝑥 10−5 kgm2. Pada percobaan B mencari nilai harga momen
inersia yang menghasilkan nilai sebesar 1,9 𝑥 10−5 kgm2. Dorongan angin
dan tekanan udara gaya-gaya ini mungkin dampaknya sangat kecil pada
percobaan, tetapi dapak ini tidak dapat diabaikan jika ingin memperoleh hasil
percobaan yang tepat dan akurat. Sebab sekecil apapun dampak nya tetap
mempengaruhi kecepatan beban jatuh.
28

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat di ambil pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Pesawat atwood merupakan sebuah alat untuk menjelaskan Antara
energy tegangan, potensial, dan kinetic dengan dua pemberat
2. Besaran fisis hukum inersia adalah kg.m2
3. Hukum Newton I, II, III memiliki hubungan dengan pesawat atwood
dan berlaku dengan baik
4. Memiliki hubungan dengan sistem gerak lurus

5. Momen Inersia yang didapatkan sebesar 0,000093 kgm2 dan


0,000018 kgm2.
4.2 Saran

Saran pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Selalu mengamati pada saat percobaan, karena membutuhkan


ketepatan pada saat mengukur waktu tempuh
2. Teliti pada saat melakukan percobaan
3. Sebaiknya praktikan telah memahami konsep Pesawat Atwood
terlebih dahulu sebelum praktikum dimulai.
29

DAFTAR PUSTAKA

[1] Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika. Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Penerbit
Erlangga
[2] Serway,Raymond A.2014. Fisika untuk Sains dan Teknik.Jakarta : Salemba
Teknika
[3] Yusuf, H. (t.thn.). Laporan Pesawat Atwood. Diambil kembali dari
academia.edu:
https://www.academia.edu/13375512/LAPORAN_PESAWAT_ATWOOD
[4] Sembiring, O. (t.thn.). Laporan Praktikum Fisika Dasar-Pesawat Atwood. Diambil
kembali dari academia.edu:
https://www.academia.edu/12984284/Laporan_Praktikum_Fisika_Dasar_Pesa
wat_Atwood
30

LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
31

Lampiran A. Perhitungan

1. Perhitungan rata-rata detik percobaan A jarak A-B


a. 12 cm
0,73+0,74+0,74
𝑡̅1 = = 0,736 s
3

b. 12 cm
0,74+0,74+0,71
𝑡̅1 = = 0,73 s
3

c. 12 cm
0,74+0,71+0,70
𝑡̅1 = = 0,716 s
3

d. 12 cm
0,68+0,73+0,77
𝑡̅1 = = 0,726 s
3

2. Perhitungan rata-rata detik percobaan A jarak B-C

a. 12 cm
0,39+0,42+0,48
𝑡̅2 = = 0,43 s
3

b. 14 cm
0,57+0,48+0,45
𝑡̅2 = = 0,5s
3

c. 16 cm
0,42+0,51+0,55
𝑡̅2 = = 0,49s
3

d. 18 cm
0,44+0,49+0,48
𝑡̅2 = = 0,47s
3

3. Perhitungan rata-rata detik percobaan B jarak A-B

a. 12 cm
0,77+0,67+0,74
𝑡̅1 = = 0,726 s
3

b. 14 cm
0,80+0,77+0,80
𝑡̅1 = = 0,79s
3

c. 16 cm
32

0,81+0,83+0,86
𝑡̅1 = = 0,83s
3

d. 18 cm
0,93+0,87+0,92
𝑡̅1 = = 0,906 s
3

4. Perhitungan rata-rata detik percobaan B jarak B-C

a. 12 cm
0,42+0,42+0,41
𝑡̅2 = = 0,416 s
3

b. 12 cm
0,35+0,45+0,39
𝑡̅2 = = 0,396s
3

c. 12 cm
0,41+0,39+0,39
𝑡̅2 = = 0,396 s
3

d. 12 cm
0,32+0,44+0,39
𝑡̅2 = = 0,38s
3

5. Perhitungan percepatan percobaan A

2.0,12
a. a = 0,7362 = 0,4 m/s2
2.0,12
b. a = = 0,45 m/s2
0,732
2.0,12
c. a = 0,7162 = 0,47 m/s2
2.0,12
d. a = 0,7262 = 0,45 m/s2

6. Perhitungan percepatan percobaan B

2.0,12
a. a = 0,7262 = 0,45m/s2
2.0,14
b. a = =0,44m/s2
0,792
2.0,16
c. a = = 0,46m/s2
0,832
2.0,18
d. a = 0,9062 = 0,43 m/s2

7. Perhitungan kecepatan percobaan A


33

0,12
a. v = = 0,28 m/s
0,43
0,14
b. v = = 0,28 m/s
0,5
0,16
c. v = 0,49 = 0,326 m/s
0,18
d. v = 0,47 = 0,38 m/s

8. Perhitungan kecepatan percobaan B

0,12
a. v = 0,416 = 0,288 m/s
0,12
b. v = = 0,30 m/s
0,396
0,12
c. v = = 0,30 m/s
0,396
0,12
d. v = 0,38 = 0,315 m/s

9. Perhitungan momen inersia percobaan A


𝑚𝑔𝑟 2 − |𝑎𝑟 2 (𝑀1 + 𝑀2 + 𝑚)|
𝐼=
𝑎
0,0101𝑥9,8𝑥0,062 − |0,44𝑥0,062 (0,1000 + 0,1005 + 0,0101)|
𝐼=
0,44

I = 2,27 10-5kgm2

10. Perhitungan momen inersia percobaan B


𝑚𝑔𝑟 2 − |𝑎𝑟 2 (𝑀1 + 𝑀2 + 𝑚)|
𝐼=
𝑎

0,0101𝑥9,8𝑥0,062 − |0,445𝑥0,062 (0,1000 + 0,1005 + 0,0101)|


𝐼=
0,445

I = 1,9x10-5 kgm2
LAMPIRAN B
JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS
35

Lampiran B. Jawaban Pertanyaan dan Tugas Khusus

1.Dua buah benda yang masing-masing bermassa 4 kg dan 12 kg digantung dengan


seutas tali melalui sebuah katrol yang massa dan diameternya dapat diabaikan.
Hitunglah percepatan gerak system dan tegangan yang dialami oleh tali!

2. Ujung sebuah balok bermassa 12 kg ditarik di sebuah bidang datar kasar dengan
gaya 60 N. Berapakah gaya gesek yang bekerja pada balok tersebut jika koefisien
gesek kinetiknya 0,2 dan gaya Tarik yag bekerja pada balok tersebut membentuk
sudut 53° terhadap garis vertikal?

3. Seorang mahasiswa FT UNTIRTA melakukan percobaan penimbangan badan di


dalam sebuah lift. Saat lift belum bergerak, timbangan menunjukkan angka 65 kg.
Sesaat setelah lift bergerak mahasiswa ini merasa sedikit pusing dan timbangan pun
menunjukkan angka tertinggi sebesar 75 kg, hal ini terjadi pula sesaat sebelum lift
behenti. Di tengah perjalanan, ternyata timbangan menunjukkan angka konstan 72
kg. Berapakah percepatan gerak lift tersebut? Mengapa timbangan menunjukkan
angka tertinggi sesaat lift akan bergerak dan berhenti? Jelaskan!

4. Sasuke melempar suriken dengan kecepatan awal 12 m/s dengan sudut 53°dari
sumbu x, berapa tinggi maksimum yang dapat dicapai oleh suriken tersebut? (g=
9,8 m/s2)

5. Naruto sedang menaiki patung wajah hokage yang memiliki ketinggian 65 m, dia
berniat untuk mencoret-coret patung itu. Ketika dia sedang asik mencoret-coret
patung wajah hokage, dia terpeleset dan terjatuh (tanpa kecepatan awal). Tentukan
berapa lama waktu naruto terjatuh sampai ke permukaan tanah! (g=9,8 m/s2)

Jawaban

1. Diketahui : M1 = 4 kg , M2 = 12 kg , g = 9,8
Ditanya : a…?
(𝑀2.𝑔)
Dijawab: 𝑎 =
M1+M2
(12.9,8)
𝑎= 4+12
= 7,35 m/s2
36

Jadi, percepatan geraknya 7,35 m/s2


2. Diketahui : M = 12 kg , F = 60 N , µk = 0,2 , Ɵ = 53o , Fy = 60 .
sin 37 = 36 N , Fx = 60 . cos 37 = 48 N
Ditanyakan : fgesek….?
Dijawab : 𝑓𝑘 = 𝜇𝑁
𝑓𝑘 = 𝜇(𝑤 − 𝐹𝑠𝑖𝑛37𝑜 )
𝑓𝑘 = 0,2(12𝑥10 − 60. 𝑠𝑖𝑛37𝑜 )
𝑓𝑘 = 0,2 × 84
𝑓𝑘 = 16,8 𝑁
3. W’= W+F 70 = 65a
W’ = m.g + m.a a = 70/65
720 = 650 + 65a a =1.07 m/s2
Percepatannya adalah 1.07 m/s2
Timbangan menunjukkan angka tertinggi sesaat lift akan bergerak dan
berhenti, dikarenakan oleh perubahan kecepatan dan perubahan keadaan
lift. Dari lift keadaan diam menjadi lift bergerak. Begitu pula dengan saat
berhenti, ketika lift hendak berhenti, ada perubahan kecepatan dan keadaan
lift dari bergerak menjadi diam. Dalam hal ini lift menggunakan konsep dari
pesawat atwood sehingga prinsip kerjanya sama.
4. Diketahui : Vo = 12 m/s , Ɵ = 53o , g = 9,8
Ditanyakan : Hmaks…?
(Vo2 x sin2 Ɵ)
Penyelesaian : Hmaks = (2 𝑥 𝑔)

= (122 sin2 53)/(2.9,8)


= 4,7 meter
Jadi, tinggi maksimum yang dapat dicapai oleh suriken adalah 4,7 meter
5. Diketahui : h = 65 m , g = 9,8 m/s2
Ditanyakan : t..?
√(2 x h)
Penyelesaian : t= g

√2 x 65
𝑡= = 3,64 s
9,8
37

Jadi, lama waktu Naruto terjatuh ke tanah adalah 3,64 s


LAMPIRAN C
GAMBAR ALAT DAN BAHAN
39

C. Gambar Alat dan Bahan

Gambar C.1 Stopwatch Gambar C.2 Alat Pesawat Atwood

Gambar C.3 Tali Penggantung Gambar C.4 Pemegang beban


berpegas

Gambar C.5 Neraca Gambar C.6 Beban M1

Gambar C.7 Beban M2 Gambar C.8 BebanTambahan


40

Gambar C.9 Penahan beban Gambar C.10 Penahan beban tanpa lubang

Gambar C.11 Penggaris Berlubang


41

LAMPIRAN D
BLANKO PERCOBAAN
42

BLANGKO PERCOBAAN PESAWAT ATWOD

DATA PRAKTIKAN
NAMA Muhammad Zidan abdillah
NIM / GRUP 3332200101/M3
JURUSAN Teknik Elektro
REKAN Ayu andini, Hadid faith m, Muhammad Akbar R
TGL. Senin, 29 maret 2021
PERCOBAAN

M1 (g) 100,0 100,0 100,0


M2 (g) 100,5 100,5 100,5
m (g) 10,1 10,1 10,1

PERCOBAAN A

a) M2 + m =110,6g
AB (cm) 12 cm 12 cm 12 cm 12 cm
t1 (detik) 0,73 0,74 0,74 0,74 0,74 0,71 0,74 0,71 0,70 0,68 0,73 0,77
𝑡̅1 (detik) 0,736 0,73 0,716 0,726
a (m/s2) 0,4 0,45 0,47 0,45
BC (cm) 12 cm 14 cm 16 cm 18 cm
t2 (detik) 0,39 0,42 0,48 0,57 0,48 0,45 0,42 0,51 0,55 0,44 0,49 0,48

𝑡̅2 (detik) 0,43 0,5 0,49 0,47

v (m/s) 0,28 0,28 0,326 0,38

I (kgm2) 2,27.10-5 kgm2

PERCOBAAN B

AB (cm) 12 14 16 18
t1 (detik) 0,77 0,67 0,74 0,80 0,77 0,80 0,81 0,83 0,86 0,93 0,87 0,92
𝑡̅1 (detik) 0,726 0,79 0,83 0,906
a (m/s2) 0,45 0,44 0,46 0,43
BC (cm) 12 12 12 12
t2 (detik) 0,42 0,42 0,41 0,35 0,45 0,39 0,41 0,39 0,39 0,32 0,44 0,38
𝑡̅2 (detik) 0,416 0,396 0,396 0,38
43

333v (m/s) 0,288 0,30 0,30 0,315


I (kgm2) 1,9.10-5 kgm2
b) M2 + m = 110

I (kgm2) 1,9.10-5 kgm2


44

Grafik Percobaan
Percobaan A
̅̅̅ dijarak BC
Grafik v terhadap 𝑡1

Percobaan B

Grafik a terhadap ̅̅̅


𝑡1 dijarak AB

Anda mungkin juga menyukai