Anda di halaman 1dari 22

MAGNOLIOPSIDA (ANAK KELAS DIALYPETALAE

BANGSA SARRACENIALES, MALVALES, RUTALES,


SAPINDALES, DAN BALSAMINALES)

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah : Taksonomi Tumbuhan Berpembuluh

Disusun Oleh :
Vepi Widia Sari (1930207090)
Indah Rahmadhanniati (1930207093)
Adinda (1930207107)

Dosen Pengampu :
Weni Lestari, S.Pd., M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah puji syukur penyusun panjatkan atas rahmat Allah SWT


yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah dengan judul Magnoliopsida (Anak kelas Dialypetalae
Bangsa Sarraceniales, Malvales, Rutales, Sapindales, dan Balsaminales). Makalah
ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok dalam mata kuliah
taksonomi tumbuhan berpembuluh. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada
dosen yang telah membimbing dalam pembuatan makalah ini, untuk memenuhi
tugas di perkuliahan.
Makalah ini diharapkan bisa bermanfaat dan berguna bagi kita semua.
Sebagai pemula penyusun tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan pada
makalah ini, oleh karenanya penyusun mengharapkan kritik dan saran agar
makalah ini bisa menjadi lebih baik, serta penyusun berharap semoga makalah ini
dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Palembang, 17 Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................


DAFTAR ISI ..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................
A. Latar Belakang .....................................................................................
B. Rumusan Masalah ................................................................................
C. Tujuan Penulisan .................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................
A. Bangsa Sarraceniales ...........................................................................
B. Bangsa Malvales ..................................................................................
C. Bangsa Rutales .....................................................................................
D. Bangsa Sapindales ...............................................................................
E. Bangsa Balsaminales ...........................................................................
BAB III PENUTUP ........................................................................................
A. Kesimpulan ..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Magnoliophyta merupakan kelompok tumbuhan yang alat
perkembangbiakan generatifnya berupa bunga. Dimana bunga mempunyai
perhiasan yang terdiri atas kelopak (calyx) dan mahkota (corolla). Alat
reproduksi jantan dihasilkan dalam stamen yang berjumlah satu atau
banyak sedangkan alat reproduksi betina berupa putik (pistilum). Putik ada
yang hanya tersusun dari satu daun buah (karpel), tetapi ada juga yang
terbentuk dari karpel. Divisio Magnoliophyta terdiri atas atas dua kelas
yaitu Magnoliopsida (Dicotiledonae) dan Liliopsida (Monokotiledonae).
Magnoliopsida mempunyai 64 ordo, 318 familia, dan kurang lebih
165.000 spesies sedangkan liliopsida mempunyai 19 ordo, 65 familia,
kurang lebih 50.000 spesies [ CITATION Sud05 \l 1057 ].
Dikotil adalah kelas tumbuhan berbunga dengan karakteristik yang
sama, memiliki sepasang daun (kotiledon). Tumbuhan dikotil dibagi
menjadi tiga anak, yaitu Monochlamydiaceae, Dialypetalae dan
Sympetalae. Perbedaannya terletak pada ada atau tidaknya daun-daun
mahkota (petalae) dan bagaimana susunan daun-daun mahkota tersebut.
Sementara ahli hanya membedakan dua anak kelas saja, yaitu
Choripetalae yang meliputi Apetalae dan Dialypetalae, Sympetalae.
Dari ke tiga anak kelas tersebut yang mana yang paling primitif
tidak terdapat perselisihan pendapat. Ada yang menganggap
Monochamydeae yang paling primitif dengan alasan belum terdapatnya
hiasan bunga dan cara penyerbukan yang anemogami, jadi mempunyai
sifat-sifat yang mendekati sifat-sifat Gymnospermae. Sebaliknya ada yang
menganggap Dialypetalae yang paling primitif melihat jumlah daun-daun
hiasan bunga yang besar dan susunannya menurut spiral seperti daun-daun
pada cabang biasa, juga masih banyak terdapat apokarpi pada bunganya.

1
Dialypetalae merupakan kelompok tumbuhan dengan ciri
utamanya mempunyai bunga yang segera dapat menarik perhatian dan
pada umumnya menunjukkan adanya hiasan bunga ganda, jadi dapat
dibedakan dalam kelopak dan mahkota. Mahkota biasanya terpisah satu
sama lain. Dialypetalae terdiri dari berbagai bangsa, yaitu Polycarpical,
Aristolochiales, Rosales, Myrtales, Rhoeodales, Sarraceniales, Parietales,
Guttiferales, Malvales, Gruinales, Malpighiales, Polygalales, Rutales,
Sapindales, Balsaminales, Rhamnales, Celastrales, dan Apiales
[ CITATION Tji13 \l 1057 ].

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat dirumuskan berdasarkan
latar belakang di atas yaitu:
1. Bagaimanakah karakteristik, bangsa famili, contoh spesies, serta
peranan dari anak kelas Dialypetalae yaitu bangsa Sarraceniales ?
2. Bagaimanakah karakteristik, bangsa famili, contoh spesies, serta
peranan dari anak kelas Dialypetalae yaitu bangsa Malvales ?
3. Bagaimanakah karakteristik, bangsa famili, contoh spesies, serta
peranan dari anak kelas Dialypetalae yaitu bangsa Rutales ?
4. Bagaimanakah karakteristik, bangsa famili, contoh spesies, serta
peranan dari anak kelas Dialypetalae yaitu bangsa Sapindales ?
5. Bagaimanakah karakteristik, bangsa famili, contoh spesies, serta
peranan dari anak kelas Dialypetalae yaitu bangsa Balsaminales ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari yang dapat diambil berdasarkan rumusan di atas
yaitu:
1. Untuk mengetahui apa saja karakteristik, bangsa famili, contoh
spesies, serta peranan dari bangsa Sarraceniales.
2. Untuk memahami karakteristik, bangsa famili, contoh spesies, serta
peranan dari bangsa Malvales.

2
3. Untuk mengetahui apa saja karakteristik, bangsa famili, contoh
spesies, serta peranan dari bangsa Rutales.
4. Untuk memahami karakteristik, bangsa famili, contoh spesies, serta
peranan dari bangsa Sapindales.
5. Untuk memahami karakteristik, bangsa famili, contoh spesies, serta
peranan dari bangsa Balsaminales.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bangsa Sarraceniales
Bangsa ini merupakan tanaman semak dengan memiliki
karakteristik dimana daunnya tunggal yang duduknya tersebar, sebagian
atau seluruhnya mengalami metamorfosis menjadi alat-alat untuk
menangkap serangga. Bangsa Sarraceniales merupakan bunga banci atau
berkelamin tunggal, aktinomorf, kebanyakan mempunyai hiasan bunga
yang jelas dapat dibedakan antara kelopak dan mahkotanya. Bangsa
Sarraceniales juga memiliki biji kecil yang mempunyai endosperm, bakal
buah menumpang dengan 2-5 ruang [ CITATION Bha98 \l 1057 ].

Gambar 2.1 Sarraceniales (en.wikipedia.org, 2020)


Bangsa Sarraceniales mempunyai tiga familia yaitu
Sarraceniaceae, Droseraceae dan Nepenthaceae. Familia terakhir hanya
terdiri dari satu genus Nepenthes (kantung semar) dan memiliki karakter
biologi sangat unik yakni mampu mengabsorbsi unsur N dari tubuh
serangga yang terjebak di kantungnya [ CITATION Kin97 \l 1057 ].
1. Sarraceniaceae
Sarraceniaceae atau tumbuhan kantung semar merupakan
tumbuhan pemakan serangga. Kelompok Sarraceniaceae terdiri dari
Roridulaceae, Sarraceniaceae, dan Actinidiaceae. Anggota kelompok

4
famili ini memiliki perbungaan racemose yang berukuran sedang,
dengan bunga terjuntai. Terdapat juga benang sari yang letaknya
menghadap ke luar bunga, tetapi mereka membalik selama
perkembangan, dan kepala sari menghadap ke dalam, ada pula kepala
sari yang bentuknya terbuka oleh pori-pori atau celah pendek, cekung
ke puncak ovarium, dan buahnya berbentuk kapsul dengan banyak biji
kecil.
Sarraceniaceae juga memiliki daun yang berbentuk tabung
berongga berbentuk seperti guci, terompet, atau kendi kecil. Daun ini
merupakan perangkap yang dibangun dengan indah yang menjebak
serangga yang terpikat ke mulut kantung oleh kelenjar yang
mengeluarkan nektar dan permukaan yang berkilau. Ada pula terdapat
bulu-bulu yang mengarah ke bawah di tenggorokan kendi yang
berguna untuk mencegah serangga melarikan diri, dan mangsa yang
kelelahan meluncur ke tenggorokan licin dan jatuh ke dalam cairan di
dalam kantung, di mana mereka dicerna oleh enzim yang disekresikan
oleh kelenjar di kantung atau dimakan oleh hewan yang hidup di
kendi, sisa-sisa mereka dikeluarkan ke dalam cairan.
Sarraceniaceae umumnya dapat dijumpai pada habitat yang
berawa, padang rumput basah atau berpasir, dan sabana di mana
tanahnya jenuh air, asam, dan kekurangan nitrogen atau fosfor. Batang
kantung semar ini berdiri tegak di atas permukaan tanah, memiliki
rimpang pendek, bulat, horizontal (batang bawah tanah) dari mana
daun menjalar ke luar dan ke atas. Contoh spesies dari famili
Sarraceniaceae, yaitu Sarracenia leucophylla, Sarracenia purpurea,
Sarracenia flava Darlingtonia californica.

5
Gambar 2.2 Sarracenia leucophylla (cdn.britannica.com, 2020)
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub Kelas : Dialypetalae
Ordo : Sarraceniales
Famili : Sarraceniaceae
Genus : Sarracenia
Spesies : Sarracenia leucophylla

Gambar 2.3 Sarracenia purpurea (gobotany.nativeplanttrust.org,


2020)
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub Kelas : Dialypetalae

6
Ordo : Sarraceniales
Famili : Sarraceniaceae
Genus : Sarracenia
Spesies : Sarracenia purpurea

2. Droseraceae
Droseraceae merupakan tanaman pemakan serangga dimana
tumbuhan ini memiliki daun yang terdapat tentakel yang dapat
menangkap serangga dengan cara menggulung hanya dalam beberapa
detik, dibandingkan dengan jenis lainnya yang memerlukan waktu
beberapa menit atau jam. Salah satu spesies dari Droseraceae yaitu
Droseraceae burmannii yang mempunyai batang pendek dan
membentuk roset. Daunnya berbentuk sendok, berdiameter sekitar 5-6
mm dan dengan panjang 8-10 mm. Droseraceae burmannii juga
memilki bunga yang berwarna putih, jumlah bunga 3-10 pada tandan
dengan panjang 6-15 cm. Jumlah tandan bunga bisa 1-3 per tumbuhan.
Di dalam, D. burmannii tergolong tumbuhan tahunan, namun jika
ditanam di dalam ruangan dingin selama berbulan-bulan, tumbuhan ini
dapat hidup selama bertahun-tahun (Marchant dan George, 1982).

Gambar 2.4 Droseraceae burmannii (www.flickr.com, 2010)


Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae

7
Kelas : Dicotyledoneae
Sub Kelas : Dialypetalae
Ordo : Sarraceniales
Famili : Droseraceae
Genus : Drosera
Spesies : Droseraceae burmannii

3. Nepenthaceae
Nepenthaceae merupakan tumbuhan karnivora dan tumbuh secara
epifit, tumbuhnya juga dapat menjalar dengan menggunakan sulur,
berupa ujung daun yang menyempit. Oleh karena itu, Nepenthaceae
memerlukan tumbuhan lain sebagai pendukung. Tumbuhan ini dapat
dijumpai pada ketinggian 0-3500 m dpl, sejak dari rawa-rawa air,
daerah air tawar, di pantai, hingga pegunungan tinggi [ CITATION
Llo42 \l 1057 ].
Genus Nepenthes memiliki anggota sekitar 60 spesies. Kawasan
utama penyebarannya di Indonesia dan Malaysia. Beberapa spesies
tumbuh di Madagaskar, Australia dan Kaledonia. Spesies yang sering
ditemukan adalah N. ampullaria, N.tubaica, N. Rafflesiana dan N.
maxima, semua dikenal dengan nama daerah kantung semar. Nama
kantung diberikan karena adanya struktur unik menyerupai kantung
yang merupakan jebakan mematikan bagi serangga [ CITATION Tji13 \l
1057 ].
Nepenthes umumnya tumbuh secara spatial yang kemudian
berkembang dalam jumlah besar hampir di setiap tipe vegetasi,
terutama tanah yang tidak subur, misalnya tanah pedzolik putih, tanah
gambut atau tanah vulkanis yang tercuci berat. Sering berada di
sepanjang sungai, puncak bukit berbatu yang terbuka atau hutan lumut
basah [ CITATION Tri88 \l 1057 ].
Nepenthes mempunyai ciri morfologi dimana daunnya merupakan
daun tunggal yang tersebar dengan rumus duduk daun pada batang 2/5,

8
helai daunnya memeluk batang, ujung daunnya menyempit dan
memanjang membentuk sulur pembelit, berguna untuk memanjat pada
tumbuhan lain. Ujung sulur juga termodifikasi menjadi badan yang
mirip kantung (piala) dengan tutup pada bagian mulutnya. Penutup dan
kantung dihubungkan dengan semacam engsel di bagian dorsal
kantung. Kantung pertama memiliki panjang sekitar 5-20 cm dengan
garis tengah 1-5 cm. Kantung ini berwarna hijau dengan bintik-bintik
merah dan mempunyai bulu-bulu yang teratur pada dua deret. Bentuk
kantung ini banyak ditemukan pada daerah gelap dengan kanopi yang
banyak. Adapula bentuk kantung kedua yang mempunyai panjang 5-30
cm dengan garis tengah 1-5 cm. Kantung ini memiliki warna hijau
polos, tanpa bulu-bulu pada permukaan luarnya. Bentuk kantung ini
banyak ditemukan pada tempat-tempat terbuka dengan sedikit kanopi.

Gambar 2.5 Nepenthes reinwardtiana Miq. [ CITATION


Nai12 \l 1057 ]
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub Kelas : Dialypetalae
Ordo : Sarraceniales
Famili : Nepenthaceae
Genus : Nepenthes

9
Spesies : Nepenthes reinwardtiana Miq.
Nepenthes reinwardtiana Miq. ini memilki ciri berupa daun yang
melanset berbentuk seperti pita, tebal, tidak bertangkai, batang silinder
atau segitiga, diameter batang rata-rata 5,1 mm, panjang batang rata-
rata 312 cm, jumlah daun ratarata 51 helai, kantung berbentuk silinder
dan terkadang memiliki dua titik mata di dalam dinding bawah mulut
kantung. Kantung pada jenis ini memiliki dua warna, yaitu warna hijau
dan merah[ CITATION Nai12 \l 1057 ].

Gambar 2.6 Nepenthes ampullaria Jack. [ CITATION


Nai12 \l 1057 ]
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub Kelas : Dialypetalae
Ordo : Sarraceniales
Famili : Nepenthaceae
Genus : Nepenthes
Spesies : Nepenthes ampullaria Jack.
Nepenthes ampullaria Jack. ini memilki ciri yang berupa daun
berbentuk bulat hingga melanset, daunnya tebal, berbulu tipis, tangkai
daun pendek, batang silinder, diameter rata-rata 8,8 mm, panjang rata-
rata 247 cm, jumlah daun rata-rata 37 helai, kantungnya berbentuk
tempayan dengan penutup kantung yang ukurannya kecil seperti pita.
Di tempat terbuka dengan sinar matahari penuh, Nepenthes ampullaria

10
berbatang pendek dan cepat berbunga. Ada beberapa variasi warna
kantung dari N. ampullaria yang ditemukan, yaitu hijau polos, hijau
lurik coklat dan merah polos. N. ampullaria adalah jenis yang indah
dan paling menarik dari semua jenis Nepenthes. Bentuk kantung
hampir bulat dan tumbuh melimpah di permukaan tanah seakan-akan
membentuk karpet, hal ini memudahkan untuk membedakannya
dengan jenis lainnya sehingga mudah untuk mengidentifikasinya
[ CITATION Cla01 \l 1057 ].
Adapun peranan dari bangsa Sarraceniales, yaitu:
a. Air yang tersimpan di dalam kantung dapat dijadikan sebagai
obat pencegah ngompol bagi anak balita.
b. Masyarakat sumatra memanfaatkan kantung dari tanaman ini
sebagai alat untuk memasak lemang.
c. Air yang terdalam di dalam kantung bermanfaat juga sebagai
ramuan untuk menyembuhkan penyakit tertentu, seperti obat
sakit mata, batuk dan maag.
d. Batangnya digunakan sebagai tali atau tempat nasi pada
upacara adat [ CITATION Han06 \l 1057 ].

B. Bangsa Malvales atau Columniferae


Bangsa ini sebagian besar terdiri dari tumbuhan yang berkayu
dengan mempunyai karakteristik berupa daun-daun tunggal yang
duduknya tersebar dan mempunyai daun penumpu. Ciri khasnya
terdapatnya colimna, yaitu bagian bunganya yang terdiri atas perlekatan
bagian bawah tangkai sarinya membentuk badan yang menyelubungi putik
dan bagian pangkalnya berlekatan dengan pangkal daun mahkota. Bangsa
Malvales ini kebanyakan berupa semak atau pohon. Ada pula yang
merupakan terna yang annual, serta bunganya berupa bunga banci, bakal
buahnya menumpang, beruang dua sampai banyak. Bangsa ini mempunyai
beberapa famili, diantaranya Sterculiaceae, Buetneriaceae, Malvaceae,
dan Tiliaceae.

11
1. Sterculiaceae
Sterculiaceae memiliki karakteristik berupa pohon, semak,
memiliki daun tunggal, bertepi rata, kadang-kadang berlekuk
menjari atau majemuk, dan letaknya tersebar. Sterculiaceae
juga memiliki bunga yang terdapat 5 helai daun kelopak dan 5
helai daun mahkota. Anggota famili ini meliputi lebih dari 700
jenis yang tersebar di daerah tropika dan subtropika. Contoh
spesies dari Sterculiaceae ini yaitu Kleinhovia hospita L.
[ CITATION Ste03 \l 1057 ].

Gambar 2. 7 Kleinhovia hospita L (treesinourlives, 2013)


Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan Biji)
Sub-divisi : Angiospermae (Tumbuhan Biji Tertutup)
Kelas : Dicotyledoneae (Biji Berkeping Dua)
Bangsa : Malvales
Famili : Sterculiaceae
Genus : Kleinhovia
Spesies : Kleinhovia hospita L.

2. Malvaceae
Malvaceae merupakan tumbuhan suku kapas-kapasan yang
memiliki habitus semak dan perdu, jarang dalam bentuk pohon
serta kerapkali dengan rambut bintang. Malvaceae memiliki
daun tersebar, tunggal, dan biasanya memiliki tulang daun yang

12
menjari, kebanyakan dengan daun penumpu. Letak bunganya
beraturan, serta kebanyakan berkelamin dua. Kelopak suku ini
bertaju lima atau bergerigi lima. Daun mahkota berjumlah lima
tersusun melekat dan melekat juga dengan tabung benangsari.
Malvaceae juga termasuk ke dalam tumbuhan dikotil yang
mempunyai bentuk daun terbagi dan bergerigi, dapat tumbuh
dalam berbagai jenis pH dan tekstur tanah, serta dapat tumbuh
optimal dibawah sinar matahari penuh. Malvaceae umum
memiliki trikoma tipe stellate pubescence (trikoma yang
memiliki satu titik dan bercabang yang memberikan bentuk
seperti bintang).
Contoh spesies dari suku Malvaceae, yaitu Pungpulutan
(Urena lobata), Pulutan (Sida glutinosa), dan Sidaguri (Sida
rhombifoliaa), dari ketiga jenis tumbuhan ini terdapat tipe
stomata anomositik. Dimana jenis pungpulutan dan pulutan
mempunyai bentuk sel epidermis yang sama, yaitu berombak
sedangkan jenis sidaguri memiliki bentuk sel epidermis
poligonal. Pada pungpulutan dan pulutan dijumpai trikoma tipe
non-glandular, sedangkan pada sidaguri dijumpai trikoma tipe
non-glandular dan glandular. Pada pengamatan sediaan
transversal daun ketiga jenis tumbuhan ini diketahui memiliki
selapis jaringan epidermis. Adapun jaringan palisade
pungpulutan terdiri dari selapis sel, sedangkan pada pulutan
dan sidaguri jaringan palisade masing-masing terdiri atas 3-5
lapis sel dan 4-6 lapis sel. [ CITATION Roc09 \l 1057 ].

13
Gambar 2. 8 Pungpulutan (Urena lobata)
(floranegeriku.blogspot.com, 2011)

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)


Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Dilleniida
Ordo : Malvales
Famili : Malvaceae (Suku kapas-kapasan)
Genus : Urena
Spesies : Urena lobata L.

Gambar 2. 9 Sidaguri (Sida rhombifolia) [ CITATION Tji13 \l 1057


]

Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae

14
Classis : Dicotyledoneae
Sub classis : Dialypetalae
Ordo : Malvales/ Columniferae
Familia : Malvaceae
Genus : Sida
Species : Sida rhombifolia L [ CITATION Tji13 \l 1057 ]

3. Tiliaceae
Tiliaceae sebagian besar merupakan tumbuhan berkayu,
daun tunggal terkadang berlubang, dengan satu daun penumpu
dan duduknya tersebar. Tiliaceae disebut juga bunga banci,
ataupun jarang mempunyai kelamin tunggal, dan aktinomorf.
Terdapat juga 4-5 helai daun, bebas atau menempel, tersusun
seperti kelopak. 4-5 kelopak, sebagian besar bebas, tersusun
dalam kelopak. Benang sari biasanya banyak, atau dua kali
lipat jumlah kelopak, tidak menempel, tetapi biasanya dalam 5-
10 tandan. Buah akan tumbuh subur, terdiri dari 2 hingga
banyak ruang, setiap ruangan memiliki 1 hingga banyak bakal
biji. Buahnya memiliki banyak rongga, seperti buah kendaga,
kadang dibagi menjadi beberapa bagian, kemudian dibagi
menjadi beberapa bagian, kadang berbentuk buah keras dengan
1 biji. Bijinya memiliki endosperma dan badannya biasanya
lurus.
Tiliaceae memilki beberapa spesies diantaranya, yaitu Tilia
platyphyllos, Tilia cordata, Corchorus capsularis, Corchorus
olitorius, Triumfetta plasa, Triumfetta rhomboidea,
Spermannia africana, Grewia tomentosa.

15
Gambar 2. 10 Tilia cordata [ CITATION Eat16 \l 1057 ]

Gambar 2. 11 Corchorus capsularis[ CITATION Eat16 \l


1057 ]

Adapun peranan dari bangsa Malvales, yaitu jenis


Dipterocarpus marganata yang digunakan untuk bahan
pembuatan balsam, Dipterocarpus camphora sebagai kayu
bangunan dan penghasil kamfer. Hibiscus tiliaceus juga
berguna untuk obat demam, kayu dari tanaman ini juga dapat
dijadikan sebagai bahan pembuatan bagian dalam perahu,
daunnya digunakan sebagai bahan pakan ternak alternatif,
terutama pada waktu pakan ternak utama sulit didapatkan, serta
terdapat kandungan karbohidrat dan nitrogen pada daun
Hibiscus tiliaceus ini. Begitu juga dengan Gossypium hirsutum
yang dapat dijadikan bahan penghasil serat tekstil, dan tanaman
hias.

16
C. Bangsa Rutales
D. Bangsa Sapindales
E. Bangsa Balsaminales

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

18
DAFTAR PUSTAKA

Bhattacharyya, B., & Jahri, B. M. (1998). Flowering Plants Taxonomy and


Phylogeny. New Delhi: Narosa Publishing House.
Clarke, C. (2001). Nepenthes of Sumatra and Peninsular Malaysia. Malaysia:
Natural History Publication (Borneo).
Eaton, E., Caudullo, G., & de Rigo, D. (2016). Tilia cordata, Tilia platyphyllos
and other limes in Europe: distribution, habitat, usage and threats.
Luxembourg: Publ. Off. EU.
Handoyo, F., & Sitanggang, M. (2006). Petunjuk Praktis Perawatan Nepenthes.
Jakarta: Agromedia Pustaka.
Kinnaird, M. F. (1997). Sulawesi Utara, Sebuah Panduan Sejarah Alam. Jakarta:
Yayasan Pengembangan Wallacea.
Lloyd, F. E. (1942). The Carnivoruos Plant. New York: The Rolland Press
Company.
Naiola, B. P. (2012). Berita Biologi. Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati, 11(1), 1-20.
Rocha, J. F., & Machado, S. R. (2009). Anatomy, ultrastructure and secretion of
Hibiscus pernambucensis Arruda (Malvaceae) extrafloral nectary. Revista
Brasil Bot, 32(3), 489-498.
Steenis, C. (2003). Flora. PT. Pradnya Paramita: Jakarta.
Sudarsono. (2005). Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Malang: UM Press.
Tjitrosoepomo, G. (2013). Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Trihandayani, T., & Syamsudin. (1988). Warta Kebun Raya, 2(3), 1-3.

19

Anda mungkin juga menyukai