Anda di halaman 1dari 18

Ringkasan Materi Kuliah

REVIEW ARTIKEL
TENTANG PENGAMBILAN KEPUTUSAN AKUNTANSI
Mata Kuliah: Riset Akuntansi Keuangan dan Pengauditan (MAK 325)
Dosen Pengampu: Dr. Eka Ardhani Sisdyani, S.E., M .Com., Ak.

Oleh:
Kelompok 2

Ida Bagus Ngurah Indra Pramana (2081611002)


Ni Luh Ratna Pradnya Maitriyadewi (2081611003)
I Kadek Rian Mahendra (2081611018)
Cokorda Istri Agung Evita Nindia Putri (2081611021)

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2020
Judul Artikel : Larger Return to Cash Acquisitions: Signaling Effect or Leverage
Effect?
Penulis : Ken C. Yook
Jurnal : The Journal of Business, Vol. 76
Halaman : 477-498
Tahun :2003

1. Area of Interest
Artikel ini menyelidiki teori sinyal dan manfaat teori hutang untuk menjelaskan
pengembalian yang lebih tinggi bagi penawar yang menawarkan uang tunai daripada
saham, menggunakan tinjauan dan perubahan peringkat hutang Standard and Poor.
“This article investigates the signaling theory and the benefit of debt theory to
explain higher returns for bidders offering cash rather than stock, using Standard
and Poor’s debt rating reviews and changes.” (Page 477)

2. Phenomena
Satu argumen didasarkan pada premis bahwa pasar dan manajemen tidak berbagi
informasi yang sama dan bahwa asimetri informasi yang dihasilkan mempengaruhi pilihan
media pertukaran. Di hadapan asimetri informasi, pilihan pembiayaan manajemen
menyampaikan informasi tentang nilai sebenarnya perusahaan ke pasar. Pelaku pasar
menafsirkan akuisisi yang dibiayai oleh saham (pembelian tunai) sebagai sinyal negatif
(positif) dari nilai perusahaan yang mengakuisisi. Argumen lain didasarkan pada premis
bahwa efek harga saham dari perubahan struktur modal saling bervariasi secara positif
dengan perubahan leverage. Pengurangan dalam biaya agensi ekuitas yang dibawa oleh
peran disiplin utang sering disebut untuk menjelaskan hubungan ini.
“Several arguments have been advanced to account for this phenomenon. Since the
exchange of stock as payment for an acquisition is a type of new common stock
offering and cash payment is likely financed by new issuance of debt, most of the
arguments link different payment methods in acquisitions to different types of new
security offerings. The pattern of stock market response in similar fashion—higher
returns to announcements of debt issues as opposed to equity issues—also supports
the assumed relationship.” (Page 477)

3. Theoretical Foundation, Research Gap, And Research Question [Statement]

1
3.1 Theoretical Foundation
Penelitian ini menggunakan Teori Sinyal (The Signaling Theory) dan Teori Manfaat
Hutang (The Benefit of Debt Theory).
1. The Signaling Theory
Dengan asumsi bahwa pasar keuangan tidak sepenuhnya efisien, dan terutama ketika ada
asimetri informasi antara manajemen dan pasar, adalah mungkin bahwa manajer dapat
memilih untuk menggunakan keputusan kebijakan keuangan untuk menyampaikan
informasi positif ke pasar. Sementara manajer perusahaan lebih cenderung mengeluarkan
sekuritas ketika harga pasar aset perusahaan di tempat lebih tinggi daripada penilaian
manajemen terhadap nilainya, manajer akan lebih memilih untuk menggunakan dana yang
dihasilkan secara internal untuk mendanai investasi jika mereka menganggap aset ini
undervalued. Masalah saham, yang kurang menguntungkan bagi pemegang saham yang
ada daripada utang, memberi sinyal ke pasar bahwa aset perusahaan di tempat itu dinilai
terlalu tinggi, dan pada gilirannya sinyal ini menurunkan harga saham.
2. The Benefit of Debt Theory (Teori Manfaat Hutang)
Peningkatan leverage (pembayaran dana) digunakan untuk menjelaskan return yang lebih
tinggi terhadap akuisisi tunai. Leverage yang tinggi tidak hanya membuat manajer bekerja
lebih keras karena ancaman kebangkrutan tetapi juga mengurangi biaya agensi dari arus
kas bebas dengan mengurangi arus kas yang tersedia untuk pengeluaran pada diskresi
manajer. Maloney, McCormick, dan Mitchell menemukan bahwa return pengakuisisi
bervariasi secara positif dan signifikan dengan tingkat leverage yang sudah ada
sebelumnya dan juga perubahan dalam leverage, sehingga disimpulkan bahwa utang
meningkatkan pengambilan keputusan manajerial.
“These two theories are reviewed below………….” (page 479)
3.2 Research Gap
Penelitian sebelumnya yang meneliti peran metode pembayaran dalam menjelaskan
pengembalian pengumuman perusahaan yang menghalangi dalam akuisisi menemukan
perbedaan yang signifikan antara transaksi kas dan saham. Wansley, Lane, dan Yang
(1983, 1987), Asquith, Bruner, dan Mullins (1987), Travlos (1987), Franks, Harris, dan
Mayer (1988), dan Brown dan Ryngaert (1991) melaporkan bahwa pengembalian kepada
bidder cenderung menjadi negatif dan signifikan dalam akuisisi saham dan sedikit positif
meskipun tidak signifikan dalam akuisisi tunai. Bukti empiris return yang lebih besar
dalam penawaran uang tunai bila dibandingkan dengan penawaran saham menunjukkan
bahwa pilihan media pertukaran memiliki signifikansi ekonomi. Karena pertukaran saham

2
sebagai pembayaran untuk akuisisi adalah jenis penawaran saham biasa yang baru dan
pembayaran tunai kemungkinan dibiayai oleh penerbitan utang baru, sebagian besar
argumen menghubungkan metode pembayaran yang berbeda dalam akuisisi untuk
berbagai jenis penawaran keamanan baru.

“Previous research examining the role of the method of payment in explaining


announcement returnstobidding firms in acquisitions finds significant differences
between cash and stock transactions. Wansley, Lane, and Yang (1983, 1987),
Asquith, Bruner, and Mullins (1987), Travlos (1987), Franks, Harris, and Mayer
(1988), and Brown and Ryngaert (1991) report that returns to bidders tend to be
negative and significant in stock acquisitions and slightly positive though not
significant in cash acquisitions………..” (Page 477)

3.3 Research Question [Statement]


a) Apakah perusahaan penawar mendapat hasil return yang lebih tinngi ketika akuisisi
dibiayai dengan metode tunai?
b) Apakah perusahaan penawar memperoleh return yang lebih tinggi ketika akuisisi
dibiayai dengan uang tunai daripada saham?

4. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dalam penelitian ini sebagai berikut:

Signaling Theory Benefit of Debt Theory

Akuisisi Kas Akuisisi Saham

Klasifikasi Tingkat Perusahaan Klasifikasi Tingkat Perusahaan


Penawar dengan kas: Penawar dengan Saham:
1. Unchanged 1. Upgraded
2. Downgraded 2. Unchanged
3.
4. Downgraded
Cumulative median abnormal
returns (CAR)

Kesimpulan

3
5. Metodhology
5.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian
ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian fenomena serta kausalitas hubungan-
hubungannya. Dalam penelitian ini diperiksa berdasarkan File Riset Industri yang terdaftar
di Wall Street Journal Index.

5.2 Variabel/proxy
Penelitian ini mengusulkan pendekatan empiris baru yang diarahkan secara bersama sama
untuk menilai dua hipotesis tentang sumber wealth effect dengan menggunakan perubahan
rating utang Standard and Poor untuk mengukur efek sinyal dan perubahan leverage.
“To overcome this challenge, this study proposes a new empirical approach directed
at jointly assessing the two hypotheses on sources of wealth effect by using Standard
and Poor’s debt rating changes to measure signaling and leverage change effects.”
(Page 478)

5.3 Populasi/Sampel
- Teknik Penentuan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling
menggunakan metode purposive sampling. Metode purposive sampling adalah metode
untuk menentukan sampel penelitian dengan beberapa pertimbangan tertentu yang
bertujuan agar data yang diperoleh nantinya lebih representatif. Adapun kriteria yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Alat pembayarannya adalah tunai (hutang non konvertibel dianggap pembayaran
tunai) atau saham (saham biasa atau preferen), yang diketahui pada saat pengumuman.
b) Perusahaan penawaran dimuat dalam file CRSP untuk periode waktu selama tanggal
acara dan periode estimasi.
c) Tidak ada acara perusahaan besar yang mencemari yang diumumkan selama 15 hari
setelah hari pengumuman.
d) Target tidak kurang dari sepersepuluh ukuran penawar sebelum pengumuman.
“Other criteria used for selection of data are as follows: (1). The medium of
payment is cash (nonconvertible debt is considered cash payment) or stock (common
or preferred stock), known at the time of announcement. (2) Bidding firms are
contained in the CRSP files for the time period during the event date and the

4
estimation period. (3) No major contaminating corporate events announced for the
15 days surrounding the announcement day. (4)Target is no less than one-tenth the
size of the bidder before the announcement.” (Page 485)
- Jumlah Sampel
Dalam kasus di mana beberapa akuisisi dilakukan oleh penawar yang sama, penawar
dihitung secara terpisah untuk setiap akuisisi yang dilakukan. Tetapi sampel tersebut
hanya mencakup kasus-kasus di mana tidak ada akuisisi lain yang terjadi pada tahun
sebelumnya. Metode pembayaran diidentifikasi dari Wall Street Journal dan Mergerstat
Review. Tanggal acara diambil sebagai pengumuman awal akuisisi di Wall Street Journal,
Mergerstat Review, atau laporan kawat layanan berita di database LexisNexis Academic.
Penerapan persyaratan data di atas menghasilkan sampel akhir 311 akuisisi, 199 akuisisi
tunai, dan 112 akuisisi saham.
“In cases where several acquisitions were made by the same bidder, the bidder is
counted separately for each acquisition made. But the sampleincludes only cases
where no other acquisition has occurred in the preceding year. Method of payment
is identified from the Wall Street Journal and the Mergerstat Review. The event date
is taken as the earlier announcement of the acquisition in the Wall Street Journal,
Mergerstat Review, or the news service wire report in the LexisNexis Academic
database. Application of the above data requirements results in a final sample of 311
acquisitions, 199 cash acquisitions, and 112 stock acquisitions.” (Page 85)

5.4 Metode Pengumpulan Data


Perusahaan sampel dipilih dengan memeriksa Compustat Industrial Research File untuk
semua delisting yang disebabkan oleh akuisisi selama periode 1985-1996. Date event
diambil sebagai pengumuman sebelumnya dari akuisisi di Wall Street Journal, Mergerstat
Review, atau laporan kawat layanan berita dalam basis data Lexis Nexis Academic.
“Sample firms are selected by examining the Compustat Industrial Research File for
all delistings caused by acquisitions during the period 1985–96.” (Page 485)
“The event date is taken as the earlier announcement of the acquisition in the Wall
Street Journal, Mergerstat Review, or the news service wire report in the LexisNexis
Academic database.” (Page 485)

5.5 Statistik Uji/Analisis Data


a) Uji Wilcoxon Sign-Ranked Test

5
Uji Wilcoxon sign-ranked test digunakan untuk mengathui ada atau tidaknya perbedaan
selama periode penelitian. Dalam peneilitan ini menggunakan 2 hari periode penelitian
yaitu periode sehari sebelum (t-1) dan periode 0. Data yang diuji yaitu hasil olahan data
Abnormal return saham dan statistik lainnya dihitung dengan menggunakan standar
metodologi event study yang dikembangkan oleh Brown and Warner (1985). Dalam
menerapkan metode ini, parameter market model dihitung menggunakan analisis
cumulative median abnormal return (CAR) dari masing-masing return perusahaan pada
indeks nilai tertimbang CRSP yang diukur dari hari -1 sampai 0.
“Abnormal stock returns and other statistics were calculated using standard event
study methodology. The 7-day cumulative median abnormal returns (CAR) are
measured from day 1 to 0. The event date is taken as the earliest announcement of
the acquisition in the Wall Street Journal, Mergerstat Review, or the news service
wire report in the LexisNexis Academic database. The Wilcoxon sign-ranked test is
used for the percent positive........................” (Page 487)
b) Uji Analisis Multivariat
Selanjutnya, untuk mengendalikan faktor-faktor lain yang diketahui mempengaruhi
hasil pengumuman untuk penawar, digunakan analisis multivariate berupa cross-
sectional ordinary least-squares regression.
“Abnormal stock returns and other statistics are calculated using standard event
study methodology developed by Brown and Warner (1985). In applying this
method, market model parameters are calculated using an ordinary least squares
regression of each firm’s returns on the CRSP value-weighted index over the 225-
day interval beginning on day -301 and ending 46 trading days prior to the event
date. Two-day ( t = -1 to 0) cumulative abnormal returns are used to measure the
announcement effect.” (Page 486-487)

6. Finding
a) Pengembalian abnormal untuk penawar yang diturunkan peringkatnya yang memiliki
arus kas bebas adalah 1,14%, yang signifikan pada tingkat 0,10 (Z = 1,67).
Pengembalian yang sesuai untuk penawar yang diturunkan peringkat lainnya tanpa arus
kas bebas adalah -0,78% (Z = -1,09), yang tidak signifikan. Terbukti bahwa pemegang
saham perusahaan arus kas bebas tinggi mengalami keuntungan yang signifikan ketika
utang mereka diturunkan. Pengembalian positif dan signifikan yang lebih besar untuk

6
penawar yang diturunkan dengan arus kas bebas memberikan bukti tambahan untuk
mendukung manfaat teori hutang.
“The abnormal return for downgraded bidders having free cash flow is 1.14%,
which is significant at the 0.10 level (Z = 1.67). The corresponding returns for other
downgraded bidders without free cash flow is -0.78% (Z = -1.09), which is not
significant. It is evident that stockholders of high free cash flow firms experience
significant gains when their debt is downgraded. The larger positive and significant
returns for the downgraded bidders with free cash flow provides additional evidence
to support the benefit of debt theory.” (Page 489)
b) Terdapat dua hasil dalam penelitian ini. Pertama, teori manfaat hutang menjelaskan
bahwa return bagi penawar tunai lebih besar daripada bagi penawar saham. Ketika
penawar diklasifikasikan menurut metode pembayaran dan perubahan peringkat utang,
penawar tunai yang diturunkan peringkat memperoleh, rata-rata, pengembalian yang
lebih besar daripada penawar yang peringkat utangnya tidak berubah. Hal ini sesuai
dengan prediksi manfaat teori hutang tetapi bertentangan dengan teori pensinyalan.
Selain itu, keuntungan yang lebih besar untuk penawar yang diturunkan peringkatnya
dengan arus kas bebas yang besar (didefinisikan sebagai arus kas yang besar dan q Tobin
yang rendah) memperkuat kesimpulan ini. Namun, gambaran yang sangat berbeda
terungkap untuk akuisisi saham. Pengembalian abnormal positif tinggi untuk penawar
saham yang ditingkatkan menunjukkan bahwa pembayaran saham digunakan untuk
akuisisi strategis. Fakta bahwa pengembalian keseluruhan untuk akuisisi saham secara
signifikan negatif hanya menunjukkan bahwa ada akuisisi saham yang merusak nilai
lebih tidak berhasil daripada akuisisi saham sinergis yang sukses.
“In summary, these analyses lead us to two conclusions. First, the benefit of debt
theory explains that the return for cash bidders is larger than for stock bidders.
When bidders are classified according to payment method and debt rating changes,
downgraded cash bidders earn, on average, larger returns than bidders whose debt
ratings were not changed. This is consistent with the prediction of the benefit of debt
theory but contradicts the signaling theory. In addition, larger returns for the
downgraded bidders with large free cash flow (defined as large cash flow and low
Tobin’s q) reinforce this conclusion. However, a quite different picture unfolds for
stock acquisitions. High positive abnormal returns for upgraded stock bidders
suggest that stock payment isused for strategic acquisitions. The fact that overall
returns for stock acquisitions are significantly negative simply indicates that there

7
are more unsuccessful value-destroying stock acquisitions than successful
synergistic stock acquisitions.” (Page 491)

7. Conclusions
a) Ketika penawar tunai dibagi menjadi dua kelompok tergantung pada apakah utang
perusahaan diturunkan atau tetap tidak berubah, kelompok yang diturunkan peringkat
mengalami pengembalian abnormal 2 hari (t = -1 ke 0) yang jauh lebih besar daripada
kelompok yang tidak berubah. Pengembalian yang lebih besar kepada penawar yang
diturunkan peringkatnya mendukung manfaat teori hutang. Selain itu, hasil ini
bertentangan dengan prediksi teori persinyalan karena peringkat bidder akan tetap tidak
berubah atau ditingkatkan jika efek sinergi dari akuisisi tersebut mengimbangi
peningkatan risiko keuangan. Untuk memberikan bukti tambahan yang mendukung teori
manfaat hutang, penelitian ini mengkaji prediksi bahwa manfaat hutang lebih kuat bagi
penawar dengan arus kas bebas. Peneliti menemukan keuntungan yang jauh lebih besar
untuk kelompok penawar tunai dengan arus kas bebas (didefinisikan sebagai arus kas
tinggi dan rasio q di bawah satu) daripada kelompok penawar tunai tanpa arus kas bebas.
“When cash bidders are divided into two groups depending on whether the firm’s
debt is downgraded or remains unchanged, the downgraded group experiences a
significantly larger 2-day (t = -1 to 0) abnormal return than the unchanged group.
The larger returns to the downgraded bidders support the benefit of debt theory.
Also, this result runs counter to the signaling theory’s prediction because the
bidder’s rating would remain unchanged or be upgraded if the synergy effect of the
acquisition offset increased financial risk. To provide additional evidence
supporting the benefit of debt theory, this study investigates the prediction that the
benefit of debt is stronger for bidders with free cash flow. I find a significantly
larger return for the cash bidder group with free cash flow (defined as high cash
flow and q ratio below one) than for the cash bidder group without free cash flow.”
(Page 496)
b) Ketika pengembalian kepada penawar yang dibiayai saham diperiksa dan
dikelompokkan menurut perubahan peringkat utang (kelompok yang ditingkatkan,
kelompok yang tidak diubah, dan kelompok yang diturunkan peringkat), hasilnya
sangat kontras dengan hasil penawar yang dibiayai tunai. Sebuah abnormal return
positif signifikan terjadi untuk grup yang ditingkatkan, sedangkan abnormal return
yang sesuai untuk grup yang diturunkan adalah yang paling negatif dan signifikan.

8
Hasil positif untuk grup yang ditingkatkan dan pengembalian negatif untuk grup yang
diturunkan hanya dapat dijelaskan oleh efek sinergi seperti yang diungkapkan oleh
komentar Standard and Poor.
“When returns to stock-financed bidders is examined and grouped according to
debt rating change (upgraded group, unchanged group, and downgraded group),
the results contrast sharply with the ones of cash-financed bidders. A significantly
positive abnormal return occurs for the upgraded group, whereas the
corresponding abnormal return for the downgraded group is the most negative
and significant. The positive returns for the upgraded group and the negative
returns for the downgraded group can only be explained by the synergy effect as
the Standard and Poor’s comments reveal.” (Page 496)
c) Hasil ini sangat menyiratkan bahwa akuisisi kas dan akuisisi saham adalah dua jenis
pengambilalihan yang berbeda dan sumber penciptaan nilai mereka. Pembayaran tunai
digunakan dalam pengambilalihan keuangan yang tidak bersahabat, sedangkan
pembayaran saham digunakan dalam pengambilalihan strategis yang bersahabat.
Secara keseluruhan, penelitian ini tidak menemukan bukti yang meyakinkan bahwa
uang tunai kemungkinan besar akan digunakan untuk akuisisi yang baik. Sementara
beberapa penawar menggunakan saham untuk mengejar akuisisi strategis yang benar-
benar menguntungkan, karena ada lebih banyak penawar yang mengejar akuisisi yang
tidak menguntungkan, perusahaan yang menawarkan saham untuk akuisisi akan
mengalami penurunan harga saham pada saat pengumuman.
“These results strongly imply that cash acquisitions and stock acquisitions are
two distinct types of takeovers and their sources of value creation are different.
Cash payment is used in hostile financial takeovers, whereas stock payment is
used in friendly strategic takeovers. Overall, this study does not find convincing
evidence that cash is likely to be used for good acquisitions. While some bidders
use stock to pursue a genuinely profitable strategic acquisition, because there are
more bidders who pursue unprofitable acquisitions, firms that offer stock for an
acquisition will suffer a stock price decrease at announcement.” (Page 496)

8. Recommendation
Peneliti merekomendasikan pendekatan empiris baru untuk menguji kedua hipotesis ini
menggunakan tinjauan / perubahan peringkat utang Standard and Poor's sebagai proxy
untuk mengukur efek pensinyalan dan efek perubahan leverage. Ketika akuisisi dianggap

9
menyebabkan perubahan signifikan dalam arus kas masa depan dan / atau leverage
keuangan entitas gabungan, lembaga pemeringkat mengubah peringkat utang perusahaan
peserta akuisisi dan mengeluarkan komentar singkat untuk membenarkan keputusan
mereka. Komentar tersebut secara khusus mengungkapkan apakah perubahan peringkat
disebabkan oleh perubahan leverage keuangan atau oleh perubahan kinerja operasi yang
diharapkan yang disebabkan oleh akuisisi.
“I propose a new empirical approach to test these two hypotheses using Standard and
Poor’s debt rating reviews/changes as a proxy to measure the signaling effect and the
leverage change effect. When an acquisition is deemed to cause a significant change
in the combined entity’s future cash flows and/ or financial leverage, rating agencies
alter the acquisition participating firms’ debt rating and release a short comment to
justify their decision. The comment reveals specifically whether the rating change is
caused by a change in financial leverage or by a change in expected operating
performance caused by the acquisition.” (page 495)

9. Further Research
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk sepenuhnya menjelaskan hubungan antara ukuran
target dan return penawar.
“..............But further research is needed to fully explain the relationship between the size
of target and the bidder’s return.” (Page 494)

10
Judul Artikel : Audit Commite Characteristics and Auditor Dismissals following
“New” Going-Cincern Reports
Penulis : Joseph V. Carcello dan Terry L. Neal
Jurnal : The Accounting Review
Halaman : 95-117
Tahun : 2003

1. Area of Interest
Peneliti tertarik pada peran penting komite audit untuk melindungi auditor eksternal dari
pemecatan setelah dikeluarkannya laporan yang tidak menguntungkan.
“This study contributes to the growing literature on corporate governance by
investigating the relation between audit committee characteristics (independence,
governance expertise, financial ex- pertise, and stock ownership') and auditor
dismissals following the issuance of new going- concern reports.” (Page 96)

2. Phenomena
Adanya fenomena pemecatan auditor menyusul laporan going concern baru yang
dikeluarkanoleh Big 6 antara 1988 dan 1999. Selain itu, adanya fenomena keruntuhan
mendadak Enron di tengah praktik akuntansi yangg meragukan telah menyebabkan
kongres dan regulator meminta kinerja komite audir yang lebih efektif sebagai salah satu
cara untuk meningkatkan independensi auditor eksternal.
“The sudden collapse of Enron amid questionable accounting practices has led
Congress and regulators to call for more effective audit committee. Auditors who
issue a going-concern report are more likely to be dismissed if audit committees
have a larger percentage of affiliated directors on the audit committee, or if audit
committee members: (1) have less governance expertise, or (2) own a larger
percentage of the company's stock. We do not find a significant relation between the
percentage of audit committee members with financial expertise and auditor
dismissals following going-concern reports.”(Page 96-97)

3. Theretical Foundation, Research Gap, and Research Question (Statement)


3.1 Theoretical Foundation
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori agensi. Menurut Teori agensi
oleh (Jensen dan Meckling 1976) menyatakan hubungan yang berlawanan karena tingkat

11
kepemilikan saham yang lebih tinggi harus menyelaraskan kepentingan manajemen
(anggota komite audit) dengan kepentingan pemegang saham. Kepemilikan saham
kemungkinan besar akan menyelaraskan kepentingan anggota komite audit dan
pemegang saham jika anggota komite audit juga investor jangka panjang. Namun,
banyak anggota komite audit (dan manajemen) memiliki perspektif jangka pendek
sehubungan dengan kepemilikan saham mereka (Leonhardt 2002), dan financial distress
kemungkinan akan meningkatkan karena keberadaan jangka panjang perusahaan yang
diragukan.
“Agency theory (c.g., Jensen and Meckling 1976) would suggest an opposite
relation because a higher level of stock ownership should align the interests of
management (audit committee members) with the interests of stockholders. Stock
ownership is most likely to align the interests of audit committee members and
stockholders if audit committee members are long-term imvestors. However, many
audit committee members (and management) have a short-term perspective with
respect to their ownership stake (Leonhardt 2002), and financial distress is likely
to increase this myopia because the company's long-term existence is in doubt.”
(Page 98)

3.2 Research Gap


Research gap dalam penelitian ini ditunjukkan dari perbedaan pendapat pada jurnal
terdahulu. Penelitian sebelumnya oleh (Chow dan Rice 1982; Mutchler 1984; Geiger et
al. 1998) menemukan bahwa klien yang menerima laporan going concern lebih mungkin
untuk beralih auditor. Sedangkan PricewaterhouseCoopers (2000) menemukan bahwa
manajemen cenderung memberhentikan auditor setelah penerbitan laporan going concern
jika komite audit yang meninjau semua sengketa auditor-manajemen memiliki
karakteristik tertentu. Akan tetapi pada penelitian (Chow dan Rice 1982; Mutchler 1984;
Geiger dkk. 1998) menyatakan bahwa klien yang menerima laporan kelangsungan hidup
lebih cenderung beralih auditor, mungkin karena manajemen percaya bahwa sekali
auditor yang sedang menjabat diberhentikan, perusahaan akan menemukan auditor yang
lebih fleksibel (Craswell 1988, 26). Alternatifnya, manajemen mungkin memberhentikan
auditor hanya sebagai hukuman karena menerbitkan laporan kelangsungan usaha, atau
karena kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada hubungannya dengan auditor sebagai
akibat dari konflik.
“Previous research suggests that opinion shopping is generally unsuccessful (e.g.,

12
Chow and Rice 1982; Smith 1986; Krishnan and Stephens 1995; Geiger et al.
1998). Nonetheless, clients receiving a going-concern report are more likely to
switch auditors (e.g., Chow and Rice 1982; Mutchler 1984; Geiger et al. 1998)
perhaps because management believes that once an incumbent auditor is
dismissed, the company will find a more pliable auditor (Craswell 1988, 26).
Alternatively, management might dismiss an auditor solely as punish- ment for
issuing a going-concern report, or due to irreparable damage to its relationship
with the auditor as a result of the conflict… ”(Page 97)

3.3 Research Question (Statement)


Pertanyaan yang terdapat dalam penelitian ini yaitu:
a) Apakah Auditor yang menerbitkan laporan going concern lebih mungkin
diberhentikan jika komite audit memiliki persentase direktur afiliasi yang lebih besar
daripada komite audit?
b) Apakah ada hubungan yang signifikan antara persentase anggota komite audit dengan
keahlian keuangan dan pemberhentian auditor setelah laporan going concern?

4. Kerangka Konseptual

Opini Going
Concern
Karakteristik komite
audit:
• Afiliasi,
Pemberhentian
• Govexpert
auditor oleh klien
• Finexpert (Dismissed)
• Stockown

Variabel Kontrol:
• Ukuran perusahaan
• Indshare (pangsa
pasar auditor)
• Tenure (masa
jabatan), ZPC
(Indeks kondisi
keuangan Zmijewsk)
• MGMTCHG
(perubahan
manajemen puncak)

13
5. Methodology
5.1 Data and Method
a) Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 1000 perusahaan publik (dengan kode
SIC di bawah 6000) yang menerima opini bersih antara 1988 dan 1999 dan
memberhentikan auditor mereka pada tahun berikutnya.
b) Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan data sekunder
menggunakan laporan keuangan publikasi perusahaan.
c) Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel pemberhentian
auditor oleh klien (dismissed), variabel going concern, variabel karakteristik komite
audit dan variabel kontrol.
d) Variabel karakteristik komite audit terdiri dari :
Afiliasi, Govexpert (jumlah rata-rata jabatan direktur di perusahaan), Finexpert (jumlah
direktur dengan keahlian keuangan, Stockown (persentase saham perusahaan yang
dimiliki oleh direksi).
e) Variabel kontrol terdiri dari :
ukuran perusahaan,Indshare (pangsa pasar auditor di industri klien), Tenure (masa
jabatan), ZPC (Indeks kondisi keuangan Zmijewsk), dan MGMTCHG (perubahan
manajemen puncak seperti pergantian CEO atau CFO)
“To provide a benchmark for assessing the relation between audit committee
character- istics and auditor dismissals, we gathered a sample of companies that
received clean opinions between 1988 and 1999 and dismissed their auditors
during the following year. Approximately 1,000 public companies (with SIC codes
below 6000) received clean reports from Big 6 firms between-1988 and 1999 and
then changed their auditors during the following year. Due to the large sample
size, we selected a random sample of 200 com- panies. From this sample, 24
companies did not maintain audit committees and 13 other companies did not have
financial statement or other required data….”(Page101)

5.2 Sampel
- Teknik Penentuan Sampel
Teknik Penentuan Sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu
penentuan sampel menggunakan kriteria.
- Jumlah Sampel
Jumlah Sampel dalam penelitian ini sebanyak 374 perusahaan.

14
“Therefore, our final sample includes 250 companies receiving clean opinions and
124 companies receiving GC opinions. By sample construction, 50 percent of the
companies receiving each type of opinion dismissed their auditor.” (Page 102-103)

5.3 Statistik Uji/Analisis Data


Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari analisis univariat berupa
analisis statistik deskriptif, serta menggunakan analisis logistik untuk mengetahui
hubungan antara variabel penelitian.

6. Finding
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa komite audit dengan independensi yang lebih
besar, keahlian tata pemerintahan yang lebih baik, dan kepemilikan saham yang lebih
rendah lebih efektif dalam melindungi auditor dari pemecatan setelah penerbitan laporan
going concern baru. Selain itu, kami menemukan bahwa hubungan antara independensi
komite audit dan perlindungan auditor dari pemberhentian semakin menguatseiring
berjalannya waktu. Akhirnya, anggota komite audit independen mengalami
kenaikantingkat turnover yang signifikan setelah pemecatan auditor. Temuan ini
mendukung penelitian dari Carcello dan Neal (2000) yang menunjukkan bahwa ketika
direksi berafiliasimendominasi komite audit, manajemen dapat (1) mendesak auditornya
untuk mengeluarkan laporan yang tidak dimodifikasi meskipun ada masalah going
concern, dan (2) memberhentikan auditornya jika auditor menolak untuk mengeluarkan
laporan yang tidakdimodifikasi.
“These results, coupled with the evidence reported by Carcello and Neal (2000),
indicate potential problems in the interactions among auditors, audit committees,
and management of financially distressed companies. Carcello and Neal (2000)
suggest that auditors often believe that they are more likely to be dismissed
following a going-concern report if there is a greater percentage of affiliated
directors on the audit committee. The current study provides explicit evidence that
this concern is valid. Therefore, we conclude that when affiliated directors
dominate the audit committee, management often can (1) pressure its auditor to
issue an unmodified report despite going-concern issues, and (2) dismiss its
auditor if the auditor refuses to issue an unmodified report…. ”(Page 97)

15
Manajemen puncak, terutama CEO atau pendiri perusahaan, terkadang memiliki
kekuatan yang cukup untuk menyebabkan pemecatan auditor, dan untuk mengisi komite
audit dengan direktur yang merupakan pengawas yang kurang efektif (misalnya, direktur
yang berafiliasi, direktur dengan sedikit keahlian, dll.).

“Top management, particularly the CEO or the company's founder, sometimes


has suf- ficient power to cause the auditor's dismissal, and to staff the audit
committee with directors who are less effective monitors (e.g., affiliated directors,
directors with little expertise, etc.)” (Page112)

7. Conclusion
Peneliti menemukan adanya hubungan antara karakteristik komite audit dan kemampuan
komite untuk secara efektif melaksanakan salah satu tanggung jawab utamanya untuk
melindungi auditor dari konsekuensi potensial keputusan yang tidak populer dengan
manajemen klien. Peneliti juga menemukan bahwa semakin tinggi persentase direktur
afiliasi pada komite audit, semakin besar kemungkinan klien akan memberhentikan
auditornya setelah menerima laporan kelangsungan usaha, dan terdapat beberapa bukti
bahwa hubungan ini semakin kuat belakangan ini. tahun. Kami juga menemukan bahwa
kemungkinan klien memberhentikan auditor setelah laporan going concern meningkat
dengan meningkatnya kepemilikan komite audit atas saham klien. Di sisi lain, klien yang
komite auditnya memiliki lebih banyak keahlian tata kelola cenderung tidak
memberhentikan auditor mereka. Kami menemukan tidak ada hubungan yang signifikan
antara keahlian keuangan anggota komite audit dan pemecatan auditor setelah opini
going concern. Akhirnya, untuk klien yang menerima laporan kelangsungan hidup,
tingkat turnover berikutnya di antara anggota komite audit independen secara signifikan
lebih besar ketika klien memecat auditor daripada ketika klien mempertahankan auditor.
Hubungan yang terdokumentasi antara karakteristik komite audit dan pemberhentian
auditor tampaknya muncul dari lingkungan yang kontroversial seputar penerbitan
laporan kelangsungan usaha. Tidak ada hubungan yang signifikan antara persentase
direktur afiliasi pada komite audit atau tingkat kepemilikan saham anggota komite audit
dan pemberhentian auditor setelah opini yang bersih. Ada hubungan negatif yang sedikit
signifikan antara keahlian tata kelola anggota komite audit dan pemberhentian auditor
setelah opini yang bersih, dan kontra-intuitif positif hubungan antara keahlian keuangan
anggota komite audit dan pemberhentian setelah opini bersih. Selain itu, hasil penelitian

16
ini tidak didorong oleh karakteristik yang dimiliki oleh anggota komite non-audit dari
dewan direksi atau oleh karakteristik manajemen puncak.
“The documented relations between audit committee characteristics and auditor dis-
missals appear to arise from the contentious environment surrounding the issuance
of a going-concern report. There is no significant relation between either the
percentage of affiliated directors on the audit committee or audit committee
members' stock ownership level and auditor dismissals following clean opinions.
There is a marginally significant negative relation between audit committee
members' governance expertise and auditor dis- missals following clean opinions,
and a counter-intuitive positive relation between audit committee members' financial
expertise and dismissals following clean opinions. Moreover, Cour results are not
driven by the characteristics shared by non-audit-committee members of the board
of directors or by characteristics of top management…”(Page113)

8. Recommendation
Keterbatasan penelitian ini yaitu hanya mendokumentasikan asosiasi, bukan penyebab.
Model ini secara tidak sengaja menghilangkan variabel yang berkorelasi dengan
karakteristik komite audit dan kemungkinan klien akan memecat auditornya setelah
menerima laporan kelangsungan usaha, walaupun peneliti telah berusaha untuk
meminimalkan risiko ini dengan mengendalikan faktor-faktor lain yang dapat berkorelasi
dengan karakteristik komite audit dan pemberhentian auditor (yaitu, ukuran perusahaan,
pangsa pasar industri auditor, masa kerja auditor, kondisi keuangan klien, dan apakah
klien top manajemen baru saja berubah). Berdasarkan keterbatasan tersebut maka untuk
penelitian selanjutnya disarankan untuk memeriksa rangkaian waktu keputusan akuntansi
manajer sebelum dan sesudah perusahaan melakukan pelanggaran

9. Futher Research
Secara keseluruhan, penelitian ini sudah cukup baik. Namun kekurangannya yaitu tidak
memaparkan grand Theory yang digunakan serta kaitannya dengan hasil penelitian yang
dilakukan. Peneliti juga tidak memiliki kerangka pemikiran yang jelas serta kurang
melakukan pemaparan hubungan variabel secara jelas. Kelebihan penelitian ini yaitu
menggunakan krteria penentuan sampel perusahaan yang jelas dan memiliki populasi
yang banyak yakni mencapai 1000 perusahaan, dengan sampel yang diteliti sebanyak
374 perusahaan.

17

Anda mungkin juga menyukai