Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS

“DENGUE HEMORRHAGIC FEVER”

Oleh:

Sergio Gracilio H.S.G.C Lobo, S.Ked (17710167)

Anggi Agustinasari Widodo, S.Ked (19710008)

Ayu Miya Maryani, S.Ked (19710028)

I Putu Gede Yoga Saptahadi, S.Ked (19710034)

Arum Puspita Sari, S.Ked (19710048)

Puspita Deasy Rahmadiany, S.Ked (19710050)

Dokter Pembimbing:

Dr. Fita Shofyah, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SIDOARJO

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

2020
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................3
A. IDENTITAS.........................................................................................................................3
B. ANAMNESA........................................................................................................................3
C. PEMERIKSAAN FISIK.......................................................................................................4
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG.........................................................................................5
E. DIAGNOSIS.........................................................................................................................7
F. PENATALAKSANAAN......................................................................................................7
BAB II.............................................................................................................................................8
A. PERBEDAAN DF DAN DHF..............................................................................................8
B. PATOFISIOLOGI................................................................................................................9
C. TATALAKSANA DHF TANPA SYOK...........................................................................10
D. TATALAKSANA DHF DENGAN SYOK........................................................................11
E. KRITERIA MRS DAN KRS..............................................................................................13
F. KOMPLIKASI....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................15
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS

a. Nama : An. F
b. Umur : 12 tahun
c. Berat Badan : 45 Kg
d. Status Gizi : Baik (113%)
e. Jenis Kelamin : Perempuan
f. Status : Belum Menikah
g. Alamat : Kepuh Kemiri 02/01 Tulangan
h. Pekerjaan : Pelajar
i. Suku/Bangsa : Jawa / WNI
j. Tanggal MRS : 26 November 2020
k. Tanggal Pemeriksaan : 30 November 2020
l. Tanggal KRS : 30 November 2020
m. Nomor RM :2020062657

B. ANAMNESA

a. Keluhan Utama : Panas


b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Ibu Pasien mengatakan pasien panas sejak 9 hari yang lalu (tanggal 21 November
2020) yang muncul secara tiba-toba. Panas naik turun. Sempat masuk ke Rumah Sakit
Siti Fatimah dan mendapatkan perawatan selama 4 hari kemudian pulang. Saat di
rumah, pasien lemas dan mengeluhkan nyeri perut. Pasien tidak mau makan dan
minum sehingga dibawa ke IGD RSUD Sidoarjo. Tidak ada mual, muntah, diare dan
mimisan atau gusi berdarah.
Saat ini pasien sudah tidak panas sejak 2 hari yang lalu. BAB dan BAK normal.
Sudah tidak mengeluh nyeri perut. Makan dan minum normal.
c. Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya
d. Riwayat Penyakit Keluarga : DM (-) HT (-)
e. Riwayat Penggunaan Obat : Sirup Paracetamol
f. Riwayat Kebiasaan : Merokok (-) Makan tinggi lemak (-) Olahraga (-)
Alkohol (-)
g. Riwayat Sosial Ekonomi : Ekonomi menengah kebawah, lingkungan rumah padat
C. PEMERIKSAAN FISIK

a. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
GCS : 4-5-6
Vital Sign
1. Tekanan Darah : 70 / 40 mmHg
2. Suhu : 36◦C
3. Nadi : 110 x/menit
4. Respiratory Rate : 20 x/menit
b. Status Interna
Kepala-Leher :
1. A/I/C/D : - / - / - / -
2. Mata cowong (-)
3. Pembesaran KGB (-)
4. Retraksi Otot Bantu Nafas (-)
Thorax :
1. Cor : S1 S2 Tunggal, Gallop (-), Murmur (-)
2. Pulmo : Rh - / - Wh - / -
Abdomen :
1. Distended (-)
2. BU (+) normal
3. Supel, pembesaran hepar (-)
4. Tympani seluruh lapang abdomen
Ekstremitas S – I :
1. AKHM : Superior + / + Inferior + / +
2. CRT < 2 detik
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Laboratorium Darah Lengkap Tanggal 24 November 2020

Keterangan Hasil :

 Hb : 12.7
 Leukosit : 3.300
 HCT : 36.5
 Trombosit : 41.000

b. Laboratorium Darah Lengkap Tanggal 25 November 2020

Keterangan Hasil :

 Hb : 11.7
 Leukosit : 3.100
 HCT : 33.3
 Trombosit : 31.000
c. Laboratorium Darah Lengkap Tanggal 26 November 2020

Keterangan Hasil :

 Hb : 12.7
 Leukosit : 2.370
 HCT : 36.1
 Trombosit : 75

d. Laboratorium Darah Lengkap Tanggal 27 November 2020

Keterangan Hasil :

 Hb : 11.1
 Leukosit : 2.890
 HCT : 32.1
 Trombosit : 44
e. Laboratorium Darah Lengkap Tanggal 28 November 2020

Keterangan Hasil :

 Hb : 11.4
 Leukosit : 3.650
 HCT : 33.4
 Trombosit : 62

E. DIAGNOSIS : Dengue Hemorrhagic Fever Grade I (Hari Ke-9)

F. PENATALAKSANAAN (Di RSUD Sidoarjo)

a. 26 November 2020
 Inf. RD 5 1500cc/24 jam
 Inj. Paracetamol 4 x 450 mg
 Multivitamin 1 x 1
b. 27 November 2020
 Inf. RL 30 tpm
 Inj. Cefotaxime 2 x 1,5g
c. 28 November 2020 dan 30 November 2020
 Inf, RD 5 1500 cc/24 jam
 Inj. Paracetamol 4 x 450mg (kp)
 P.o multivitamin 1 x 1
Dengue Fever Dengue Haemorrhagic Fever
Grade I Grade II Grade III Grade IV
Gejala Demam dan ≥2 1. Demam Sama seperti Sama seperti Sama dengan Grade III
Klinis tanda dibawah: 2. Manifestasi Grade I Grade I & II +
1. Pusing perdarahan + + Terjadi syok berat
2. Nyeri (Petekie, Perdarahan Kegagalan (profound shock)/
retroorbital ekimosis, spontan
BAB II sirkulasi (syok Dekompensasi
3. Myalgia purpura, (Petekie, terkompensasi) *Takikardi
(Nyeri otot) LANDASAN
perdarahan TEORI
ekimosis, *Takikardi *Hipotensi (sistolik dan
4. Arthralgia gusi) purpura, *Takipnea diastolik turun)
(Nyeri sendi) 3. Test perdarahan *Tekanan darah *Nadi cepat dan kecil
5. Rash (Ruam) tourniquet gusi) menurun *Sianosis
A. 6.PERBEDAAN
Manifestasi DF (+)
DAN DHF (≤20mmHg) *Profound shock: nadi
perdarahan 4. Ada plasma *CRT > 2 detik tidak teraba dan tekanan
7. Tidak ada leakage *Hipotensi darah tidak terukur
kebocoran *Produksi urin
plasma menurun
<1ml/kgBB/jam
*Gelisah
Kurva
Suhu

Laborato 1. Leukopenia 1. Trombositop 1. Trombositop 1. Trombositop 1. Trombositopenia


rium WBC enia enia enia <100.000/mm3
≤5000/mm3 <100.000/m <100.000/m <100.000/m 2. Kenaikan hematokrit
2. Trombositope m3 m3 m3 ≥ 20%
nia 2. Kenaikan 2. Kenaikan 2. Kenaikan 3. Hematokrit ≥20%
<150.000/mm hematokrit ≥ hematokrit ≥ hematokrit ≥ pasca terapi cairan
3) 20% 20% 20% dibanding awal
3. Kenaikan 3. Hematokrit 3. Hematokrit 3. Hematokrit 4. Adanya efusi pleura,
hematokrit (5- ≥20% pasca ≥20% pasca ≥20% pasca asites,
10%) terapi cairan terapi cairan terapi cairan hipoproteinemia
4. Tidak ada dibanding dibanding dibanding
kehilangan awal awal awal
plasma 4. Adanya 4. Adanya 4. Adanya
efusi pleura, efusi pleura, efusi pleura,
asites, asites, asites,
hipoproteine hipoproteine hipoproteine
mia mia mia

Sumber Pedoman diagnosis dan tatalaksana infeksi virus dengue pada anak. UKK infeksi dan penyakit tropis
IDAI, 2014
World Health Organization. Comprehensive guidelines for prevention and control of dengue and
dengue haemorrhagic fever revised and expanded, 2011

B. PATOFISIOLOGI
Menurut Pedoman diagnosis dan tatalaksana infeksi virus dengue pada anak. UKK
infeksi dan penyakit tropis IDAI, 2014. Patogenesis infeksi virus dengue berhubungan
dengan:
1. Faktor virus, yaitu serotype, jumlah, virulensi
2. Faktor pejamu, genetic, usia, status, gizi, penyakit komorbid dan interaksi antara virus
dengan pejamu
3. Faktor lingkungan, musim, curah hujan, suhu udara, kepadatan penduudk, mobilitas
penduduk dan kesehatan lingkungan.

Peran sistem imun dalam infeksi virus dengue adalah sebagai berikut:

1. Infeksi pertama kali (primer) menimbulkan kekebalan seumur hidup untuk serotype
penyebab
2. Infeksi sekunder dengan serotype virus yang berbeda (secondary heterologous
infection) pada umumnya memberikan manifestasi klinis yang lebih berat
dibandingkan infeksi primer
3. Bayi yang lahir dari ibu yang memiliki antibodi dapat menunjukkan manifestasi klinis
berat walaupun pada infeksi primer
4. Perembesan plasma sebagai karakteristik untuk DBD terjadi pada saat jumlah virus
dalam darah menurun
5. Perembesan plasma terjadi dalam waktu singkat (24-48 jam) dan pada pemeriksaan
patologi tidak ditemukan kerusakan dari sel endotelpembuluh darah
6. Teori Antibody Dependent Enhancement
Permeabilitas vaskuler pada DHF adalah fenomena efferent secondary to T cell
attack pada dengue virus-infected cells.→aktivasi komplemen dan menyebabkan
cytokine “perfect storm” terkait derajat berat penyakit. Peningkatan dengue-infected
cell mass terkait respons sel T dan produksi cytokine (Pang T et al, 2007).
C. TATALAKSANA DHF TANPA SYOK
1. Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air sirup, susu,

untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah/diare.

2. Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena obat-

obatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan.

3. Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:

a. Berikan hanya larutan isotonik seperti Ringer laktat/asetat

b. Kebutuhan cairan parenteral

i. Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam

ii. Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam

iii. Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam

c. Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium (hematokrit,

trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam

d. Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah cairan

secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya


memerlukan waktu 24–48 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah

pemberian cairan.

4. Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata laksana syok

terkompensasi (compensated shock).

D. TATALAKSANA DHF DENGAN SYOK


1. Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secarra nasal.

2. Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti Ringer laktat/asetat secepatnya.

3. Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20 ml/kgBB

secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian koloid 10-

20ml/kgBB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.


4. Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun

pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi; berikan transfusi

darah/komponen.

5. Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai membaik,

tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB/jam dalam 2-4

jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan

laboratorium.

6. Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam. Ingatlah

banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak daripada

pemberian yang terlalu sedikit.


E. KRITERIA MRS DAN KRS

a. MRS
1. Tidak ada perbaikan klinis saat demam turun;
2. Menolak makan/minum;
3. Muntah berulang;
4. Nyeri perut hebat;
5. Letargi atau gelisah/rewel, tampak lemas;
6. Pucat, ekstremitas dingin;
7. Perdarahan, sesak nafas;
8. Tidak BAK lebih dari 4 – 6 jam;
9. Kejang
b. KRS
1. Pasien tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
2. Nafsu makan membaik, secara klinis tampak perbaikan
3. Tidak ada distre pernapasan
4. Hematokrit > 100.000

F. KOMPLIKASI
Perdarahan saluran cerna hebat pada umumnya terjadi akibat KID, diikuti gagal
multiorgan seperti disfungsi hati dsan ginjal, hipoksia, dan asidosis. Aktivasis koagulasi
yang luas menyebabkan pembentukan fibrin intravaskular dan oklusi pembuluh darah
kecil yang mengajibatkan timbulnya trombosis. Perdarahan internal atau tersamar terjadi
paabila pasien mngalami syok refrakter (syok yang tidak berghasil diatasi dengan
pedoman syoik pada umumnya), disertai hemoglabin dan hematrokit rendah atau meurun.
Pada oemantauan, teknansistolik, dan diastolik meningkat atau normal, namun denyut
nadi cepat. Kelebihan cairan dapat ditemukan saat fase kritis dan fase konvalesens. Hal
tersebut perlu mendapat perhatian serius karena dapat menyebabkan edema paru, gagal
jantung, akhirnya terjadi gagal napas dan kematian. Pencegahan yang dapat dilakukan
ialah monitor ketat pada pemberian cairan intravena. Pemberian cairan pada hari sakit
ketiga sampai kelima tidak akan menyebabkan edema paru karena perembesan plasma
masih terjadi. Namun, segera dikurangi cairan intravena saat masuk fase klonvalesens
(saat terjadi hemodialusi). Edema paru dapat terjadi fase reabsorpsi dari ruang
ekstravaskular, dengan gejala distres pernapasan, kelopak mata sembab, dan gambaran
edema paru pada foto dada. Sering kali pemebrian cairan hanya berpedoman pada niali
kadar hemoglobin dan hematrokit tanpa memperhatikan hari sakit. Apabila nadi cukup
kuat, fungsi ginjal baik ( pastikan syok telah teratasi secara baik ).
Ensefalopati dengue terjadi sebagai akibat dari edema otak dipicu oleh hipoksia,
disfungsi ( hepatic encephalopathy ) dengan peningkatan kadar amonia, kelainan
metabolik seperti hipoglikemia, hiponatremia, hipokalsemia, serta perdarahan kapiler
serebral. Perlu dibedakan antara ensepalopati dengue dengan infeksi virus JE pada daerah
endemis maka diperlukan emeriksaan IgM anti-JE. Tatalaksana ensefalopati dengue,
terdiri dari bebaskan jalan napas dan pertahankan oksigenasi, mencegah tekanan
intrakranial meninggi., mencegah hipoglikemia, menurunkan produksi amonia. Di daerah
endemik infeksi dengue dapat terjadi bersamaan dengan infeksi lain seperti diare akut,
pneumonia, campak cacar air, demam tifoid, infeksi saluran kemih, leptospirosis dan
malaria. Maka jika terdapat demam setelah fase kritis terlewati, perlu segera dicari
sumber infeksi lain. Prognosis pada infeksi dengue dpaat dipengaruhi oleh faktor isiko
yang menyertainya. Bayi, lansia, dan obesitas, merupakan resiko tinggi maka harus
mendapat perhatian khusus dengan monitor ketat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Rezeki S, Moedjito I, Chairulfatah A. Pedoman Diagnosis dan Tatalaksana Infeksi Virus


Dengue Pada Anak. UKK Infeksi dan Penyakit Tropis. Ikatan Dokter Anak Indonesia
2014
2. World Health Organization. Comprehensive guidelines for prevention and control of
dengue and dengue haemorrhagic fever revised and expanded. 2011
3. Hospital Care For Children. 2016. Demam Berdarah Dengue: Diagnosis dan Tatalaksana
4. Setiabudi, Djatnika. 2019. Memahami Demam Berdarah Dengue. UKK Infeksi dan
Penyakit Tropis IDAI. (online : https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-
anak/memahami-demam-berdarah-dengue-bagian-2 pada 8 Desember 2020 pukul 21.14
WIB)
5. Zein, Dila Apriliani, et al. 2015. Gambaran Karakteristik Warning Sign WHO 2009 pada
Penyakit Demam Berdarah Dengue ( dbd ) Anak dan Dewasa. MMM, Vol. 4 No. 4
Oktober : 609-617

Anda mungkin juga menyukai