Oleh:
Dokter Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
2020
DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................3
A. IDENTITAS.........................................................................................................................3
B. ANAMNESA........................................................................................................................3
C. PEMERIKSAAN FISIK.......................................................................................................4
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG.........................................................................................5
E. DIAGNOSIS.........................................................................................................................7
F. PENATALAKSANAAN......................................................................................................7
BAB II.............................................................................................................................................8
A. PERBEDAAN DF DAN DHF..............................................................................................8
B. PATOFISIOLOGI................................................................................................................9
C. TATALAKSANA DHF TANPA SYOK...........................................................................10
D. TATALAKSANA DHF DENGAN SYOK........................................................................11
E. KRITERIA MRS DAN KRS..............................................................................................13
F. KOMPLIKASI....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................15
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
a. Nama : An. F
b. Umur : 12 tahun
c. Berat Badan : 45 Kg
d. Status Gizi : Baik (113%)
e. Jenis Kelamin : Perempuan
f. Status : Belum Menikah
g. Alamat : Kepuh Kemiri 02/01 Tulangan
h. Pekerjaan : Pelajar
i. Suku/Bangsa : Jawa / WNI
j. Tanggal MRS : 26 November 2020
k. Tanggal Pemeriksaan : 30 November 2020
l. Tanggal KRS : 30 November 2020
m. Nomor RM :2020062657
B. ANAMNESA
a. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
GCS : 4-5-6
Vital Sign
1. Tekanan Darah : 70 / 40 mmHg
2. Suhu : 36◦C
3. Nadi : 110 x/menit
4. Respiratory Rate : 20 x/menit
b. Status Interna
Kepala-Leher :
1. A/I/C/D : - / - / - / -
2. Mata cowong (-)
3. Pembesaran KGB (-)
4. Retraksi Otot Bantu Nafas (-)
Thorax :
1. Cor : S1 S2 Tunggal, Gallop (-), Murmur (-)
2. Pulmo : Rh - / - Wh - / -
Abdomen :
1. Distended (-)
2. BU (+) normal
3. Supel, pembesaran hepar (-)
4. Tympani seluruh lapang abdomen
Ekstremitas S – I :
1. AKHM : Superior + / + Inferior + / +
2. CRT < 2 detik
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Keterangan Hasil :
Hb : 12.7
Leukosit : 3.300
HCT : 36.5
Trombosit : 41.000
Keterangan Hasil :
Hb : 11.7
Leukosit : 3.100
HCT : 33.3
Trombosit : 31.000
c. Laboratorium Darah Lengkap Tanggal 26 November 2020
Keterangan Hasil :
Hb : 12.7
Leukosit : 2.370
HCT : 36.1
Trombosit : 75
Keterangan Hasil :
Hb : 11.1
Leukosit : 2.890
HCT : 32.1
Trombosit : 44
e. Laboratorium Darah Lengkap Tanggal 28 November 2020
Keterangan Hasil :
Hb : 11.4
Leukosit : 3.650
HCT : 33.4
Trombosit : 62
a. 26 November 2020
Inf. RD 5 1500cc/24 jam
Inj. Paracetamol 4 x 450 mg
Multivitamin 1 x 1
b. 27 November 2020
Inf. RL 30 tpm
Inj. Cefotaxime 2 x 1,5g
c. 28 November 2020 dan 30 November 2020
Inf, RD 5 1500 cc/24 jam
Inj. Paracetamol 4 x 450mg (kp)
P.o multivitamin 1 x 1
Dengue Fever Dengue Haemorrhagic Fever
Grade I Grade II Grade III Grade IV
Gejala Demam dan ≥2 1. Demam Sama seperti Sama seperti Sama dengan Grade III
Klinis tanda dibawah: 2. Manifestasi Grade I Grade I & II +
1. Pusing perdarahan + + Terjadi syok berat
2. Nyeri (Petekie, Perdarahan Kegagalan (profound shock)/
retroorbital ekimosis, spontan
BAB II sirkulasi (syok Dekompensasi
3. Myalgia purpura, (Petekie, terkompensasi) *Takikardi
(Nyeri otot) LANDASAN
perdarahan TEORI
ekimosis, *Takikardi *Hipotensi (sistolik dan
4. Arthralgia gusi) purpura, *Takipnea diastolik turun)
(Nyeri sendi) 3. Test perdarahan *Tekanan darah *Nadi cepat dan kecil
5. Rash (Ruam) tourniquet gusi) menurun *Sianosis
A. 6.PERBEDAAN
Manifestasi DF (+)
DAN DHF (≤20mmHg) *Profound shock: nadi
perdarahan 4. Ada plasma *CRT > 2 detik tidak teraba dan tekanan
7. Tidak ada leakage *Hipotensi darah tidak terukur
kebocoran *Produksi urin
plasma menurun
<1ml/kgBB/jam
*Gelisah
Kurva
Suhu
Sumber Pedoman diagnosis dan tatalaksana infeksi virus dengue pada anak. UKK infeksi dan penyakit tropis
IDAI, 2014
World Health Organization. Comprehensive guidelines for prevention and control of dengue and
dengue haemorrhagic fever revised and expanded, 2011
B. PATOFISIOLOGI
Menurut Pedoman diagnosis dan tatalaksana infeksi virus dengue pada anak. UKK
infeksi dan penyakit tropis IDAI, 2014. Patogenesis infeksi virus dengue berhubungan
dengan:
1. Faktor virus, yaitu serotype, jumlah, virulensi
2. Faktor pejamu, genetic, usia, status, gizi, penyakit komorbid dan interaksi antara virus
dengan pejamu
3. Faktor lingkungan, musim, curah hujan, suhu udara, kepadatan penduudk, mobilitas
penduduk dan kesehatan lingkungan.
Peran sistem imun dalam infeksi virus dengue adalah sebagai berikut:
1. Infeksi pertama kali (primer) menimbulkan kekebalan seumur hidup untuk serotype
penyebab
2. Infeksi sekunder dengan serotype virus yang berbeda (secondary heterologous
infection) pada umumnya memberikan manifestasi klinis yang lebih berat
dibandingkan infeksi primer
3. Bayi yang lahir dari ibu yang memiliki antibodi dapat menunjukkan manifestasi klinis
berat walaupun pada infeksi primer
4. Perembesan plasma sebagai karakteristik untuk DBD terjadi pada saat jumlah virus
dalam darah menurun
5. Perembesan plasma terjadi dalam waktu singkat (24-48 jam) dan pada pemeriksaan
patologi tidak ditemukan kerusakan dari sel endotelpembuluh darah
6. Teori Antibody Dependent Enhancement
Permeabilitas vaskuler pada DHF adalah fenomena efferent secondary to T cell
attack pada dengue virus-infected cells.→aktivasi komplemen dan menyebabkan
cytokine “perfect storm” terkait derajat berat penyakit. Peningkatan dengue-infected
cell mass terkait respons sel T dan produksi cytokine (Pang T et al, 2007).
C. TATALAKSANA DHF TANPA SYOK
1. Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air sirup, susu,
untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah/diare.
2. Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena obat-
c. Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium (hematokrit,
d. Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah cairan
pemberian cairan.
4. Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata laksana syok
darah/komponen.
5. Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai membaik,
tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB/jam dalam 2-4
jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan
laboratorium.
6. Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam. Ingatlah
banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak daripada
a. MRS
1. Tidak ada perbaikan klinis saat demam turun;
2. Menolak makan/minum;
3. Muntah berulang;
4. Nyeri perut hebat;
5. Letargi atau gelisah/rewel, tampak lemas;
6. Pucat, ekstremitas dingin;
7. Perdarahan, sesak nafas;
8. Tidak BAK lebih dari 4 – 6 jam;
9. Kejang
b. KRS
1. Pasien tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
2. Nafsu makan membaik, secara klinis tampak perbaikan
3. Tidak ada distre pernapasan
4. Hematokrit > 100.000
F. KOMPLIKASI
Perdarahan saluran cerna hebat pada umumnya terjadi akibat KID, diikuti gagal
multiorgan seperti disfungsi hati dsan ginjal, hipoksia, dan asidosis. Aktivasis koagulasi
yang luas menyebabkan pembentukan fibrin intravaskular dan oklusi pembuluh darah
kecil yang mengajibatkan timbulnya trombosis. Perdarahan internal atau tersamar terjadi
paabila pasien mngalami syok refrakter (syok yang tidak berghasil diatasi dengan
pedoman syoik pada umumnya), disertai hemoglabin dan hematrokit rendah atau meurun.
Pada oemantauan, teknansistolik, dan diastolik meningkat atau normal, namun denyut
nadi cepat. Kelebihan cairan dapat ditemukan saat fase kritis dan fase konvalesens. Hal
tersebut perlu mendapat perhatian serius karena dapat menyebabkan edema paru, gagal
jantung, akhirnya terjadi gagal napas dan kematian. Pencegahan yang dapat dilakukan
ialah monitor ketat pada pemberian cairan intravena. Pemberian cairan pada hari sakit
ketiga sampai kelima tidak akan menyebabkan edema paru karena perembesan plasma
masih terjadi. Namun, segera dikurangi cairan intravena saat masuk fase klonvalesens
(saat terjadi hemodialusi). Edema paru dapat terjadi fase reabsorpsi dari ruang
ekstravaskular, dengan gejala distres pernapasan, kelopak mata sembab, dan gambaran
edema paru pada foto dada. Sering kali pemebrian cairan hanya berpedoman pada niali
kadar hemoglobin dan hematrokit tanpa memperhatikan hari sakit. Apabila nadi cukup
kuat, fungsi ginjal baik ( pastikan syok telah teratasi secara baik ).
Ensefalopati dengue terjadi sebagai akibat dari edema otak dipicu oleh hipoksia,
disfungsi ( hepatic encephalopathy ) dengan peningkatan kadar amonia, kelainan
metabolik seperti hipoglikemia, hiponatremia, hipokalsemia, serta perdarahan kapiler
serebral. Perlu dibedakan antara ensepalopati dengue dengan infeksi virus JE pada daerah
endemis maka diperlukan emeriksaan IgM anti-JE. Tatalaksana ensefalopati dengue,
terdiri dari bebaskan jalan napas dan pertahankan oksigenasi, mencegah tekanan
intrakranial meninggi., mencegah hipoglikemia, menurunkan produksi amonia. Di daerah
endemik infeksi dengue dapat terjadi bersamaan dengan infeksi lain seperti diare akut,
pneumonia, campak cacar air, demam tifoid, infeksi saluran kemih, leptospirosis dan
malaria. Maka jika terdapat demam setelah fase kritis terlewati, perlu segera dicari
sumber infeksi lain. Prognosis pada infeksi dengue dpaat dipengaruhi oleh faktor isiko
yang menyertainya. Bayi, lansia, dan obesitas, merupakan resiko tinggi maka harus
mendapat perhatian khusus dengan monitor ketat.
DAFTAR PUSTAKA